NovelToon NovelToon

Duda Ganteng Ku

Eps 01

...Happy Reading ......

Pov Delisa

Hai aku Delisa Pratama, umur ku dibilang masih muda lah ya. Tetapi di usiaku yang 19 tahun ini, hidupku sangat menderita bahkan sangat-sangat menderita.

Lima tahun yang lalu ...

Aku terlahir oleh kedua orang tua ku yang sangat sempurna bahkan ketika aku lahir di dunia pun orang tua ku sangat cinta dan sayang kepada ku bahkan duit yang nilainya tak terkira milik Ayah ku itu tidak artinya di bandingkan diriku hehehe ... Oh iya, aku anak pertama dari Ayah ku Guntur Pratama dan Ibu hebat ku Dewi Alindalisa, mereka kedua orang tua ku yang sangat hebat dan sangat berarti bagiku karena aku terlahir dari buah cinta mereka berdua.

Dunia ku terasa runtuh ketika Ibu ku meninggalkan aku untuk pergi selama-lamanya ketika aku beranjak dewasa di umur 14 tahun yang lalu. Hidup di rumah mewah pun sangat sepi bahkan terasa hampa sangat-sangat menyeruk di tubuhku jika tidak ada lagi Ibu di sampingku. Aku menangis tiada henti di setiap malam ketika merindukan sosok Ibu ku, dan aku hanya bisa berdoa agar Ibuku di tempatkan di tempat yang mulia di sisi-Nya, Amin.

Aku heran, belakangan ini Ayah ku semenjak ditinggal Ibu pergi setelah empat bulan ia tidak pernah peduli terhadap diriku lagi? Bahkan, uang yang setiap bulan di berikan kepadaku sering kali berkurang jumlah nya, jika aku memprotes maka Ayah ku akan mengomel dengan beralasan seperti membayar para pekerja rumah lah, untuk biaya sekolah lah, dan masih banyak lagi alasan nya.

Padahal Ayah ku mempunyai perusahaan yang terkenal di Jakarta loh, aneh kan? tidak masuk akal sama sekali, apakah Ayah ku di kutuk oleh tante tante di luaran sana? karena memang Ayah ku di umur kepala empat ia masih lumayan gagah dan tingkat ketampanannya seperti remaja di usia 20 tahunan.

Ternyata oh ternyata perkiraan saya benar. Setelah satu bulan kemudian Ayah ku membawa masuk perempuan ke rumah yang ternyata ia adalah calon Ibu tiri ku, Rosa Mahendra. Aku menangis sangat amat teriris, hatiku terasa sakit dan perih dikala Ayah ku mengatakan ia akan menikah dengannya dua minggu lagi, apakah Ayah sudah tidak cinta lagi kepada Ibu?, pikirku.

Singkat Cerita, Ketika Ayah ku menikah dengan Ibu Rosa, Aku sangat di telantarkan oleh mereka bahkan Ayah ku saja tidak peduli dengan kehadiranku. Aku di perlakukan dengan buruk oleh Ibu Rosa, namun aku tidak peduli karena aku menganggap dia sebagai hantu tak kasat mata hahaha ... karena mukanya memang seperti hantu dengan make up yang menor seperti hantu gentayangan di rumah kosong.

Empat tahun kemudian Ayahku jatuh sakit dengan gejala struk ringan, ia menggunakan kursi roda, berbicara pun Ayahku masih pelo atau tepatnya sudah mulai sulit untuk berbicara. Aku merawat Ayah ku dengan sepenuh hati tidak dengan Ibu tiri ku itu, setiap hari hanya menghambur hamburkan uang yang kerjaan nya hanya shoping, makan lalu tidur.

Setelah Ayahku di nyatakan cacat, Ibu tiriku tidak memperdulikan aku dan Ayah ku lagi, ia hanya sibuk dengan dunia nya sendiri. Aku hanya menatap wajah Ayahku yang penuh dengan penyesalan. Aku pegang pundak Ayah sambil tersenyum manis, lalu aku pun menghambur memeluk badannya sambil berbisik di telinganya "Aku sayang Ayah! Apapun yang terjadi Delisa akan tetap bersama Ayah,". Ayah melihat ku lalu membalas pelukan ku, Hangat ! Itulah yang aku rasakan mungkin Ayah ikut merasakan juga.

***

"Apaan sih mas! Uang tidak ada! Perusahaan bangkrut. Ini semua gara gara kamu tuh makannya kalo jadi orang itu harus sehat jangan cacat kaya gini dong! Malu liatnya, MALU!!" ucap Rosa sambil menendang kursi roda yang sedang di duduki oleh Guntur tersebut.

Pletakkk....

Slrrakkkkk....

Brughh....

"AYAHHHHHH" ucap ku menjerit ketika pulang sekolah melihat dengan mata kepala sendiri ayahku di dorong oleh ibu tiriku sampai terdungsuk di pelataran rumah.

"Nona biar saya bantu" ucap mang Endang sambil berlari dan mengangkat ayah ku kedalam mobil menuju rumah sakit terdekat. Mang Endang merupakan satpam yang berjaga di rumah, sudah lama ia bekerja dengan ayah ku mungkin ketika aku belum lahir di dunia ini.

Ayah ku di nyatakan meninggal setelah kejadian itu, aku menangis tersendu sendu, sepertinya aku tidak butuh dunia ini, aku ingin ikut bersama Ayah dan ibuku saja disana. Aku tidak punya siapa siapa lagi disini selain Mang Endang dan Ibu Romlah yang aku kenal sejak aku lahir karena mereka lah membuat aku kuat untuk hidup setelah kedua orang tua ku, mereka lah tempat curhat ku dari aku kecil sampai sekarang ini.

Kepalaku berdenyut nyeri, aku pusing sangat pusing ketika Ibu tiri ku meminta aku untuk pergi dari rumah ku sendiri. Aku sedikit berdecak kesal bukan kah ini rumah yang di wariskan ayah dan ibuku untuk ku kelak?, aku tersentak melihat akta kepemilikan rumah tersebut memang sudah di alihkan menjadi nama Rosa Mahendra. Hatiku sedikit berdenyut karena memang ayah ku sudah bertanda tangan diatas materai. Aku kesal dengan Ayah tetapi apa bisa buat? Nasi sudah menjadi bubur.

Aku bertekad melanjutkan kehidupan ku di Jawa Barat tepatnya di daerah Bandung. Aku berpamitan kepada Mang Endang dan Ibu Romlah, nampaknya mereka juga sangat berat untuk meninggalkan aku, begitu pun sebaliknya aku juga pasti bakal rindu dengan mereka, serta rumah nya yang begitu banyak kenangan yang tersimpan sejak lahir hingga sekarang.

Aku tersenyum lalu melambaikan tangan kepada mereka, dan kehidupan ku di mulai untuk dewasa sebelum waktunya. Aku ikhlas menjalani ini semua karena mungkin Tuhan sudah menggariskan takdir untuk kita sebagai manusia mau enak atau tidak yang penting kita berusaha, karena Tuhan tidak pernah memberi ujian kepada hambanya di batas kemampuan nya.

...🌹🌹🌹...

...Jangan lupa like, komen & vote nya ya ......

Eps 02

Pov author.

Pagi hari ini Delisa sudah rapih menggunakan dress putih dengan motif bunga-bunga. Di padukan dengan warna kulit yang putih bersih sangat cocok di tubuh Delisa. Rambut panjang dengan hidung mancung bertengger di wajahnya membuat penampilan hari ini sangat sempurna, perfect.

Delisa duduk di sebuah gazebo kayu, sambil menunduk meratapi nasib nya, ia rindu kepada kedua orang tua nya. Ia beberapa kali mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Setelah itu ia meninggalkan tempat itu dan berlari menuju terminal bus di seberang jalan tersebut.

'Bismillah' ucap Delisa dalam hati sambil mengepal erat jari jari tangannya, kemudian ia masuk ke dalam mobil bus, ia duduk sendiri, ketika dalam perjalanannya ia hanya termenung sambil berpikir ia pulang harus sukses agar orang tua nya bangga kepadanya walaupun sudah tiada.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, tibalah Delisa di Bandung, ia mulai meregangkan otot otot tubuhnya karena lelah di dalam perjalanan yang sangat macet, di tambah banyak orang yang berlalu lalang di jalanan apalagi di jalanan kota Bandung yang punya banyak wisata. Bandung juga merupakan tempat yang paling nyaman untuk kalangan para pemuda bahkan yang sudah tua, karena udara nya sangat sejuk di tambah jajanan yang bernilai rendah atau bisa juga ramah di kantong.

"Aku harus kemana dulu, mana badan capek semua, mau tidur tapi tidur dimana? Kontrakan saja tidak punya, huh ..." Delisa melangkah gontai dengan mulut yang mendumel, lantaran nasibnya berbalik 90° dengan dirinya yang dulu.

Kemudian Delisa pun mampir di warung dekat dengan terminal, ia memesan nasi uduk di tambah dengan teh manis hangat, karena ia memang dari pagi belum makan.

"Cup ... cup ... cup .. Jangan menangis dong sayang ..." ucap Nenek-Nenek sambil menggendong tubuh cucu nya.

Huaaaaa ...

Huaaaaa ...

"Iya nanti Oma belikan tapi Aurel jangan nangis dulu ya, malu dilihat orang." ucap Nenek nya lagi.

"Aurel mau beli Arumanis itu Oma!" ucap anak kecil berumur 5 tahun.

"Iya sayang tapi nanti gigi mu sakit kembali, bagaimana? Nanti beli eskrim saja ya di belikan Daddy mu kalau Daddy mu pulang nanti minta yang banyak ya. Sudah ayo pulang, ini sudah sore." bujuknya lagi.

"Ah tidak mau oma! Aurel mau nya sekarang!" ujar bocah tersebut sambil menangis histeris.

"Eh kenapa cantik? Mau beli apa? Sini bilang sama tante tapi janji ya tidak boleh menangis lagi." ucap Delisa menghampiri kedua orang tersebut karena tadi ia sedikit terusik dengan tangisan bocah itu.

"Aurel mau beli Arumanis itu Tante, tapi tidak boleh sama Oma, kata Oma nanti gigi ku sakit lagi, aku kan kepengen tante masa satu doang gak boleh." ucap bocah kecil itu mengadu kepada Delisa.

"Oh ya?, Aurel tau tidak kalo Arumanis itu buat gigi cepat rusak, emang Aurel mau nanti gigi nya ompong? apa Aurel tidak kasian sama gigi Aurel? nanti kalo sakit gigi siapa yang ngerasain sakit nya?" ujar Delisa memberi pemahaman.

"Aurel tante." ucap nya sambil mulai berhenti menangis.

"Ya sudah tante belikan Aurel mainan saja bagaimana? Mau tidak?" tanya Delisa sambil mengelus kepala Aurel.

"Mau tante mau" ujar nya girang sambil menganggukkan kepala nya.

"Tapi tante tidak janji sekarang ya Aurel, karena sebentar lagi sudah malam, bagaimana kalau wekeend saja?" tanya Delisa lagi.

"Ya, boleh deh tidak apa apa. Iya kan Oma?" jawab Aurel kemudian beralih menatap Oma nya dan meminta jawaban dari Oma nya yang sedari tadi hanya bengong mendengar percakapan mereka berdua.

Sang nenek pun hanya menganggukkan kepalanya tandanya ia setuju karena bagaimana pun tangisan yang sedari tadi memekik kedua gendang telinganya kini hilang sudah tangis nya karena bertemu anak gadis itu, entah mengapa hatinya sedikit terenyuh melihat langsung keakraban antara cucu nya dan gadis asing itu.

'Seandainya kamu masih disini Rani, mungkin cucu ku sebahagia ini bersama mu.' ujarnya dalam hati.

"Oh iya tante jadi lupa kalau ada Oma nya si cantik ini, maaf tante tadi saya lancang berbicara sama cucu tante ini hehe." ucap Delisa yang tak enak hati, karena sedari tadi hanya berbincang dengan sang cucu nya saja.

"Ah iya iya tidak apa apa, kenal kan saya Oma nya Aurel, panggil saja Oma Lilis." Lilis pun menyodorkan tangannya, dan di sambut oleh tangan Delisa.

"Iya Oma Lilis, saya Delisa."

"Terimakasih sudah membantu saya buat membujuk cucu saya." ucap Lilis lagi.

"Iya tante sama sama, lagian hanya membujuk nya saja tidak lebih." jawab Delisa sembari nyengir kuda.

"Masalah nya jika cucu ku sudah nangis seperti tadi hanya bisa di tenangkan oleh Daddy nya saja, kebetulan Daddy nya tidak ikut, saya disini mengantar suami saya pergi ke Jakarta untuk urusan bisnis, penerbangan tidak bisa karena cuaca yang mendung dan awan hitam yang pekat jadi saya tidak mengizinkan suami saya untuk pergi naik pesawat, jadi saya antar suami saya naik bus saja, kalau nak Delisa kesini sedang apa?" tanya Lilis melihat Delisa yang sedari tadi sendiri tidak ada teman nya.

"Ee ... ee ... Sa-saya disini sedang mencari pekerjaan Oma." ujar Delisa sambil tersenyum menatap Oma Lilis yang sedang memangku Aurel.

"Kalau mau kamu bisa kerja di perusahaan suami saya, mau tidak?" tanya Oma Lilis sambil mengelus pundak Delisa.

"Wah mau banget Oma." ucap Delisa merasa lega sambil memegang tangan Oma Lilis, karena sudah mendapat rejeki yang tak terduga itu.

"Tapi kalau bagian OB, Delisa menolak?" tanya nya lagi.

"Tidak Oma, saya mau bekerja apa saja selagi itu kerjaan halal saya mau." ucap Delisa lagi.

"Ya sudah nanti kamu datang saja di perusahaan MS Group, nanti ajukan CV nya saja biar saya yang urus semuanya." ujar Oma Lilis sambil tersenyum lebar.

"Iya Oma nanti besok aku kirim CV nya, terimakasih ya Oma terimakasih."

"Iya sama-sama. Kalau begitu saya dengan Aurel pamit pulang dulu ya, kapan-kapan kita bisa bertemu lagi, oh iya ini nomor ponsel ku, nanti telepon saja kalau kamu butuh sesuatu, saya permisi dulu."

"Ayo Aurel kita pulang sayang nanti weekend kita ketemu lagi sama tante Delisa." ajaknya.

"Iya Oma, tapi tante janji kan? Jangan bohong! Aurel tidak suka!" celetuk bocah kecil itu dengan pipi yang kembang kempis.

"Iya tante janji." ujar Delisa sambil mengelus kepala Aurel.

Lilis dan Aurel pun Menuju Mobil pribadi miliknya yang bercap 'Alphard' itu. Sedangkan Delisa melenggang pergi sambil sibuk mencari kontrakan yang akan ia tinggal selama di Bandung itu.

Eps 03

"Aduh MS Group itu dimana ya? Kalau begitu aku pun harus mencari kontrakan yang dekat dengan MS Group, supaya tidak terlalu jauh di perjalanannya." celetuk Delisa sambil melangkah kan kakinya menuju kafe yang terletak tak jauh dari terminal.

'Humm bau kentang nya harum sekali, membuat perutku keroncongan. Kira-kira mahal gak ya? Duh mana aku cuma bawa uang pas-pas an, gara-gara mak lampir itu duniaku jadi kaya gini sekarang. Sialan!' ujar Delisa mendengus kesal di dalam hatinya.

Delisa kemudian memesan steak spesial di tambah dengan kentang goreng, dan tak lupa minuman kesayangan nya yakni jus Strawberry. Ia meminta agar membawa makanannya sendiri, karena Delisa ingin memutari kafe ini.

Delisa yang sedari tadi memikirkan perasaannya yang tidak karuan kala mengingat Ibu tirinya hanya berjalan sambil terbengong, dan tiba tiba saja ...

Brughhh...

"Aduhh sakit ... Bapak kalo jalan yang bener dong!" seru Delisa dengan memegang kepalanya sambil membereskan makanannya yang sudah berserakan di bawah lantai.

"Loh kok malah ngedumel! bukannya minta maaf. Saya sedang ada kepentingan, permisi!" lacang laki laki itu sambil berjalan meninggalkan Delisa yang masih memunguti makanannya.

"Eh ... eh ... dasar ya bocah sialan! tu orang songong nya minta di pites!" seru Delisa sembari mendengus kesal.

"Huh dasar bocah caper, tau aja yang seger-seger lo. Inget ya lo, kalo lo berani lagi nyentuh-nyentuh calon suami gue, lo harus berhadapan dulu dengan gue! Paham!" bentak salah satu cewe yang ada di hadapan Delisa sekarang dengan menekankan kata-katanya.

"Heh asal lo tau ya, dia yang menabrak gue duluan! Ngerti!" ucap Delisa lantang sambil melototkan mata nya dengan sorotan yang begitu tajam.

"Mana Habis nabrak, dia tidak minta maaf, huh dasar tidak punya sopan santun sama sekali, tahu!" tambah Delisa lagi dengan napas yang tidak karuan.

"Eh nih bocah malah nantang! Tau apa lo tentang gue? Dasar bocah ingusan." ucap cewe itu melengking membuat pria yang tadi ingin pergi segera masuk lagi ke dalam kafe itu.

"Mau lo anak pejabat sekalian presiden gue mah kagak takut selagi gue bener!" jawab Delisa sambil menenteng tangannya di kedua pinggangnya, seperti sudah siap bukan untuk beradu mulut lagi melainkan beradu kekuatan tubuhnya.

"Eh berani ya lu ama gue!" lagi-lagi wanita itu menatap mimik Delisa dengan lebih tajam.

"Ya berani lah, lagian kita juga sama-sama manusia, sama-sama makan nasi!" jawab Delisa dan mulai jengah dengan sikap wanita yang membuatnya jengkel tak karuan.

"Sini lu sini, nih rasain!" ucap wanita itu sambil menarik kerah baju Delisa yang di kenakan.

"Nih rasain juga." Delisa berucap sambil menarik rambut wanita itu dan mendorong tangannya yang sedang bertengger di kerah baju miliknya. Sekarang sudah bertukar posisi, Delisa sudah mencengkram kerah baju wanita itu karena wanita itu memiliki postur tubuh yang lebih pendek di bandingkan tubuh Delisa, membuat Delisa lebih mudah untuk mencabik-cabik lawannya.

"Kalian sedang apa hm? Ckckck sudah seperti anak kecil saja, sudahlah lepaskan! Apa kalian tidak malu di lihat banyak orang, hah? Lihatlah." ucap pria dengan datar dan cuek seraya menatap tajam.

"Eh Pak ... Aduh maaf ini lagian dia yang buat masalah, Pak." jawab wanita itu cengengesan sambil merapihkan kembali kemeja yang ia kenakan.

"Enak aja lo nuduh-nuduh gue, lagian gue orang asing juga di ajak berantem, seperti tidak ada kerjaan yang lain saja." jawab Delisa tak kalah tinggi, baju yang ia kenakan sudah robek hingga sampai terlihat tali kejayaannya selepas berantem dengan wanita yang sama sekali Delisa tidak mengenalinya.

Satu persatu penonton itu mulai meninggalkan pertunjukkan yang mereka tonton tadi. Karena melihat sudah damai, jadi mereka semua melenggang pergi meninggalkan mereka bertiga karena melihat sudah ada satu laki laki yang cukup meredamkan emosi dari kedua belah pihak wanita itu masing- masing. Pikir mereka, mereka adalah sepasang suami istri yang suaminya telah selingkuh lalu kepergok oleh istri sah nya.

"Meli lagi Meli lagi, sampai kapan sih Mel, kau itu selalu saja merecoki dan mengganggu saya. Oh ya, satu lagi ya Meli, stop buat memanggil saya dengan sebutan calon suami Anda, karena memang saya bukan calon suami Anda, mengerti?!!" ucap pria itu penuh emosi.

"I-iya pak sa-saya mengerti, maaf dengan kelancangan saya barusan." jawab Meli sambil menundukkan pandangannya kebawah karena melihat pria di hadapannya itu sudah emosi pada titik tertinggi.

"Bagus! Kalau pun saya mendengar satu lagi kata itu dari mulut mu, jangan harap Anda bisa lulus tahun ini." tambah laki laki itu dengan menghela nafasnya berat.

Glekkk...

"I-iya pak Me-Meli janji, Meli tidak akan menyebut seperti itu kembali." sahut Meli dengan nada gemetar.

"Stop! Sudah sana pergi, awas saja kau Mel berani macam-macam dan menuduh saya yang tidak-tidak." ucap pria itu sambil mengibas tangannya ke kanan dan ke kiri.

Delisa sedari tadi hanya terdiam sambil mendengarkan percakapan dua orang di depannya tersebut. Dilihatnya pria itu melepas jas dan berjalan mendekatinya.

"Nih pakai jas milikku, tidak enak dilihat jika seperti itu. Banyak pria diluaran sana, apa tidak malu jika kau harus memakai pakaian yang sudah robek dan tidak layak seperti ini, seperti gembel." ucap pria itu sambil memberikan jas nya kepada Delisa. Dengan senang hati Delisa mengambilnya karena memang bajunya sudah tak layak pakai dan itu harus di jahit.

'Enak saja di katain gembel orang aku cantik begini!' ucap Delisa dalam hati.

"Iya Pak, Terimakasih. Nanti besok saya cuci lalu saya akan kembalikan kepada Anda." ucap Delisa sambil menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.

"Emang Anda tahu rumah saya, hm?" tanyanya.

"Ah iya juga. Maaf, Pak saya kurang tahu jika itu." jawab Delisa dengan tersenyum kikuk.

'Aduh kok saya jadi gerogi begini' ucap Delisa dalam hati.

"Ya sudah nanti Anda kembalikan jika bertemu dengan saya lagi, saya sudah memesan makanan yang tadi saya jatuhkan. Maaf saya tidak sengaja karena tadi saya buru-buru, ibu saya menelpon jika anak saya sedang tantrum, saya permisi." ucap pria itu sambil melenggang pergi begitu saja tanpa berkenalan terlebih dahulu.

" 'Jika bertemu dengan saya lagi?' ckckck emang manusia aneh, kapan coba ketemunya. Kalau ketemu terus aku lagi gak bawa jaketnya gimana coba?" Delisa berbicara dengan dirinya sendiri sambil menikmati makanan yang sudah di pesankan kembali oleh pria tadi sebagai ganti makanan yang telah di jatuhkannya.

Tidak hanya steak, kentang dan es teh manis disana, tetapi banyak juga tambahan lainnya seperti jus strawberry, puding mangga, pancake durian, sate, dan eskrim.

Delisa mulai membuka internet di handpone miliknya dan mulai mencari MS Group, ternyata perusahaan itu perusahaan yang terikat dengan beberapa manca negara, ia baru tahu setelah membuka internet ternyata kepanjangan MS Group yakni Malik Sanjaya Group , perusahaan sukses di tangan orang yang sukses seperti yang pernah di ceritakan oleh Ayah nya dulu.

"Wow, gila sih. Pantas saja tadi mobilnya saja mahal dan mewah, tetapi istrinya pak Malik sederhana ya ... tidak seperti ibu-ibu sosialita yang lainnya. Sudah sederhana, baik pula." ujar Delisa sambil menyantap hidangan yang ada di depannya, ia sangat lahap sampai habis tak tersisa, karena memang saat ini ia sudah sangat lapar. Walaupun tadi ia sudah memakan nasi uduk, tetapi porsi nya sangat sedikit sekali dan tidak masuk ke dalam perutnya, hanya menyapa lidah saja.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!