NovelToon NovelToon

Liveline

Bolos

Derap langkah kaki sahut-menyahut memenuhi lorong SMA MADRA JAYA. Bulir keringat sudah bercucuran deras, membasahi pelipis tiga orang remaja yang sudah menjalankan rencana untuk bolos bersama untuk menghindari pelajaran matematika.

Hal lumrah jika sebagian siswa laki-laki yang paling sering dicap sebagai siswa yang sangat jarang menaati peraturan sekolah, tapi hal tersebut tidak berlaku kepada seorang gadis bernama Ladira Devinika, yang sama sekali tidak perduli dengan namanya peraturan.

"HEI, BERHENTI. BERANI KALIAN BOLOS LAGI!" Teriakkan menggelegar dari seorang guru BK, yang berusaha secepat mungkin mengejar ketiga ramaja yang bersorak gembira, karena Bu Tani yaitu guru BK yang mulai tertinggal jauh di belakang.

...***...

"Ayolah sayang. Ini panas banget loh, kamu gak kasihan sama aku yang nanti bisa gosong kayak ikan kering." Danael Aranda, salah satu siswa pelanggar aturan sekolah, kini berdiri di bawah teriknya matahari. Tidak lupa tangan kanan yang dipaksakan untuk tetap hormat di depan tiang bendera.

Gadis itu menggeleng, "aku kan udah kasih tahu, kalau kamu bolos lagi kan jadinya harus nerima konsekuensinya."

"Plis lah Nai, gue capek," rengek Ladira yang sudah mulai merasa pegal di tangannya.

Naira Agaena, seorang ketua OSIS SMA MADRA JAYA. Dirinya sangat terkenal dari banyak segi positif, tapi dari segi negatif, banyak yang berkomentar tidak baik mengenai hubungannya dengan seorang bad boy seperti Danael. Sifat mereka sangat bertolak belakang, tapi ada pula yang mendukung hubungan mereka karena merasa dua pasangan itu terlihat serasi karena paras tampan dan cantik mereka.

Naira menggeleng pelan, "maaf ya Ra, gue juga gak tega lihat kalian harus nerima hukuman. Tapi kan kalian juga harus dapatin ini supaya kalian gak sering bolos. Bertahan sebentar ya, lagian Arsa gak ngeluh kok dari tadi. Masa kalian kalah sama dia," kekeh Naira diakhir kalimat.

Arsa Danaes, salah satu partner yang selalu ikut bersama Danael dan Ladia untuk bolos bersama. "Habis ini, siapin gue minum ya Nai," pinta Arsa dengan senyum tipisnya.

"Apa lo minta-minta sama pacar gue," sergah Danael lalu memukul bahu Arsa, sehingga cowok itu mundur beberapa langkah ke belakang.

"Iya-iya, gue tau Nai pacar lo. Sensi amat sih," ucap Arsa lalu kembali ke posisi semula.

Sampai 10 menit berlalu, cuaca semakin tidak mendukung Danael, Arsa dan Ladira yang mati kepanasan di tengah lapangan. Terik matahari semakin menyengat, membuat mereka semakin mengeluh, mengingat waktu hukuman masih tersisa 10 menit lagi.

"Gean, gue capek. Mau izin duluan," lirih Ladia pelan lalu berjalan pergi tanpa perduli apa jawaban wakil ketua OSIS yaitu Gean Arzani, salah satu sahabat Danael dan Arsa.

"Yah, kita juga capek." Arsa dan Danael ingin pergi, tapi Gean tidak membiarkan dan kembali menahan mereka untuk tetap menjalankan hukuman.

"YAAMPUN. TOLONGIN LADIRA PINGSAN"

Suara teriakan seorang siswi, membuat Gean dan kedua sahabatnya segera berlari menghampiri Ladira yang sudah tidak sadarkah diri.

Sampai di sana, Danael langsung menggendong Ladira dan membawanya menuju UKS.

...***...

Bau obat-obatan tercium jelas di Indra penciuman Ladira, yang baru saja sadarkan diri. Setelah beberapa detik mengumpulkan nyawa, dia kembali mengingat, bahwa beberapa waktu yang lalu, dia pingsan di pinggir lapangan.

Ladira memperhatikan sekeliling ruang UKS, lalu terfokus kepada satu objek yaitu Gean.

Laki-laki itu tidur dengan nyenyak di sebuah sofa yang tida jauh darinya.

"Kok muka Gean pucat?" Gumam Ladira, memperhatikan raut wajah Gean yang terlihat tidak baik-baik saja.

Perlahan, Ladira turun dari bankar dan menghampiri Gean. Terlihat jelas bibir Gean yang terlihat semakin pucat. "Pantesan dia diam aja di lapangan tadi, kayaknya demam," gumam Ladira. "Gue mau cek suhu tubuhnya, tapi takut orangnya bangunan"

Setelah terdiam beberapa detik, Ladira meyakinkan diri untuk menempelkan punggung tangannya di dahi Gean. "Uhh, panas juga."

Walaupun sikap gadis itu tidak mencerminkan sifat seorang siswi yang baik di mata guru dan teman-temannya, tapi di balik itu, Ladira masih memiliki rasa simpati kepada orang lain. Terbukti, kalau Ladira khawatir dengan keadaan Gean, dan memutuskan untuk membuat kompres hangat untuk laki-laki itu.

"Lo ngapain?" Suara yang Ladira kenal, membuatnya diam sesaat, dan berbalik menghadap Gean yang sudah bangun.

"Buat kompres hangat, lo demam," jawab Ladira lalu tak lama kemudian

"Gak perlu. Gue mau ke ruang OSIS, lo istirahat," jawab Gean bangkit berdiri, setelah merapikan sedikit penampilannya yang berantakan.

"Gak usah sok perhatian," potong Gean, sebelum Ladira sempat membuka mulut untuk bicara.

Sebelum Gean membuka pintu UKS, Ladira tidak sengaja menjatuhkan baskom kecil di tangannya. Hal itu membuat langkah Gean terhenti, dan segera menghampiri Ladira yang kaget, sehingga langsung membersihkan tumpahan air di lantai.

"Ceroboh," umpat Gean, tapi masih bisa di dengar oleh Ladira, yang membuat gadis itu menatap kesal ke arah Gean yang ada di depannya.

"Lo ngeselin tau gak?" Desis Ladira pelan.

"Gak masalah, itu emang diri gue yang asli," lontar Gean saat mendengar desisan kecil, keluar dari mulut Ladira.

Ladira memutar bolanya malas, "gue udah ada niat baik! Kenapa gak bisa hargain gue sih?" Tekan Ladira. Saat dirinya sudah mulai kesal kepada Gean yang menanggapi dirinya begitu santai.

Gean berdecak pelan, tanpa menjawab pertanyaan Ladira, laki-laki itu langsung pergi setelah membereskan kekacauan yang Ladira buat.

"Dasar sialan tuh cowok"

...***...

"Lo oke kan, sorry tadi gue gak bisa nemenin lo ke UKS. Soalnya Naira minta anterin ke rumah, buat ngambil berkasnya yang ketinggalan di rumah buat rapat OSIS." Jelas Danael. Saat mereka yang duduk berdua di halaman belakang, hal lumrah jika mereka begitu dekat. Karena banyak orang yang sudah mengetahui bahwa Danael dan Ladira sudah bersahabat sejak mereka masih kecil.

"Hm" jawab Ladira singkat, tanpa mengalihkan perhatiannya dari kotak makanan berisi roti yang sudah dia bawa dari rumah.

Danael mengangkat sebelah alisnya, "kok hm aja, lo ngabek atau gimana?" Tanya Danael.

"Gak papa, gue oke," jawab Ladira santai, tapi lagi-lagi tidak mengalihkan perhatiannya kepada cowok itu.

"Lo ngabek sama gue?" Tanya Danael, begitu mengenal sifat Ladira yang berubah.

Ladira menggeleng.

"Cemburu?"

Ladira terdiam sesaat, lalu mencubit paha Danael. Sehingga cowok itu terlonjak kaget. "Aduh-aduh, Ra..Ra... Jangan di cubit," rengek Danael lalu segera berlari menghindari Ladira.

"Sejak kapan gue cemburu?" Lontar Ladira kesal.

"Siapa tau kan lo juga suka sama gue," Danael menaik-turunkan alisnya untuk menggoda Ladira.

"Ih, gak akan ya!" Jawab Ladira lalu berlalu pergi dan meninggalkan Danael yang tertawa.

"RA, JANGAN LUPA. NANTI BOLOS LAGI YA SAMA-SAMA," teriak Danael sebelum Ladira menghilang di balik tembok.

...***...

Bel pertanda bahwa pembelajaran hari ini telah berakhir, membuat siswa-siswi bersorak gembira karena jam pulang telah tiba.

Danael sudah berjalan berdua bersama Naira, menuju parkiran untuk mengambil motor Danael yang terparkir di sana.

"Hai Ra!" Sama Naira, kepada Ladira yang berdiri di samping motor Danael.

"Hai," jawab Ladira, balas menyapa.

"Em, Ra. Lo bisa kan pulang sendiri hari ini, soalnya Naira mau minta anterin ke Gramedia." Bisik Danael agar Naira tidak mendengar dan tidak merasa direpotkan.

Ladira menghela nafas pelan, "iya" jawabnya lesu. "Nai, gue pulang duluan." Ucap Ladira berangsur pergi tanpa menjawab pertanyaan Naira.

"Ladira kenapa?" Monolog Naira merasa aneh karena perubahan sikap Ladira.

"Yaudah, gak perlu dipikir. Dia emang gitu. Mendingan kita berangkat sekarang," ucap Danael yang sudah siap di atas motor, lalu memasangkan Naira helm.

...***...

PPSI

Bulir-bulir keringat sudah membasahi pelipis Ladira, perjalanan yang cukup melelahkan.

"Dasar, gak bisa nepatin janji," umpat Ladira, begitu kesal kepada Danael yang tadi pagi katanya akan antar-jemput Ladira karena gadis itu sudah terlambat, tapi malah mengantar Naira. "Coba aja gue pakai motor sendiri."

Jadilah, gadis itu harus berjalan menuju rumahnya yang berjarak cukup jauh.

Jika bertanya berapa jumlah uang di dalam dompetnya? Hanya tersisa 5 ribu rupiah. Tidak cukup untuk Ladira memesan ojol. Sehingga gadis itu memilih membeli minuman dan sedikit makanan, untuk modal dirinya berjalan sampai ke rumah.

Suara deru motor yang Ladira kira hanya pengendara lewat, tapi malah berhenti di depannya sekarang. Dari motor dan sorot mata dari balik helm ful face yang dia gunakan, sudah sangat Ladira kenali.

"Aduhh, kasihan ya, puteri keraton jalan kaki," ledek lelaki itu setelah melepas helmnya.

Ladira memutar bola matanya malas, selalu saja laki-laki itu mengganggu hidupnya. Karena tidak ingin menanggapi, Ladira berjalan pergi tanpa merespon apapun.

"Etss, mau ke mana cantik?" Ucap cowok itu yang sudah berdiri di depan Ladira, dengan merentangkan kedua tangannya.

"Aduhh, bisa gak sih sekaliii aja. Jangan ganggu gue," pekik Ladira terlampau kesal.

Zeano Andara, tetangga Ladira yang begitu cerewet dan banyak maunya. Rasanya ingin sekali Ladira pindah ke daerah lain, asalkan tidak memiliki tetangga seperti Zeano.

"Sayangnya gak bisa, lo udah jadi langganan buat gue ganggu." Zeano tersenyum sumringah setelah mengatakan itu. Mata Zeano menelusuri area sekitar mereka, "mana tuh bestoi Dana kehidupan lo?" Tanya Zeano, yang dimaksudnya adalah Danael.

"Lo tau kan, dia punya pacar." Jawab Ladira, melipat kedua tangannya di depan dada.

Zeano mengangguk-angguk, "gue kira kalian dekat sejak lama pasti pacaran..," ucap Zeano menjeda kalimatnya. "Ternyata cinta bertepuk sebelah tangan...haha," tawa Zeano pecah, saat itu juga Ladira memukul-mukul bahunya karena kesal.

"DASAR LO AMPLAS KERE, BERANI BILANG GITU. GUE BUNUH KUCING BOTAK LO," pekik Ladira membawa-bawa kucing oranye kesayangan Zeano yang di beri nama Kebo.

Bukan hanya karena karena kucingnya kebo atau suka tidur, tapi arti sebenarnya adalah, kucing botak.

Saat kucing itu masih kecil, tidak disangka kalau adik Zeano yang berumur kisaran 3 tahun, menggunting rambut kepala kucing itu, sehingga beberapa bagiannya botak permanen sampai kucing itu tumbuh besar.

"Etdah, jangan berani bunuh kucing gue," ucap Zeano.

Tin...tin..tin.

Suara klakson motor membuat debat antara Ladira dan Zeano terhenti, saat mereka melihat ada Gean dan motornya.

"Ngapain kalian, gak malu kelahi di pinggir jalan," ucap Gean.

Zeano mengangguk, " malu lah," jawabnya.

"Ra, lo ikut gue. Biar gue antar pulang!" Perintah Gean kepada Ladira.

"Eh...eh, enak aja lo. Gue yang antar dia pulang, kita aja tetangga." Ucap Zeano menahan Ladira.

"Sorry, gue gak mau sama lo," tekan Ladira lalu segera menghampiri Gean.

Zeano hanya mencebik kesal, "yasudah, kalau gak mau." Ucap Zeano lalu pergi dari sana.

"Nih helm," Gean menyerahkan helm kepada Ladira, tapi gadis itu tidak menerimanya. "Lo mau ikut atau gue tinggal?" Tanya Gean.

"Lo ngeselin, gue gak mau ikut." Jawab Ladira lalu berjalan meninggalkan Gean.

Gean menghela nafas panjang, "YA UDAH, GUE TINGGAL. GANG NANGGUNG KALAU NANTI LO KETEMU ANJING GILA DI DEPAN GANG!" Teriak Gean lalu menyalakan motornya melewati Ladira.

"GEANN, TUNGGUIN. GUE IKUTT!" Teriak Ladira berusaha mengejar motor Gean yang berjalan lambat.

Dari balik helm, Gean tertawa pelan melihat Ladira dari kaca spion. Dia sengaja berpura-pura tuli, saat Ladira masih mengejarnya.

Brugg

Gean segera menarik tuas rem dan berhenti tiba-tiba, saat melihat Ladira yang jatuh di aspal. Dirinya segera berlari menghampiri gadis yang sudah terduduk sambil memegangi lututnya yang mengeluarkan darah.

"Lo gak papa Ra?" Tanya Gean panik.

"Udah, pergi sana, gak usah tolong gue. Jahat banget, gue capek lari, lo gak mau berhenti." Ucap Ladira kesal.

"Iya, gue minta maaf. Lagian lo juga salah, gue udah nawarin lo buat ikut, tapi malah gak mau." Gean mengambil tisu untuk membersihkan sedikit darah di kaki Ladira, lalu mengikatkan sapu tangannya untuk menutup luka sementara di kaki Ladira.

Ladira hanya diam saat Gean mengobati lukanya untuk sementara, diri ya dapat merasakan kalau suhu tubuh Gean masih belum normal saat tangan laki-laki itu bersentuhan dengan permukaan kulitnya.

"Ya udah, kita ke apotek dulu buat beli obat kaki lo." Gean membantu Ladira berdiri.

"Kalau akhirnya beli obat, ngapain diobatin duluan sih?" Tanya Ladira bingung.

"Makanya, jangan suka bolos. Masalah gitu aja gak tau tujuannya," jawab Gean.

"Emang apa tujuannya?" Tanya Ladira, tidak perduli dengan singgungan dari Gean.

" PPSI, pertolongan pertama sebelum infeksi," jawab Gean asal, tapi memang benar jika itu bertujuan sebelum luka Ladira infeksi.

Karena ketidak luasan pemikirannya, Ladira hanya mengangguk-angguk paham dengan apa yang dikatakan oleh Gean.

...***...

Di sebuah taman kota yang selalu ramai pengunjung di sore hari. Gean sedang mengobati kaki Ladira, dan memasangkan perban untuk menutupi luka yang lumayan besar itu.

"Udah selesai, kita pulang sekarang!" Ucap Gean yang sudah berdiri setelah membereskan barang-barang yang dia gunakan, untuk mengobati kaki Ladira.

Ladira mengangguk, lalu berjalan bersama Gean menuju motor yang terparkir tidak jauh dari taman.

Selama perjalanan, tidak ada yang membuka pembicaraan, hening di antara keduanya. Sampai hari yang mulai gelap, akhirnya mereka sampai di depan rumah Ladira yang lumayan megah untuk di tinggali gadis itu, yang hampir tiap hari tinggal sendiri di rumah.

Gean membantu Ladira untuk berjalan sampai di teras rumah, "lo tunggu sebentar di sini," titah Ladira, sehingga Gean mengangguk dan duduk di sebuah kursi yang tersedia di teras.

Tidak berlangsung lama, Ladira sudah kembali. "Lo berdiri dulu," pinta Ladira.

Setelah Gean berdiri, Ladira memasangkan sesuatu di dahi Gean setelah meminta cowok itu menahan anak rambutnya yang menutupi dahi.

"Ini buat apaan? Kayak anak kecil aja," Gean menunjuk sesuatu yang ada di dahinya.

Ladira tersenyum, "itu plester kompres, dari tadi siang lo demam. Sekalian, bentuk terima kasih karena lo udah banyak bantu gue hari ini," jelas Ladira.

Gean mengangguk-angguk, "oke, terus ini kapan bisa dilepas? Gue kayak bocah pakai ginian," tanya Gean.

Gadis itu mengendus kesal, "katanya lo pintar. Tapi jangan dilepas deh sampai nanti pagi," jawab Ladira akhirnya.

"Oke gue pulang, habis ini mandi, makan, langsung tidur. Lo sakit, jadi harus banyak istirahat," perintah Gean, mengusap pelan kepala Ladira lalu melenggang pergi dari sana.

Ladira yang diperlakukan seperti itu hanya terdiam sesaat, sampai tetangga konyolnya yaitu Zeano berteriak kencang di dalam rumah. Membuat lamunan Ladira buyar seketika. "Tetangga gila," umpat Ladira.

...***...

Balapan

Suasana malam minggu yang begitu ramai, memenuhi sirkuit balap. Deru motor bersahut-sahutan saat masing-masing pengendara motor menaik-turunkan gas motor mereka.

Tepat di depan garis start, tiga motor ninja sejajar berbaris di belakang garis. Yang berbeda kali ini adalah, ketiga pembalap yang sudah siap ini adalah perempuan.

"AYO RA, SEMANGAT!" Pekik Arsa yang berada di pinggir sirkuit bersama, Danael, Gean, dan Naira yang dipaksa oleh Danael untuk ikut.

Dari balik helm ful face yang digunakan, Ladira tersenyum ke arah teman-temannya.

"Lo jangan berharap deh kali ini. Pasti gue yang menang," ucap seorang perempuan yang berbaris di bagian tengah.

"Lo jangan pede, pasti kalian kalah," ucap perempuan di bagian kanan barisan.

"Terserah kalian. Kita lihat aja nanti," balas Ladira.

Perempuan yang berbaris di tengah tertawa pelan, "kalau lo kalah, Danael akan jadi milik gue," ucapnya kepada Ladira.

Ladira hanya diam, dia tidak begitu perduli dengan ancaman itu. Telinganya sudah terbiasa mendengar ancaman itu berulang kali, tapi Naudra seorang gadis yang tidak akan mau menyerah dan tidak akan mengalah akan kekalahannya.

Satu...

Dua...

Tiga...

Suara motor ber deru nyaring, kepulan asap memenuhi sekitar, tepat saat ketiga motor sudah melaju menelusuri sirkuit.

Urutan pertama sekarang dipimpin oleh seorang perempuan, bernama Jinan yang disusul Ladira dan terakhir Naura.

Tapi, belum sempat separuh perjalanan. Jinan kehilangan keseimbangan, sehingga motor dan dirinya berhenti di pinggir sirkuit dengan keadaan memprihatinkan.

Sekarang sudah tersisa Ladira dan Naudra. Tepat saat sebuah tikungan, Naudra berhasil menyalip Ladira.

"Lo harus kalah Ladira," gumam Naudra, menambah kecepatan motornya.

Mengingat jarak finish yang semakin dekat, Ladira semakin menambah kecepatannya. Beberapa meter lagi di depan sana, adalah penentuan siapa yang menang. Posisi Ladira dan Naudra sudah berdampingan, membuat siasat gelap tersirat di pikiran Naudra.

Motor mereka semakin mepet saat Naudra mendekat, tepat saat Naudra mengangkat kakinya untuk menendang body motor Ladira, gadis itu menancap gas motornya cepat, sehingga siasat jahat Naudra gagal dan mengakibatkan motor Naudra hilang kendali dan membuatnya harus berhenti mendadak sebelum kecelakaan terjadi.

Finish...

Tepuk tangan bergemuruh saat pemenang mereka yaitu Ladira berhasil memenangkan balapan malam ini. Danael, Gean, Arsa dan Naira berlari menghampiri Ladira ke tengah sirkuit.

"Wah...kamu hebat bisa menang!" Pekik Naira senang, melihat aksi balap Ladira yang mengagumkan.

"Ini nih, namanya. Murid yang bisa gue andalin," Danael menepuk pundak Ladira bangga.

"Hebat Ra, habis ini jangan lupa traktirannya," serobot Arsa membuat mereka yang berada di sana tertawa.

Ladira mengangguk, "tenang aja, habis ini kita ke kafe buat makan-makan," jawab Ladira.

"Lo gak ada yang luka?" Tanya Gean yang tiba-tiba ikut bertanya, padahal sangat jarang sekali untuk Gean mau menanyakan sesuatu, apalagi keadaan Ladira.

"Apa lihat-lihat, gue cuma nanya keadaan!" Lontar Gean saat teman-temannya memperhatikan dirinya.

Danael menepuk pundak Gean, "tumben lo bisa perhatian sama orang? Apa ada maksud tertentu?" Tanya Danael.

"El, gak boleh gitu. Gean punya niat baik buat nanyain keadaan Ladira, gak mungkin kan punya maksud gak baik." Nasihat Naira kepada Danael yang merupakan pacarnya sendiri.

Danael tersenyum, "enggak gitu kok, cuma nanya aja," jawab Danael lalu merangkul Naira.

"Ehemm, kita ke kafe sekarang," ucap Ladira, membuat teman-temannya bersorak heboh, karena mereka akan makan gratis hari ini.

...***...

Suasana kafe lumayan ramai, karena Ladira memutuskan mengajak beberapa teman-temannya yang mau ikut dari sirkuit balap, untuk makan bersama di sana.

"RA, I LOVE YOU. KAPAN MAU PUNYA PACAR, KALAU BOLEH SAMA GUE AJA!" Teriak seorang laki-laki yang bersorak heboh dari meja lain.

Ladira hanya menggeleng dan tertawa pelan, menanggapi kegilaan teman-temannya.

"El, jangan banyak minum. Nanti kalau kamu sampai mabok, aku gak suka ya," imbuh Naira, tidak suka saat Danael hampir menghabiskan satu botol bear.

"Tenang aja sayang," ucap Danael merangkul erat Naira, sehingga gadis itu merasa khawatir jika Danael akan mabok dan berbuat tidak baik.

Mata Ladira masih menyorot ke arah dua sejoli yang duduk berdampingan di depannya, entah apa yang Ladira rasakan sampai dia merasa tidak ingin melihat interaksi romantik antara Danael dan Naira.

"Ra, lo jangan minum banyak." Ucap Gean menahan Ladira yang ingin meminum minumannya kembali.

Ladira berdecak kesal, "terserah gue, jangan banyak ngatur," Ladira menarik tangannya yang Gean genggam.

"Cukup Ra, lo bisa mabok," Gean mengambil paksa minuman itu dari Ladira.

Brang...

"Lo ngelarang Ladira minum? Ayolah Ge, gak masalah," Danael yang sudah berada di ujung kesadaran menarik Ladira duduk di sampingnya.

Gelas kembali terisi penuh dengan ber, sehingga Danael dan Ladira tertawa puas meminum minuman itu sampai habis.

"El, jangan banyak-banyak," Naira menarik-narik lengan Danael.

"KALAU GAK SUKA, YA JANGAN GANGGU!" Bentak Danael tanpa sadar, sehingga membuat Naira menunduk takut. Mati-matian gadis itu menahan air mata yang ingin meluncur dari kelopak matanya.

Arsa yang masih dalam kendali, karena tidak minum terlalu banyak segera menghampiri Naira. "Nai, gue anterin lo pulang yuk. Gak baik juga kalau lo harus pulang larut gini," Arsa mengulurkan tangannya.

"Lo pulang Nai, biar mereka gue urus," Gean menunjuk Danael dan Ladira, yang sudah tidak perduli keadaan sekitarnya karena minuman mereka sudah mengambil alih kesadaran masing-masing.

Naira mengangguk dan menerima tawaran Arsa untuk mengantarnya pulang.

Setelah Arsa dan Naira sudah pergi, Gean duduk di sebelah Ladira dan mengecek suhu tubuh gadis itu. Ternyata benar dugaannya, Ladira pasti demam setelah mengonsumsi alkohol.

"Reno, bawa El pulang!" Titah Gean dan langsung dilaksanakan.

"Ra, udah cukup. Sekarang kita pulang," Gean merampas paksa gelas dari tangan Ladira dan menahan kedua tangan gadis itu untuk segera berhenti.

"Haa, Gean. Gue masih mau," rengek Ladira.

"Lo bisa sakit." Gean mendekap tubuh Ladira, sehingga gadis itu diam dan tidak lama setelahnya dia langsung tertidur dengan cepat di dalam pelukan Gean.

...***...

"HAAA, TAKUT!" Teriak Ladira melompat ke atas pangkuan Gean yang duduk di kursi kemudi.

Gean memekik pelan saat lutut Ladira menghantam aset berharganya di bawah sana. "Ra...Ra...Ra, ADUHH. KAKI LO!" Teriak Gean tanpa sadar. Mencoba mati-matian menahan diri untuk tidak mendorong Ladira, yang sedang memeluk erat lehernya.

"Takut, petir nya buat telinga aku sakit," lirih Ladira saat kesadarannya masih dikuasai alkohol yang baru dia minum tadi.

Saat Gean ingin mengantarkan Ladira pulang menggunakan mobilnya, tiba-tiba hujan turun sangat lebat. Membuat Gean tidak ingin mengambil resiko untuk tetap melaju, dan memilih berhenti untuk menunggu hujan sedikit reda.

"Ra, bisa geser kakinya," pinta Gean pelan sambil mengangkat kaki Ladira sedikit menjauh dari bawah sana.

Masih dengan posisi yang sama, sampai hujan reda. Gean membantu Ladira yang sudah tertidur pulas, kembali ke tempat duduknya semula.

Tubuhnya terasa remuk setelah hampir setengah jam Ladira memeluk dirinya sampai hujan reda.

Akhirnya mobil bisa kembali Gean jalankan.

...***...

"PEREMPUAN MACAM APA KAMU. PULANG MALAM BAU ALKOHOL, SAMA SIAPA KAKU SAMPAI LUPA PULANG HAH!" Amarah Hendra kepada Ladira yang merupakan putri satu-satunya.

Plak...

Satu tamparan lagi dihadiahi Hendra pada pipi Ladira untuk kesekian kalinya.

"Dira, minta maaf pa. Tadi Dira cuma kumpul sama teman-teman," tangis Ladira memohon.

"Kumpul sambil belajar mabok? Di mana masa depan kamu kalau terus begini?"

"Bukan gitu," Ladira menggeleng.

Hendra menyeret Ladira menuju keluar rumah, "SEBAGAI HUKUMAN, MALAM INI KAMU TIDUR DI LUAR SAMPAI PAGI," tegas Hendra meninggalkan Ladira yang menangis. Hujan yang kembali turun membuat ya harus menahan dinginnya udara di luar sana.

...***...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!