Sinar mentari pagi menyapa dari sela pepohonan. Seorang wanita cantik nan anggun sedang duduk merenung di depan jendela kamarnya, tatapannya lurus ke depan namun kosong.
Angannya mengembara entah kemana, sementara hatinya terasa hampa.
Wanita itu bernama Marsela Zahwa Aulia Xavier.
Putri semata wayang seorang pengusaha sukses di kota S bernama Calvin Xavier dan Aulia xavier
Dua tahun yang lalu Marsela menikah dengan pujaan hatinya bernama Raffa Raditya Atmaja yang merupakan putra sahabat Calvin bernama Rian Atmaja dan Tya Atmaja.
pernikahan Marsela dan Raffa bukan karena perjodohan, walau kedua orangtua mereka bersahabat.
Perjumpaan dan kedekatan mereka murni karena rasa ketertarikan diantara mereka.
Mereka baru mengetahui jika kedua orangtua mereka adalah sahabat setelah Marsela secara resmi di perkenalkan pada keluarga Raffa.
Perjalanan cinta mereka yang berjalan mulus tanpa aral melintang sehingga membuat mereka berdua memutuskan untuk melangkah ke jenjang pernikahan setelah lebih dari dua tahun berpacaran.
Tentu saja kedua orangtua mereka menyambut dengan gembira keputusan mereka.
Marsela Marsela sangat mencinta Raffa, seorang pemuda yang dewasa sopan dan berpikiran terbuka.
Satu yang membuat Marsela bangga adalah selama mereka berpacaran, Raffa tak pernah berbuat lebih selain bergandengan tangan.
Pernah suatu saat Marsela menanyakan alasan Raffa tidak pernah mencium atau memeluknya, namun jawaban Raffa membuat Marsela makin jatuh cinta.
Ia ingin melindungi dan menghormati Marsela sampai halal.
Sungguh sesuatu yang langka di jaman yang carut marut seperti saat ini.
Tak menunggu lama pesta pernikahan pun di langsungkan dengan sangat megah, kedua orangtua mereka sangat bahagia dengan pernikahan tersebut, bahkan mereka di beri kado sebuah rumah beserta isinya dan bulan madu keliling Eropa.
Kebahagiaan mereka lengkap sudah.
Marsela merasa menjadi wanita paling bahagia di muka bumi ini.
Raffa dan Marsela melakukan malam pertama penuh romantis seperti pasangan lainnya.
Marsela berharap rumah tangga nya dengan Raffa bahagia sampai kakak nenek.
Dua tahun kemudian.
Dua tahun sudah Marsela menikah, namun selama itu pula suaminya bersikap dingin padanya.
Namun sikap dingin Raffa hanya soal urusan ranjang.
Marsela sudah meminta penjelasan pada Raffa akan sikapnya itu, namun Raffa selalu beralasan jika itu hanya perasaanya saja, ia bahkan meminta maaf karena kesibukannya membuat Marsela berfikir yang tidak-tidak.
Marsela berusaha menjaga penampilannya, ia bahkan mengikuti senam agar bodynya tidak berubah seperti saat masih single dulu, tapi entah mengapa Raffa seolah tak perduli.
Selama pernikahan mereka, hanya satu kali Raffa menjamahnya.
Itupun ketika malam pengantin, dan selama Dua tahun ini sikap suaminya dingin dan acuh tak acuh.
padahal saat malam pertama Marsela menyerahkan mahkota berharganya yang selalu ia jaga pada suaminya, sehingga Marsela tak tahu alasan apa yang membuat Raffa enggan berhubungan badan dengannya.
Bukan tak pernah Marsela menanyakan langsung pada suaminya Raffa, namun Raffa selalu memiliki seribu satu alasan untuk menolaknya.
Raffa memang memilki segudang kesibukan dan ia kerap kali pergi keluar negeri dan berminggu-minggu baru kembali, karena kesibukan Raffa pula Marsela memutuskan terus bekerja, ia tak mau menjadi tak waras karena terus berada di rumah sendirian .
Terkadang jika Raffa pulang cepat, ia menghabiskan waktu di ruang kerja, membawa pulang pekerjaannya dengan salah seorang rekan kerjanya bernama Dion mereka sering bekerja bersama hingga larut malam di ruang kerja.
Marsela yang tak mau menggangu pekerjaan suaminya menunggu di kamar nya hingga ia terbuai mimpi sementara suaminya tak kunjung datang, bahkan teman suaminya terkadang menginap di rumah mereka, sehingga mau tak mau marsela.menjadi akrab dengan Dion karena seringnya ia bertandang ke rumah mereka karena pekerjaan.
Dibandingkan dengan suaminya, sikap Dion lebih enak diajak bicara dan tidak kaku, Dion juga terlihat lebih luwes dibanding dirinya.
bahkan Dion pula yang mengajarinya memasak.
Dimata Marsela Dion sosok pria idaman, sayangnya Marsela sudah menjadi istri Raffa, pria kaku dan pendiam namun penyayang.
Marsela sangat mencintai suaminya tersebut, dua tahun pacaran, Raffa menunjukkan sikap yang sangat baik dan pengertian, ia sosok yang mengayomi sehingga Marsela merasa tentram berada disisinya.
Selama dua tahun kedekatan mereka, tak pernah sekalipun Raffa marah, ia hanya akan tersenyum jika Marsela membuat kesalahan dan dengan mudah memaafkan Marsela.
sikap itulah yang membuat Marsela menjatuhkan pilihannya pada Raffa, di samping itu kedua orang tua mereka merupakan sahabat dekat.
Marsela membayangkan bahwa rumah tangganya nanti dengan Raffa akan menjadi rumah tangga yang bahagia penuh cinta dan tawa anak kecil yang mengisi rumah besar mereka, namun nyatanya hingga kini Marsela belum juga hamil. bagaimana bisa hamil jika Raffa saja tak menyentuhnya.
Dia bukan Maryam yang hamil tanpa suami, dia hanya wanita biasa yang butuh pria.
Ingin rasanya ia berteriak dan memberitahu kejanggalan dalam pernikahannya, tapi ia tak mau melakukan itu, sebab aib suaminya adalah tabu untuk di bicarakan.
Sementara di sisi lain Mertua dan orangtuanya sudah mendesak Marsela untuk memberikan mereka keturunan, di karena kan keduanya merupakan anak tunggal, sehingga mereka sedikit khawatir menantikan adanya cucu sebagai penerus harus keturunan mereka.
"Allah belum kasih kami rezeki dan kepercayaan ma, pa, doakan saja ya?" ucapan itu yang selalu Marsela katakan saat kedua orangtuanya menanyakan prihal anak.
Marsela ingat sekali bahwa Raffa hanya menjamahnya satu kali saja itupun saat mereka baru menikah dan hingga detik ini Raffa tidak pernah menjamahnya.
Marsela sampai mengaca dan interogasi siri, mencari kekurangannya di depan cermin mencari kekurangannya di sikap dan sifatnya, tapi ia tak pernah mendapatkan jawabannya.
Jika Raffa membencinya, ia akan menunjukkannya, jika ia salah, Raffa akan mengatakannya, itulah sifat Raffa.
Namun mereka baik-baik saja, yang tidak baik adalah nafkah batinnya yang tak pernah Raffa penuhi.
Marsela terlahir memiliki wajah yang sangat cantik dengan tinggi yang proposional di tambah ia memiliki tubuh yang menonjol pada bagian-bagian yang diperlukan, Marsela sepeti foto model, begitu tanggapan teman-temannya, namun mengapa suaminya seakan tak melihat itu semua?
apa pekerjaannya begitu penting?
Pernah suatu ketika Marsela memprotes suaminya yang bekerja hingga kelelahan
namun jawaban Raffa membuat hati Marsela menghangat dan membuatnya bahagia
"Aku kerja buat kamu dan calon anak kita sayang, aku hanya ingin anak kita hidup berkecukupan dan mendapatkan pendidikan yang baik.
Biasa hidup tidak sedikit, jadi selagi aku muda, aku ingin menghasilkan uang yang banyak demi masa depan kita bersama" begitulah tanggapan Raffa saat aku ribut karena merasa di nomor duakan olehnya masalah pekerjaan.
Hingga akhirnya Marsela berada pada titik dimana ia menduga suaminya memiliki wanita lain, atau mungkin istri lain.
Pasalnya Marsela sudah mencoba berbagai cara agar suaminya tertarik padanya, sebagai seorang istri, ia juga butuh nafkah batin bukan hanya nafkah lahiriah yang Raffa berikan.
Marsela sudah berpakaian sexy bahkan ia juga sampai frustasi dan memberikan obat agar suami bergairah, namun malah berujung pertengkaran dan Raffa pergi dari rumah.
Raffa mengungkapkan kekecewaannya pada Marsela yang di nilainya tak dewasa dan Raffa baru ke keesokan harinya ia kembali dengan badan penuh bekas kissMark, Marsela sakit hati dan hancur.
Marsela menatap suaminya yang baru pulang jam tiga dinihari, Raffa kembali ke rumah dalam keadaan setengah mabuk, ia melepas sepatu dan jaketnya lalu tidur di sofa ruang tamu.
Dengan hati sedih Marsela memunguti pakaian dan sepatu Raffa, hidungnya mencium aroma parfum samar dari jas yang di pakai Raffa, wanginya familier
tapi Marsela tak ingat dimana ia pernah mencium wangi tersebut,
Saat membantu mengelap wajah Raffa, Marsela dada Marsela terasa sakit melihat kissMark di dada dan leher Raffa, istri mana yang tak sakit hati melihat suaminya pulang dini hari dalam keadaaan.....
Marsela masuk ke dalam kamarnya dan menangis, hatinya hancur berkeping-keping.
Ia marah, kecewa, benci dan cemburu menjadi satu.
Dadanya terasa sesak.
ia terus menangis hingga akhirnya tertidur karena kelelahan.
Rumah tangga yang selama ini ia impikan ternyata tak sesuai harapan.
Keesokan paginya Raffa terbangun, ia berjalan menuju kamar dan melihat istrinya yang meringkuk dengan wajah sembab.
Raffa mendekati Marsela dan membelai wajah cantik Marsela.
Ia sungguh tak mau menyakiti Marsela, namun.....
Raffa bergegas mandi dan berganti pakaian, ia sudah rapih siap ke kantor, dilihatnya Marsela masih tertidur pulas, sesekali ia terdengar sesenggukan.
Raffa merasa hatinya sakit karena sudah menyakiti wanita sebaik Marsela, namun ia tak bisa berbuat apa-apa.
Raffa mengecup kening Marsela lalu keluar dari kamar, ia juga meminta asisten rumah tangga mereka untuk membuatkan sup dan mengantarnya ke kamar saat Marsela sudah bangun.
Saat pintu tertutup, mata Marsela terbuka, sebulir air mata keluar dari sudut matanya.
Ia sudah terbangun sejak tadi saat Raffa mandi, namun ia enggan bangun dan memilih memejamkan matanya kembali.
Marsela juga mendengar perkataan Raffa, namun ia terlalu lelah untuk menjawab.
"Maaf???? hanya kata maaf?????
Dia pikir luka hatinya akan sembuh hanya dengan maaf???? Apa hanya dia di rumah ini yang tak punya hak marah????
Marsela meremas rambutnya, ia berteriak dan membanting benda yang ada di sampingnya sambil menangis
Cukup sudah ia bersabar.
Ini bukan pertama kalinya Raffa pergi dengan marah dan kembali dengan tubuh penuh kissmark.
ini bukan pertama kalinya Raffa membuatnya menangis,membuatnya tak berharga sebagai seorang istri, sebagai seorang wanita.
Marsela merasa sabarnya sudah cukup.
Ia tak mampu lagi bertahan lebih lama lagi.
jika terus bertahan, ia bisa gila karena menduga-duga.
Marsela hanya istri pajangan yang tak pernah dianggap istri sesungguhnya.
"Bi, dimana Marsela????" suara lembut keibuan terdengar dari balik pintu kamar Marsela
Suara ibu mertuanya, Marsela sangat yakin wanita tua itu datang untuk menginterogasinya lagi, mengapa ia belum juga hamil, apa dia tak becus menjadi istri???? Apa dia mandul???? bla bla bla
Marsela sudah hapal diluar kepala apa yang akan mertuanya ucapkan.
Marsela lelah ...
Ibu mertuanya selalu menyudutkan nya tanpa mau mendengar alasannya, ia selalu di salahkan.
Marsela benci itu, ia segera mengunci kamarnya karena tak ingin bertemu dengan mama mertuanya itu.
memikirkan rumah tangganya saja ia sudah lelah, ia tak punya tenaga mendengar ocehan wanita tua itu.
"Anu nyonya, mba Sela masih di kamarnya, sepertinya kurang enak badan" ucap asisten rumah tangga yang bekerja di rumah Marsela
"Biar saya lihat" ucap Tya melangkah mendekati kamar utama, namun Asisten rumah tangga Marsela menghalangi.
"Anu nyonya, mas Raffa minta jangan di ganggu mba sela istirahat, maaf nyonya bukan saya gak sopan"
"Ini rumah anak saya, kamu berani mengatur saya????"teriak mertua Marsela murka.
ia memang tak suka di dikte oleh siapapun, bahkan oleh Raffa. itu terlihat dari bagaimana Raffa selalu tunduk pada perkataan mamanya sekalipun salah, tanpa membantah sepatah katapun.
Kini marsela baru menyadari dan ia menyesal.
"Marsela, selaaaaa, bangun sudah siang.
istri macam apa kamu bangun siang.
pasti kamu ga urus Raffa kan??? Bagaimana kamu bisa jadi istri yang baik dan buat Raffa betah di rumah jika kelakuan kamu saja seperti ini" teriak Tya mertua Marsela dari luar kamar nya
Marsela menutupi kepalanya dengan bantal, namun suara Tya terus terdengar diiringi suara gedoran pintu kamarnya, pintu itu seakan bisa jebol kapanpun karena kelakuan mertua tak tahu adat itu.
Marsela mengusap wajahnya kasar, ia sangat kesal dan berjalan cepat menuju pintu kamarnya, saat di buka tubuh kurus Tya langsung nyelonong masuk dan jatuh terduduk.
ia meringis kesakitan sambil mengelus pinggang dan bokongnya
"Kamu ya sama ornagtua gak ada sopan nya, mau buat saya mati ya????" teriak Tya melotot
"Loh kok Sela yang gak sopan, bukannya mama yang gak sopan gedor pintu kamar orang kaya rentenir nagih utang???" jawab Marsela mencibir
"Kamu ya ....
bener-bener sial aku punya mantu sepertimu, sudah gabuk gak bisa punya keturunan, males lagi
dasar anak gak pernah diajarin sopan santun sama ornagtua nya" maki Tya membuat air mata Marsela menetes
Gabuk?, sial???, males?????
Marsela naik pitam.
Ia selalu di katakan gabuk, mandul, Marsela masih terima, tapi kali ini Tya membawa nama orangtuanya, Marsela tak terima!!!
"Ma, mama bisa mengatai apa saja sesuka mama tapi jangan pernah mama menghina kedua ornagtuaku"
"Memang nyatanya kedua ornagtua kamu gagal mendidik mu, yang terpenting kamu mandul" ucap tua sengit
"Tarik kata-kata mama, seharusnya mama tanya sama mas Raffa, siapa selama ini yang bermasalah!!!!
mama sudah tanya belum sama anak kesayangan mama apa senjatanya masih berfungsi dan bisa bangun tidak???
Apa dia menafkahi aku lahir tidak.
apa dia membuang ****** nya di tempat yang benar????
tanya itu sebelum mulut mama terbuka dan mencaci maki aku seenak jidat mama.
Ini rumah ku dengan Raffa, pintu keluar masih sama di depan, silahkan, Aku tak akan mengantar mama" ucap Marsela menuju ruang kerja dan membanting pintunya kencang.
kemarahannya sudah di ubun-ubun.
menghormati???
persetan dengan itu, mertuanya itu tak bisa menghormati dirinya sendiri dengan merendahkan dirinya sendiri.
Marsela menangis sesenggukan, ia tak tahan lagi hidup dengan Raffa dan mamanya yang menyebalkan!!!!
Marsela tak perduli lagi sekalipun papanya dan papa Raffa adalah sahabat.
Ia ingin cerai.
Lebih baik sendiri tanpa suami, dari pada hanya status saja.
Terdengar pekikan asisten rumah tangga Marsela, mungkin ornagtua itu pingsan karena shock atau juga pinggangnya patah, Marsela tak perduli.
ia memilih tidur di kasur yang terdapat di ruang kerja suaminya, lelah hati dan pikiran membuatnya terlelap dengan cepat.
Beberapa waktu kemudian
Entah sudah berapa lama ia tertidur, saat terbangun ia melihat lampu gelap gulita, sepertinya hari sudah malam dan Marsela tidur seperti orang mati.
Suasana rumah juga sepi, menandakan jika Raffa belum kembali.
Atau mungkin ia berada di rumah orangtuanya, Marsela tak perduli.
Marsela bangkit dan menyalahkan lampu ruangan tersebut.
ia berjongkok mengambil bantal yang terjatuh,dan melihat sesuatu di bawah tempat tidur lalu mengambilnya.
Apa ini????" gumam Marsela memperhatikan sebuah benda ditangannya.
Ia membaca tulisan dalam kemasannya, alisnya berkerut namun tak mengerti fungsi dari benda di tangannya tersebut.
Ia mengambil ponselnya
Marsela bangkit dan menyalahkan lampu ruangan tersebut.
ia berjongkok mengambil bantal yang terjatuh,dan melihat sesuatu di bawah tempat tidur lalu mengambilnya.
Apa ini????" gumam Marsela memperhatikan sebuah benda ditangannya.
Ia membaca tulisan dalam kemasannya, alisnya berkerut namun tak mengerti fungsi dari benda di tangannya tersebut.
Ia mengambil ponselnya dan mulai berselancar di dunia Maya, mencari fungsi dari benda yang dipegangnya.
"Pelumas berhubungan??? apa ini?????" gumam Marsela menatap jijik benda yang ia pegang.
"Untuk apa mas Raffa memiliki ini???? kamu tak pernah melakukannya, apa ada wanita yang masuk ke ruangan ini??" gumam Marsela lalu meletakkan kembali benda tersebut yang ternyata adalah lubricant gel.
Marsela memang jarang ke ruang kerja suaminya, ia hanya ke sana untuk mengantarkan minuman ataupun Snack saat suaminya dan Doni datang bekerja.
Marsela berkeliling, ia mencari sesuatu yang menurutnya mencurigakan atau setidaknya menjadi alasan mengapa suaminya tak mau menyentuhnya.
diatas meja kerja foto Raffa dengan Dion yng terlihat sangat akrab. Marsela meletakkan kembali foto tersebut lalu mulai menggeledah meja kerja Raffa, laci serta lemari.
di rumah ini hanya ruang kerja Raffa yang tak ada kamera CCTV dengan alasan privasi perusahaan, Marsela lalu menyerah karena tak menemukan apapun.
tapi ad satu yang membuatnya tertarik.
sebuah botol parfum.
"Hmm botol parfum siapa ini???" gumam Marsela memeriksa dan mencium aroma parfum dan matanya melotot. ini wangi yang sama!!.
Marsela keluar dari ruang belajar, suasana masih sepi, sepertinya asisten rumah tangganya pergi.
Marsela baru saja melangkah menaiki tangga saat asisten rumah tangganya menyapa
"Mba Sela, mas Raffa gak pulang sepertinya, tadi saya ketemu di rumah nyonya.
tadi nyonya Tya kesakitan dan saya antar pulang"
"Apa cideranya parah??? salah sendiri gedor kamar orang kaya maling" ucap Sela cuek
"Sebenarnya sih gak, tapi..."
"Saya mengerti, hiperbola nenek satu itu" ucap Marsela langsung mengerti
"Mba Sela mau di buatkan sesuatu??? saya tadi gak sempat masak karena nyonya Tya dan baru kembali. maaf" ucap asisten rumah tangga bernama Atun tersebut.
"Gak apa bik Atun, saya akan buat mie rebus saja nanti.
bibi istirahat saja ya, pasti melelahkan berurusan dengan mertua saya"
"Mba Sela yang sabar ya" ucap bi Atun prihatin
Marsela hanya mengangguk dan tersenyum.
"Saya permisi mba, kalau perlu saya mba panggil saja"
"Terim kasih BI" ucap Marsela.
setidaknya masih ada yang perduli padanya di rumah ini, ya walau seorang pembantu, ia tetap manusia yang memanusiakan manusia.
tidak seperti mertua dan suaminya.
Tiba-tiba marsela berhenti dan menoleh
"Bi Atun, apa ada perempuan yang masuk ke rumah kita??? maksud saya apa mas Raffa pernah membawa wanita atau tema kerjanya yang wanita ke rumah??" tanya marsela
"Enggak pernah mba, cuma mas Dion itu aja yang sering di bawa, tapi sepertinya sudah sebulan gak kesini" ucap bi Atun.
"Baik bi, terima kasih"ucap Marsela mengerutkan alisnya
terakhir ia ketemu Dion saat hujan, Dion mampir karena kehujanan dan ia di minta oleh Raffa menginap karena tak mungkin pulang dalam keadaan hujan deras, akan sangat berbahaya saat mengendarai kendaraan.
"Jadi sudah sebulan ya dia gak datang, aku sampai tak ingat" gumam Marsela dalam hati
Bi Atun hanya mengangguk dan bingung dengan pertanyaan Marsela, ia kembali melangkahkan kakinya menuju kamar pembantu yang letaknya di sebelah dapur.
"Orang kaya kadang aneh, tapi mba Sela kasian bener punya mertua kaya singa gila gitu.
Semoga dia cepat punya anak dan mertuanya yang galak itu bungkam" gumam Atun dalam hati.
Sementara di kamar utama
Marsela sudah selesai mandi, ia masih memikirkan benda yang ia temukan di bawah tempat tidur di ruang kerja suaminya.
rasa penasarannya kalah oleh rasa laparnya.
ia segera menuruni tangga, memasak mie rebus dan segelas teh hangat.
Sambil menunggu mie matang Marsela memikirkan sesuatu yang tak pernah ia pikirkan.
Ia berencana memasang CCTV tersembunyi untuk tahu kegiatan suaminya di ruang kerja.
Akhirnya Marsela membeli CCTV online setelah berdiskusi dengan penjual.
Ia mengirimkan paketnya ke kantor agar lebih aman.
Setelah kenyang Marsela kembali ke kamar, ia meneruskan tidurnya karena besok ia harus bekerja.
Ya Marsela bekerja sebagai sekertaris di sebuah perusahaan benefit berskala internasional.
bos nya adalah seorang pria bule yang galak dan dingin.
namun Marsela senang setidaknya ia aman sebagai sekertaris. Tidak seperti para bos lainya yang menjadikan sekertaris mereka partner ranjang juga.
Raffa pernah memprotes pekerjaan Marsela. Sebagai seorang wanita yang cerdas dan memiliki latar belakang dan pendidikan bagus, sebenarnya Marsela bisa saja bekerja di perusahaan miliknya atau milik papanya, namun Marsela tak mau.
Ia ingin memulai karirnya sendiri dan belajar pengalaman.
dengan menjadi sekertaris ia bisa belajar menjadi pemimpin dan mempelajari cara berfikir mereka.
pola pikir yang aneh untuk semua orang bahkan untuk kedua orang tua Marsela, putrinya itu sangat aneh, tapi mereka tak bisa melakukan apapun untuk merubah keputusan Marsela yang keras kepala.
Marsela sedang menikmati sarapan paginya sebelum berangkat kantor, ia ingin sampai pagi untuk mengejar pekerjaannya yang terbengkalai karena kemarin tak masuk kerja dengan alasan sakit.
Tiba-tiba Raffa pulang dengan wajah kuyu, sepertinya nenek tua itu merengek pada anak kesayangannya, terlihat Raffa menatapnya tanpa berkata apa-apa lalu berjalan menuju kamar.
Marsela hanya menghela nafas.
kini mereka makin terlihat seperti dua orang asing yang terpaksa tinggal satu atap.
Sebagai seorang suami harusnya Raffa memberi kabar padanya jika tidak pulang, atau setidaknya mengirim pesan, tapi itu tidak pernah ia lakukan.
mungkin baginya Marsela hanya bayangan penunggu rumah yang tampak saja.
Marsela menghapus air matanya ia segera bangkit dan segera pergi kerja, Marsela hanya mengirim pesan singkat pada suaminya yang entah di baca atau tidak, yang penting ia tidak melupakan kewajibannya izin saat keluar rumah.
Empat puluh menit kemudian ia sudah sampai kantor, ia segera menyelesaikan pekerjaannya yang terbengkalai, lalu menyiapkan kopi sebelum bos nya yang terkenal galak, pelit dan suka marah itu datang.
bos Marsela bernama Jonathan Craig seorang pria blasteran Jawa Rusia,
kaku dan disiplin seperti militer.
Marsela juga meletakkan sepotong sandwich smoke beef yang tadi ia buat saat sarapan di samping kopi, karena ia tahu bos nya itu sering melewatkan sarapan paginya.
Marsela tak mau Jonathan sakit, bukan karena ia perhatian, tapi lebih karena tak mau jadi budak Jonathan selama ia sakit.
cukup sekali Marsela di kerjai habis-habisan oleh pria menyebalkan itu hingga ia ingin menangis.
Bagaimana tidak, pria itu memintanya membelikan obat tengah malam, padahal ia bisa aja meminta asisten pribadi atau siapakah untuk datang.
dan yang lebih mengesalkan nya lagi, ia terpaksa harus masakan bubur untuk Jonathan karena ia menolak makanan asisten rumah tangganya yang tak enak menurutnya.
Tapi Marsela yakin itu semua hanya untuk mengerjai nya saja.
Beruntung Raffa yang dinas luar kota memberinya izin, Raffa tak keberatan sama sekali istrinya menjaga bos nya, terdengar gila memang, tapi itulah Raffa suaminya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!