Pagi hari jalanan nampak padat merayap. Suara klakson kendaraan bersautan. Polusi udara mulai merusak udara pagi. Seorang wanita terduduk diam di dalam mobil seraya memijat pelan dahinya. Hampir setengah jam ia terjebak dalam kemacetan, sehingga membuatnya mulai bosan.
"Huff....begini nih jadinya kalau berangkat kesiangan. Seharusnya gue berangkat lebih awal, pokoknya besok gue harus berangkat pagi biar nggak kejebak macet kaya gini"Kesal seorang wanita cantik yang tengah melihat sekeliling. Pandangan mata terhalang banyaknya kendaraan yang ada di sekitar sana, bahkan untuk keluar berjalan di tengah kemacetan itu sungguh mustahil. Jam baru menunjukkan pukul setengah tujuh pagi, tapi jalanan sudah sangat padat. Bola mata tertuju pada sebuah ponsel "Mana dia udah telepon terus dari tadi...." Meraih ponsel lalu mematikan telepon dari seseorang. Sejak tadi ponselnya tidak berhenti berdering. Hal itu membuatnya tambah pusing.
"Ayolah, kenapa jalan padat sekali hari ini. Telat sedikit saja bisa kena maki gue" Menyalakan klakson mobil, tapi tetap saja jalanan tidak bisa langsung terbuka lebar untuknya. Banyak pengendara lain yang juga ingin segara keluar dadi kemacetan.
Sekitar lima belas menit wanita itu baru bisa keluar dari kemacetan. Segara tancap gas menuju tempat tujuan "Bisa kena semprot lagi nih sama pak bos..." Menepuk kening seraya terus melajukan mobil yang di kendarai.
"Awwww...." Mengerem mendadak ketika ada seorang pejalanan kaki nyelonong masuk ke jalan raya membuatnya hampir menabrak pengguna jalan tersebut "Woy....kalau jalan lihat kiri kanan napa, buta lo ya? apa udah bosen hidup? kalau nggak mau hidup lagi nggak gitu juga caranya" Membuka kaca mobil sembari memaki seorang pria paruh baya yang tengah membawa barang dagangan.
"Maaf mbak, saya tidak memperhatikan jalan. Sekali lagi saya minta maaf" Pria paeuh baya itu menunduk seraya membungkukkan badan tanda permintaan maaf.
"Enak saja maaf, maaf. Emang bapak pikir dengan kata maaf bisa kembaliin mood saya?"
"Iya, mbak. Saya ngaku memang saya yang salah"
"Makanya punya mata di pake jangan di jadiin pajangan saja" ketus wanita tersebut seraya kembali menuntup kaca mobil. Perlahan mobil kembali melaju. "Heran deh gue pada nyebrang jalan nggak pada nengok kiri kanan, di kira jalanan nenek moyang dia apa?"
"Cakep cakep tapi sayang pemarah" Melihat si wanita melajukan mobil menjauh dari tempat lelaki tadi.
"Ihhhhh....hari ini menyebalkan sekali" Memukul stir kemudi. Hari ini begitu menguras emosi sampai membuatnya hampir meledak.
Aira Andini, 25 tahun bekerja di salah satu perusahaan ternama di kotanya. Aira termasuk wanita mandiri. Di kota besar ini ia hanya hidup sendiri tanpa orang tua. Kedua orang tuanya meninggal beberapa tahun yang lalu akibat kecelakaan lalu lintas. Aira sendiri adalah anak tunggal. Semenjak kepergian kedua orang tuanya mau tidak mau ia harus bisa menghidupi sendiri.
"Kenapa dia belum datang juga? sudah jam berapa ini? di telepon tidak di angkat di chat tidak di balas(Geleng kepala) sebenarnya dia kemana saja sih" Seorang lelaki tengah berdiri mematung melihat jam tangan. Beberapa kali melihat layar ponsel berharap ada panggilan masuk atau pesan dari seseorang yang ia tunggu. Setelah satu minggu berada di luar kota untuk tujuan bisnis, sekarang ia ingin segera bertemu dengan seseorang yang paling di rindukan. Waktu terasa berjalan lambat kala harus terpisah jauh dari orang yang di sayang. Gerak jarum jam tak kunjung memutar. Kerinduan mulai menggebu tak menentu.
Drttt....
Ponsel Aira kembali berdering segera ia melajukan kendaraan menuju bandara. Sesampainya di sana Aira berlari mencari sosok lelaki yang tidak lain adalah bos sekaligus kekasih hatinya.
"Kamu di mana?" tanya Aira pada seseorang di telepon.
Dari kejauhan si lelaki melihat Aira kebingungan mencari keberadaannya. Peralahan langkah kaki mulai mendekat. "Berbaliklah..."
Seketika Aira berbalik badan "Sayang....." Melihat seorang lelaki tampan sudah terdiri tepat di hadapannya, membuat senyum manis Aira mengembang. Dengan penuh semangat Aira langsung berlari lalu memeluknya.
"Hey....kendalikan diri kamu, nanti ada yang melihat kita bagaimana" Melepas pelukan Aira.
"Kemana saja sih kamu, kenapa baru datang? saya sudah lama lho nungguin kamu?" guratan di dahi lelaki itu menunjukan kekesalan terhadap si wanita.
"Jalanan itu macet parah, sayang. Di tambah lagi tadi aku hampir saja nabrak orang tau, semua gara gara kamu" Melupat kedua tangan merasa kesal.
Memicingkan mata "Kok salah saya?"
"Ya jelas lah salah kamu, udah jalan macet ngomel terus jadi aku kan pusing"
"Iya deh iya saya yang salah. Maaf ya sayang ku. Tapi kamu nggak kenapa napa, kan? ada yang luka tidak?" melihat dati ujung kaki sampai kepala.
"Aku baik baim saja kok. Yang skait itu di sini" Meyentuh dada sembari tersenyum.
"Kamu itu bisa aja..."
David Nicholas Narendra, 30 tahun. Putra dari Nicholas Narendra, pengusaha ternama di kotanya. Mempunyai banyak bisnis dan club malam di berbagai tempat. Harta berlimpah bukan jaminan hidup bahagia, sebab apa yang di inginkan belum tentu kesampaian. Hidupnya di stir oleh kedua orang tua. Dalam hidup David tidak ada hal yang bisa di pertimbangkan karena keputusan selalu di tangan kedua orang tuanya. Ia tidak punya pilihan untuk menolak apa lagi memilih. Kehidupannya tidak sesempurna karirnya, tidak ada hal menarik yang menbuatnya bersemangat. Hidup seperti tidak ada artinya kala kedua orang tua terus campur tangan dalam kehidupan pribadi sang anak.
(Melihat dia berada di sisiku membuat hati terasa nyaman. Nggak ada yang lebih membahagiakan selain keberadaannya) Senyum David mengembang melihat wajah manyun sang kekasih.
"Marah?" Meraih bagu Aira "Jelek tau kalau marah gini, mending senyum biar tambah cantik" Melebarkan ujung bibir Aira "Nah gitu baru cantik" Mengusap ujung kepala gemas melihat sikap manja sang kekasih.
"Emmmm....aku kangen" Mengusap dada bidang sembari membenahi pangkal dasi.
David membelai manja rambut Aira sembari merangkulnya "Saya juga sangat merindukan kamu. Setiap malam selalu terbayang saat indah bersamamu sampai membuat saya terjaga sepanjang malam."
"Bohong? paling kamu lagi kangen sama dia, kan?"
David membungkam mulut Aira "Jangan sebut orang lain saat kita bersama, hal itu membuat ku muak dengan hidup ini." Tiba tiba saja David menjadi kesal kala Aira hendak mengungkit seseorang.
Sigap Aira memeluk David "Maaf sayang aku nggak bermaksud begitu kok"
Aira mendongak melihat wajah sang kekasih. Nampak bersinar terang dengan senyum tipis di ujung bibir "Kita makan dulu yuk, saya sangat lapar" Mengusap perut karena merasa lapar. Sejak bangun tidur sampai sekarang David belum makan apa pun.
"Ayo, enaknya makan apa ya" Menjentikkan jari telunjuk di dagu.
"Saya maunya makan kamu saja deh" Tatapan nakal David membuat Aira langsung tersipu malu "Ah....kamu ini baru ketemu udah nakal deh" mencubit pelan lengan David.
David berbisik "Seminggu nggak makan kamu bikin saya rindu"
"Sabar dulu dong. Sebelum makan aku, bagaimana Kalau kita isi perut dulu biar kuat sampai lima ronde(Menyeringai manja). Bagaimana kalau kita ke tempat biasa saja, udah lama nggak kesana" ujar Aira.
"Bener ya lima ronde? awas nanti kalau baru satu ronde udah nggak sanggup..." mencubir pinggang Aira.
Aira mengangguk sembari melingkarkan tangan di pinggang David "Pokoknya buat hari ini bisa kok sampai lim ronde"
Mencubit hidung Aira "Awas ya kalau bohong...." Sembari bercanda mereka menuju parkiran.
"Sini biar saya yang nyetir" Meminta kunci mobil kemudian membukakan pintu untuk sang kekasih "Silahkan tuan putri tercinta" Melebarkan senyum dengan badan sedikit membungkuk.
"Terima kasih sayang" Ketika hendak masuk ke dalam mobil, Aira meninggalkan kecupan di pipi kanan David hingga membuatnya langsung berbunga bunga. Jarang sekali ada seorang wanita berinisiatif mencium lelaki terlibih dahulu. Biasanya wanita itu paling suka di cium bukan mencium, tapi beda dengan Aira. Wanita cantik nan lincah itu terus memberikan kesan tersendiri bagi David. Bersama Aira ia bisa mengenal arti cinta. Darinya ia dapatkan sebuah kenyamanan yang di impikan.
Tidak mau kalah, David pun menunduk lalu mencium bibir Aira. Mereka saling memejamkan mata meresapi kerinduan yang sudah lama tertahan.
"Ehem..." Seseorang berdehem melihat adegan panas antara mereka. Sontak David melepas ciuman kemudian buru buru menutup pintu mobil.
"Lihat tempat dong pak kalau mau sayang sayangan" Tegur seorang yang baru saja keluar dari mobil. Tanpa kata David segera berlari menuju kursi kemudi.Malunya tidak tertahankan. Baru kali ini ia lepas kendali di hadapan umum. Semua terjadi dekat dengan Aira. Hanya bersamanya ia bisa merasakan bagaimana di cintai dan mencintai.
"Ih kamu sih sayang jadi malu kan jadinya" Aira memukul pelan lengan David.
"Salah kamu yang mencing duluan...." Sembari melajukan mobil keluar dari bandara.
"Kamu tau nggak sayang selama kamu nggak ada di sini, aku tu kesepian. Lain kali kalau mau ke luar kota aku ikut ya, boleh kan?"Menggelayut manja di lengan David.
"Apa sih yang enggak buat kamu"
"Sayang kamu mau cobain makanan aku, Enak lho" Aira menyuapkan sesendok nasi goreng ke mulut David. Dengan senang hati David mamakannya. Sendok bekas Aira tidak menjadi masalah untuknya selama itu bekas sang kekasih. Tidak ada rasa jijik sedikit pun yang ada hanya bahagia. Padahal David bukan tipe lelaki sembarangan. Sedikit saja ia di sentuh seseorang pasti tidak ada kata ampun bagi orang tersebut. Pengusaha tampan seperti David tentu bangak wanita di luar sana ingin mendekati, tapi sikap arogan David membuat para wanita takut berada di dekatnya. Pernah beberapa kali ada wanita malam mendekatinya berusaha menggoda, namun siapa sangka mereka langsung di tendang oleh David. Tidak sembarang wanita bisa dekat dengannya.
Melihat reaksi David membuat Aira mencondongkan badan "Kenapa? kok mukanya gitu, nggak enak ya?"
Seketika wajah David memerah "Bukan tidak enak tapi terlalu pedas untuk saya" Meraih segelas teh madu lalu meminumnya.
"Siapa bilang ini pedas? orang pedesnya sedang kok. Nih aku cobain ya..." Menurutnya nasi goreng itu tidak sepedas yang David katakan. "Nggak pedas sama sekali..." Hendak menyuapkan nasi ke dalam mulut, tapu di hentikan David "Jangan makan lagi..."
"Tapi ini nggak pedas sama sekali sayang. Buktinya aku nggak kepedasan..." ujar Aira.
David masih merasa kepedasan karena memang dia tidak suka makanan pedas. "Kamu itu di bilangin stop makan pedas bandel banget, sih" Mencubit salah satu pipi Aira "Nasi goreng ini terlalu pedas. Lain kali kamu nggak boleh makan makanan pedas lagi. Ingat, nanti asam lambung kamu kambuh lagi" Meraih sepiring nasi goreng milik Aira "Mbak...." Melambaikan tangan kepada salah seorang pelayan resto.
"Iya, pak. Ada yang bisa kami bantu?"
"Bukannya tadi saya sudah bilang kalau nasi gorengnya jangan pedas, kenapa jadi sepedas ini?" Maki David.
Pelayan itu terlihat melirik Aira. "Mohon maaf pak sebelumnya, tapi mbaknya yang minta di ganti dengam nasi goreng pedas. Beliau tadi menghampiri saya untuk mengganti pesanan bapak" Ujarnya terus terang.
Seketika David menolah "Jadi ini ulah kamu?"
Aira hanya tersenyum.
"Astaga..." David pun geleng kepala.
"Ya sudah tolong buatkan lagi satu nasi goreng. Ingat, tanpa cabai sedikit pun"
"Baik, pak. Mohon di tunggu" Pelayan tersebut langsung pergi.
"Kamu bandel sekali sih, di bilangin nggak boleh makan pedas masih saja nekat. Nanti kalau kamu sakit lagi bagaimana? saya nggak mau lihat kamu sakit kaya dulu lagi"
Aira menyentuh kedua tangan David "Iya deh iya, aku minta maaf sayang. Janji deh nggak makan pedas lagi"
Melihat senyuman di bibir Aira meluluhkan hati yang sempat memanas. "Janji ya tidak boleh ingkar" Membelai tepi wajah sembari menyibakkan beberapa helai rambut "Saya bawel seperti ini demi kesehatan kamu juga. Kalau kamu sakit saya psti sedih"
"Iya sayang, maaf ya" Mengusa tangan David seraya melebarkan senyum.
"Hem...."
"Ih....kok gitu sih jawabnya. Marah ya?" berusaha mebujuo sang kekasih supaya tidak marah padanya.
"Mana bisa saya marah sama wanita secantik kamu ini"
Tak berapa lama pesanan datang lalu mereka lanjut makan.
Selesai makan mereka pun menuju suatu tempat yang telah di rencanakan. Jarak dari resto menuju tempat tujuan kurang lebih satu jam lamanya.
"Saya sangat merindukan kamu, sayang. Satu minggu tidak bertemu serasa langit mendung selalu" Membelai mesra rambut lurus Aira. Sebuah jepit rambur menyibakkan bebera helai rambut manambah kesan cantik. Rambut hitam kecoklatan terurai indah. Aroma wangi dari ujung kepala tercium semerbak bagi siapa saja yang ada di dekat Aira. Aira sangat pandai merawat diri hingga bisa di bilang sempurna. Lekuk tubuh yang tidak terlalu ramping tapi juga tidak terlalu gemuk menambah kesempurnaan ciptaan Tuhan ini. Berat badan bersisar 55 kilo gram. Tidak terlalu kurus dan tidak terlalu gemuk.
"Ah kamu bisa aja sih, sayang." Meraih tangan David sembari menciumi telapak tangan sang lelaki tampan."Aku juga sangat, sangat, sangat merindukan kamu. Tanpa adanya kamu hidup ini pun terasa hampa" Raut wajah manja Aira membuat jantung David berdetak kencang. Sejak pertama mereka bertemu David sudah menaruh hati padanya. Tidak mudah bagi David langsung jatuh hati pada seorang wanita, apa lagi baru pertama kali bertemu. Pertemuan mereka karena unsur ketidak sengajaan. Pada saat itu David baru saja keluar dari mobil sembari berjalan perlahan masuk ke dalam kantor, tiba tiba saja dari samping ada seorang wanita tergesa gesa masuk dan menyengol lengannya. Saat itu Aira tidak tau bahwa lelaki yang ada di sampingnya saat itu adalah petinggi perusahaan. Ia mengira kalau dia hanya sebatas karyawan biasa saja. Aira yang baru saja di terima di perusahaan itu langung meminta maaf seraya mengulurkan tangan, memperkenalkan diri sebagai karyawan baru. Dari sejak itu David selalu mengingat namanya. Bagai terkena sihir, setiap malam dalam tidur terbayang wajah Aira. Hingga suatu ketika mereka di pertemukan kembali. Dengan santai Aira melambaikan tangan ke arah David yang baru saja datang. Semua orang melongo melihat sikap berani Aira. Aira bingung mengapa semua orang menatapnya seraya berbisik satu dengan yang lain. Pandangan mereka membuat Aira terheran apa salahnya jika dia menyapa rekan kerja. Namun, siapa sangka lelaki yang ia anggap sesama pekerja adalah pemilik perusahaan. Segera David menghampiri Aira lalu memerintahkan untuk ikut dengannya. Dengan polos Aira ikut dengan David tanpa rasa curiga sedikit pun. Tiba tiba saja mata Aira membulat sempurna kala David masuk ke dalam ruang CEO. (Mati gue ternyata dia CEO) ucapnya kala itu. Setelah sampai di dalam ruangan, benar saja dugaan Aira, bahwa David adalah CEO perusahaan. Ia pun langsung meminta maaf. David berjalan mendekati Aira yang tengah berdiri mematung sembari menundukan kepala. David segera berbisik padanya bahwa hanya Airalah satu satunya karyawan yang berani memanggilnya dengan sebutan rekan kerja. Sejak pertama kali David mulai tertarik dengan keberanian juga kepolosan Aira, sampai Aira langsung di angkat sebagai asisten pribadinya. Betapa terkejutnya Aira saat mendengar dia naik jabatan secara cepat. Baru beberapa hari masuk kerja langsung di angkat menjadi asisten pribadi CEO. Tentu semua itu membuat orang lain iri padanya. Mendengar orang baru langsung naik jabatan setinggi langit, membuat Aira di tuduh memakai sihir dalam mencapai puncak kejayaan. Padahal Aira sendiri tidak menyangka akan secepat ini mendapat jabatan tinggi di perusahaan. Mau nolak tapi kesempatan tidak datang dua kali. David sendiri sudah mengambil keputus yang mana tidak ada satu pun orang boleh menentangnya. Semenjak itu mereka semakin sering bertemu dan jalinan cinta perlahan tumbuh.
"Saya paling suka melihat kamu manja seperti ini" Mencubit hidung Aira seraya tersenyum.
"Jelas dong pacar siapa dulu..."
Kembali terfokus pada stir kemudi "Ehem....memang pacar siapa sih?"
Seketika Aira melipat kedua tangan sembari membuang muka "Oh jadi nggak di anggap nih, Oke nggak apa apa. Cari cowok lain saja masih banyak kok. Toh aku masih bisa cari pacar baru di luar sana"
"Aw....." Pekik Aira kala mobil tiba tiba mengerem mendadak.
"Berani sekali kamu bicara seperti itu sama saya? udah bosen sama saya?"
Tatapan tajam David membuat Aira tidak bisa manahan tawa "Aduh pak CEO kalau lagi cemburu gini makin genteng deh. Jadi tambah cinta..." Membenahi pangkal dasi yang di bapak David seraya mengeluarkan lirikan maut.
"Saya nggak suka kamu bicara sembarang seperti ini. Kamu itu hanya milik saya, titik" Ultimatum kepemilikan membuat Aira gembira. Pasalnya dia mampu melampaui jutaan wanita yang ingin mendapatkan cinta David.
"Uh...jangan marah dong sayang, aku cuma bercanda kok. Senyum dong"
David pun memaksakan senyum.
"Nah, gitu baru pacarnya aku" Memeluk badan David.
"Benar ya tidak boleh bicara seperti itu lagi" Ujar David memperingati.
"Iya janji" Mengacungkan dua jari, jari telunjuk dan jari tengah. Mobil pun kembali melaju.
Sebelum berangkat mereka singgah ke aparteman pribadi milik David. Tempat biasa meraka bertemu. David sengaja menyewa apartemen untuk wanita simpanannya. Kerap kali mereka datang bersama sekedar melepas kerinduan. Meski begitu hubungan mereka di luar sana hanya sebatas bos dan bawahan.
"Sayang, makasih ya untuk waktunya hari ini(Menggelayut manja di lengan David). Aku seneng banget kamu meluangkan waktu untuk bertemu dengan ku" Di dalam mobil mewah itu meraka saling bermesraan. Sepanjang jalan di lalui terasa indah penuh warna.
Sembari menyetir David menjawab "Bukankah hampir setiap hari kita bertamu?"
"Tapi situasinya beda. Kalau di kantor kita kaya orang asing tapi di luar jam kerja kita sepasang kekasih."
"Bagaimana pun saya tetap mencintai kamu, di luar kantor mau pun di dalam kantor. Pokoknya setelah ini waktu saya akan lebih banyak untuk kamu seorang, sayang"
"Makasih sayang ku, kasih ku, cinta ku. Emuah....." Terlampau bahagia sampai Aira kembali mencium pipi David. Samar terlihat bekas lipstik menempel di pipi David.
(Dengan begini semua akan tau siapa pemilik hati Tuan David Nicholas Narendra. Meski kedua orang tuanya tidak merestui tidak masalah untuk ku, yang terpenting saat ini putra mereka ada di genggaman ku) Hubungan mereka tidak hanya sebatas asisten dan bos melainkan juga teman ranjang. Keduanya kerap melepaskan hasrat dalam diri demi mencapai kepuasan semata. Hubungan mereka memang di landasi dengan cinta, tapi apalah arti sebuah cinta jika hubungan di bangun atas penderitaan orang lain. Cinta mereka terjalin hampir tiga tahun lamanya. Ketika David memantapakan hati dengan pilihannya tiba tiba saja anggota kelaurga menjodohkan dia dengan anak dari teman lama sang ayah.
"Mau berapa ronde lagi?" David menggoda Aira sembari terus fokus pada jalan raya.
"Apaan sih. Yang tadi saja membuatku kesulitan jalan, masih mau tambah lagi? dasar kamu ini nakal sekali"
David tersenyum "Kalau bersama kamu mau sehari tujuh kali pun saya selalu siap"
"Dih ngomongnya mulai deh"
Obrolan mereka menjurus pada hal sensitive.
"Non, kenapa duduk di luar dari tadi? lagi nunggu tuan pulang, ya?" Tanya seorang asisten rumah tangga.
Pandangan mata tidak lepas dari pintu gerbang yang tak kunjung terbuka "Saya khawatir bik sama mas David, sampai sekarang belum ada kabar darinya. Mau telepon takut dia marah" Wanita cantik dengan rambut panjang terurai indah.
Asisten rumah tangga duduk di lantai sedangkan dia duduk di kursi. "Bibi duduk di atas saja..." Ujarnya sembari membantu bibi berdiri.
"Tidak non, bibi duduk di bawah saja. Kalau boleh bibi sarankan lebih baik non langsung ke kantor Tuan deh. Bawain makan siang, pasti Tuan senang banget"
"Boleh jug tuh bi. Kalau begitu bantuun saya masak yuk"
"Selamat siang pak" Dua orang satpam menundukkan kepala seraya tangan kanan di lipat ke perut. Sebagai tanda hormat mereka kepada atasan. Jantung berdetak kencang melihat sang CEO telah pulang dari luar kota.
David tidak merespon mereka. Langkah kaki terus masuk ke dalam tanpa melihat kiri kanan. Bersama dengan Aira ia menuju ruang kerja. Di dalam kantor mereka nampak selayaknya atasan dan bawahan. Tidak ada satu orang pun menaruh curiga pada hubungan mereka, sebab tidak ada gerak gerik mencurigakan.
"Gawat, pas bos sudah kembali" salah seorang karyawan melihat kedatangan sang pemilik perusahaan.
"Duh, bisa kena maki kita setiap hari" Sambung salah satu karyawan lain. David terkenal sebagai CEO disiplin dan bertanggung jawab. Jika para karyawan sedikit telodar entah dalam pekerjaan atau pun dalam berpakaian, dia akan langsung mengoceh sepanjang waktu. Bahkan dengan tega bisa memotong gaji mereka. Lembur tiap malam sampai hampir tidak bisa pulang ke rumah. Sikap David mencerminkan betapa kerasnya hidup. Di banting keadaan tidak goyah, di timpa masalah tidak pasrah. Berjuang sampai akhir demi mendapatkan yang terbaik.
Dalam usaha proseslah yang mampu membuat mereka kuat dalam situasi apa pun. Hidup itu tidak hanya menikmati hasil tapi belajar dari sebuah proses.
"Yah padahal baru satu minggu kita kerja nyaman tanpa pak bos, tapi sekarang untuk istirahat saja kita tidak akan bisa" Banyak karyawan mengeluh atas sikap bos mereka. Kejam bukan main. Ada salah sedikit saja langsung ambil tindakan tegas. Di tambah lagi peraturan kantor begitu ketat. Pertama, setiap karyawan harus datang tepat waktu, atau gaji mereka akan di potong. Kedua, mereka di larang keras bermain ponsel saat jam kerja. Ketiga, di larang bicara tidak penting saat jam kerja berlangsung, dan masih banyak lagi.
"Selamat siang, bapak David ada di ruangan tidak?" Tanya Diandra, selaku istri dari David. Ia bertanya pada kedua satpan tengah berjaga di depan kantor. Diandra tipe wanita baik hati tidak sombong meski anak dari salah satu pengusaha ternama di kotanya. Bahkan sampai di persunting keluarga David, ia tetap sama tidak menampilkan kesombongan.
"Beliau baru saja datang, buk. Mungkin baru sepuluh menitan" Ujar salah satu satpam.
Sontak Diandra terkejut "Baru datang?"
"Benar, buk."
"Oh ya sudah kalau begitu, terima kasih" Perlahan ia masuk ke dalam kantor. Hati mulai merasa gelisah "Kenapa bisa mas David baru datang seharusnya pesawat Landing sekitar jam tujuh, lalu beberapa jam ini dia kemana saja? padahal mas David tidak pulang ke rumah, atau jangan jangan dia...." Prasangka buruk mulai menggerogoti pikiran Diandra. Namun, segera di tepis olehnya. Ia tidak mau berpikir buruk atas diri David karena rasa cintanya begitu tinggi.
Menggeleng kepala "Tidak, saya tidak boleh berprasangka buruk terhadap suami sendiri. Saya tidak mau prasangka ini menjadi doa yang nantinya akan menyakiti diri sendiri. Mungkin saja tadi mas David ada meeting di luar " Senyumnya kembali mengembang.
"Selamat siang bu Dian...." Sapa salah seorang karyawan di sana.
"Siang, oh iya suami saya ada di ruangan?"
"Ada buk. Baru saja beliau masuk"
"Terima kasih" Dengan santun Diandra langsung menuju ruangan suaminya.
"Andai saja bu Diandra jadi pimpinan perusahaan, pasti kita nggak bakal bekerja sekeras ini. Kita itu udah kaya kerja rodi saja" Celetuk salah seorang pegawai.
"Husttt....jangan bicara sembarangan, kalau sampai pak bos dengar bisa langsung out kamu" Ujar yang lain.
"Iya nih kamu ini kalau bicara jangan asal nyeplos. Nanti kalau kamu kena panggil pak bos jangan bawa kita kita lho"
"Hehe...iya deh gue minta maaf. Habisnya gue heran sama pak bos...."
"Sssssssttttt....diam." beberapa orang mengacungkan jari telunjuk dekat bibir mereka. Meminta dia menghentikan ucapan. "Udah jangan banyak bicara, ketahuan pak bos habislah kita" Mereka pun kembali bekerja ke tempat masing masing. Suasana kantor nampak hening hanya ada suara langkah kaki dan dering telepon kantor.
Tok, tok...
Diandra mengetuk pintu.
"Biar saya buka pintu" Aira beranjak dari tempat kerjanya lalu perlahan membuka pintu. David terlihat begitu sibuk dengan laptop.
"Bu Diandra, silahkan masuk" Sapa Aira berpura pura baik. Kedatangan Diandra membuatnya kesal.
"Terima kasih" Ia pun langsung masuk ke ruangan David.
"Mas..." Ucap Diandra.
David melihat sesaat lalu kemudian kembali fokus dengan laptop "Ngapain kamu ke sini?"
Diandra melihat ke arah Aira yang masih berdiri mematung di sebelahnya. Kode itu langsung di tangkap Aira. (Masa iay gue harus keluar sih. Mau ngomng tinggal ngoming saja, pake nyuruh gue kelaur segala) Dalam hati Aira merasa kesal. Menjadi nomor dua memang harus mengalah katika istri sah mendatangi sang suami.
"Kalau begitu saya permisi keluar sebentar" Ujar Aira. Mendengar kalimat tidak menyenangkan dari bibir Aira, segera David menatapnya. "Saipa yang meminta kamu keluar ruangan? ini masih jam kerja jadi stay di tempat mu. Seharusnya yang tidak bersangkutan kekuar dari sini"
Aira berbalik badan sembari tersenyum. "Baik, pak" Dalam hati ia bangga meski hanya Menjadi Yang Kedua tapi selalu di utamakan. Percuma dong kalau jadi yang utama tapi selalu di nomor duakan.
"Tapi mas...." protes Diandra.
Tatapan kesal David membuat Diandra ketakutan. "Ya sudah kalau mas masih sibuk kerja, saya hanya mau kasih makan siang saja. Di makan ya mas, tadi saya sama bibi sudah masak makanan kesukaan mas David" Senyum manis melebar di bibir Diandea. Namun, David memutar bola mata seolah tidak suka melihatnya. "Saya sudah kenyang. Bawa balik saja atau buang di tempat sampah" Ketus David seraya kembali menatap layar laptop.
(Tau rasa kamu. Dasar wanita nggak tau malu, udah di tolak masih saja nekat) Lirih Aira sembari menertawai Diandra.
Seketika Diandra kecewa karena suaminya menolak menerima brkal makanan yang ia bawa. Tidak hanya sekali dua kali, tapi hampir setiap hari bekal buatannya di tolak. "Baiklah, kalau begitu saya pulang dulu" Wajah yang tadinya bahagia menjadi murung.
"Mari buk saya antar keluar" Aira bersikap seolah dua asisten yang baik. Padahal di belakang sikap manisnya itu tersimpan niar yang jahat.
"Tidak perlu. Kamu cukup duduk lanjutkan pekerjaan. Dia punya kaki, punya mata, harusnya bisa keluar sendiri nggak usah manja" ketus David.
Istri mana tidak sedih jika di perlakukan seperti itu, apa lagi di depan orang lain. Langkah kaki terasa berat kala mendapati perlakuan David kepadanya. Air mata pun jatuh perlahan. Aira melihat air mata jatuh dari mata Diandra. Membuatnya bersorak dalam hati (Rasain Lo, emang enak. Makanya jadi cewek nggak usah sok perhatian. Salah sendiri berani merebut milik gue, sekarang hidup lo gue bikin hancur. Sama sewaktu Lo merebut David dari gue)
"Kenapa masih diam saja? cepat pergi" Ucapan David membuat Diandra tidak tahan lagi. Segera ia berlari keluar ruangan sang suami.
David bangkit lalu menghampiri Aira. "Kenapa manyun seperti itu?" duduk di meja kerja Aira sembari meraih dagu sang kekasih.
"Nggak apa apa" Membuang muka dengan membuka beberapa file depan meja.
David tersenyum "Kamu marah ya? dih cantiknya jadi hilang lho" Mencubit hidung Aira.
"Apaan sih" Menepis tangan David dari wajahnya.
Emuah....
Demi mengembalikan mood sang kekasih, David langsung mencium kening Aira. "Siapa pun dia tetap hanya kamu di hati saya. Kamu adalah ratu di hidup ini" Senyum Aira seketika mengambang.
"Aku tuh nggak suka lihat dia sok perhatian gitu sama kamu" Melipat kedua tangan.
David berjalan sampai ke belakang kursi Aira. Di peluknya tubuh mungil itu "Di banding dengan kamu, dia itu tidak ada apa apanya. Cuma kamu yang saya cintai selama ini." Menempelkan dagu di bahu Aira seraya menggigit ujung telinga.
"Ih....apaan sih, ini kantor lho"
"Makanya jangan marah gitu dong." Memeluk erat sang kekasih.
"Iya deh, iya. Nih aku senyum" Mendongak melihat wajah tampan David.
David pun segera mengecup bibir mungil Aira "I Love You, sayang"
"I Love You Too" Mereka pun saling tersnyum.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!