Sebuah mobil dengan kecepatan tinggi tiba tiba susah di kendalikan oleh sang kemudi, nampak mobil Rolls Royce itu tak menentu arah dan tidak bisa terelakan, mobil melambung terguling terperosok dan terus merosot sampai kedalaman dasar jurang, berhenti membentur sebuah batu dan terbalik.
,
,
,
Di sebuah rumah sakit 3 orang dokter dan 2 orang perawat sedang menangani tindakan operasi pasien yang mengalami kecelakaan tunggal.
hampir 2 jam Dokter bedah melakukan tindakan operasi pada pasien itu, pasien mengalami luka parah dalam tubuh nya mengalami beberapa patah tulang dan cedera pada kepala akibat benturan yang keras. Namun korban kecelakaan itu rupanya belum ajal nya, Enzio George, di temukan sudah tak sadarkan diri.
Dalam ruang operasi.
" Bagaimana tekanan darah nya, Viona?"
" Stabil, Dr. Smith." Viona menjawab sambil melap peluh keringat di kening dr. Smith
" Gila..pasien ini sangat kuat."
" Kau benar, Dr. Jhos
" Telat sedikit saja dia tidak segara di larikan ke rumah sakit, dia akan meninggal."
Setengah Jam berlalu, operasi telah selsai.
" Sekarang tinggal dijahit lukanya, Viona kau lanjutkan!"
" Baik Dr. Smith."
Rumah sakit itu sedang di jaga oleh 2 orang kepercayaan pasien yang masih di ruangan operasi, mereka berdiri di depan pintu kamar operasi begitu Dr. Smith keluar dari ruangan operasi, mereka langsung meminta penjelasan oleh salah satu dari mereka.
" Bagaimana Dokter?"
Dr. Smith menganggukan kepala.
" Tunggulah! sampai 6 jam pasien akan sadar."
" Baik, terima kasih Dokter."
Dokter itu kembali melangkah sambil melepaskan topi hijau di kepalanya ia ingin istirahat di ruangan nya. Selama 3 jam dia menguras tenaga dan otaknya.
Masih didalam ruangan operasi, zuster Viona masih menjahit luka sayatan pada pasien.
" Kau menjahit nya sudah sangat benar, Viona." ucap Dr Jhos yang tersenyum pada Viona.
" Ya..berkat Dr. Smith yang selalu mengajari ku, tentunya kalian berdua juga." Viona melirik sesaat dan tersenyum pada Jhos dan Dr. Luis sesaat tangannya bergerak memegang jarum itu naik turun.
" Bagaimana kalau kita kencan malam ini, Viona?" ucap Josh.
" Kalau kau hanya mengajak ku minum kopi di kantin ini, aku mau Josh ." balas Viona.
" Ini sudah ke 10 kali nya kau selalu menolak ku..heem? kenapa sulit sekali mengajak mu?"
Viona tersenyum lebar juga Zuster Mia dan Dr. Luis.
" Itu karena aku tidak mau jadi korban korban mu...Perayu ulung."
Dr.Josh menggaruk kepalanya saja.
" Kau benar Viona you do the right thing." sahut zuster Mia.
" Sedikit lagi, jahitan ini harus aku rapihkan."
" Ok Josh aku ingin keluar menikmati coklat hangat di kantin." ujar Dr.Luis sambil melangkah.
" Aku ikut bersama mu." ucap Dr.Josh hendak mengekor Luis.
" Ya..kau kencan saja dengan Luis." Sahut Mia.
Josh hanya memutarkan bola matanya. mendengar ucapan Mia.
" Kalian berdua aku tunggu!" ucap Luis sebelum membuka pintu ruang operasi.
Kini tinggal mereka berdua Zuster Viona dan Mia.
" Selesai." ucap Viona.
" Viona pasien ini sangat tampan."
Viona melirik menatap sesaat pada pasien itu. Ia Lalu menyunggingkan senyum nya.
" Kau tidak tertarik pada nya?"
" Mia..hati hati takut nya dia mendengar."
" Mana mungkin, tapi..dia terlihat arogan, awas saja aku merawat nya! kau lebih berani di bandingkan aku, Viona.."
" Dia lemah..tenaga nya belum 100 persen pulih selama 30 hari, jadi..mana bisa ia menunjukan arogansi nya." ucap Viona remeh.
" Viona, nanti dia mendengar mu."
Viona dan Mia terkekeh bersama.
" Ya sudah kita bereskan ini, akan ada pasien selanjut nya untuk operasi." ucap Viona.
" Oke..! Viona aku pun juga ingin menikmati kopi di kantin."
Mereka berdua sebelum meninggalkan ruangan yang sangat dingin dan steril itu, Viona dan Mia lalu membawa pasien itu ke ruangan lain sebelum di pindahkan ke kamar pasien.
Viona dan Mia segera menyusul Luis dan Josh di kantin, kedua nya berada di meja terlihat sedang berbincang sambil menikmati minum yang mereka pesan.
" Itu mereka." tunjuk Luis
Josh pun menatap Viona yang sedang berjalan beriringan dengan Mia.
" Kau naksir dia?"
" Sudah sangat lama, Luis. Dia cantik dan menurutku dia bidadari rumah sakit ini."
" Bagaimana dengan, kau?"
" Aku belum memikirkan seorang kekasih buat ku sangat merepotkan
" Kau tidak tertarik pada Mia?"
" Mia?
" Hmm.." Josh mengangguk.
"Mana mungkin aku tertarik dengan nya, walaupun dia juga cantik."
" Mereka sudah mendekat." ucap Josh bergumam pelan.
Mia dan Viona setelah sampai di meja keberadaan Luis dan Josh langsung menaruh bokong untuk duduk.
" Huff..sangat melelahkan." ucap Mia yang duduk di sebelah Luis.
" Viona kau ingin minum apa?" tawar Luis.
" Jahe hangat saja, 2 jam berada di ruangan operasi tubuhku agak menggigil."
" Oke, dan kau Mia?"
" Kopi coklat saja sama dengan kau."
" Baiklah." Luis beranjak.
Luis sudah membawakan minuman untuk Mia dan Viona.
" Silahkan Nona nona!"
" Thanks Luis." balas Viona.
" Pasien tadi siapa sih? kenapa begitu ketat penjagaan nya?" tanya Mia sambil menyeruput kopi coklat nya.
" Tuan Enzio..entahlah? mungkin orang yang sangat berpengaruh di kota nya." balas Josh.
" Apa ada yang mengenal nya?" tanya Luis.
Ketiga nya pun menggeleng.
" Mungkin saja dia seorang Mafia."
" Mungkin! dari wajah nya saja dia terlihat tidak ramah dan sombong, jangan sampai aku mendapat tugas merawat nya. Menegangkan!"
Viona Josh dan Luis terkekeh mendengar ke kekhawatiran Mia.
" Cari saja di berita mungkin ada." lanjut Josh
" Apa dia selebritis?"
" Mungkin saja, aku tidak pernah ingin tahu berita berita seperti itu, tidak penting." ucap Josh.
Hari 1.
Enzio George sudah berada di ruang rawat inap, terlihat wajah tampan dan misterius itu masih terpejam, hingga akhirnya kedua kelopak mata nya mengerjap karena silau cahaya matahari yang masuk menembus dari kaca jendela hingga membias ke wajahnya. Kedua bola mata nya mengedari ruangan itu wajah nya masih sangat pucat kelopak matanya masih sangat sayu namun tak menampik masih tajam sorotan mata nya seperti, mata elang.
Pandangan nya masih sedikit buram tapi ia mencoba menegaskan penglihatan nya, tidak jauh dari ranjang tidur rumah sakit itu menangkap seorang perawat wanita yang tangan nya sedang meningkap tirai tirai jendela. Langkah nya sedang memeriksa seluruh ruangan apa sudah bersih dan nyaman.
Zuster Viona menyadari pasien itu telah sadar ia segera mendekati pria dengan postur terlihat panjang karena terbaring dan memiliki tubuh yang besar terlihat dari bahu dan dadanya yang lebar.
" Selamat pagi, Tuan Enzio." ucapnya lembut.
Enzio hanya menatap perawat itu yang berdiri dekat kakinya, lalu perawat itu mencoba mengulas senyum pada nya.
" Apa yang terjadi dengan saya?" wajah dingin nya masih menatapi Viona.
Pria itu baru mengeluarkan suara bass nya.
" Saya Viona..yang akan merawat Tuan."
Enzio menatap bibir Viona yang tipis, dan lembab, gerakan bibir nya saat bicara mengatup dan sesekali mulut mungil nya sedikit terbuka.
" Berapa lama saya terus di sini?" Enzio menatap Viona dengan acuh dan dingin.
Viona menjawab dengan senyum ramah tentunya.
" Tuan akan di rawat sampai pulih, mungkin selama 30 hari kedepan."
Enzio langsung membuang muka tidak suka mendengarnya ia harus dirawat selama itu.
Viona kemudian melangkah ingin memberikan makanan sarapan pagi dan obat untuk pasien Enzio.
" Tuan sekarang harus sarapan." Viona membuka baki berisi makanan yang masih tertutup dengan plastik wrab.
Enzio tetap diam wajah nya yang angkuh tidak mau melihat makanan itu. Enzio memang belum bisa bergerak luas mengangkat anggota tubuh nya sedikit saja masih sangat terasa sakit di sekujur tubuh nya belum bisa bergerak bebas.
Viona kemudian men setel ranjang itu agar sedikit terangkat kepala pasien itu.
Enzio hanya menatap lurus. Ia sangat benci rumah sakit mencium bau rumah sakit saja sudah kesal, apalagi makanannya sudah membuat nya muak dan mual.
Viona sudah memegang piring dan sendok dan akan menyuapi pada mulut pasien itu.
" Tuan mari saya bantu, anda harus makan biar anda bertenaga." ucap Viona lembut.
" Letakkan makanan itu, saya tidak mau makan." ucap nya dingin.
" Tapi Tuan, perut anda kosong belum terisi ap-"
" Saya bilang letakkan."
" Mari Tuan saya ban-"
" SAYA BILANG LETAK KAN." bentak Enzio.
Viona kaget dengan suara bentakan kencang dari pasien itu, Tangan nya memegang piring dan sendok sudah berisi soup itu di mundurkan.
Viona mengangguk kecil tidak mengeluarkan kata, ia terdiam rupanya ia harus menunda dulu tapi pastikan dia harus memberi makan pasien sombong ini.
Viona meletakan kembali piring dan mangkok itu di Baki. Lalu mengatur ranjang itu semula, mata nya melihat botol infus yang sudah hampir habis dan di ganti dengan yang berisi penuh. Lalu mengatur selang infus agar dapat mengalir lancar.
Perawat dan pasien masih terdiam, tak berselang lama pasien itu tertidur kembali, Viona menyelimuti sampai pinggang. Setelah aman ia pun keluar. Ia akan datang kembali satu jam kemudian untuk memeriksa pasien Enzio George.
Satu jam kemudian Viona kembali memeriksa keadaan pasien itu, mengecek infusan yang tinggal setengah, Enzio masi tertidur ia mengecek kantong selang kateter yang sudah penuh dan mengganti dengan kantong yang baru. Setelah nya ia kembali ke ruang perawat.
Jam 12.30 Enzio terbangun, mata nya kembali mengedar ruangan kamar ia hanya sendirian, matanya melirik pada makanan yang tertutup plastik wrab makanan yang sudah berganti makan siang.
" Huh." ia mendengus kesal tak berselera dengan makanan itu. Tangan nya digerakkan melihat jarum infusan nya. Hati nya tidak tenang karena ia memikirkan kejadian 3 hari lalu yang sangat menyakitkan hatinya. Ia mencoba menggerakkan kedua kaki nya sangat terasa sakit. Hatinya bertanya apa yang membuat sakit pada kedua kaki nya.
Lalu pintu kamar terbuka ia menoleh pada perawat itu, Viona.
Viona menatap pada Enzio yang terlihat sangat dingin. Sebagai perawat ia harus bersikap profesional saja tidak memperdulikan tatapan dingin pasien itu.
" Selamat siang Tuan, Enzio..Tuan sudah bangun? bagaimana kalau Tuan makan dulu biar pulih kesehatan anda, Tuan." ucapnya dengan senyum pada Enzio.
Enzio tetap diam.
" Tuan harus makan."
Entah kenapa suara lembut perawat itu terbantu dirinya untuk mau makan walau ia sangat tidak berselera maklum saja makanan rumah sakit. Enzio mengangguk satu kali.
Viona tersenyum, pasien itu mau mendengarkannya tangan nya langsung membuka plastik wrab penutup makanan itu. Sebelum nya ia mengatur ranjang agar sedikit terangkat kepala Enzio.
Viona mulai menyuapi sendok soup itu kemulut Enzio, Enzio membuka mulut setengah. lalu mengecap dan mengunyah makanan itu dan di telan nya. Viona tersenyum hatinya lega.
Hari ke tiga, Viona masih melanjutkan tugas nya menunaikan tugas keperawatannya, ia sudah tak sabar menunggu hari libur nya. Namun ia tetap bersemangat. Tapi tugas hari ini Viona mendapat bentakan Dari Enzio masih pagi.
" Kau perawat bukan?" ucap Enzio dingin
" Maaf Tuan?" Viona sedang mencari apa maksud perkataan dari pasien ini.
" Kau perawat bodoh, meletakan air minum saja tidak BECUS!" geram Enzio tanpa menoleh pada Viona.
Viona kemudian melihat air minum yang di sediakan memang agak jauh untuk di jangkau. Ia tidak mungkin menyalahkan pada petugas kebersihan rupanya petugas itu lupa meletakan kembali air minum di tempat semula. Sedangkan Enzio sudah merasa haus saat ia bangun dan ingin minum ia tidak kuat untuk meraih air minum itu.
" KAU MEMBIARKAN AKU MATI KARENA KEHAUSAN? DUNGU KAU."
Viona menahan nafas ia langsung bergerak mengambil air minum itu untuk di berikan pada Enzio.
" Ma-maaf Tuan..biar saya ambilkan, Tuan ingin minum?" Viona berusaha menelan ludah nya.
Saat Viona mengambil air minum itu Enzio melirik ke arah wajah nya terlihat sangat gugup.
" Mari Tuan saya bantu minum."
" Letakkan di sana saya sudah tidak haus lagi."
" Ta- tapi Tuan terlihat kurang minum sebaik nya Tuan harus minum."
" Kau dongo atau telinga mu tidak berfungsi dengan baik, LETAKKAN KEMBALI AIR ITU!" Enzio kembali melirik pada wajah Viona yang terlihat membuang nafas pelan.
" Dia cantik tapi dungu." ucap nya dalam hati.
Viona sudah meletakkan air itu kembali dan di dekatkan agar pasien itu bisa mengambil nya dengan mudah. Viona memeriksa air infusan yang sudah hampir habis dan di gantikan dengan yang baru.
" Tuan harus sarapan ini sudah jam makan pagi, sebentar saya ambil kan." Viona membungkuk dan keluar.
Enzio tiba tiba merasakan sakit pada bekas operasi mungkin biusan nya sudah mulai berkurang, namun tetap tidak dia rasakan.
Viona sudah kembali membawa sarapan untuk pasien Enzio.
" Tuan Sarapan dulu!"
Enzio sedang memejamkan mata karena merasakan tidak nyaman pada tubuh nya.
" Nanti saja." ucap nya datar.
" Baik saya tetap di sini menunggu Tuan untuk sarapan."
Viona melihat Enzio sedang menahan sakit, ia pun langsung bereaksi untuk memeriksa tubuh nya punggung tangan Viona di letakkan ke kening Enzio terasa panas ia mengambil alat cek suhu, rupanya suhu tubuh Enzio 36 hampir mendekati 70 Enzio terserang panas tinggi. Nampak baju Enzio basah oleh keringat Viona mengganti pakaian Enzio setelah di ganti Viona memberi minum dan mengompres kening Enzio. Enzio tetap diam saja tidak menolak dengan apa yang Viona kerjakan pada diri nya.
" Tuan makan dulu sesudah itu saya akan memberi obat penurun panas" rupanya demam Enzio berasal dari sakit operasi nya. Viona akan memberi biusan melalui selang infusan agar rasa sakit itu reda sebelum Enzio sarapan.
Enzio walaupun acuh dan dingin tapi tidak menampik Viona masih sangat lembut terhadapnya dan sentuhan punggung tangan di kening nya ia merasa sedikit tenang.
Sarapan untuk Enzio telah di ganti dengan bubur, Viona telah kembali keruangan inap itu. Namun Enzio menoleh sebentar melihat yang di bawa oleh Viona adalah bubur makanan yang dibencinya itu. Viona tahu Enzio terlihat tidak menyukai bubur ia melihat dari picingan mata Enzio. Viona harus menjelaskan sebelum pasien ini menolak bubur ini.
" Saya bantu Tuan makan."
" Kenapa kau ganti?"
" Eum..ini membantu pencernaan Tuan, karena Tuan sedang demam harus makan yang lembut dulu."
" Bau nya saja aku tidak suka, bau nya seperti kau...aku tidak suka."
Viona terhenyak dengan perkataan Enzio bibir bawah nya sedikit bergetar, namun ia tetap harus melayani nya dengan baik."
" Tuan boleh tahan nafas, bila memang tubuh saya beraroma seperti bubur ini." ucapnya keceplosan entah dirinya tiba tiba berani membantah ucapan Enzio.
" Huh." Enzio mendengus kesal berani berani nya wanita ini membantahnya.
" Kau sudah bosan merawat ku?ganti makanan itu!"
" Tapi Tuan."
PRANK
" Aww..panas sshh.."
Tiba tiba mangkok bubur masih panas itu di hempas oleh Enzio hingga tumpah mengenai tangannya kulit nya terasa ingin melepuh. Viona langsung meletakkan mangkok bubur itu di meja ia bergegas berlari ke kamar mandi dan menyiram tangan nya dengan air di washtofel dan membersihkannya, kulit tangan nya ia diam kan lama agar perih nya berkurang.
Viona terisak pelan namun masih didengar oleh Enzio, Enzio menyunggingkan sudut bibirnya.
" Rasakan itu perawat dungu berani nya dia melawan ucapan ku." Enzio bergumam.
Setelah itu Viona keluar dari kamar mandi sebelum keluar ia menghapus air mata nya dan menarik nafas dalam dalam. Viona tidak bicara tangan nya hanya membenahi bubur yang tumpah di sisi Enzio dan di lantai ia mengambil kain lap dan mengepel lantai itu menyemprot pengharum ruangan agar hilang dari bau amis bubur kaldu ayam itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!