NovelToon NovelToon

Cerita SMA&SMK

KELULUSAN SMP

“Yey… akhirnya aku lulus dan aku ingin masuk ke SMK impian ku.” Suara Jiva yang sangat bahagia karena lulus dari sekolah SMPN 1 sekar. Jiva adalah anak yang paling rajin dan pintar disekolah, lalu dia selalu mendapatkan peringkat pertama dikelas bahkan dia pernah mendapatkan peringkat pertama lomba cerdas cermat tingkat provinsi.

“Akhirnya kamu lulus, selamat ya sayang….” Senyum yang sangat senang, ucap Ibunda Jiva.

“Iya...Makasih mahh.” saut Jiva sangat senang.

“Oh iya kamu mendapatkan peringkat paling pertama Nilai UN dan kamu mendapatkan beasiswakan” seseorang menanyakan ke Jiva, ucapan papanya menanyakan hal tersebut.

“Iya pah… aku mau masuk di SMKN 24 Jakarta”. Jiva menjawab.

“Apa tidak!... papa tidak menyetujui.” suara yang agak keras.

“Kenapa tidak boleh pah…?”. bingung

“Itu tempatnya jauh sekali dari rumah kita.” papa menjawab.

“Kan nanti aku bisa diantar papa apa ga aku juga bisa naik busway umum.”

“Tidak itu tetap saja kalau nanti papa sibuk dan pergi keluar kota kamu mau naik busway?, kamu itu masih belum paham sifat orang-orang diluaran sana, banyak sekali orang jahat diluaran sana dan apa lagi kamu anak perempuan satu-satunya kami melarang bebas kamu jauh dari pantauan papa dan mama.” Papa menjawab pertanyaan Jiva yang khawatir kepada anak perempuannya.

“Tapi pah…” papa Jiva tidak menjawab dan langsung pergi ke kamar.

“Mah…?" Jiva bertanya pada mamanya, tapi mamanya tidak menjawab dan langsung mengikuti papa Jiva yang ada dikamar.

...----------------...

“Pah… apa itu tidak keterlaluan?.” Tanya mama ke papa Jiva.

“Apa keterlaluan…? Kamu tau kan tujuan aku buat melindungi dia.” saut papa Jiva.

“Iya aku juga mengerti maksudmu apa, tapi setidaknya Jiva dia anak yang pintar dan keiginannya hanya ingin masuk ke sekolah impiannya apa itu juga salah, kita juga ingin melihatnya senang.”

“Iya aku tau, aku juga ingin Jiva senang, tapi permasalahannya dia itu anak perempuan dan dia masih dibawah umur, aku takut terjadi apa-apa padanya, dan satu hal lain aku juga sudah memilihkan sekolahnya ini jauh lebih bagus dari pada sekolah yang dia impikan dan itu tidak terlalu jauh dari rumah kita.” Jawab papa Jiva yang tetap kekeh.

“Baiklah aku akan mencoba perlahan untuk berbicara padanya” jawab mama Jiva.

Sekian lama papa dan mama Jiva berbincang.

Jiva yang langsung pergi ke kamarnya juga.

“Hiks, kenapa papa melarang aku padahal aku sudah menuruti semua perkataannya untuk menjadi yang nomer satu disekolah itu.” Jiva menangis dan merenung dikamar sambil memeluk gulingnya.

...----------------...

Dan akhirnya…

“Jiva sa…” seketika suara seseorang berhenti.

“Oh Jiva sudah tidur, kemungkinan dia barusan habis menangis, biarkan saja besok pagi baru aku ceritakan, tunggu dia istirahat dulu.” Mama Jiva yang berbicara di dalam hati.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Keesokannya…

“Apa mah…?” seseorang terkejut karena ada yang berbicara.

“Iya sayang… gapapakan kamu mengikuti perkataan papa kali ini.” pertanyaan mama untuk jiva.

“Tapi mah… kan sekolahan itu swasta kenapa ga cari yang negri aja dan aku dengar juga sekolahan itu biayanya cukup banyak, aku memilih sekolah disana karna kulitasnya bagus tetapi tidak memakan biaya yang banyak.” Jiva menjawab.

“Tapi kan kamu masuk dari jalur beasiswa nanti akan dibiayakan, hanya saja biaya untuk studytoor dan lain-lain yang diluar kegiatan sekolah.”

“Tapi tetap saja mah studytoor disana aja sangat mahal, kakak kelas aku juga ada yang sekolah disana, dan katanya biayanya sampai jutaan bahkan belasan juta.” menerangkan.

“Gapapa sayang itu sudah ditanggung papa untuk membiayakan sekolah kamu.”

“Tapi aku ga mau merepotkan mama dan papa untuk hal membiayakan aku, apalagi abang mau masuk kuliah.”

“Tidak usah dipikirkan abangmu itu juga mendapatkan beasiswa seperti kamu, mama bangga sekali memiliki kalian berdua yang sangat pintar.”

“Yaudah kalau mama maunya begitu aku akan menuruti perkataan mama dan papa.”

“Iya sayang, yaudah sana kamu makan dulu sudah mama buatkan makanan kesukaan kamu dimeja makan, oh iya kamu sudah mandi?.”

“Sudah ma… yaudah aku mau makan dulu pasti mama buat ayam bakar dan stik kentangkan?.”

“Yap… yaudah makan dulu nanti abis itu kita akan kesekolahan itu untuk mengambil folmulir pendaftarannya ya.”

“Siap mah.”

......................

Jiva pun pergi kemeja makan lalu menikmati makanan kesukaan yang sudah dibuat mamanya, Jiva yang berada dimeja makan sambil menonton kartun kesukaan di tabnya, dia selalu saja begitu karena hal yang dia lakukan itu untuk menghiburkan dirinya sambil menyantap makanannya.

...----------------...

“Mah… papa udah berangkat kerja, sepagi ini?.” Tanya Jiva yang sudah selesai memakan makanannya.

“Oh iya tadi papa udah berangkat dari semalam, dia ada urusan diluar kota.” Jawab mama Jiva yang lewat di meja makan untuk ke dapur.

“Apa?... mama kenapa ga bilang ke aku dari awal, terus kenapa papa tidak memberitahu kalau mau pergi?.” terkejut.

“Maaf mama tadi lupa, terus tadi papa sudah pamitan kok sama kamu, dia masuk kekamar kamu tapi kamunya sudah tidur."

“Mama… kenapa tidak di bangunkan saja, kan aku akan bangun.”

“Papamu tau kamu habis nangis terus langsung tidur makanya dia ga mau membangunkan kamu, yaudah kamu siap-siap sana kita mau berangkat sekarang.”

“hm iya…, oh iya kesana mau naik apa?.” pertanyaan.

“Nanti kita pakai taxi online saja.”

“Oke ma.. aku mau siap-siap dulu.” dan Jiva pun bersiap-siap untuk berangkat kesekolahan itu.

...----------------...

Lalu sesampai disana mama dan Jiva keruang administrasi untuk mengambil folmulir pendaftaran tersebut. Beberapa menit kemudian Jiva meminta ijin kepada mamanya untuk ketoilet sebentar, dan mamanya mengiyakan lalu mama Jiva menunggu di ruang tamu sekolah.

......................

Setelah beberapa menit Jiva keluar dari toilet.

--Brakkk--

“Aduh…” suara Jiva yang terkejut karena tertabrak dan terjatuh.

“Gua ga liat lagi buru-buru.” Seseorang siswa disana menabrak Jiva karna terburu-buru, Jiva terdiam melihat wajah siswa itu dan siswa itu menatapnya juga sambil menolong bangun Jiva, tetapi siswa itu mengabaikannya dan langsung meninggalkannya di tempat itu, Jiva yang melamun sebentar di tempat,

“Apaan si Jiva kenapa jadi mikirin dia terus, apa karna dia cakep, is… apaan sih kok jadi ngawur begini, dia aja ga sopan ga minta maaf buat kesalahaannya, oh iya aku udah kelamaan ijin ke toilet pasti mama mencari aku.” Dia ngomong sendirian sambil berjalan untuk menuju ruang tamu untuk menuju mamanya yang sedang menunggu disana.

...----------------...

“Mah… maaf aku lama ke toiletnya.” Jiva meminta maaf ke mamanya karena sudah terlalu lama membuatnya menunggu.

“Oh kamu udah selesai, gapapa kok mama juga menunggunya diruang tamu terus juga disini disediakan makanan ringan dan minum, tadinya mama sempet khawatir kirain kamu kesasar di sekolah ini, hehe... karna sekolahannya ternyata besar banget terus kamu juga ga mau mama antarkan ke toiletnya.” membalas.

“Hehe.. ga dong mah masa sampai segitunya aku kesasar, tadi aku sempet ditabrak sama siswa disini karna dia jalannya buru-buru.” menceritakan kejadian tadi di toilet.

“Apa kamu di tabrak, tapi kamu gapapa kan?.” memeriksa badan Jiva.

“Gapapa kok mah, tapi aku kesel aja masa dia ga ngomong maaf apa gitu, dia cuman bantu aku buat bangunin doang terus dia langsung pergi gitu aja.” Jiva yang menggadu mamanya karena dia itu akan menceritakan sejujurnya apa saja yang sudah terjadi padanya.

“Oh iya…? sudah gagapa mungkin dia lupa atau terburu-buru, yaudah ayok kita pulang ini sudah selesai semua.”

“Hm… iya mah”. Jiva yang menjawab mamanya tetapi dia masih kesal karena siswa itu.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Hari masuk sekolah pun tiba.....

MASALAH WAKTU MPLS

Seluruh siswa/siswi baru maupun kakak osis serta guru-guru diperkumpulkan di aula sekolah. Para murid baru yang mengikuti MPLS mereka semua berpenampilan yang sudah jadi aturan disekolah atau itu perbuatan kakak kelas mereka agar lucu, seperti yang perempuan rambut mereka harus dikepang dua dan di berikan pita warna-warni lalu laki-laki harus didandan mempunyai kumis dan masing-masing harus memakai nametag yang sudah dibuat para murid baru yang mengikuti MPLS sebagai data indetitas diri dari rumahnya masing-masing, yang terbuat dari sebuah kertas karton dan tali rapiah sebagai gantungan di leher mereka.

Assalamualaikum wr.wb saya ucapkan puji syukur terhadap tuhan yang maha esa yang telah mengizinkan kita agar bisa melakukan kegiatan pengajaran bagi siswa/i baru atau yang di sebut MPLS, semoga bimbingan untuk MPLS ini berjalan dengan baik dan lancar. serta anak-anak yang bapak cintai, para dewan guru yang saya banggakan dan seluruh orang yang ada di aula ini, saya mengucapkan terimakasih atas kehadirannya di sini.

Lalu dia pun menyampaikan isi pidato dengan panjang lebar..........

Sekian dari saya terimakasih atas perhatiannya wasalamualaikum wr.wb

Seseorang berpidato dipanggung aula sekolah, dan itu adalah kepala sekolah di sini.

“Eh va… ini kapan si selesainya, gua haus banget tau….” seseorang menanyakan pertanyaan untuk Jiva.

Dan dia adalah teman kecilnya Jiva yang selalu ada buatnya, yang bernama Pricilla Anastasya Veren tapi dipanggil Sisil oleh Jiva dan Jiva itu nama panggilannya juga nama aslinya adalah Anindira Jivaulia Angga.

“Gatau sil… gua juga haus banget dari tadi kirain gue yang haus gue sendiri, padahal mah kepala sekolah yang pidato panjang lebar tapi kita yang haus sksksk” Jiva menjawab.

“Sksksksk.” Mereka berdua langsung tertawa bersama, dan ada seseorang menegurkan mereka berdua.

“Heh, siapa suruh berisik ini bukan pasar, bukannya memperhatikan yang ada didepan kalian.” Dia adalah ketua osis disekolah ini.

“Eh maaf kak kami ga akan ulangi lagi, oh iya kalo boleh tau kita boleh beli minum kapan eh masudnya selesai acaranya kapan ya kak.” Jiva menjawab.

“Masih lama udah perhatikan aja ikuti aturannya, masih anak baru udah songong.” dia mejawab dengan kesal lalu meninggalkan mereka berdua.

“is apaan sih tuh orang udah nanya baik-baik ga sopan banget jawabnya kayak gitu segala ngatain songong.” Sisil sebal.

“Bentar kok gue kek pernah ketemu dia ya tapi dimana.” Jiva memikirkan ingatannya kembali tetapi dia tetap saja masih lupa, keburukan Jiva adalah gampang melupakan seseorang yang belum dia kenal.

“Hah lu kenal dia?.” Sisil bertanya kepada Jiva.

“Ga, gua lupa tapi kek pernah liat dia kek ga asing gitu mukanya.” Jiva menjawab.

“Oh…”

“Apa ini kalian mengobrol lagi?....” ketua osis itu kembali menghampiri mereka lagi, lalu mereka berdua langsung kaget.

“Ga bisa dibiarin nanti kalian berdua kena hukuman.”

Beberapa menit kemudian, selesai acara di aula seluruh murid dipersilakan untuk beristirahat satu jam dan setelah itu semua murid baru di perintahkan untuk memasuki kelas nya masing-masing. Tetapi Jiva dan Sisil akan diberikan hukuman sama kakak ketua osis itu, mereka berdua tidak diberikan ijin untuk istirahat.

“Ah lu si sil kita jadi dapet hukuman.” Suara Jiva yang merengek.

“Aih… kok gua kan kita berdua yang ngobrol” Sisil menjawab.

“Lu kan yang pertama mulai ngomongnya.” Jiva tetep kekeh menjawabnya.

“Yaudah deh gue minta maaf, ayok kita ke kantin dulu dari tadi haus banget gue.” Sisil yang mengalah tapi memang benar dia yang memulai pertama pembicaraan itu.

“Iya ayok gue juga udah haus dari tadi.”

Mereka pun berjalan menuju keluar aula untuk ke kantin, tetapi ada kakak kelas itu di depan pintu aula, dia sedang meperlihatkan orang satu persatu yang sedang mencari seseorang.

“Mati.., kakak kelas itu kayaknya dia nyariin kita sil” Jiva terkejut melihat kakak ketua osis itu di depan pintu.

“Hah! Mana, oh iya… terus ini gimana kita bisa keluar dari aula ini.” Sisil kaget yang melihat juga ada kakak ketua osis itu di sana.

”Udah deh biarin aja kita jalan aja sambil natap ke hp pura-pura ga ngeliat dia aja.” Kata Jiva yang mempunyai ide.

"Oke.."

Dan tentu saja yang direncanakan Jiva tidak mulus, tetap saja kakak kelas itu mengetahui mereka berdua, Lalu kakak kelas itu menghampiri mereka berdua lalu menarik kerah baju yang ada dibelakang mereka.

“Etss… mau kemana mau kabur?.” Ucap kakak kelas itu ke mereka berdua.

“Em… itu anu kak… kita mau beli minum dulu kak haus banget dari tadi.” Sahut Jiva dengan gugup karena kaget ketahuan.

“Apa?, ga kalian harus menjalankan hukaman kalian terlebih dahulu.” Kakak kelas itu melepaskan tangannya dari kerah baju mereka berdua.

“T-tapi kak kita udah haus duluan dari tadi.” Sisil pun menjawab.

“Ga ada tapi-tapian apa mau saya tambahkan hukumannya?.”

“Ga kak jangan.” mereka berdua kompak berbicara hal itu.

“OKEH… jadi di sini kalian harus meminta tanda tangan para osis minimal sepuluh orang yang ada disini, pakai kertas kalian masing-masing dan harus meminta nama panjang mereka, jika kurang dari sepuluh maka kalian akan ada tambahan hukuman karna tidak sesuai perintah saya.” Ketua osis itu memberi hukuman ke mereka berdua.

“Tapi kak gimana cara kita mengetahui kakak-kakak osis disini.” Jiva bertanya.

“Pertanyaan yang bagus, karena saya baik saya akan beritahu kalian, liat saja bet tulisan osis di jas mereka, oke paham.. silakan kalian menjalankan hukuman dari saya.” Ketua osis itu pun langsung pergi meninggalkan mereka berdua.

“Gila tuh orang, baik dari mana harus mencari sepuluh osis minta tanda tangannya, ga tau orang lagi haus apa.” Sisil sangat kesal.

“Udahlah sil jalanin aja kita masih anak baru disini jangan membuat ulah di sekolah ini.” jawaban Jiva yang sudah pasrah dengan keadaan, lalu di tambah dia kehausan ingin minum.

Berapa menit kemudian, mereka sudah mencari satu persatu kakak-kakak OSIS itu,

tapi...

“Iya kak boleh ya kita minta tanda tangan kakak.” ucap Sisil yang sedang meminta tanda tangan.

“Gila emang tuh anak nyuruh kalian kayak begini, cuman gara-gara kalian berisik?.” ucapan seseorang perempuan yaitu ketua sekertaris osis disekolah ini.

“Iya kak, oh iya habis kakak tinggal sisa satu orang lagi siapa ya kak, Kakak tau ga orangnya terus ada di mana.” Jiva menanyakan karena sudah lelah untuk mencari para kakak osis itu.

“Em… coba aku liat dulu siapa aja yang sudah kalian minta tanda tangan.”

“oh iya ini kak kertas nya.” Ucap Jiva, lalu kakak kelas itu mengambil kertas yang sudah ditanda tanganin oleh para OSIS yang sudah didapatkan mereka berdua.

“Oh ini si….”

TERNYATA MEREKA BERDUA KEMBARAN

“Oh ini si… fatan, dia ada diruang guru sedang memeriksa kan data siswa yang baru masuk sama guru.” Kakak kelas itu pun menjawab.

“Oh diruang guru… tapi memang gapapa kita keruang guru kak?.” Tanya Jiva kepada kakak kelas itu.

“Gapapa kok, coba aja kalian minta izin dulu ke guru yang ada disana, bilang aja ada urusan sama kak fatan.”

“Oh… oke kak makasih banyak atas bantuanya.” Jawab Jiva dengan senyuman.

“Iya sama-sama.” Kakak kelas itu menjawab dengan senyuman pula.

Dan mereka berdua berjalan menuju ke ruang guru untuk meminta tanda tangan kakak osis yang bernama fatan itu.

“Untung saja di sini ada kakak kelas yang baik kayak dia” Sisil mengomong sambil jalan.

“Oh iya… kakak kelas itu baik.” Sahut Jiva.

Dan sesampai disana mereka masuk ke ruang guru itu dan meminta izin kepada guru yang ada disana.

“Oh… iya nak sebentar ibu akan panggilkan dia” ibu guru yang ada disana menjawab pertanyaan Jiva dan masuk keruangan fatan untuk memanggil nya.

Lalu…

"Dia ga tau apa orang haus, pengen minum." Decik sebal Sisil yang berbicara dengan Jiva karena dia kehausan.

"Udah gapapa sil.., kita juga yang salah kenapa berisik lagi ada acaranya" Jiva menjawab.

"Ngobrol pelan-pelan juga ga berisik, dia nya aja baperan banget."

"Udah sil biarin."

Ada seseorang yang mendengarkan percakapan mereka berdua.

“Iya ada apa mencari saya?.” Seseorang pria tampan menanyakan pertanyaan.

Jiva dan Sisil yang sedang duduk disofa tiba-tiba terbangun dari sofa karena mereka melihat seseorang yang ada di hadapan mereka dan speechless memelihat pria itu.

“Hei… kenapa kalian berdua diam saja? Gimana .” dia bingung dan menanyakan lagi.

“Eh…. Itu kak kita belum dapet satu lagi kakak osisnya, tapi aku akan mencarinya dan menyelesaikan tugas yang kakak suruh.”

Jiva menjawab dengan bingung karena di depannya ada kakak ketua osis itu.

Tapi tenyata…..

“Hah apa maksud kamu tugas?, oh… aku mengerti pasti kalian sedang di hukum sama athan kan?.”

“Hah, apa gimana athan siapa, terus aku lagi mencari kakak osis yang bernama fatan untuk meminta tanda tangan dia buat menyelesaikan hukumannya.”

Jiva yang menjawabnya lebih bingung. Dan Sisil hanya terdiam saja dari tadi.

“Hahahaa… kalian ini lucu sekali, emang kalian belum tahu Athan, terus dia belum memberi tahu kalau dia mempunyai kembaran itu adalah aku fatan.” Fatan terbahak-bahak melihat kepolosan mereka berdua.

“What!...... jadi kakak itu mempunyai kembaran.” Sisil yang tadinya speechless tiba-tiba berbicara suara kencang mendengarkan dia mengakatan sebuah kata kembaran.

“Ups… maaf aku kaget.” Sisil yang mengetahui dia berisik.

“Iya aku kembaran nya Athan atau adiknya Athan, oh iya… kalian kesini ingin minta tanda tangan aku kan, sini aku akan tanda tanganin, maafin athan ya dia memang seperti itu menyebalkan, tapi dia pasti ada tujuan yang baik buat melakukan hukuman hal seperti ini.” Ucap fatan yang mengucapkannya dengan halus.

“Oh… iya kak ini tanda tangan disini.” Jiva menjawab.

“Aku juga kak disini.” Sisil memberikan kertas itu juga ke kak fatan.

“Oke… ini sudah selesai, apa ada yang lain?.” Fatan menjawab dan menanyakan.

“Oh ga kak, itu aja terimakasih atas bantuannya, maaf kami mengganggu kegiatan kakak.” Jawab Jiva yang sudah mendapatkan tanda tangannya.

“Iya gapapa kok, dengan senang hati aku membantu kalian.” Senyum yang sangat indah untuk menjawab pertanyaannya dan mereka menatapnya.

“Yaudah kak aku permisi dulu, assalamualaikum.” Jiva berpamitan.

Dalam hati fatan “masyaallah” terkagum

“Walaikumsalam.” Fatan menjawab.

Dan setelah itu mereka ingin kembali ke aula yang tadi saat di perintahkan oleh ketua OSIS itu, untuk memberikan semua tugas yang sudah mereka selesaikan.

“Ini gue ngebug ga si va…. sangat terkejutnya gue mendengar omongan dia.” Sisil yang berjalan menanyakan pertanyaan kepada Jiva sambil bengong.

“Iya lu lagi ngebug, tapi gua yang malu dengan ke tidak tahunya gue langsung ngomong kek gitu ke dia.” Jiva yang menjawab pertanyaan Sisil dan ikut bengong karena merasa malu.

“Tapi!!!....”

Sisil tiba-tiba teriak, sampai semua orang ada di sana menatapnya, dan Jiva juga terlihat sangat terkejut.

“Sisil…..” Jiva yang terkejut.

“Eh… maaf semuanya…. maaf jiva aku teringat sesuatu, perbedaan sifat siapa namanya athan dan fatan.” Sisil menerangkan dan sambil melanjutkan perjalanan menuju aula itu.

“Heh… manggilnya pakai kak ga sopan.”

“Hehe… iya itu lah kakak-kakak itu dia berdua kembar tapi sifat mereka beda banget.”

“Iya… namanya juga manusia sil…, beda orang beda sifat.”

“iya juga… tapi kan dia kembar.”

“Iya mungkin sifatnya mengikuti orang tuanya masing-masing.”

“Nah… itu masuk di akal.”

“Yaudah ayok buru kita mau istirahat ga, gue dari tadi haus banget ya allah…..”

“Nah iya… gue juga dari tadi gara-gara hukuman ini sial.” Sisil kesal.

Setelah mencari ketua osis itu sekian lamanya di aula, tetapi mereka berdua tidak menemukannya dan mencoba untuk membeli minuman saja ke kantin karena sudah lelah mencari ketua osis itu.

Tetapi tiba-tiba….

kakak ketua osis itu berada di kantin yang sedang menikmati makanan yang ada di meja makan itu.

“Sialan.... dia itu tidak bisa dipercaya, dengan seenaknya dia makan disini, dan kita terus saja mencari-cari nya di aula tadi.” Ucap Sisil sangat kesal.

“Yaudah ayok kita kesana dan menyelesaikan hukuman ini.” Jiva menjawab karena dia juga sudah sangat lelah.

Dan mereka berdua pun menghampirinya.

“Hei kak…. Kita dari tadi mencari kakak di aula dan kakak seenaknya saja sedang menikmati makanan disini.” Ucap Sisil

“Oh kalian, gimana udah selesai?.” Sahut Athan yang tidak merasa bersalah.

“Ini…. Udah selesai semuanya, dan hukuman kami sudah selesai.” Jiva menjawab.

Dan mereka berdua pergi meninggalkan nya lalu ingin membeli minuman karena merasa sangat haus.

Tapi…

“Hm…” Athan lagi memikirkan sesuatu

“Hei… kalian mau kemana?, ini sudah seharusnya kalian masuk ke kelas.” Athan memanggil mereka berdua.

“Apa!...” mereka berdua kaget.

“Iya emang kalian ga denger suara bell dari tadi, udah lebih sepuluh menit kalian tidak masuk ke kelas.” Athan menjawab.

“Apa…. kok bisa!.” Jiva kaget.

“Iya….” Athan menjawabnya.

Lalu mereka terburu-buru ke kelas mereka, karena sangat terkejut mereka langsung saja berlari ke kelas, melupakan mereka sedang sangat lelah dan kehausan karena mereka tidak mau dihukum lagi, padahal mereka sudah ditipu dengan athan, sebenarnya sepuluh menit lagi bell masuk baru berbunyi.

Dan mereka berdua membuka pintu dan langsung berkata.

“Maaf kami terlambat.”

Mereka dengan kompak berkata seperti itu dan sambil membungkuk.

Lalu mereka berdua mentegakkan kembali tubuhnya dan mereka melihat ke semua sudut kelas, betapa malunya mereka berulah seperti itu karena disana belum ada guru.

Dan mereka hanya melihat teman-teman baru mereka yang sedang duduk dibangku masing-masing dan melihat mereka berdua yang aneh di depan pintu, Sisil yang langsung melihat jam tangan mereka.

“Sialan tuh orang…” Sisil yang sangat kesal dan sedang merasakan sangat malu karena baru pertama kali dia berdua masuk ke kelas itu dan belum mengenal mereka semua yang ada di dalam kelas itu.

Tetapi Jiva hanya terdiam saja di depan pintu karena sudah campur aduk perasaannya.

Mereka berdua langsung saja masuk ke kelas itu, dan menduduki bangku yang kosong.

“Bener dah tuh orang, kayaknya dia harus di hajar sama karate gue.” Sisil berbicara seperti itu karena sudah sangat kesal di tambah sangat malu.

Tetapi ada seseorang pria memasuki kelas mereka dan mencari seseorang untuk memberikan sesuatu.

Ternyata itu…

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!