NovelToon NovelToon

Forbidden Love

Surabaya- Malang

Mobil Arwan telah sampai di kediaman megah milik Arsenik Dharmendra, sang adik. Di sinilah putri semata wayangnya akan tinggal sementara waktu sampai Mysha Eleanor mengenal lingkungan tempatnya menimba ilmu.

Mysha memilih melanjutkan kuliahnya di kota Malang, dan kebetulan jarak kampusnya dan rumah Arsen tidak jauh, membuat kedua orang tuanya sepakat menitipkannya pada sang Paman. Arsenik Dharmendra yang berusia hampir kepala empat masih melajang, bukan tanpa alasan, ada kisah kelam yang membuat pria itu betah sendiri, tidak ingin menikah. Terlalu takut menjalin komitmen untuk berumah tangga.

" Ini?" Arsen tidak mengenali gadis yang tiba-tiba memeluknya erat.

" Mysha!" tegur Arwan pada putrinya.

Mata Arsen terbuka lebar, terkejut. Gadis kecil yang dulu kerap kali tertidur di atas gendongannya sudah menjelma menjadi remaja cantik jelita, Arsenik benar-benar tidak mampu mengenalinya.

Tidak adalagi rambut ekor kuda yang dulu membuat Arsen gemas saat Mysha berlari sehingga rambutnya bergoyang seirama. Kini gadis itu memiliki rambut pendek yang justru membuatnya semakin menawan.

" Untuk sementara aku masih cari orang untuk bekerja di sini mas" Arsenik mengelus rambut keponakannya dan memberi tahu jika belum menemukan orang untuk membantu Mysha.

" Untuk apa cari asisten rumah tangga? Mysha sudah besar, dia juga pintar mengurus rumah, kamu juga jarang di rumah, ngak ada anak kecil yang menghambur, Mba pikir ngak perlu cari pembantu Ar."

" Tapi Mba, aku juga jarang makan di rumah, jadi nanti ngak ada yang masakin Mysha"

" Aku bisa masak, Paman tenang saja" Mysha ikut menjawab.

" Yang di ucapkan Mysha benar Ar, sudahlah, mas menitipkan Mysha disini karena masih belum tega jika tiba-tiba melepaskan begitu saja di kota baru, ponakan mu sudah besar, banyak hal yang sudah bisa dia lakukan" terang Arwan pada sang adik.

Tibalah saatnya kedua orang tua Mysha kembali ke Surabaya, Mysha mencium kedua orang tuanya dan berjanji tidak akan merepotkan pamannya.

" Mas dan Mbak, titip Mysha Arsen, nasehati jika bandel, kamu juga boleh memberi hukuman jika dia suka keluyuran" Irwan menepuk bahu adiknya, sebelum tubuhnya masuk kedalam mobil yang akan membawanya kembali pulang.

Setelah mobil yang membawa kedua orang tuanya tidak lagi terlihat. Mysha mengandeng tangan Arsen.

" Terimakasih Paman sudah mau menerima Mysha disini"

" Kamu ngomong apa sih, kayak sama siapa aja, kamu ini dari kecil paman gendong kemana-mana tau" Arsen mencubit hidung mancung Mysha.

" Dih, kapan? kok aku ngak ingat!"

" Mana bisa ingat orang dulu kamu masih kecil" ucap Arsen, sambil mengandeng tangan Mysha masuk rumah.

Malamnya, Arsenik yang ketiduran di ruang kerja mengngerjapkan matanya saat tepukan lembut mengenai punggung tangannya.

" Om, bangun, mandi, makan malam, baru bobo lagi"

Hampir saja Arsen terperanjat saat melihat seorang wanita cantik berada dalam ruang pribadinya, andai saja lesung pipi familiar itu tak membuatnya tersadar.

" Mysha" Panggilnya saat mulai mengumpulkan kesadarannya.

***

Arsen merasa seperti seorang suami yang sedang di layani oleh istrinya, dengan telaten Mysha mengambilkan makanan untuk nya.

Sudah satu minggu mereka tinggal bersama, membuat Arsen mulai terbiasa dengan kehadiran Mysha.

Kehadiran Mysha membuat Arsen terhibur dengan celetukan ataupun tingkah polah Mysha yang tidak ada jaim-jaim nya sebagai perempuan, Mysha yang tomboy tapi bisa feminim di saat tertentu, cuek, dan selengean justru membuat Arsen sangat nyaman dengan kehadiran Mysha yang menurut pria itu sangat apa adanya, jujur, bersahaja serta bisa di andalkan karena kemandiriannya.

" Ini enak!" puji Arsen pada olahan soto yang dibuat oleh gadis cantik berlesung pipi itu.

" Ya dong, siapa dulu yang masak!" Setelah membanggakan diri sendiri Mysha tertawa.

Arsen hanya tersenyum kecil melihat tingkah laku ponakannya.

" Paman sudah siapkan mobil buat kamu"

" Aduh, Mysha padahal ngak bisa bawa mobil lo paman"

" Jangan bohong, paman lihat SIM A kamu di tas."

" Paman ih" timpal Mysha kesal.

Arsenik hanya melanjutkan makannya acuh, tidak merespon gerutuan Mysha.

Setelah makan, Arsen mengajak Mysha melihat mobil yang disiapkan olehnya.

Arsenik menyiapkan mobil khusus untuk Mysha jika ingin berangkat sendiri ke kampus, mobil sedan premium keluaran terbaru yang harganya tentu tidak murah.

" Apa ini tidak terlalu berlebihan?" Mysha kaget melihat kemurahan hati pamannya.

" Apapun, yang penting kau suka" Arsenik cuma tersenyum menyaksikan keheranan Mysha.

Sementara Mysha merasa ini terlalu berlebihan, tidak perlu mobil baru seperti ini jika hanya untuk dirinya pulang pergi ke kampus.

" Ayah pasti marah, Paman!" komentar Mysha menatap Arsen.

" Tidak perlu memberi tau ayahmu" jawab Arsenik terlampau santai.

Ini tak main-main.

" Apa paman tidak mau mengantarkan ku?" pertanyaan ini lumrah karena kampus Mysha dan kantor Arsen searah, kantor Arsen melewati depan kampusnya.

" Itu Paman siapkan siapa tau kamu sedang ada kegiatan dan paman tidak bisa mengantar mu" Jawab Arsen enteng.

Mysha hanya mengangguk.

"Paman akan pulang cepat hari ini" beritahu Arsen.

" Oke, nanti Mysha masak untuk kita makan malam" Mysha menjawab dengan antusias.

***

Sepulang dari kampus, Mysha sudah melihat mobil Arsen terparkir di garasi, pertanda sang paman benar-benar sudah di rumah.

Mysha buru-buru masuk kedalam kamar dan mulai mengganti bajunya dengan kaos oblong santai dan celana selutut, gegas Mysha mengetuk pintu kamar Arsen untuk bertanya kepada sang Paman ingin dibuatkan apa untuk makan malam.

Beberapa kali mengetuk tetapi tidak ada jawaban dari dalam. Mysha berpikir mungkin sang Paman ketiduran.

Mysha akhirnya membuka pintu kamar Arsen, pada saat yang sama Arsen yang baru saja selesai mandi keluar dari kamar mandi. Untuk sesaat mata mereka bertubrukan, Mysha sangat terkejut.

Terlebih melihat keadaan Arsen yang hanya tertutup handuk di bagian bawahnya, pria itu sedang menatapnya dan Mysha gugup karena itu.

Tanpa mengatakan apapun, Mysha segera meninggalkan kamar Arsen dengan wajah memerah.

Terbayang jelas bentuk tubuh Arsen yang membuatnya dilanda serangan jantung tiba-tiba.

Bagaimana tidak? Ternyata di balik kemeja dan jas yang selama ini dikenakan sang paman, ada otot sixpack dan sabuk Apolo yang indah, di tambah tetesan air yang tergantung di ujung rambutnya yang membuatnya semakin terlihat seksi.

Untuk pertama kalinya Mysha melihat tubuh pria dewasa yang sangat indah dan jantungnya tidak berhenti melompat.

Buru-buru Mysha melangkah ke dapur, memasak apa saja yang bisa membuatnya lupa akan bayangan yang terlampau indah untuk sekedar di pikirkan.

Tidak begitu lama, Arsen turun dan masuk ke area dapur dimana Mysha sedang sibuk membuat menu makan malam.

Arsen mengambil air di kulkas dan meminum langsung dari botol.

Karena kedatangan Arsen konsentrasi Mysha terganggu, terlebih saat melihat Arsen sedang minum, perhatiannya teralihkan seutuhnya, cara Arsen minum benar-benar menarik perhatian Mysha.

Jakun Arsen bergulir ke atas dan kebawah membuat Mysha menekan ludah karena terkesima.

Tanpa sadar omelette yang dibuatnya sudah berubah warna, Mysha tersadar karena bau menyengat, begitu ia kembali pada kegiatan sebelumnya semua sudah terlambat, masakannya sudah berwarna coklat kehitaman.

" Yaaahhhh" Mysha buru-buru mematikan apinya namun apa boleh dikata semua sudah berantakan.

Di satu sisi, Arsen justru tertawa melihat tingkah Mysha, Arsen mengira Mysha sedang melamun tadi.

" Bagaimana ini?" Mysha menatap omelette buatannya dengan sedih.

" Ngak pa-pa, kita order saja" ucap Arsen dengan sisa tawa. Pria itu menepuk lembut kepala keponakannya.

Mysha menyembunyikan rasa malunya dengan menunduk.

Terbiasa

Hari ini Mysha kembali diantarkan Arsenik ke kampus, berbeda dengan hari biasanya, Mysha yang biasa selalu riuh kini jadi pendiam, atmosfer diantara mereka berubah, Mysha sedikit gerogi saat ini, entahlah! Mysha juga tidak tau penyebabnya.

" Belajar yang baik!" tutur Arsenik seraya menepuk lembut kepala Mysha yang membuat bulu kuduk Mysha merinding.

" Ya" Mysha buru-buru keluar dari mobil karena yakin kini wajahnya sudah memerah, tentu saja Mysha tidak mau pamannya tau.

Sementara Arsen juga langsung meninggalkan Mysha yang sudah menghilang di balik gerbang bersama teman-temannya.

Saat jam istirahat, Mysha yang biasanya menjadi kutu buku, kini menghampiri teman-temannya yang sedang bersantai ria sambil menunggu kelas selanjutnya.

Sebagai gadis yang berstatus mahasiswi kupu-kupu ( kuliah- pulang, kuliah- pulang) Mysha memang jarang kemana-mana, ini untuk pertama kalinya ia berbaur karena ada sesuatu yang ingin Mysha ceritakan, lebih tepatnya cari tau.

" Sudah makan Sha?" tanya Rere teman se kelas Mysha.

" Udah!" jawab Mysha singkat.

" Kenapa loe?" tanya teman Mysha satunya yang bernama Sarah.

Mysha berdehem untuk menetralkan detak jantungnya.

" Eh, bagaimana menurut kalian jika ada seorang keponakan yang suka sama Om nya sendiri, maksudnya naksir gitu?" tanya Mysha pada teman-temannya.

" Wah, fiks, itu orang gila emang!" komentar Rere.

" Itu fatal sih menurut gue." timpal teman Mysha yang lain.

Melihat respon teman-temannya yang terkejut, Mysha buru-buru mengarang cerita.

" Gue baca di situs online dan nemuin cerita itu, seru sih menurut gue!" gegas Mysha memberi alasan.

" Biar bagaimanapun itu salah, tidak seharusnya seorang keponakan menyukai pamannya sendiri, itu udah ngak bener" tegas Sarah.

" Kalo ngak bener, kenapa ada yang nulis kisah seperti itu?" tanya Mysha masih ngotot soal kisah nya yang dia samarkan.

" Ya kan itu hanya cerita Sha, tidak nyata, itu hanya sekedar di tulis untuk hiburan doang" Rere juga setia menjawab.

Dalam hati Mysha kecewa, jika benar perasaannya salah, mengapa Tuhan harus menghadirkan perasaan ini untuk nya?

Sampai jam kampus selesai Mysha masih saja bergelut dengan pikirannya, bahkan ketika Arsen sudah menjemputnya muka murung Mysha masih tercetak jelas.

" Sha, kamu kenapa?" melihat Mysha yang pucat Arsen khawatir. Tanpa dikomando tangan Arsen sudah menyentuh kening Mysha.

" Ngak pa-pa Paman, Mysha hanya sedang PMS saja" ucap Mysha sambil nyengir kuda. Sungguh debaran dadanya begitu kencang, Mysha sampai takut Arsen mampu mendengarnya.

Sebenarnya selain ia sedang memikirkan persoalan perasaannya, Mysha memang sedang masa datang bulan, jadi badannya terasa kurang nyaman.

" Apa perlu ke dokter?" tanya Arsen.

" Tidak!" jawab Mysha cepat. Ya kali harus ke Dokter? cukup dibelai saja Mysha merasa sembuh. Eh?

" Tapi kamu pucat Sha!" tutur Arsen masih dengan wajah khawatir.

" Biasa kok Paman begini, nanti juga enakan"

Arsenik membawa tangannya untuk mengelus rambut Mysha, membuat hati Mysha berdesir halus.

' Tolong!! aku ini kenapa?' Mysha menjerit dalam hati.

Arsen langsung menginjak pedal gas, dan segera mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang.

***

Mysha hanya memiliki satu mata kuliah, tadi ia sudah menghubungi Arsen dan sang Paman bersedia menjemputnya.

" Loe pulang bareng siapa, Sha?" tanya Rere yang sudah berjalan di samping Mysha.

" Bareng Paman" jawab Mysha dengan santai.

" What?, Paman loe yang kece badai itu kah? " tanya Rere lagi dengan suara yang melengking.

Mysha membalas dengan menganggukkan kepalanya.

" Gila sih loe beruntung banget bisa punya paman kayak dia. Aku jealous lo" ucap Rere memelas.

" Memang kenapa?" tanya Mysha.

" Loh, dia itu ganteng, karismatik, pokoknya sangat sempurna" puji Rere menggebu-gebu.

Walaupun sudah sebesar ini, Mysha memang sangat awam mengenai pria. Mysha belum pernah dekat dengan pria manapun kecuali Ayahnya, kebanyakan teman sekolah dan di kampus juga segan mendekatinya, karena Mysha yang terlalu rajin dan hanya senang membaca buku di waktu luang.

Tiba-tiba sekarang ia jadi terusik mendengar temannya memuji ketampanan sang paman. Mysha cemburu!

Arsenik memang pria yang sangat menawan, tidak hanya secara fisik tapi juga kharismanya sangat luar biasa, selain masih sangat fashionable. Tampilan Arsenik juga sangat rapi dan berkelas, menunjukkan bahwa dirinya bukan orang sembarangan.

Ah, kenapa hanya dengan memikirkan sang paman, Mysha jadi kesal, kenapa Pamannya itu masih sangat tampan di usianya sekarang?

" Sha," Panggilan dari suara familiar itu membuat Mysha menoleh.

Mysha kesal buka main saat Arsen malah ikut turun dari mobil dengan tampilannya yang mampu menyita perhatian para wanita di sekitar mereka, Arsenik melepas kacamata hitam nya dan menghampiri Mysha.

" Masih menunggu seseorang?"

Mysha mengeleng.

" Oh!" Entah sebab apa yang membuat Arsen berseru.

Namun saat Mysha akan berjalan sebuah jas di ikatkan begitu saja di pinggangnya.

" Apa kamu lupa membawa ganti?" bisik Arsen tepat di telinga Mysha.

" Ganti?" bio Mysha belum terlalu paham dengan ucapan Arsen.

" Sha, sepertinya bocor"

Baru kemudian, Mysha melirik jas sang paman yang sudah melingkar di pinggangnya, menutupi bagian belakang yang .... Tembus?

Oh, rasanya Mysha ingin menghilangkan dari muka bumi sekarang juga.

" Ayo"

Dengan rona malu dan kesal Mysha masuk kedalam mobil Arsenik.

Mysha meremas kedua tangannya gugup, dia sedang sangat malu dan merasa tidak enak, karena sekarang pasti jas pamannya bakalan kotor terkena darahnya.

" Apa kita perlu mampir ke minimarket?" tanya Arsen yang melihat Mysha hanya diam.

" Apa persediaan pembalut mu masih ada?"

Sungguh, sekarang Mysha tidak hanya malu tetapi juga merasa menjadi wanita terbodoh di dunia, ia benar-benar lupa dengan persediaan barang khusus wanita itu, padahal tadi dia berpikir akan pergi beli dulu saat berangkat ke kampus malah lupa.

Tidak menunggu jawaban Mysha, Arsen menghentikan mobilnya di minimarket, pria itu juga menoleh pada Mysha.

" Merk apa yang biasa kamu pake Sha, dan mau yang bersayap atau tidak, berapa sentimeter ukurannya?"

Mysha melongo, apa itu artinya Arsenik yang akan membelikan untuk Mysha? sungguh? Arsenik tidak malu?

Sekitar sepuluh menit, Arsenik sudah kembali kedalam mobil dan membawa pesanan Mysha.

" Itu ada dua botol minuman anti nyeri yang paman beli untuk mu, minumlah biar mengurangi rasa nyerinya!"

Gleg'

Tenggorokan Mysha terasa pahit saat ini.

Arsen terlalu sempurna sebagai laki-laki, lembut, perhatian, royal, siapa gerangan yang akan memenangkan hati pria itu nanti? kenapa lagi-lagi Mysha merasa cemburu, ada apa dengan Mysha?

" Sha,"

" I-iya, Paman?"

" Ayo minum, kata mbanya ngak pahit kok"

Ternyata Arsen sudah membuka tutup minuman Kiran** itu, Mysha menerimanya dengan ragu sebelum meminumnya.

" Habisin, biar agak enakan, nanti malam ngak perlu masak makan malam, nanti kita makan diluar aja, paman ngak mau kamu kenapa-kenapa Sha" tutur Arsen.

Jantung Mysha tiba-tiba bergemuruh.

Apakah seperti ini rasanya memiliki pacar? memiliki kekasih? apakah perhatian setiap pria akan sama pada kekasihnya? seperhatian ini? ataukah hanya Arsen sosok laki-laki yang seperti ini?

" Sha, kok melamun?"

" Ah, maaf paman, Mysha hanya sedang mikirin tugas, he,he,he"

Arsen hanya mengangguk, sebelum kembali menjalankan mobilnya.

Sampai dirumahnya, Arsen tidak ikut turun, dia meminta Mysha segera istirahat, sementara ia harus kembali ke kantor.

" Hati-hati, kamu langsung istirahat aja, kala ada apa-apa, langsung hubungi Paman!" Pesan Arsenik yang di angguki oleh Mysha.

Mysha langsung masuk ke ruang wardrobe, mengambil baju ganti, melihat jas yang melingkar di pinggangnya, tiba-tiba pipinya merona.

Tiba-tiba sekarang hanya mengingat nama Arsenik melintas sekejap di kepalanya saja Mysha sudah seperti di sengat mesin pengejut di dadanya.

Mysha ingin segera menenggelamkan wajahnya di bantal saat ini juga dan menguburnya disana sampai beberapa bulan kedepan tanpa perlu keluar kemanapun. Mysha tidak akan sanggup jika harus bertemu dengan Arsen, dia takut gagal jantung.

Kecewa

Semalam Arsenik tidak pulang Karena suatu hal.

Kini pria itu menghampiri kamar Mysha, Arsen mengetuk pintu dan masuk dengan membawa bubur hangat buatannya sendiri. Melihat Mysha yang masih terlelap, Arsen menaruh bubur di nakas dan mulai mendudukkan dirinya di samping Mysha.

" Sha," Panggilnya lirih, Arsen menyisir lembut rambut Mysha, merasakan hal itu Mysha terbangun, sejenak Mysha tertegun. Tindakan Arsen yang perhatian dan penuh kasih membuat hatinya semakin bingung.

" Makan Sha, ini paman sudah buatkan kamu bubur" Arsen memberikan semangkuk bubur yang masih mengepulkan asap. " Izin saja hari ini, kamu masih kurang sehat"

Mysha mengangguk dengan patuh, perlahan ia mulai menyendok bubur buatan Arsen yang terasa pas di lidah.

" Malam ini Paman mungkin pulang larut, karena sedang ada pesta bisnis di kantor" jelas Arsen pada Mysha yang sedang menyuap bubur.

Mysha tiba-tiba membayangkan penampilan Arsen yang tampan dengan stelan formal di keliling wanita cantik dan dewasa di sekitarnya membuat Mysha panas dingin, Tidak. Mysha tidak mau terjadi hal seperti itu, Mysha menjadi tidak tenang dan tidak senang secara bersamaan.

" Paman, bolehkah aku ikut?" Mysha berpikir akan jauh lebih baik dirinya ikut dan bisa menjaga sang paman dari godaan wanita-wanita dewasa di luar sana.

Hufff...Hanya membayangkan saja Mysha sudah kesal.

" Kamu masih sakit, istirahat saja" jawab Arsen yang masih khawatir dengan kesehatan Mysha.

" Paman aku sudah baik-baik saja, sungguh!" Mysha menyakinkan Arsen, bahwa dia sudah sehat.

Akhirnya Arsen setuju Mysha ikut, setelah makan dan mandi akhirnya mereka akan ke salon untuk mencari gaun dan menyiapkan tampilan Mysha.

Mysha sedang di layani oleh beberapa pegawai salon, mereka melayani segala keinginan Mysha, setelah makeup dan menata rambutnya, kini tiba giliran Mysha untuk mencoba gaun pilihannya.

Tiba-tiba pikiran nakal Mysha muncul, Mysha ingin menguji sang paman, mencari tau apakah pamannya memiliki ketertarikan yang sama dengan nya.

Mysha memanggil Arsen yang sedang sibuk dengan ponselnya.

" Paman," Arsen menatap Mysha.

" Bisa tolong Mysha sebentar" Mysha melambaikan tangannya.

Arsen segera menghampiri keponakannya setelah menaruh ponselnya di meja.

Arsen ikut masuk kedalam ruang ganti yang di tempati Mysha.

Tanpa di duga Mysha langsung berbalik memunggungi Arsen, membuat Arsen terkejut.

" Aku tidak bisa menarik ritsleting nya" ucap Mysha yang sengaja mengoda sang Paman.

Tetapi ternyata tidak sesuai dengan yang ia bayangkan, dengan tenang Arsen membantunya, tidak ada adegan yang sempat Mysha pikirkan, Arsen dengan sikap tenangnya membuat Mysha kecewa.

Tetapi sebenarnya yang tidak Mysha ketahui, setelah Arsen usai membantu nya dan keluar dari ruang ganti, telinga Arsen memerah dengan tangan terkepal kuat. Melihat betapa mulus dan halus kulit Mysha, Arsen sampai menahan napas, pinggang yang ramping itu tampak melambai-lambai seperti ingin di sentuh membuat Arsen merasa bersalah.

" Sadar Arsen, dia keponakan mu sendiri" Batinnya merasa frustasi.

Setelah selesai, Akhirnya mereka segera pergi ke pesta, nyatanya pergi ke salon kecantikan begitu memakan waktu.

Sebagai pemilik acara, tentu Arsen harus pergi lebih dulu, karena masih banyak Persiapan yang harus ia pastikan sesuai dengan konsep.

Harapan Mysha untuk menjaga Arsen dari para wanita penggoda pupus, karena sejak kakinya menapaki acara megah nan mewah itu Arsenik mengacuhkan nya, meliriknya pun tidak pria itu lakukan, Arsen sibuk dengan para petinggi perusahaan yang hadir, mengabaikan Mysha yang sudah mengenakan gaun dan riasan terbaiknya malam ini untuk mencuci perhatian Arsen, namun sia-sia.

Arsen sedang duduk bersama orang-orang yang terlihat sukses di bidangnya masing-masing, dengan para wanita yang berpakaian mencolok dan gelamor, dengan mereka yang berjas mahal. Mereka terlihat beberapa kali tertawa dengan apa yang mereka bicarakan.

Sementara Mysha di tinggalkan di sebuah meja cukup jauh dari Arsen menyambut para undangan.

Mysha yang melihat itu dari kejauhan merasa tidak betah, Arsenik terlihat acuh dan sama sekali tidak perduli dengan dirinya. Padahal niatnya Mysha ikut untuk menempeli sang paman agar para wanita enggan mencari perhatian pria itu, tapi, malah begini.

" Sendiri?" Seorang pria tiba-tiba ikut duduk bergabung dengan Mysha.

Mysha melirik dengan ekor matanya tanpa minat, perasannya sedang kacau tidak tertarik untuk sekedar basa-basi.

" Rio" pria itu mengulurkan tangannya. Dan Mysha menatap tangan itu tanpa minat.

Pria itu tertawa sumbang. " Aku hanya ingin berkenalan, tetapi ternyata kau wanita cantik yang lumayan sombong"

Untuk informasi saja, Mysha adalah tipe perempuan yang cukup cuek dengan orang baru. ia tidak suka bicara dengan orang yang baru ia kenal. Mungkin juga itu alasan kenapa sirkulasi pertemanannya itu-itu saja, tidak berkembang.

Jelas sangat berbanding terbalik dengan Arsen. Pria itu memiliki lingkar pertemanan yang luas, jika bagi Mysha teman adalah beban yang harus dibatasi, sementara Arsenik beranggapan bahwa teman adalah aset yang harus terus diekspansi.

Mood Mysha langsung anjlok begitu melihat seorang wanita bergelanyut manja di lengan kekar Arsen, lebih sakit hati lagi ketika Mysha melihat Arsen membiarkan saja wanita itu pegang-pegang tubuhnya.

" Mau kemana?" tanya pria yang duduk bersama Mysha.

Mysha tidak tertarik meladeninya, gadis itu berjalan tergesa-gesa meninggalkan pesta perusahaan Arsen.

Arsenik sendiri bukannya enggan berdekatan dengan Mysha, hanya saja bayangan pinggang Mysha tidak mau hilang dari pikirannya, Arsen sedikit menjauh takut tidak mampu menempatkan dirinya, biar bagaimanapun dia adalah wali sang keponakan dan Arsen harus tau batasannya.

Arsenik juga sebenarnya risih dengan tatapan pria yang tertuju pada Mysha, Arsen ingin sekali mencongkel mata-mata yang menatap Mysha penuh minat.

Tadinya Arsen sudah akan menemui Mysha saat melihat seorang pria menghampiri gadisnya, hanya saja sapaan dari sahabat karibnya membuat Arsen menunda niatnya.

Arsen buru-buru mengejar Mysha, namun sekejap mata Mysha sudah tidak ada.

" Oh, Nona yang tadi datang bersama Bapak sudah pergi dengan taksi. Itu dia Pak!"

Informasi itu membuat Arsen buru-buru memasuki mobilnya dan mengejar taksi yang membawa Mysha.

Ketika hampir mengejar taksi yang Misha tumpangi, Arsen terjebak lampu merah, beruntung taksi yang di naiki Mysha mengarah ke kediamannya, sedikit membuat Arsen tenang.

Saat tiba di rumahnya buru-buru Arsen menuju kamar sang keponakan, namun Mysha lebih dulu mengunci pintu kamarnya.

" Mysha"

Mendengar suara Arsen, air mata Mysha mengalir.

Mysha ingin sendiri, tidak ingin melihat Arsen dalam waktu dekat, mengurung diri rasanya adalah pilihan tepat, dari pada harus sakit hati melihat Arsen bermesraan dengan wanita lain.

" Ada apa dengan hati ku Tuhan... Kenapa sakit sekali?" gadis itu membenamkan wajahnya di atas bantal, meredam suara tangis yang tiba-tiba pecah.

Sementara itu, Arsen menatap daun pintu di hadapannya dengan tatapan penuh penyesalan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!