...Wait, bagi yang tidak suka dengan adegan dewasa, ini bukan novel yang pas untuk kalian, pengennya tidak ku tuliskan adegan ranjang, tapi konflik di cerita ini adalah seputar itu. Jadi sulit menghindari adegan tersebut. Aku tidak akan menyuruh kalian bijak, karena aku sendiri belum bisa bijak dalam membuat nopel. Jadi sebelum terlanjur baca, mari tinggalkan nopel ini secepatnya....
"Bos yakin meninggalkan Nona Angel sendiri di sini?" Di sela langkah setelah tertabrak seorang gadis, Marvin bertanya pada Dave yang melangkah gagah di sisinya.
"Aku yakin, Indonesia masih menjadi negara yang paling aman untuknya." Sahut Dave.
"Kau sangat menyayanginya Bos." Dave tersenyum kecil menanggapi pertanyaan asisten personalnya.
Dave, Marvin beserta rombongan menapaki satu persatu anak tangga pesawat. Tak seperti biasanya, entah kenapa kali ini Dave ingin terbang dengan pesawat komersial.
Marvin tersenyum samar menyadari nama dari salah satu boarding pass di tangannya bukan milik Dave melainkan milik gadis desa yang menabraknya beberapa saat lalu.
"Bos!" Marvin menunjukkan lembaran tersebut pada sang Tuan.
Dave terkekeh melihat nama Kiara tertera di sana. Keduanya melanjutkan langkah menuju First class.
"Yeay, asyik."
Sontak Dave membuka kacamata hitamnya, ia terpana melihat sosok mungil yang asyik memantul mantulkan pantatnya pada permukaan jok first class yang seharusnya menjadi miliknya.
"Empuk banget."
Jadi rupanya, gadis ini yang menabrak Marvin hingga mereka tertukar boarding pass.
Di sisi pintu first class, Dave berdiri terkesima, debaran jantung tiba-tiba mengencang tak seperti biasanya. "Giselle."
"Aku setuju, kalau gadis ini mirip Nona Giselle Bos." Marvin berbisik dan Dave sangat sependapat.
Marvin memberikan boarding pass pada salah satu awak kabin. "Milik kami tertukar, dan Dave Myles itu laki-laki, kau paham cantik?" Katanya.
"Maaf atas ketidaktelitian saya Tuan." Marvin memberikan cebikan bibir saat awak kabin menundukkan wajah sesal.
Perempuan berseragam ketat itu melangkah menuju Kiara yang sibuk menikmati sofa empuknya. "Maaf Nyonya, kami salah membawa Anda, tempat duduk Anda di sana."
Kiara merengut lalu menoleh ke belakang, di mana tempat duduk itu mirip seperti bis yang pernah dia tumpangi. "Yah, padahal Kiar suka di sini." Ujarnya.
"Tapi ini prosedur, mari Nyonya, ..."
"Biar dia di sini bersama ku." Potong Dave kemudian. Pria itu duduk tepat di sisi Kiara yang masih setia dengan kebingungannya.
"Tapi, ..."
"Asisten ku yang akan duduk di sana." Dave memberikan kode mengusir dengan mencuatkan wajahnya ke arah lain.
"Baik Tuan." Untuk seorang Dave, apa sih yang tidak. Mungkin wajah Dave asing, tapi Marvin sangat di kenal para pramugari cantik.
Mengetahui Dave Tuan muda atasan Marvin, perempuan itu menjadi segan.
Marvin mendengus. Itu berarti, Marvin yang terpaksa duduk di kursi kelas ekonomi demi menggantikan Kiara.
"Bos serius?"
"Hmm." Kibasan tangan Dave mengusirnya. Lalu, lelaki itu menurut.
"Ekm!" Berdehem kecil. Sesekali Dave melirik ke kanan, sebenarnya apa yang dia lakukan?
Hanya karena gadis bernama Kiara ini mirip wajah mantan kekasihnya, Ia tertarik untuk duduk bersisian dengan gadis itu.
"Sayang, kecantikan mu tenggelam oleh sikap kampungan mu." Meski mirip, kenyataannya gadis ini bukan Giselle pujaannya.
Cukup puas Kiara menikmati pemandangan di luar jendela. Kiara menoleh pada Dave kemudian menarik-narik jaket jeans yang pria tampan itu kenakan.
"Eh Mas, jadi kita dapet tempat duduk yang sama kah?"
"Begitulah." Dave tak menoleh barang secuil. Tangannya melipat mencoba memejamkan mata.
"Jadi itu Mbak pramugari nya yang salah kan? Tempat duduk ku beneran yang ini kan?" Ulang Kiara lagi memastikan.
"Hmm."
"Bagus, Kiar lebih suka di sini, kalo di belakang joknya biasa, Kiar nggak betah, takut muntah Kiar nya."
Senyum kecil Dave terbit tanpa sadar. Rupanya gadis desa ini lumayan tidak tahu diri juga.
"Ini gimana caranya?" Kiara mengutak-atik sabuk pengaman miliknya setelah ada instruksi dari awak kabin.
Dave menoleh lalu mendekat, ia tarik sabuk pengaman dari kanan dan kiri pinggang ramping Kiara, kemudian mengaitkannya.
Klekk....
"Oh, cuma gini doang?"
Dave menatap wajah Kiara. Cengiran giginya bergingsul yang mana membuat gadis itu semakin mirip seseorang yang spesial di hatinya.
"Makasih Mas."
"Hmm."
"Maklum Mas, Kiar baru permata kalinya naik pesawat, jadi bingung. Kalo Mas ganteng sendiri pasti sudah sering yah? Mas kerja di PT atau di perumahan?"
"Perumahan?" Dave menaikkan sebelah alisnya. "Maksudmu?"
"Perumahan, kayak Kiara, kalo Kiara kan ke Britania raya mau jadi pembantu rumah tangga, Kiara mah cuma bisa jadi itu, soalnya Kiara cuma lulusan SMA."
"Oh." Pentingnya apa sih percakapan ini? Ya Tuhan, Dave bahkan tidak tertarik sama sekali, tapi entah kenapa dia menyahuti.
"Mas nya kerja apa?" Ulang Kiara kembali.
"Sekarang menganggur."
"Jangan kebanyakan nganggur Mas, kasian nanti anak istrinya mau di kasih makan apa?"
"Nasi."
"Iya sih, tapi kan, ..."
"Khaaaa, ..." Dave menahan tawa saat Kiara membulat matanya penuh.
"Ya Tuhan, Ya Tuhan, Ya Tuhan, selamatkan aku, ya Tuhan, ..." Mulut Kiara komat-kamit setelah pesawat mulai naik.
Segala doa dia lantunkan sebisanya, tak kuasa Dave menahan tawa, hingga akhirnya ia membuang muka ke arah lain untuk mengulum tawa tipisnya.
Cukup menghibur juga gadis ini. Tidak sia-sia dia duduk di sisinya. Gadis norak yang baru pertama kalinya naik pesawat.
Plukkk...
Setelah beberapa menit. Tak terdengar suara lagi, kembali Dave menoleh pada gadis itu. Dan kepala Kiara telah nyaman di pundaknya.
"Hanya karena takut, dia memilih tidur." Dave bergumam sembari membetulkan kepala gadis itu dengan menoyor kan ujung jari telunjuknya.
Tidur atau pingsan, Dave tak mau ambil pusing. Lelah, Dave pun memilih tidur untuk mengistirahatkan otak dan tubuhnya.
Sudah cukup Dave memforsir diri. Ini saatnya pulang ke negara kelahirannya.
Kurang lebih 17 jam rata-rata waktu penerbangan dari Jakarta ke London.
"Bos, ..." Beberapa tepukan di lengan membuat Dave membuka mata, sepertinya pesawat sudah mendarat
Dave menyipit netra hazelnya mendapati pemandangan indah setelah tidur kurang lebih dua jam sebelum mendarat.
"Cantik."
Bukan ilusi, saat ini, detik ini, ranumnya bibir seorang gadis terdapat di retinanya. Dave tersenyum menatap Kiara yang lagi-lagi sudah menyandar pada pundaknya.
"Giselle."
Segar, manis, mungil, menggoda bibir merona gadis itu, Dave melebar kembali matanya, lekat sekali ia menatap ke dalam bola mata indah milik Kiara yang baru saja terbuka.
Seakan tersihir, Dave memangkas jarak dan melabuhkan sebuah kecupan. Bahkan menyesap perlahan bibir manis Kiara tanpa permisi.
"Hey!" Kira mendorong jauh laki-laki itu, matanya memerah, antara marah bercampur kaget ia menatap Dave.
Baru saja terbangun dari tidurnya, seorang pria mengambil ciuman darinya. "Kamu!"
Plak.... Dave berpaling saat tamparan mendarat sempurna di pipinya.
"Tuan!" Seorang bodyguard mendekat tak terima tapi Marvin memberikan kode untuk tidak ikut campur.
Dave terdiam. Tak seberapa sakit tamparan gadis itu, tapi lihatlah, Marvin dan lainnya ada di sini untuk menonton peristiwa tidak mengenakannya.
"Dasar buaya!" Melepas sabuk pengaman, Kiara bangkit dari duduk, mungkin sudah sampai, sekilas ia melirik ke jendela, benar, pesawat sudah mendarat kembali.
Dave yang masih kesal, ia bangkit dan meraih lengan gadis tidak tahu diri ini. "Tunggu Nona!"
Kiara menoleh tajam. "Apa lagi? Kamu pikir aku wanita murahan?"
"Aku memberikan mu ciuman lembut dan kau membalasnya dengan tamparan?"
Dave tersenyum getir menatap punggung gadis pongah itu berlalu. "Siapa dia ini? Gadis gila!" Rutuk nya.
Di tengah-tengah barisan orang-orang pengadu nasib 'TKW', Kiara mengingat kembali bagaimana dia meninggalkan Indonesia dan berada di negara asing ini.
"Kamu hati-hati di sini, doakan Kakak supaya bisa sukses di negeri orang, bisa bantu biaya kuliah mu" Kiara pamit, ia mengelus puncak kepala adik iparnya.
"Halah, orang bernasib sial seperti mu, tidak akan bisa sukses! Orang tua mu meninggal karena melahirkan mu. Sekarang anak laki-laki ku meninggal karena menikahi mu!" Kiara menunduk, kata-kata pedas itu berasal dari mertuanya.
"Sudahlah, lupakan masa lalu, semoga Kakak bisa sukses. Dan Reina harap, Kak Kiara bisa kirim uang yang banyak." Sela Reina menengahi.
Namanya Kiara Elga, berusia 22 tahun, dia gadis lucu yang cantik dan ceria, rambut lurus hitam berkilau, kulit putih mulus, bibir merona semanis warna merahnya strawberry.
Kiara gadis perawan yang pernah menikah, sang suami meninggal tepat di malam pertama pengantinnya. Orang bilang, kematian Derry disebabkan oleh kesialan yang selalu menempel pada tubuh Kiara.
Benar Kiara janda, benar Kiara sudah pernah menikah, tapi sungguh Kiara tak pernah disentuh laki-laki hingga kecelakaan tragis menewaskan almarhum Derry, suaminya.
Kiara dan Derry pacaran sedari masih anak-anak, hingga Reina pun menjadi bagian dari hidupnya selama kurang lebih sepuluh tahun terakhir.
Demi memiliki kehidupan layak, Kiara rela mengadu nasib ke negara asing. Lewat bursa kerja, Kiara berkesempatan menjadi asisten rumah tangga di Britania raya.
Kiara berdiri dengan wajah muram, barusan saja pria asing telah menciumnya. Tampan memang laki-laki berjambang tipis itu, tapi tidak lantas ia bebas menyentuhnya.
"Dari mana saja kamu!"
Madam Catalina orang yang membawa Kiara ke negara ini. Ia sampai lupa ada satu gadis yang sangat cantik dan perlu penjagaan ketat. Selama perjalanan Madam tak melihat wajah ayu Kiara.
"Maaf Madam, Kiar tertinggal karena masih bingung cara naik pesawat." Kata Kiara.
Satu orang pria berpawakan bidang berbisik di telinga Madam. "Biar Kiara yang kita bawa ke lokasi A."
Menyeringai licik Catalina manggut-manggut iblis. "Dia sudah janda, tapi katanya masih perawan." Ujarnya dengan bahasa latin.
"Bagus, satu milyar saja, dan sepertinya malam ini dia akan menjadi rebutan." Mereka sengaja berujar dengan bahasa asing, agar tak diketahui rencana busuknya.
Kiara dan teman-teman seperjuangannya hanya berbaris polos sebelum kemudian mereka memasuki mini bus berwarna silver.
Di perjalanan, Kiara dan teman-temannya saling berkenalan, asal, nama, dan lainnya mereka mengobrol layaknya pejuang satu rumpun.
Brukkk..... Berkeliling, Catalina melemparkan satu persatu pakaian malam berbahan tipis pada pangkuan semua wanita di mobil ini.
Secara bersamaan, mereka membentang masing-masing gaun tipisnya.
"Apa ini?" Kiara seolah protes, apakah pantas dirinya memakai pakaian tipis seperti itu? Bahkan ada lubang-lubang kecil yang akan menunjukkan lekukan tubuhnya.
"Kalian harus memakai pakaian yang aku siapkan ini, untuk pekerjaan nanti malam." Sahut Catalina.
"Memangnya kenapa harus dengan pakaian yang seperti ini Madam?" Satu perempuan berbaju merah itu bertanya.
"Tidak perlu bertanya, begitulah syaratnya bekerja di agensi ku! Kalian harus tampil menawan, seksi, menggoda, pandai merayu dan melennguh." Jelas Catalina.
"Kalian mau menjual kami?" Kiara mendelik. Ini sudah tidak beres. Dan kenapa tidak ia curigai sebelumnya?
"Hahaha." Catalina tergelak setan. "Cukup Sayang Sayang ku, come on, realita saja, kalian butuh aku di sini. Jadi sekarang kita kerjasama saja, mencari pundi pundi dollar!"
"Biadab!" Kiara berdiri dan ingin menyerang Catalina.
Grekk!
Sayangnya dua orang berbadan kekar sudah lebih sigap menodongkan senjata. Kiara mematung demi mencegah ledakan pistol yang mengarah padanya.
Semua korban terkesiap. Jadi ini alasan agensi milik Catalina memberikan uang muka yang cukup tinggi, bahkan sebelum mereka dipekerjakan.
Rupanya agensi mereka, penyalur tenaga kerja bodong.
"Ck ck ck!" Catalina menggeleng, ia menatap remeh gadis bengis itu. "Beraninya kau!"
"Bajingan kalian semua!" Kiara berteriak. Menyesal, ia menyesal telah mengambil keputusan untuk ikut ke tempat ini.
Catalina tertawa renyah. "Sudahlah, terima nasib, nanti malam, kamu lah bintangnya Sayang."
Ujung pisau terhunus ngeri di wajah cantik Kiara. Sorot dari manik legam gadis ini begitu menusuk seolah mengalahkan sebilah benda tajam itu.
...⭕Malam harinya⭕...
Prakkkk.... Kartu-kartu cantik itu di banting dengan bangganya.
"Hahaha, aku menang! Royal Flush."
Dave Myles mengerut bibir ketika lawan mainnya mendapatkan kombinasi 5 kartu sangat besar dengan bunga yang sama yaitu sekop hitam.
Gelak kemenangan dari lawan mainnya terdengar menyebalkan bagi Dave, "Sial!" Ia banting kartu ditangannya, kecewa.
Entah kenapa, belum ada keberuntungan di meja judinya hari ini. Padahal, Dave sempat dijuluki sebagai dewa juday tertampan di negaranya.
"Aku istirahat saja!" Berbahasa Inggris Dave Myles pamit undur, dingin begitulah perangainya.
"Kau menyerah Dave?" Jujur saja, Dave tak menyukai kata-kata ejekan itu. Tapi bertahan di saat pikiran kacau akan mempengaruhi kualitas permainannya.
Sebelah tangan Dave meraih tongkat besi berkepala giok miliknya, lalu seseorang masuk membawa Jack pot menarik.
Memang sudah menjadi kebiasaan, saat mendekati tengah malam, seorang gadis di jadikan Jack pot demi menyenangkan malam panjang sang pemenang.
"Surprise!"
Dave urung untuk bangkit, ia kembali duduk sembari melenggangkan pandangan pada gadis tawanan berpakaian mini yang dipaksa duduk pada sofa khusus taruhan.
"Giselle!" Dave terkesiap. Jadi ini pekerjaan asli gadis itu. Bukan pembantu rumah tangga seperti yang dikatakannya kemarin, melainkan kedatangannya ke sini untuk dijual.
"Bukankah dia itu gadis Indonesia yang kemarin menampar mu Bos?" Marvin sang asisten menunduk dan berbisik di telinga Dave.
"Hmm." Dave masih mengingat secara jelas bagaimana rasanya saat telapak tangan mulus gadis itu mendarat di pipinya.
"Dia gadis norak yang kita temui di pesawat kemarin." Lirih Dave. Matanya menyimak gurat murka gadis itu.
"Sepertinya dia terjebak prostitusi berkedok lowongan kerja luar negeri, kasihan, padahal dia sangat cantik." Bisik Marvin.
"Hay, para Tuan. Kali ini Catalina bawa gadis perawan dan sudah pasti harganya juga sangat mahal. Lihat dong mulus!"
"Lepas!" Secuil saja sumpalan mulutnya terbuka, gadis itu menjerit melotot dengan bahasa Indonesia nya. "Aku bukan wanita penghibur! Cuh!" Ludah mendarat pada pipi Catalina.
Menatap tajam, Catalina mengusap serpihan saliva di wajahnya dengan gerakan perlahan.
"Kau mau berontak di lingkungan ku?" Lirih yang penuh tekanan Catalina ucapkan.
Catalina mengerling ke samping, wanita itu memberikan kode pada satu pesuruhnya agar segera membungkam kembali mulut gadis itu.
"Emmh!" Gadis itu menghentak kakinya, ia meronta kuat-kuat, yang mana membuat Dave semakin penasaran.
Di zaman serba modern begini, rupanya masih ada yang menolak menjadi wanita dari pria billionaire.
"Berapa harganya?" Pada akhirnya pertanyaan itu tercetus dari bibir Dave.
Orang-orang terkesiap, sejak kapan ketua Darkness-one ini tertarik mempertanyakan seorang wanita?
Berapa banyak wanita yang dia menangkan di meja judi, dan hanya berakhir pada ranjang panas Marvin sang asisten personal.
Dave tak pernah mau berurusan dengan wanita terkecuali Giselle kekasih rahasianya.
"Kiara Elga, kalian panggil saja Kiara, dia asli orang Indonesia, Kiara baru saja di tinggal mati suaminya, tapi di jamin masih original, suaminya meninggal tepat di hari pernikahan mereka." Jelas Catalina dengan bahasa asingnya.
"Jadi dengan kata lain, mereka belum melalui malam panjang penuh gairah?" Satu pria tergelak renyah menertawakan kemalangan gadis itu.
"Ini tidak lucu bedebah!" Tak terjelaskan apa maksudnya yang pasti Kiara melayangkan kata sarkas dari balik kain yang menyumpal mulutnya.
"Aku mau dia!" Dave menyeletuk dan hal itu membuat semua orang kembali menoleh heran padanya.
Kiara mengerling tajam. "Manusia mesum ini! Awas saja kalau kamu berani menyentuh ku lagi!" Batinnya.
Dave tertarik dengan tatapan membunuh gadis itu. Sepertinya, gadis galak ini bisa dijadikan teman dikala kesepiannya.
"Kau mau Kiara, Tuan Myles?" Catalina bertanya memastikan.
"Hmm." Anggukan kepala Dave tanpa melepas tatapan matanya dari gadis itu.
...Hay mentemen, ini karya lomba ku, dan akan up rutin setiap harinya, nabung bab juga nggak apa-apa kakak reader's Sayang, asal jangan lupa, sebelum tanggal tua kalian udah maraton bacanya, ciyaaattt, berharap karya ini bisa naik level di tanggal satu nanti. Terima kasih yang sudah klik favorit, semoga terhibur 🥳🤗...
Suasana ricuh menjadi hening setelah Dave menanyakan harga seorang wanita. Hal yang jarang sekali mereka temukan.
"Kau serius mau gadis norak ini Bos? Ingat, dia bukan Nona Giselle!" Marvin tak percaya pada pernyataan sang Tuan. Hanya karena gadis ini mirip Giselle, Dave tertarik untuk membelinya. Omong kosong!
"Yah. Aku akan membelinya, berapa pun harganya." Ujar Dave pelan. "Katakan!" Ia beralih pada Catalina.
"Satu milyar rupiah sudah termasuk bonus segelnya." Kali ini Catalina berbahasa Indonesia.
Catalina tahu meski lahir di negara ini Dave terbiasa berbahasa Indonesia, ibu Dave asli keturunan Jawa yang diperistri pria Britania raya.
Dave manggut-manggut. "Ok, deal!"
Brakkk.... Meja di gebrak. Dave mengalihkan pandangan pada pria berewok itu.
"Hey apa yang kalian bicarakan?" Berbahasa Inggris Erick protes, ia tak paham bahasa yang Dave dan Catalina ucapkan.
"Aku menawarkan pada Tuan Myles, Kiara berbandrol sekitar 70 ribu dollar." Jelas Catalina kembali dengan bahasa pribumi.
"Tidak Dave, kita juga mau, kau pikir hanya kau saja yang mau hah?" Erick menggeleng tak setuju, pria Casanova itu terlalu rakus jika bicara soal perempuan.
"Tapi aku lebih dulu menginginkannya!" Kata Dave. Jika Dave sudah menginginkan, dunia harus bersedia memberikannya.
Kiara terenyuh, miris pada nasib malangnya sendiri. Lima pria berebut untuk menikmati malam panas bersamanya.
"Begini saja, kita main sekali lagi, dan yang menang boleh memilikinya, seperti aturan yang sudah-sudah, Kiara akan ikut dengan pemenang kartu berikutnya." Usul Lemos. Lawan main lainnya.
"Boleh!" Dave mengangguk setuju, begitu pula dengan Erick yang tak keberatan.
Catalina menyeringai, sepertinya ia bisa menaikan harga jika tahu Dave sangat menginginkan Kiara. Baru kali ini, Dave tertarik membeli gadis bawaannya.
Permainan pun di mulai lagi. Lewat Marvin, Dave kembali memasang taruhan hingga di meja hijau itu terkumpul lebih dari satu milyar rupiah.
Untuk sesekali, netra hazel miliknya melirik ke arah Kiara. Tusukan dari sorot mata gadis itu masih sering membuat Dave tak fokus pada permainan.
Dalam batinnya, Kiara sendiri melafazkan doa-doa, ia mengharapkan belas kasih sang maha kuasa. "Tuhan, tolong aku, jangan biarkan aku melakukan perbuatan dosa."
Sekarang Reina sang adik ipar mungkin khawatir di negaranya sana, Reina sudah seperti adik kandung bagi Kiara.
Kiara mantap datang ke sini pun, demi membantu kehidupan sehari-hari dan biaya kuliah Reina di kampung.
Lalu apa ini? Peristiwa menakutkan yang dia lalui sungguh menggetarkan sekujur anggota tubuhnya.
"Aku lebih memilih mati daripada harus disentuh pria yang bukan suamiku! Tuhan."
"Woho!" Erick membanting kartunya kembali, penuh gembira ia mengangkat kedua tangannya. "Lihat, hari ini keberuntungan ku! Dan Kiara akan bermalam dengan ku!"
"Emmh!" Seketika Kiara menghentakan kakinya beberapa kali, ia terus meronta, tubuhnya bergetar hebat ketakutan.
Erick tidak jelek, tapi wajah-wajah seram berewok sepertinya bukan lah tipe ideal Kiara. Lalu bagaimana bisa dia melayani laki-laki asing ini.
"Giselle."
Dave merasa tak tega jika gadis polos seperti Kiara jatuh ke tangan laki-laki bejat macam Erick. Lihatlah penolakan gadis itu saat Erick mendekatinya. Ketakutan Kiara membuat jiwa lain Dave berdesir.
"Hentikan!" Belum sampai menyentuh Kiara, Dave sudah lebih dulu mencegah.
Erick menoleh tajam. "Kau sudah kalah Dave!"
"Sebutkan berapa yang kau mau? Aku beli berapa pun harganya." Tawar Dave.
Entah kenapa, kata-kata Dave barusan membuat Kiara berharap, bisa sepenuhnya mendapatkan pertolongan dari laki-laki itu.
Melihat bungkam nya Erick Dave keluar dari mode sabarnya. "Katakan berapa yang kau mau?" Bentak nya.
Erick terkikik geli. "Aku sudah kaya Dave, aku tidak perlu menjual wanita ku!" Tolaknya.
Grekk!
Erick terkesiap mendapati todongan senjata dari Dave, begitu pula dengan yang lainnya, mereka tersentak melihat pemandangan ini.
Tak terkecuali Marvin yang begitu terkejut pada ulah tuannya.
Kiara sempat-sempatnya terkesima. Sungguh terlihat sangat gagah saat Dave mengangkat senjatanya hanya untuk memilikinya.
"Kita ke sini hanya berdua Bos, bagaimana bisa kau melakukan ini." Bisik Marvin. Ia pun siaga mengeluarkan pistol miliknya.
"Aku mau dia! Itu keputusan ku!"
Erick mengangkat tangan. "Ambil!" Ujarnya. Namun, matanya memberikan kode pada satu anak buahnya.
"Lepas ikatannya!" Dave memerintahkan kata itu pada Marvin tanpa mengalihkan todongan pistolnya yang mengarah pada kepala Erick.
Siaga, Marvin mendekati Kiara, segera ia melepas kain pembungkam mulut Kiara, ia juga membuka ikatan tali putih di tangan gadis itu.
Sembari membebaskan Kiara, pikir Marvin melayang, di tempat ini bukan hanya Dave saja yang punya perkumpulan rahasia. Erick pun memiliki banyak sekali anak buah terlatih.
Selesai terlepas dari ikatan, Dave menarik paksa lengan Kiara untuk ditempatkan kedalam dekapannya.
"Hh?" Wajah mungilnya terbentur dada beton Dave, Kiara bernapas kasar. Tentu saja shock mendapati keributan ala mafia seperti yang sering ia tonton di film-film.
"Tolong aku." Batinnya.
Grekk!
"Jangan bergerak!" Orang-orang kekar Catalina menghunuskan moncong pistolnya pada Dave.
Mereka pasti tahu Dave tak membawa anak-anak buahnya. Dave juga bisa dilumpuhkan bilamana Dave dan Marvin dibasmi ramai-ramai.
Catalina menyeringai. "Tunggu Tuan Myles, kau lupa siapa pemilik Kiara sesungguhnya?" Ujarnya.
"Berapa yang kau minta?" Tanya Dave.
Tak mau mengambil resiko mati konyol, Dave lebih memilih bertransaksi. Entah dengan cara apa pun, suatu saat nanti uang-uang itu segera kembali lagi padanya.
Catalina lagi-lagi terkikik. "Mengingat kau sangat menginginkannya, aku mau menawarkan tambahan harga." Ucapnya.
"Katakan!" Dave ketus, dan Kiara hanya bisa mengurangi rasa takutnya dengan mencengkeram erat jaket kulit hitam milik Dave.
Dave sempat mengerling ke bawah, di mana wajah takut Kiara benar-benar membuatnya iba. Anak sepolos ini takkan pernah ia biarkan jatuh pada Erick begitu saja.
"Dua milyar rupiah saja." Kata Catalina. "Cash, aku tidak mau transaksi kita terdeteksi oleh siapa pun!" Lanjutnya.
Dave meraih dan melempar satu koper dollar pada Catalina yang lantas menangkapnya.
"Aku hanya punya itu, kau bisa mengambil sisanya di tempat ku!" Ucap Dave.
Koper berisi dollar berpindah tangan. Catalina pun membukanya. Diperkirakan tumpukkan dollar ini bernilai satu milyar setengah jika dirupiahkan.
Kaki kaki Dave mulai bergerak menuju pintu, ia mundur menarik Kiara yang menurut padanya, tangan kanannya masih setia menujumkan pistolnya pada orang-orang yang berpotensi menyerangnya, termasuk Catalina.
"Ok, Catalina bukan musuh mu, Tuan." Wanita berwajah seram itu mengangkat tangannya santai.
Klekk...
Duarr!
"Aaaaa!" Kiara berteriak dan semakin mengeratkan pelukannya.
Dave sigap menoleh pada Marvin yang baru saja melepas pelurunya. Satu anak buah Erick berteriak kesakitan, membuat Erick dan lainnya kisruh untuk melawan.
Rupanya di sisi lain, ada anak buah Erick yang tengah membidik Dave dan hampir menekan pelatuknya.
"Ku bilang jangan macam-macam!" Teriak Marvin mengancam.
Mengingat tak ada anak buah yang ia bawa, Dave menarik pergelangan tangan Kiara lalu diajaknya berlari dari tempat itu. Terpenting, Kiara bisa keluar dari lingkaran setan ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!