"Katakan jika itu tidak benar, Mas!!" Teriak Adelia pada Anhar Wiguna.
"Maaf, Del. Aku mencintainya." Lirih Anhar.
Adelia memejamkan matanya, terasa ribuan belati menghujam jantungnya, Suami yang ia cintai mengaku mencintai wanita lain.
"Ini tidak adil untukku, Mas." Adelia menghirup dalam udara untuk melegakan nafasnya yang terasa sesak. "Untuk apa kamu menikahiku jika akhirnya kamu kembali pada mantan kekasihmu." Adelia mulai berteriak dan menutup wajahnya, ia menangis karna hanya dengan cara itu membuat Adelia melepaskan bebannya. "Tidakkah kamu berpikir sudah ada Kaisar diantara kita? Tegakah kamu pada Kaisar, Mas?" Adelia masih terus berusaha mempertahankan rumah tangganya bersama Anhar. "Setidaknya tolong pikirkan Kaisar." Lirihnya di sela sela tangisnya.
Anhar menunduk, "Aku tidak bisa, Del. Aku sangat mencintai Riska dan tidak ingin kehilangan dia kembali."
Adelia hanya bisa menangis, tangisannya begitu terdengar sangat pilu, membuat siapa saja yang mendengarnya akan merasa iba terhadapnya. Begitupun Anhar, sebenarnya Anhar tidak tega dengan perbuatannya terhadap Adelia, hanya saja kembalinya cinta pertamanya membuat Anhar lupa diri, termasuk perasaannya pada Adelia yang sudah memberinya seorang putra bernama Kaisar.
Anhar meninggalkan Adelia di dalam kamarnya seorang diri, berharap Adelia bisa berlapang dada menerima perpisahannya dengan Anhar.
"Mama tidak akan setuju jika Kamu menceraikan Adelia." Kata Mutia dengan tegas pada Anhar.
"Ma.. Aku mencintai Riska. Tolong restui." Pinta Anhar.
Plakkk..
Mutia menampar putra satu satunya itu.
"Sadarlah, Anhar!! Riska bukan wanita yang baik untukmu. Adelia adalah wanita yang baik untukmu." Kata Mutia dengan tatapan tajam.
"Baik untukku menurut Mama bukan berarti baik untukku, Ma!!" Balas Anhar dengan nada meninggi.
Mutia menelan salivanya, "Berani kamu membentak Mama, Har?" Tanya Mutia yang kini sudah mulai berkaca kaca.
"Ma.. Bukan maksud Anhar seperti itu." Anhar mulai bersikap lembut pada sang Ibu.
"Mama kecewa padamu, sangat kecewa padamu. Suatu saat kamu akan menyesali semua perlakuanmu pada Adelia." Geram Mutia lalu meninggalkan ruang kerja Anhar.
Anhar terduduk sambil menggusar kepalanya. "Kali ini saja aku ingin Egois, Ma..." Lirih Anhar.
**
Seminggu berlalu,
Adelia membereskan pakaiannya, ia akan keluar dari kediaman keluarga Wiguna, Dimana ia menjadi istri dari Anhar Wiguna selama 5 tahun.
Air mata terus meluncur di pipi mulus Adelia, berulang kali Adelia menghapusnya tetap saja kembali basah oleh tetesan air matanya.
Adelia wanita yang cantik, umurnya pun masih terbilang muda, terpaut sepuluh tahun dengan Anhar.
Mutia begitu menyukai pesona Adelia saat mereka bertemu dalam acara amal di sebuah rumah sakit khusus anak. Sejak saat itu Mutia mencari tau latar belakang Adelia dan ternyata Adelia adalah seorang gadis yatim piatu yang hanya tinggal dengan seorang kakak laki lakinya bernama Adrian yang merupakan seorang tentara angkatan laut. Dan setelah Adelia menikah dengan Anhar, Adrian sendiri menjalankan tugas negaranya untuk menjaga sebuah pulau dengan perbatasan dengan negara tetangganya di pulau yang terpencil.
"Del.." Panggil Mutia dengan lembut.
Adelia mendongak dan menatap sang Mama mertua yang sudah seperti ibu kandungnya sendiri. "Mamaa.." Lirih Adelia hampir tak terdengar.
Mutia ikut duduk dilantai bersama Adelia yang sedang menata pakaiannya ke dalam sebuah koper, "Mama minta maaf karna tidak bisa mempertahankan Adel." Mutia menangis sesenggukan merasa bersalah karna kehilangan kekuasaan terhadap diri putranya.
Adelia menggelengkan kepalanya, "Tidak, Ma. Ini bukan salah Mama." Jawabnya bijak.
"Mama begitu merasa bersalah padamu, mengenalkanmu pada Anhar dan menjodohkan kalian. Mama tidak menyangka akan seperti ini, Del. Mama kira Anhar akan menjadikanmu cinta terakhirnya." Tangis Mutia semakin menjadi karna perasaan bersalahnya.
Adelia memeluk Mutia dan menenangkannya, Adelia tidak ingin jika tekanan darah Mutia naik dan membuat Mutia menjadi sakit. "Ma, tidak apa, Ma. Sungguh jangan merasa bersalah. Semua yang terjadi sudah takdirku, Ma. Aku tidak menyesalinya karna aku masih memiliki Kaisar dalam hidupku." Kata Adelia.
Anhar yang mendengar percakapan Ibunya dan Adelia dari pintu yang tidak tertutup rapat langsung membuka pintu dengan keras.
Brakk.
"Kaisar tidak akan kemana mana. Kaisar akan tinggal bersamaku karna Kaisar adalah pewaris dari Wiguna Group yang sah dan kuat." Kata Anhar dengan tegas.
Adelia mendelik kemudian berdiri didepan Anhar. "Kaisar masih dibawah umur, Kaisar akan ikut denganku!!" Balas Adelia.
"Tidak!! Kaisar akan tetap tinggal bersamaku, jika kamu berani menggugat hak asuh ke pengadilan, akan kupastikan aku memenangkan hak asuh Kaisar." Tekan Anhar.
"Kamu egois. Mas. Kamu yang berselingkuh, tetapi kamu juga yang ingin memisahkan aku dengan Kaisar. Tidakkah kamu berpikir, jika kamu masih bisa memiliki anak yang lain dari wanitamu, tetapi aku, aku hanya memiliki Kaisar, Mas." Ucap Adelia berapi api.
Anhar memalingkan wajahnya, mengepalkan tangannya, sungguh ia hanya ingin berpisah dengan Adelia tetapi tidak ingin berpisah dari Kaisar.
Anhar kembali menatap wajah Adelia dengan tatapan tajamnya, "Kaisar akan bersamaku, jika kamu membawa Kaisar, maka akan kupastikan Adrian kehilangan karirnya sebagai abdi negara, dan aku pastikan kalian akan hidup susah sehingga aku bisa merebut Kaisar kembali dan menjauhkannya darimu."
"ANHAR!!" Pekik Mutia yang sudah kehilangan kesabarannya.
"Setan apa yang merasukimu, Nak. Tega sekali kamu pada Adelia yang sudah mengorbankan nyawanya untuk melahirkan Kaisar. Dan kini kamu ingin memisahkan Adelia dengan Kaisar. Mama tidak habis pikir dengan jalan pikiranmu, Har!!" Mutia mendekat pada Adelia dan memeluk menantu kesayangannya itu.
Anhar menarik nafas dan menghembuskannya kasar. "Berani kamu membawa Kaisar, maka aku tidak akan main main dengan ucapanku."
"Apa salahku, Mas? Mengapa kamu sejahat ini padaku?" Adelia tidak dapat menahan kesedihannya, ia berteriak seolah menumpahkan rasa kesalnya. Terluka dan begitu menyakitkannya sikap Anhar pada Adelia. Padahal selama ini Adelia adalah istri idaman yang begitu menurut dan melayani suaminya dengan baik.
Anhar membalikan tubuhnya, namun sebelum melangkah keluar ia berkata yang masih begitu menyakitkan untuk Adelia. "Berpisahlah baik baik dengan Kaisar, manfaatkanlah waktu tiga hari ini untuk melepas rindumu dengan kaisar. Jika kamu masih tetap ingin membawa Kaisar, kupastikan seumur hidupmu kamu tidak akan pernah bisa bertemu lagi dengan Kaisar. Kaisar darah dagingku, dan dia akan tinggal bersamaku." Setelahnya Anhar meninggalkan Adelia dan Mutia yang menangis berdua.
"Mengapa Mas Anhar tega sekali padaku, Ma? Apa salahku pada Mas Anhar? Tak cukupkah Mas Anhar membuangku? Mengapa harus memisahkanku juga dengan Kaisar?" Adelia terus meraung meratapi nasibnya. Tubuhnya merosot hingga duduk melemas di lantai, Mutia tak kuasa melihat kesedihan sang menantu. Ia memeluk Adelia dan menenangkannya.
"Aku tidak sanggup jika harus berpisah dengan Kaisar, Ma. Hanya Kaisar yang aku punya." Lirih Adelia yang begitu memilukan, membuat Mutia merasa semakin bersalah.
...****************...
Hai Teman teman Readersku semua? Adakah yang rindu dan menantikan Novel terbaru dariku?
Say Hai di kolom komentar ya, aku rindu dengan kalian semua.
Adelia berjalan menuju kamar Kaisar, dilihatnya sang putra tercinta sedang bermain lego bersama pengasuhnya.
"Mamaaaa..." Panggil Kaisar yang kini barusia berusia 4 tahun.
Adelia mencoba tersenyum, "Kai.." Adelia mendekat pada Kaisar, disaat bersamaan, pengasuh bernama Mbak Nina pergi meninggalkan kamar Kaisar untuk memberikan ruang lebih pada Adelia dan Kaisar.
"Ma Lihat. Kai buat istana dali lego untuk Mama." Kata Kaisar dengan celotehan khas anak kecil.
"Bagus, apa istana ini untuk tempat Mama tinggal?" Tanya Adelia menanggapi cerita Kaisar.
Kaisar mengangguk. "Kalo Kai sudah besal, Kai mau buat istana benelan untuk Mama."
Adelia mengangguk, "Kai sayang Mama?" Tanya Adelia dengan membelai rambut Kaisar.
"Iya dong, Ma. Kai sayang sekali sama Mama." Balas Kaisar.
Adelia memeluk Kaisar, "Mama Kaisar cuma Mama. Kaisar tidak boleh memanggil orang lain dengan sebutan Mama ya, Kai." Pinta Adelia.
Kaisar yang belum mengerti apapun hanya mengangguk anggukan kepalanya didalam pelukan Adelia.
Setelah puas memeluk sang putra, kini Adelia membawa Kaisar keatas tempat tidurnya.
"Mama bacain Kai celita." Pinta Kaisar.
Adelia tersenyum, "Tentu saja, sayang."
Adelia mengambil sebuah buku cerita dari rak buku dikamar Kaisar, ia mengambilkan dan mulai membacakannya untuk Kaisar. Perlahan tapi pasti, cerita yang diceritakan oleh Adelia begitu terdengar memilukan.
Tes..
Air mata Adelia terjatuh mengenai kening Kaisar, membuat Kaisar seketika mendongak.
"Mama menangis?" Tanya Kaisar dengan mimik wajah takut.
Adelia dengan cepat mengusap sudut matanya dan tersenyum. "Tidak, Kai. Mata Mama hanya terkena debu." Ucapnya berbohong.
"Tapi tadi kamal Kai sudah dibelsihkan oleh Mbak Nina, Ma. Tidak ada debu." Ucap Kaisar, bocah berusia empat tahun itu sangat pintar saat menjawab hal yang tidak wajar menurutnya.
Adelia menghembuskan nafasnya pelan, "Mata Mama memang sedang sensitif, Kai. Harusnya Mama membaca memakai kaca mata, hanya saja Mama lupa." Jawabnya.
Kaisar mengangguk anggukan kepalanya layaknya orang dewasa yang mengerti, "Kalau begitu Mama jangan membacakan Kai celita lagi, Kai mau tidul aja dipeluk Mama." Ucapnya lalu mengambil buku cerita dari tangan Adelia dan meletakannya di meja nakas. "Ayo kita tidul, Ma."
Adelia membawa Kaisar untuk tidur dengan nyaman dan memeluknya.
"Kai.." Panggil Adelia.
"Iya, Ma."
"Bolehkah Mama bekerja?" Tanya Adelia ragu ragu.
"Mama kelja apa?" Tanya Kaisar.
Adelia mengusap kepala Kaisar sambil menepuk nepuk bo*kongnya. "Hemm, Kai tau kan kalo Mama suka membantu acara Amal di rumah sakit anak?" Tanya Adelia yang diangguki oleh Kaisar. "Mama harus kerja beberapa hari untuk menemani anak anak yang sakit." Ucap Adelia.
"Tapi kan biasanya Mama pulang." Balas Kaisar.
Adelia memutar otak mencari jawaban yang dapat dipahami oleh Kaisar. "Dokter dirumah sakit bilang, Mama harus membantunya lebih lama lagi." Kata Adelia pada akhirnya.
"Mama menginap di lumah sakit?" Tanya Kaisar.
"Iya." Jawab Adelia ragu.
Hening sesaat,
"Tapi Mama janji halus pulang secepatnya ya, Kai gak mau nulut lagi kalo Mama lama pulangnya."
Adelia mengangguk, "Mama akan pulang Kai, Kai harus nurut sama Oma, ya. Jangan buat buat Oma capek." Pinta Adelia, karna saat ini Adelia hanya percaya pada Mutia saja, membuat Adelia harus bisa membujuk Kaisar untuk slalu dekat dengan Mutia.
"Iya, Mama." Jawab Kaisar patuh.
Adelia mencium kening Kaisar, "Mama sangat menyayangi Kai."
"Kai juga sayang sekali sama Mama." Kaisar meraih kedua pipi Adelia dan menciuminya berkali kali, membuat Adelia tertawa karna tingkah laku kepolosan Kaisar.
Rupanya Anhar melihat interaksi Adelia bersama Kaisar, sungguh hatinya tidak tega untuk memisahkan Adelia dengan Kaisar. Namun Anhar tidak ingin Kaisar ikut bersama Adelia, karna bagaimanapun, Kaisar merupakan darah dagingnya yang pertama, yang akan mewarisi segala kekayaan keluarga Wiguna dimasa mendatang.
"Maafkan aku, Adelia. Maafkan Papa, Kai." Gumam Anhar dalam hatinya.
Anhar berlalu menuju ruang kerjanya, ia melihat foto pernikahannya bersama Adelia lima tahun yang lalu, gadis polos yang baik hati begitu tulus menerimanya. Saat itu Umur Adelia baru saja menginjak 20 tahun dan Anhar sendiri berumur 30 tahun. Adelia yang saat itu masih kuliah mau menerima lamaran Anhar dan menikah, hanya butuh waktu 4 bulan menjalani pernikahan sudah membuat Adelia hamil. Kehamilannya tidak membuat Adelia lalai akan tugasnya sebagai mahasiswa, ia tetap kuliah dan berhasil meraih gelar sarjananya saat Kaisar berumur satu tahun.
Meski Adelia anak yatim piatu, namun keluarganya meninggalkan harta yang cukup untuk kehidupan Adrian dan Adelia, hingga Adelia menikah dengan Anhar, dan Adrian bertugas ke pulau, membuat Adrian dan Adelia akhirnya terpisah. Begitupun dengan harta peninggalan orang tuanya yang sudah dibagi dua untuk Adrian dan Adelia.
Mutia masuk begitu saja ke dalam ruang kerja Anhar.
"Ma..." Panggil Anhar yang terkejut saat Mutia masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Apa yang kamu berikan pada Adelia setelah perceraian?" Tanya Mutia dengan serius, Mutia tidak ingin Adelia hidup dalam kesusahan setelah bercerai dengan putranya nanti.
"Anhar sudah menyiapkan sebuah rumah yang cukup besar untuk Adelia, mobil Adelia bisa Adelia bawa, dan Anhar memberikan tabungan untuk Adelia memulai usaha, tabungan itu juga bisa menopang kehidupan Adelia hingga beberapa tahun kedepan." Jawab Anhar.
Mutia memicingkan matanya, "Kamu sudah mempersiapkan semua ini? Mama tidak menyangka kamu bisa menyakiti wanita sebaik Adelia."
Anhar mengusap wajahnya kasar. "Semua tidak akan terjadi andai saja dulu Mama merestui hubunganku dengan Riska." Balas Anhar seolah menyalahkan Mutia.
"Riska bukan wanita yang baik, jika dia wanita baik, tidak mungkin dia berpisah dengan suaminya, dan jika Riska wanita yang baik, tidak mungkin membiarkanmu menceraikan Adelia dan dia menggantikan posisi Adelia." Kata Mutia dengan jelas. "Karna hanya wanita hina saja yang berani menjadi orang ke tiga di dalam rumah tangga orang lain." Imbuhnya lagi.
"Dalam masalahku, Adelia lah wanita ketiga itu, Ma. Adelia masuk diantara kehidupanku dengan Riska." Ucap Anhar.
"Adelia gadis baik baik, dia tidak merebutmu dari siapapun, saat kamu berkenalan dengan Adelia, hubunganmu dengan Riska sudah selesai bahkan Riska sudah menikah dengan pria lain, Anhar. Sadarlah akan hal itu." Tekan Mutia.
Anhar memijat pelipisnya.
Mutia duduk di sofa, "Di sini yang paling tersakiti adalah Kaisar. Entah apa yang harus Mama bilang saat Kaisar menanyakan dimana Adelia."
"Adelia bisa bertemu dengan Kaisar kapanpun, Ma." Ucap Anhar.
Mutia kembali menatap tajam sang putra, "Kamu pikir Adelia akan mau datang kesini lagi dan melihat wanita yang menempati posisinya?"
Anhar diam membisu.
"Jangan berpikir jika Adelia akan baik baik saja, Anhar. Kamu terlalu menyepelekan perasaan wanita. Kamu nikahi Adelia, lalu kamu buang Adelia begitu saja dan lebih parahnya lagi kamu mengambil hak asuh Kaisar padahal sudah jelas jika hanya Kaisar yang Adelia miliki." Ucap Mutia mencoba membuka mata hati sang putra.
"Cukup, Ma.." Kata Anhar dengan lirih.
"Penyesalan pasti akan datang padamu, Anhar. Jangan pernah berharap Mama merestui hubunganmu dengan wanita itu, meski dia tinggal disini, Mama tidak akan menganggapnya sebagai menantu Mama, dan jangan sekali kali kamu mengajari Kaisar untuk memanggil wanita itu dengan sebutan Mama. Karna Mama bagi Kaisar hanya satu, Adelia." Ucap Mutia penuh penekanan.
...****************...
"Ma.. Kita mau kemana?" Tanya Kaisar pada Adelia.
Adelia berjongkok mensejajarkan wajahnya dengan Wajah Kaisar. "Hemm Mama ingin ajak Kaisar jalan jalan ke taman hiburan." Jawabnya dengan tersenyum.
Mata Kaisar berbinar, "Benarkah, Ma?" Tanya Kaisar.
Adelia mengangguk lalu berdiri, tangannya menggandeng tangan mungil Kaisar. "Yuk kita pergi."
Di ruang tamu, Anhar duduk bersama seorang pengacara yang baru saja datang membawakan berkas perceraian mereka. Mata Anhar tertuju pada senyum Kaisar dan wajah Adelia yang tersenyum paksa.
"Papa ikut juga kan?" Tanya Kaisar.
Anhar tersenyum lalu mendekat pada Kaisar. "Maafkan Papa, Kai. Papa ada pekerjaan." Jawab Anhar dengan lembut.
Kaisar mencebikan bibirnya, terlihat sangat menggemaskan. "Papa gak asik, Papa kerja terus dan gak mau ikut Kai sama Mama." Kaisar mulai merajuk.
Adelia kembali berjongkok. "Kali ini Mama ingin pergi berdua saja dengan Kai." Ucapnya dengan memohon. Adelia memang hanya ingin menghabiskan waktu hanya berdua saja dengan Kaisar sebelum esok ia keluar dari rumah keluarga Wiguna dan berpisah dengan Kaisar.
Kaisar menatap mata teduh Adelia. "Oke Mama." Jawab Kaisar yang kembali tersenyum.
Adelia berdiri dan kembali menuntun tangan mungil Kaisar menuju keluar. Anhar segera menelpon sang asisten kepercayaannya untuk mengikuti Adelia dan Kaisar.
"Tuan Anhar. Ini bagian harta yang Tuan ingin berikan untuk Nyonya Adelia." Ucap Teguh, pengacara keluarga Wiguna.
Anhar membacanya, ia sudah cukup puas saat membaca rumah besar yang akan ia berikan untuk Adelia juga tabungan deposito untuk Adelia memulai usaha dan kehidupan setelah berpisah dengan Anhar. Menurutnya apa yang ia akan berikan pada Adelia akan menutupi rasa bersalahnya pada Adelia.
"Berikan juga saham perusahaan 2% untuk Adelia, transfer ke rekening yang sudah aku buatkan untuknya di setiap bulannya." Ucap Anhar yang masih ingin menutupi rasa bersalahnya pada Adelia.
"Baik, Tuan." Ucap Teguh.
Teguh memberikan kembali lembaran kertas yang berisikan suat kuasa hak asuh Kaisar. Kaisar adalah ahli waris satu satunya yang di tunjuk oleh Agam Wiguna. Agam sangat menyayangi Adelia sebagai menantu, dan menjadikan Kaisar sebagai pewaris tunggal sebelum Agam meninggal dan akan diberikan hak sepenuhnya pada Kaisar saat Kaisar berusia 20 tahun.
**
"Ma.. Aku mau itu." Tunjuk Kaisar pada Adelia, menunjuk sebuah gula kapas harumanis yang terlihat menggiurkan bagi setiap anak kecil.
Adelia tersenyum dan mengangguk, lalu membelikannya untuk Kaisar.
"Ma, kalau sudah besar Kai ingin naik ini lagi sama Mama." Kata Kaisar saat mereka menaiki kincir angin yang disebut bianglala itu.
"Kai akan ingat Mama?" Tanya Adelia.
Kaisar mengangguk sambil mencubiti permen kapasnya itu, "Mama Kai cuma Mama Adel." Ucap Kaisar dengan tatapan tak lepas dari permen kapas ditangannya.
Adelia menghela nafas, mencoba melegakan dadanya yang mulai terasa sesak.
"Jika nanti Mama bekerja dan belum pulang, Kaisar janji harus tetap jadi anak yang baik ya, Kaisar tetap harus menjadi anak yang membanggakan untuk Mama. Apapun yang terjadi, Mama slalu menyayangi Kaisar." Ucap Adelia dengan sendu.
"Iya, Mama. Kai janji akan jadi anak yang membanggakan untuk Mama." Ucap Kai dengan senyum polosnya.
Adelia dan Kaisar menghabiskan waktu bersama di taman bermain. Meski air mata berkali kali menetes di pipi Adelia, tak membuat Adelia terus mengembangkan senyum dihadapan Kaisar.
"Kaisar bahagia?" Tanya Adelia diperjalanan pulangnya.
"Sangat, Ma. Nanti Kai mau ke taman bermain lagi sama Mama dan mengajak Oma juga Papa." Ucap Kaisar semangat.
Adelia hanya tersenyum menanggapinya, sesuatu keinginan Kaisar yang tidak mungkin akan terjadi, batinnya.
**
Sepulang dari taman bermain, Adelia membersihkan dirinya di kamar Kaisar. Sejak Anhar mengutarakan dirinya untuk berpisah dengan Adelia, ia memang lebih memilih tidur bersama Kaisar ketimbang di kamar Anhar.
"Pusing, aku mual sekali." Gumam Adelia di dalam kamar mandi.
Adelia menggigit bibir bawahnya, saat mengingat jika dirinya belum mendapati periodenya.
"Pasti karna stres sehingga hormonku berantakan." Batin Adelia kembali.
Adelia keluar dari kamar menuju dapur untuk mengisi gelas kosong. Samar samar ia mendengar percakapan Mutia dengan Anhar.
"Kamu menahan Kaisar hanya karna Kaisar adalah pewaris yang Papa tunjuk, kan?" Tanya Mutia menghakimi.
Anhar hanya diam dan tidak menjawab.
Mutia tertawa, "Kamu ingin anaknya tapi tidak ingin Ibunya, egois sekali."
"Sudah cukup, Ma." Kata Anhar yang merasa terpojok.
"Bagaimana jika Kaisar memiliki adik, akankah kamu juga menahan adiknya Kaisar?" Tanya Mutia menyelidik.
"Tentu saja, berati mereka darah dagingku dan keturunan dari Wiguna yang sah, tentu saja aku akan tetap menahannya disini." Jawab Anhar tegas.
"Egois, kamu mengambil semua dari Adelia, dan membiarkan Adelia hidup seorang diri. Untung saja Kaisar tidak memiliki adik." Kata Mutia dengan sinis.
"Aku menggantinya dengan harta yang tidak sedikit, Ma." Balas Anhar.
Mutia tersenyum mengejek, "Kamu kira Kaisar adalah barang yang bisa di tukar? Kamu kira Adelia sehina itu?" Ejek Mutia.
Anhar diam tidak menaggapi.
"Mengapa kamu tidak meminta anak saja dari wanita murahan itu?" Tanya Mutia.
Lagi lagi Anhar hanya diam, ia akui jika ia tidak ingin memiliki anak dari Riska, menurutnya Kaisar saja sudah cukup, ia tidak ingin di masa depan akan terjadi perebutan harta antara anaknya dari Adelia dan anaknya dengan Riska. Anhar sudah memikirkan matang matang soal ini.
Adelia kembali ke kamar dan tidak jadi mengambil air di dapur. Ia menghela nafas, dalam hatinya ia berdoa semoga Riska tidak pernah bisa memberi Anhar seorang anak, Adelia tidak ingin Kaisar tersisihkan dan merasa asing di rumahnya sendiri meski Kaisar adalah pewaris utama keluarga Wiguna di masa depan nanti.
**
Pagi hari, Adelia ikut sarapan dengan Anhar dan Mutia. Tentunya ini menjadi sarapan terakhir Adelia bersama keluarga Wiguna.
"Mama janji jangan kelja lama lama ya." Kata Kaisar sambil memakan roti sarapannya.
Adelia hanya tersenyum dan mengusap kepala Kaisar.
"Nanti Kai bisa tidur dengan Oma." Ucap Mutia dengan sayang.
"No, Oma. Mama bilang semalam, Kai sudah besal, sudah halus tidur sendili." Jawab Kaisar.
Mutia tersenyum, "Mama Adel memang yang terbaik." Ucap Mutia.
"Ya, Oma betul sekali. Mama Adel memang yang telbaik." Jawab Kaisar mendukung.
Sementara Anhar hanya diam saja. Ada perasaan bersalah pada Kaisar namun ia selalu menepisnya.
"Nanti Oma ajak Kai lihat Mama kerja." Ucap Mutia.
"Emang boleh, Oma?" Tanya Kaisar bingung.
"Tentu saja boleh, tidak ada larangan jika Kai mau bertemu Mama kapanpun Kai mau." Tegas Mutia namun lembut kepada Kaisar.
Adelia hanya tersenyum, dalam hatinya berharap jika Anhar tidak akan pernah membatasi pertemuannya dengan Kaisar nanti.
Setelah sarapan, pengasuh membawa Kaisar untuk menunggu Adelia di halaman depan. Sementara Anhar memberikan sebuah sertifikat rumah, kartu ATM berisikan tabungan deposito, dan kunci rumah juga surat kepemilikan saham 2% di perusahaannya.
"Ambilah, hidupmu tidak akan kekurangan dengan semua itu, setiap bulan kamu akan mendapatkan uang dari bagian sahammu." Kata Anhar dengan nada dingin, namun di setiap perkataannya ada perasaan bersalah yang slalu Anhar tepis.
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!