“Tenggat waktu yang Bos Hendra berikan sudah akan habis. Jadi, kapan Kamu akan membayar semua utangmu itu, Bayu?” tanya Adit.
“Bentar lagi, Bang Adit. Aku masih belum gajian bulan ini. Aku juga perlu mengganti barang milik toko yang hilang. Jadi, aku meminta kelonggaran agar bisa membayarnya sedikit lebih lambat dari biasanya,” jelas Bayu.
“Kelonggaran? Setiap bulan Kamu selalu saja mengatakan hal itu. Nggak punya uanglah, ganti uang toko yang hilanglah. Semua itu hanya omong kosong. Kami nggak akan pernah ngasih Kamu kelonggaran. Uang itu perlu Kami putar untuk membiayai bisnis.”
“Jadi Kamu perlu mengingat bahwa sehari saja Kamu terlambat membayar, maka utangmu itu akan berlipat ganda. Sekarang ini utangmu sudah mencapai dua ratus juta. Dengan gajimu yang nggak seberapa itu, mau sampai kapan Kamu mau membayar utang?”
“Aku tahu, Bang. Aku akan mengusahakannya. Aku janji.”
Setelah Bayu membujuk Adit dan beberapa rekannya bahwa ia akan segera membayar, akhirnya rombongan pereman itu pergi. Kedatangan mereka ke tempat kerja Bayu membuat laki-laki itu malu dengan rekan kerjanya yang lain.
Sebenarnya, ini bukanlah kali pertama Bayu didatangi rentenir ke tempat kerjanya. Hampir setiap hari setiap seminggu sebelum jatuh tempo bulanan tiba, anak buah Herman akan mendatangi Bayu. Jika kalian bertanya, kenapa Bayu, yang bisa dibilang masih sangat muda, bisa sampai memiliki utang sebanyak itu, jawabannya hanya satu, karena Bayu ingin menjadi anak yang berbakti.
Bayu merupakan anak yatim sejak berusia lima tahun. Mulai saat itu, ibu Bayu banting tulang demi membiayai hidup mereka. Mungkin ketika itu ibu Bayu bekerja terlalu keras. Pada akhirnya, banyak penyakit yang menyerang ibu Bayu.
Biaya rumah sakit yang perlu Bayu keluarkan untuk membiayai pengobatan cukuplah besar. Ia sampai menjual semua harta benda yang mereka miliki, termasuk rumah yang selama ini mereka tempati. Pada akhirnya, karena biaya untuk pengobatan ibunya kurang, Bayu terpaksa meminjam uang dari rentenir.
“Mereka kembali menagihmu lagi, Bay?” tanya Putra, rekan kerja Bayu yang sama-sama menjadi kasir pada sebuah gerai minimarket.
“Ya, Bang. Mereka kembali menagihku. Padahal, jatuh temponya masih beberapa hari lagi loh.”
“Ini sudah ke berapa dalam minggu ini? Dua atau tiga kali?”
“Lebih dari itu, Bang. Enam kali mereka mendatangiku untuk menagih utang dalam minggu ini. Tiga kali di tempat kera, tiga kali di kosan. Tiap deket jatuh tempo bulanan, mereka selalu menagihku seperti ini. Bulan kemarin saja kalau aku tidak salah ingat, mereka mendatangiku dua puluh kali dalam seminggu. Bayangkan betapa menjengkelkannya itu Bang.”
“Mana bunga mereka tinggi banget pula. utangku yang dulu cuma lima belas juta, sekarang berubah menjadi ratusan juta. Jika kayak gini, gimana aku bisa ngelunasin utang? Mau jual ginjal?”
Putra tidak bisa memberikan komentar apa pun untuk permasalahan ini. Ia tahu bahwa Bayu berutang kepada para rentenir karena memang dia terpaksa melakukan hal itu. Jika saja pada waktu itu Putra memiliki tabungan lebih, maka ia rela meminjamkan uangnya kepada Bayu. Sayangnya, saat itu Putra juga memerlukan uang yang cukup banyak untuk membiayai persalinan istrinya.
“Kamu hanya perlu bersabar. Bukankah ada pepatah mengatakan bahwa Tuhan tidak akan memberi cobaan kepada hambanya melebihi apa yang hambanya bisa terima bukan? Berharap saja ada keajaiban yang terjadi yang membantumu melunasi semua utangmu itu,” ucap Putra mendoakan.
“Ya, aku hanya bisa berharap begitu, Bang.”
Ketika Bayu tengah asik mengobrol dengan Putra, tiba-tiba saja terdengar keributan dari luar mini market. Dari kaca mini market, Bayu bisa melihat sebuah truk besar melaju cukup kencang ke arah mini market. Parahnya, truk tersebut melaju ke arah kasir tempat Bayu dan Putra berada.
Semua itu berlangsung begitu cepat. Bayu tidak sempat melangkahkan kakinya untuk menyelamatkan diri. Truk tersebut langsung menghantam Bayu beserta Putra, membuat mereka terhimpit di antara bagian depan truk dan tembok yang mulai runtuh.
“Mungkinkah ini akhir dari hidupku? Jika ini benar, itu lebih baik. Aku akan mati dan tidak perlu lagi memikirkan semua masalah ini. Aku bisa menyusul Ibu dan berkumpul lagi dengannya,” gumam Bayu pelan sebelum ia kehilangan kesadaran.
….
Sakit. Bayu merasa tubuhnya begitu kesakitan. Bukankah orang mati tidak lagi mengalami kesakitan pada tubuhnya? Apakah mungkin Bayu masuk neraka sekarang? Inikah yang namanya siksaan neraka? Lalu, kenapa pula Bayu harus masuk neraka? Bukankah dia anak yang berbakti?
Mungkinkah dia masuk ke neraka karena selama hidupnya dia hanya bisa menyusahkan ibunya, tanpa pernah membuatnya bahagia? Ya mungkin karena itu. Bakti Bayu kepada ibunya masih jauh dari kata cukup.
“Mas, Mas. Mas bisa mendengarku?”
Suara seorang perempuan sayup-sayup terdengar di telinga Bayu. Laki-laki itu juga merasa tubuhnya ada yang menggoyangkan. Apakah dirinya tidak mati? Tapi bagaimana mungkin? Bayu ingat dengan jelas bahwa dirinya terhimpit di antara truk dan tembok. Dengan kondisi seperti itu, bagaimana Bayu bisa selamat?
Untuk memastikan semua itu, Bayu mencoba membuka matanya. Meski berat, ia berusaha melakukannya. Pandangan Bayu masih terasa kabur, tetapi ia mulai bisa melihat keadaan di sekitarnya.
Tubuh Bayu saat ini berada di atas ranjang. Ruangan sekelilingnya berwarna putih dengan beberapa aksen biru di beberapa tempat. Di samping Bayu, seorang perempuan berpakaian serba hijau berdiri sembari tetap menggoyangkan tubuh Bayu.
“Mas, bisa mendengar suaraku?” tanya suster tersebut.
Bukannya menjawab, Bayu justru berbalik bertanya kepada suster tersebut. “Siapa yang nanti akan membayar biaya rumah sakit?” tanya Bayu.
Dirinya sekarang sudah sangat miskin. Tidak ada uang sepeser pun di dompetnya. Di rekening lebih parah lagi, hanya ada uang lima puluh ribu, yang tentu saja tidak bisa Bayu tarik. Keadaan keuangannya yang sekarang jelas tidak memungkinkan bagi Bayu membayar semua biaya ini, yang jelas tidak sedikit.
“Asuransi yang akan membayarnya, Mas. Kalau Mas bisa menjawab seperti ini, berarti tidak ada efek samping yang buruk setelah melakukan operasi. Sebentar lagi Mas akan dipindahkan ke ruang rawat inap,” jelas suster tersebut sebelum membuat catatan mengenai keadaan Bayu saat ini.
Tidak lama setelah kepergian suster tersebut, Bayu kembali tidak sadarkan diri. Ia sedikit lega mendengar bahwa asuransi yang akan membayar semua ini. Mungkin karena Bayu mengalami kecelakaan di tempat kerjanya sehingga asuransi masih bisa membantunya membayar semua ini.
Meski ia tidak lagi memikirkan biaya rumah sakit, tetapi Bayu tidak bisa merasa selega itu. Ia masih hidup, ini berarti ia masih harus membayar semua utang-utang miliknya.
“Eh, kenapa terang sekali? Bukankah aku sekarang ini sedang tidak sadarkan diri? Apakah aku sedang berhalusinasi?” gumam Bayu.
Saat ini Bayu berada di sebuah tempat yang cukup terang. Sejauh mata memandang, hanya ada rerumputan tanpa ada apa pun yang menghalangi. Cukup aneh ketika ia tidak sadarkan diri dan berada di tempat seperti ini.
Bayu merasa ketika berada di sini ia benar-benar sadar dan bisa berpikir secara jernih. Lalu, keadaan tempat ini juga cukup stabil. Jika ini alam mimpi, maka pemandangan ini tidak akan stabil. Akan ada perpindahan pemandangan yang cukup cepat dan random, seperti mimpi-mimpi yang masih Bayu ingat.
Tiba-tiba saja Bayu mendengar sebuah suara mekanikal khas suara robot. Namun, munculnya suara itu tidaklah mengagetkan Bayu. Isi dari ucapan suara itulah yang membuat Bayu menjadi kaget.
[Ding]
[Selamat Tuan Bayu Andrian Santoso sebagai pemilik Sistem yang baru.]
[Mari bekerja sama untuk menjalankan semua misi yang ada.]
“Sistem? Aku memiliki sebuah sistem? Apakah ini sebuah Sistem seperti halnya Sistem yang diterima oleh karakter utama dalam sebuah novel online? Jika benar ini sungguh keren. Aku bisa merubah hidupku setelah ini,” ucap Bayu dengan penuh semangat.
Jika dipikirkan lebih jauh, jalan hidup Bayu memang terlihat seperti berada di dalam novel. Kehidupannya sungguh dramatis penuh dengan cobaan yang berat. Lalu sekarang, ia mendapatkan angin segar untuk mengubah hidupnya dengan kehadiran Sistem ini.
[Ya, Tuan Bayu. Sekarang Anda menjadi pemilik sebuah Sistem.]
[Mohon tunggu sebentar lagi. Saat ini Sistem tengah melakukan pemindaian menyeluruh kepada Tuan Bayu untuk menentukan Sistem terbaik bagi Tuan Bayu saat ini.]
“Sistem apa yang akan aku terima? Sistem kekayaan? Sistem kekuatan super? Ataukah Sistem lainnya? Apa pun itu, aku harap itu bisa membantuku untuk melunasi semua utang yang aku miliki,” ucap Bayu penuh dengan semangat.
Sayangnya, tidak ada jawaban yang Bayu terima. Tempat itu kembali hening, seakan tidak ada kehidupan lain.
“Sistem? Apakah Kamu benaran ada? Jawab aku? Buatlah sebuah suara!” pinta Bayu. Lagi-lagi tempat itu masih hening. Tidak ada jawaban yang Bayu terima.
“Mungkinkah semua ini hanya halusinasiku aja? Sial. Hidupku sangat susah sampai aku berhalusinasi mendapatkan sebuah Sistem. Bayu, sadarlah! Di dunia modern seperti ini, jangan mengharapkan muncul sesuatu seperti di dunia fantasi. Ini adalah dunia nyata, bukan sebuah novel,” ucap Bayu, meratapi nasibnya sendiri.
Laki-laki itu masih ingat bahwa suster yang tadi membangunkannya mengatakan ia baru saja menyelesaikan operasi. Bayu langsung menyalahkan semua halusinasi yang ia alami, akibat efek samping dari obat bius yang ia terima selama operasi.
“Setelah ini hidupku tidak akan pernah berubah. Aku hanya akan menjadi seseorang yang gajinya habis untuk membayar utang dan hanya bisa memakan nasi dengan kecap sebagai lauknya.”
Bayu merasa dirinya terjebak di tempat ini sangat lama. Entah berapa lama waktu yang sudah ia habiskan di sini, Bayu tidak bisa mengetahuinya. Berkali-kali Bayu mencoba bangun dan tersadar dari semua hal, yang ia anggap sebagai halusinasi ini.
Bayu juga sudah berusaha berteriak, masih berpikir positif bahwa semua ini bukan halusinasinya. Ia berharap suara Sistem yang sebelumnya ia dengar, kembali terdengar. Namun, suara itu tidak juga muncul.
[Ding]
[Pemindaian telah selesai. Sistem telah menentukan apa yang terbaik untuk membantu kehidupan Tuan Bayu.]
[Maaf telah membuatmu menunggu terlalu lama Tuan Bayu.]
“Sistem, Kamukah itu?” tanya Bayu ingin meyakinkan dirinya bahwa semua ini adalah hal nyata. Ia tidak mau suara itu kembali menghilang begitu saja.
[Ya, Tuan Bayu. Maaf membuatmu menunggu terlalu lama. Sistem perlu melakukan pemindaian penyeluruh untuk menentukan apa yang terbaik bagi Tuan Bayu yang sekarang.]
“Apakah benar aku memiliki Sistem? Jadi, apa Sistem yang akan aku miliki?”
[Ya, Tuan Bayu. Anda benar-benar menjadi pemilik Sistem sekarang. Anda tidak sedang berhalusinasi. Semua ini adalah kenyataan.]
[Sekarang ini, Tuan Bayu menjadi pemilik resmi dari Sistem Kekayaan Kreditor.]
“Sistem Kekayaan Kreditor? Sistem seperti apa itu? Apakah aku bisa menjadi kaya hanya dengan memberi hutang kepada orang lain?” tanya Bayu tidak yakin.
Apakah Sistem memintanya menjadi seorang rentenir seperti Hendra? Jika seperti itu, tentu saja Bayu tidak mau melakukannya. Menurut Bayu, pekerjaan yang paling ia benci di dunia ini adalah seorang rentenir. Mereka mendapatkan uang yang cukup banyak dengan membuat orang lain menderita.
[Tepat sekali, Tuan Bayu. Anda bisa menjadi kaya dengan menjadi seorang kreditor atau pemberi hutang. Semakin banyak orang yang meminjam uang kepada Anda, maka Anda akan menjadi semakin kaya.]
“Itu berarti aku harus menjadi seorang rentenir untuk menjadi kaya?”
[Tentu saja tidak, Tuan Bayu. Anda tidak akan menjadi rentenir untuk menjadi kaya. Kekaayan yang akan Anda dapat bukan dengan cara mendapatkannya dari bunga pinjaman yang tinggi.]
“Lalu, dari mana aku mendapatkan cukup banyak uang untuk menjadi kaya dengan meminjamkan uang kepada orang lain, jika bukan dengan mengambil bunga yang tinggi?”
[Tentu saja dari Sistem. Sistem akan memberikan cashback kepada Tuan Bayu setiap keterlambatan pembayaran dari hutang para pelanggan. Nominal cashback akan ditentukan dari besarnya level yang Tuan Bayu miliki.]
“Cashback dari keterlambatan membayar hutang? Jadi, untuk menjadi kaya aku harus berharap bahwa orang yang berhutang padaku, terlambat membayar hutang?” tanya Bayu.
[Ya, Tuan Bayu.]
Sebuah senyuman langsung muncul di wajah Bayu. Ini terlalu mudah menurutnya. Menurut Bayu, delapan puluh persen orang selalu menunda untuk membayar hutang. Mereka lebih memilih mengedepankan kebutuhan yang lainnya.
Tentu saja itu tidak termasuk hutang yang memiliki jaminan. Namun, ketika Bayu nanti meminjamkan uang, sudah pasti tidak akan ada jaminan. Ada kemungkinan bahwa orang yang berhutang padanya berlagak lupa ingatan dan menganggap dia tidak berhutang sepeser pun kepada Bayu.
[Tuan Bayu tetap harus menagih hutang kepada para pelanggan. Anda tidak bisa hanya menunggu mereka semua membayar hutang, Tuan.]
“Seperti itu rupanya. Lalu, berapa nominal casback yang akan aku terima nantinya Sistem?”
[Anda bisa melihatnya di Panel Sistem Tuan.]
“Kalau begitu, perlihatkan panel itu padaku,” pinta Bayu.
[Nama : Bayu Andrian Santoso]
[Umur : 23 tahun]
[Level Sistem : 0 (0/100)]
[Nominal Cashback : 2 persen]
[Nominal Modal : Rp 10.000.000,-]
“Hanya dua persen? Lalu aku aku diberi modal awal untuk meminjamkan uang kepada orang lain sebesar sepuluh juta? Berarti, jika uang ini habis, maka aku hanya akan mendapatkan uang dua ratus ribu saja?”
[Iya, Tuan Bayu. Setiap Tuan Bayu berhasil meminjamkan satu juta rupiah, maka Tuan Bayu akan mendapatkan satu poin. Ini berlaku kelipatan. Jadi, dari uang sepuluh juta tersebut, Tuan Bayu bisa mendapatkan sepuluh poin untuk membantu meningkatkan level Sistem.]
“Jadi seperti itu rupanya. Apakah nggak ada cara lain untuk mendapatkan poin lebih cepat? Aku ingin menaikkan levelku lebih cepat lagi.”
[Tentu saja bisa, Tuan Bayu. Jika Tuan Bayu menjalankan misi, maka Tuan bisa mendapatkan poin yang lebih besar untuk meningkatkan level Sistem. Apakah Tuan Bayu sudah siap untuk menerima misi pertama Tuan?]
“Tentu saja. Berikan padaku misi itu. Aku masih punya hutang yang harus segera aku lunasi. Hanya dengan memakai uang cashback itu aku bisa membayar hutangku. Aku tebak Kamu pasti tidak akan memperbolehkanku memakai uang darimu selain uang cashback.”
[Baik, Tuan Bayu.]
[Ding]
[Misi telah diterima.]
[Ding]
[Tuan Bayu, Anda perlu meminjamkan uang Rp 10.000.000,- kepada lebih dari dua orang dalam waktu 7 hari.]
[Hadiah : 100 poin, uang sebesar Rp 1.000.000,- untuk keperluan Tuan Bayu.]
Hukuman : kehilangan Sistem dan ancaman nyawa Tuan Bayu diambil paksa oleh Sistem.]
“Hanya itu rupanya misinya. Itu terlihat sangat mudah. Eh, hukumannya, kenapa hukumannya berat seperti ini Sistem? Aku masih bisa mengerti jika aku gagal dan kehilangan Sistem, tapi kenapa nyawaku juga harus diambil?” tanya Bayu.
Bayu memang sangat berharap dirinya mati dan tidak lagi perlu memikirkan semua hutang miliknya. Namun, laki-laki itu tidak akan bisa menerima jika ada seseorang yang sengaja membunuhnya. Apalagi dibunuh oleh Sistem yang baru saja ia terima ini.
[Tentu saja itu sangat perlu, Tuan Bayu. Tuan sudah mengetahui mengenai keberadaan Sistem. Misi pertama ini sama halnya dengan percobaan untuk Tuan, apakah Tuan pantas dan sanggup menjadi pemilik Sistem.]
[Sebenarnya, Sistem bisa saja tidak mengambil nyawa Tuan Bayu. Sistem bisa menghapus semua ingatan yang Tuan miliki. Namun, semua itu akan membuat Anda menjadi gila, Tuan Bayu. Lalu, ada kemungkinan Anda akan mati setelah ingatan Anda dihapus. Jadi, daripada Anda melewati sesuatu yang tidak pasti, hukuman yang akan Anda terima, langsung pada hukuman terberat.]
“Seperti itu rupanya. Aku tidak bisa melakukan apa pun selain menjalankan misi ini?”
[Ya, Tuan.]
…
Dua hari sudah berlalu begitu saja. Selama dua hari ini Bayu tidak bisa melakukan apa pun, selain hanya berbaring di ranjang rawatnya. Kecelakaan yang Bayu alami membuat kedua kakinya mengalami patah tulang, jadi pergerakan Bayu terhambat sekarang.
Selama dua hari ini, Bayu hanya bisa termenung memikirkan apa yang akan ia lakukan setelah ini. Waktu terus berjalan dan Bayu sama sekali belum menemukan orang yang bisa ia pinjami uang. Sisa waktunya hanya tersisa lima hari lagi. Jika dalam lima hari ia tidak bisa menemukan setidaknya tiga orang untuk dipinjami uang, maka hidupnya akan tamat.
“Memikirkan ini semua justru membuatku semakin pusing. Keadaanku belumlah terlalu sehat dan kini aku harus memikirkan siapa yang akan aku pinjami uang untuk bisa bertahan hidup,” ucap Bayu kesal sembari mengusap kasar wajahnya. Seharusnya ia beristirahat untuk memulihkan diri. Namun, Bayu justru memaksakan diri untuk memikirkan mengenai misi yang Sistem berikan.
Ketika Bayu asyik melamun, pintu kamar tempatnya di rawat terbuka. Bayu tidak menghiraukan itu karena mengira yang datang adalah perawat, atau mungkin keluarga dari pasien yang berada satu kamar dengannya.
“Bang Bayu,”sapa sebuah suara milik seorang perempuan.
“Fina? Kamu kok bisa sampai di sini?” tanya Bayu cukup kaget dengan kehadiran perempuan tersebut.
Fina adalah salah satu tetangga kos Bayu. Kamar mereka berhadapan satu sama lainnya. Meski mereka tidak terlalu sering berinteraksi karena kesibukan masing-masing, tetapi hubungan mereka cukup baik.
“Ya tentu aja bisalah. Kok Bang Bayu nggak ngomong sih kalo kecelakaan dan dirawat di rumah sakit? Kalau aja Aku nggak liat mini market tempat Abang kerja lagi banyak polisi, aku nggak bakalan tahu kalau Kamu kecelakaan, Bang,” jelas Fina.
“Ponselku rusak saat kecelakaan. Aku tidak bisa mengubungi siapa pun sekarang. Terima kasih sudah datang menjengukku,” ucap Bayu tulus.
Keadaan perekonomiannya yang buruk membuat banyak teman Bayu menjauhinya. Mereka takut Bayu meminjam uang, jadi mereka perlahan menjauhi Bayu. Jadi, selama dua hari dirawat, tidak banyak yang menjenguk Bayu di rumah sakit.
“Sama-sama, Bang. Jadi gimana keadaanmu sekarang?”
“Seperti yang Kamu lihat, kedua kaki aku mengalami patah tulang, aku nggak bisa bergerak bebas untuk beberapa waktu.”
“Kamu pasti bosan berada di sini. Apakah Kamu mau pergi keluar? Aku bisa pinjam kursi roda untuk membawamu ke taman rumah sakit. Aku lihat bunga-bunga di sana bermekaran sekarang. Setidaknya melihat pemandangan seperti itu lebih baik dari pada di sini terus,” jelas Fani.
“Ke taman? Apa itu nggak akan ngerepotin Kamu?” tanya Bayu.
Bayu sendiri sebenarnya ingin keluar dari kamar inapnya untuk mencari suasana baru. Lebih tepatnya mencari target yang mungkin saja membutuhkan pinjaman uang. Namun, ia tidak ingin merepotkan orang lain untuk membawanya ke sana. Apalagi harus meminta perawat mengantar.
“Tentu saja tidak keberatan. Aku akan dengan senang hati mengantarmu ke taman, Bang. Aku akan mengambil kursi rodanya dulu, tunggu bentar,” jelas Fani.
Berada di taman rupanya sedikit membantu Bayu dalam menenangkan diri. Entah berapa lama ia tidak lagi pernah bisa bersantai seperti ini. Kesehariannya hanya bekerja untuk bisa membayar utang tanpa bisa bersantai sedikit pun.
“Taman ini indah bukan? Setidaknya ini sama sekali tidak terlihat seperti taman yang di rumah sakit pada umumnya,” ucap Fani.
“Ya, terlihat indah. Sepertinya aku perlu menyempatkan waktuku untuk bisa pergi ke taman yang seperti ini suatu saat nanti.”
“Kamu emang perlu ngelakuin hal itu, Bang. Uang bisa dicari kapan aja, tapi kesehatan perlu juga diperhatikan. Nggak hanya kesehatan fisik, mental juga perlu sehat. Bersantai sehari ke tempat seperti ini, tidak akan membuatmu rugi, ini justru banyak membantu.”
Bayu mengangguk pelan. Ketika ia sibuk berbicara dengan Fani, sayup-sayup Bayu mendengar sebuah diskusi antara pasangan suami istri. Bayu langsung menajamkan pendengarannya setelah menangkap beberapa kata yang mereka bicarakan.
“Aku nggak ada uang lagi, Mas. Bagaimana kita bisa bayar rumah sakit anak kita? Obat juga perlu ditebus.”
“Itu karena Kamu selalu boros dalam berbelanja. Tiap bulan selalu aja Kamu bilang nggak ada uang. Lalu ke mana semua uang yang Kamu dapat dari gajimu sebagai guru les piano itu? Pasti Kamu hambur-hamburkan semuanya bukan?” tanya sang suami dengan berapi-api.
“Mengahamburkannya? Siapa yang menghamburkannya? Aku nggak pernah seperti itu. Uangku aku pakai untuk memenuhi kebutuhan dapur, bayar listrik sama air, internet, jajan anak-anak juga dari uangku. Kamu nggak pernah sekali pun bantu aku buat bayar semua itu?”
“Oh jadi sekarang Kamu ngeluh? Gaji aku itu nggak seberapa, banyakan gaji Kamu. Semua uangku udah abis buat makan dan beli bensin. Kamu jadi istri pengertian dong. Masak Kamu nggak tahu sih kalo aku ini hanya punya gaji pas-pasan?”
“Gaji pas-pasan? Mana mungkin, Mas. Bulan lalu aku lihat slip gaji milikmu, Mas. Gajimu lebih besar daripada aku, dua kali lipat. Jadi bagaimana mungkin Kamu bilang gajimu kecil. Aku tidak masalah membiayai kebutuhan rumah tangga kita sendiri tanpa campur tanganmu.”
“Namun, Kamu sama sekali nggak mau ngeluarin uang sepeser pun untuk biaya rumah sakit anak kita? Dion itu anak kandungmu loh, Mas. Masak Kamu setega itu?”
“Itu bukan urusanku. Siapa suruh dia main ujan-ujanan dan sekarang sakit kayak gini. Nyusahin orang aja. Kamu urus sendiri aja semuanya. Lagian, Kamu bisa ngusahain sendiri dengan pinjam uang bukan? Udah, aku nggak mau tahu, urus saja semuanya sendiri. Aku harus kerja sekarang,” ucap sang suami yang kemudian pergi begitu saja.
Bayu yang menguping semua itu geram karena perkataan laki-laki tadi. Andai saja ia bisa berdiri dan berjalan normal, pasti sekarang Bayu akan berlari dan menghampiri laki-laki itu untuk memukulnya. Meski Bayu tidak mengetahui sepenuhnya mengenai permasalahan mereka, tetapi sebagai laki-laki dia tidak seharusnya begitu.
“Eh Bang, mau ke mana?” tanya Fina ketika melihat Bayu mengarahkan kursi rodanya pergi.
“Tunggu sebentar. Aku mau ke sana sebentar,” jawab Bayu.
“Biar aku aja yang nganter.”
Fani sedikit bingung dengan Bayu yang tiba saja ingin pergi. Apalagi tujuan Bayu adalah mendatangi seorang perempuan yang sekarang terlihat sedih. Meski bingung, Fani tetap mendorong kursi roda Bayu medekati perempuan itu.
“Maaf, Bu, aku tadi nggak sengaja denger pembicaraan Ibu dengan suami tadi. Apakah Ibu perlu bantuan pinjaman uang? Kalo emang butuh, aku bisa meminjamimu uang, Bu,” ucap Bayu.
Kedua perempuan yang ada di sana kaget mendengar perkataan Bayu. Fani kaget karena Bayu, yang selama ini ia ketahui memiliki utang besar, sekarang malah memilih meminjamkan uang kepada orang lain. Lalu, perempuan yang Bayu temui juga kaget ketika Bayu tiba-tiba datang menawarkan pinjaman.
“Eh, Mas nggak perlu.”
“Nggak masalah, Bu. Aku yakin Ibu sangat butuh uang itu sekarang bukan?”
“Meski aku butuh, kenapa Mas tiba-tiba aja nawarin aku pinjaman? Kita nggak saling kenal bukan sebelum ini? Kenapa Mas tiba-tiba menawari pinjaman?” tanya Arista.
Tentu saja Arista perlu mewaspadai orang yang tidak ia kenal dan memberikan bantuan. Di jaman sekarang banyak sekali pinjaman yang diberikan rentenir dengar bunga yang cukup tinggi. Utang satu juta rupiah, ketika melakukan pelunasan berubah menjadi satu juta lima ratus, atau bahkan lebih.
“Aku pernah berada di posisi Ibu. Butuh uang ketika salah satu anggota keluargaku sakit. Jadi, aku berniat membantu dengan meminjamkan uang. Mungkin dengan begitu, aku sedikit bisa meringankan bebanmu, Bu,” jelas Bayu.
“Berapa bunganya? Aku yakin bunga yang akan Kamu berikan padaku sangat tinggi. Aku tidak akan mau jika bunganya terlalu tinggi.”
Arista akan mempertimbangkan tawaran Bayu jika saja bunga yang dia tawarkan tidaklah terlalu banyak. Sekarang ia benar-benar butuh uang. Mencari pinjaman pun belum tentu akan langsung dapat. Obat-obatan yang dibutuhkan anaknya, perlu ditebus secepatnya.
“Tidak ada bunga sepeser pun. Namun, sebisa mungkin Ibu harus membayarnya tepat waktu. Untuk sekarang, aku hanya bisa meminjamkan tiga sampai empat juta saja kepadamu, Bu. Dengan nominal itu, Kamu harus mengembalikan uangnya dalam waktu dua minggu,” jelas Bayu.
“Tiga, empat juta dalam waktu dua minggu? Mana mungkin aku bisa membayarnya secepat itu?”
“Itu adalah perjanjiannya. Tidak akan ada bunga dalam pinjaman ini, tetapi Ibu harus membayarnya dua minggu kemudian,” jelas Bayu.
Aturan ini bukan Bayu yang membuat, tetapi Sistem. Menurut Bayu, cukup sulit juga untuk seseorang membayar utang tiga sampai empat juta hanya dalam waktu dua minggu. Jika itu dua bulan, masih sangat memungkinkan.
“Tapi apa benar ini nggak ada bunga sama sekali? Sangat tidak masuk akal ada orang meminjamkan uang tanpa bunga seperti ini.”
“Aku hanya berniat membantu. Ibu bisa mengambil tawaranku ini atau tidak, terserah. Lalu, kita bisa membuat surat perjanjian kalau perlu. Biar ibu merasa lebih aman lagi meminjam uang padaku. Bagaimana?” tanya Bayu.
Bayu sekarang mulai mengerti kenapa sistem miliknya adalah sistem yang seperti ini. Mungkin Sistem ingin Bayu membantu orang lain yang membutuhkan agar mereka tidak mengalami nasib yang sama dengan Bayu, harus terlilit utang berbunga tinggi yang diberikan oleh rentenir.
“Apa itu sungguhan?” tanya Arista ingin memastikan kembali.
“Yakin, sangat yakin.”
Bayu lalu berusaha meyakinkan Arista bahwa ia sama sekali tidak berniat menipu atau apa pun itu. Uang yang ia pinjamkan sama sekali tidak memiliki bunga. Pada akhirnya, setelah lebih dari lima belas menit membujuk, Bayu berhasil membuat Arista meminjam uang padanya.
…
“Kamu nggak masalah Bang minjemin uang ke ibu-ibu tadi? Bukannya Kamu sendiri masih memiliki utang ya?” tanya Fina setelah mereka kembali ke kamar rawat Bayu.
Sedari tadi Fina ingin menanyakan hal ini kepada Bayu, tetapi ia menahan diri karena melihat betapa besemangatnya Bayu dalam meminjamkan uang. Fina tidak ingin hanya karena meminjamkan uang, Bayu tidak bisa membayar hutangnya kepada para rentenir.
“Itu nggak masalah. Ibu-ibu tadi lebih membutuhkan uang itu daripada aku. Aku masih bisa mengusahakan untuk membayar hutangku.”
“Empat juta itu nggak sedikit loh, Bang. Kamu sering makan dengan lauk seadaanya hanya untuk membayar hutang. Sekarang, Kamu justru meminjamkan uang itu kepada orang lain. Apa benar Kamu akan baik-baik saja?”
“Sunguh, Fin. Aku akan baik-baik aja. Itu nggak akan ngeganggu aku buat bayar hutang. Lagian, aku masih ada uang untuk bayar hutang, itu nggak akan ngebuat aku nggak bisa bayar hutang.”
Andai saja ini bukan uang milik Sistem, dan merupakan uang Bayu sendiri, ia akan tetap meminjamkan uang kepada Arista. Bukan apa-apa, jika Bayu membayar lebih dari jumlah cicilan yang sudah ia sepakati dengan Hendra, itu tidak akan membuat utangnya berkurang. Hendra akan menganggap bahwa Bayu hanya membayar denda keterlambatan meski tidak terlambat sama sekali.
“Baiklah jika Kamu ngomong gitu, Bang. Tapi, kalo Bang Bayu sampai butuh uang lebih buat bayar utang, bilang aja padaku. Aku masih punya sedikit tabungan yang bisa aku pinjamkan padamu,” jelas Fina.
“Terima kasih sudah menawarkan bantuan, tetapi aku tidak butuh.”
…
[Nama : Bayu Andrian Santoso]
[Umur : 23 tahun]
[Level Sistem : 0 (0/100)]
[Nominal Cashback : 2 persen]
[Nominal Modal : Rp 10.000.000,-]
[Saldo : Rp 6.000.000,-]
[Jumlah debitor : 1]
[Misi : Berikan pinjaman sebanyak Rp 10.000.000,- kepada lebih dari dua orang. Batas waktu : 4 hari 15 jam]
“Aku sudah berhasil meminjamkan uang kepada satu orang, sekarang tinggal dua orang lagi,” gumam Bayu. Setidaknya sekarang ia memiliki satu orang pelanggan, tinggal mencari dua orang lagi agar misinya bisa terlaksana. Mungkin besok Bayu juga perlu pergi ke taman rumah sakit lagi untuk mencari target selanjutnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!