Tak terasa ,hari sudah menunjukkan pukul 06.00 pagi, Tania masih menggeliat di tempat tidur nya, Pagi ini terasa sangat mengantuk, Tania masih menguap berulang kali.
Sayup-sayup, Tania mendengar suara ada yang memanggil namanya, Namun sekaan Tania masih bermimpi.
karena terlalu bersemangat untuk belajar malam tadi, Tania sampai lupa jam berapa dia tertidur, karena Tania masih melihat buku yang menemaninya di atas tempat tidur.
"Tania, nak bangun!" Suara dari luar kamar kembali terdengar.
Tania,Mencoba melawan rasa kantuknya, bangun dan mendekati pintu,masih dengan mata sedikit terpejam, Tania membuka pintu kamar nya.
Kamar yang begitu sempit, Namun terasa bagaikan istana untuk Tania.
"Sayang kenapa baru bangun" Ucapa seorang ibu yanh berada didepan kamar.
"Tania,asih ngantuk Bu" jawab Tania.
ibu yang berdiri didepan pintu kamar itu tak lain adalah ibu Tania, Orang tua satu-satunya yang Tania punya.
Sejak kepergian ayah nya Tania hanya tinggal berdua dengan ibunya disebuah rumah kecil.
"Tania sayang, tapi Tania ingin membantu ibu pagi ini"Ucap ibu Tania.
Namun Tania terlihat bingung, dan belum sepenuhnya kembali kesadarannya.
"Sayang, Jam.berpa kmu tidur tadi malam?" Tanya ibu.
"Tania lupa Bu." Jawab Tania denga suara serak nya.
"ya sudah kami mandi dulu, Hari ini kamu ujian kan?" Ucap ibu.
Mendengar kata ujian, kantuk Tania sekaanenghilang begitu saja.
"Ibu ini sudah jam berapa?" Tany Tania.
"jam 06.00 pagi sayang."jawab ibu santai.
"Jam 06.00 Bu?" Tanya Tania balik.
Namun kalia ini ibu hanya menganggukkan kepalanya saja, Dan tersenyum ke arah Putri semata wayang nya.
"Ibu .....!" Tania pun berlari masuk kedalam kamar nya.
Meraih handuk dan berlari keluar kamar menuju kamar mandi, yang berada tak jauh dari dapur.
Dan saat melewati dapur, betapa terkejutnya dia, ternyata pagi itu Tania lupa kalau setiap pagi membantu ibunya untuk membuat kue.
Ya, ibu Tania adalah seorang penjual kue, dia akan berjualan kue setiap pagi diteras rumah nya, selama ini itulah yang ibunya lakukan untuk bisa menyekolahkan Tania.
Begitu juga Tania, akan bekerja paruh waktu di supermarket yang tak jauh dari sekolah nya.
Tania tak pernah mengeluh, Untuknya itulah kebahagiaan nya, bisa membantu meringankan beban ibunya.
Walaupun selama ini Tania sekolah dari beasiswa yang diperoleh nya, Namun Tania tak ingin membicarakan ibu berjuang sendirian untuk mas depan dirinya.
Tania yang saat itu sedang termenung, disamping meja, yang sudah dipenuhi kue pun dikejutkan oleh kehadiran ibunya.
"Tania" panggil ibu.
"Tapi mau mandi, kenapa malah melamun disini?" Tanya ibu.
"Maaf kan Tania ya Bu, Tania kesiangan." Ucap Tania penuh penyesalan.
"Tidak apa-apa sayang, kan biasanya Tania yang lebih dulu bangun dari ibu kan"jawab ibu.
Tania hanya tersenyum, ke arah ibunya. Dan bergegas masuk kekamar mandi, karena dia tak ingin terlambat kesekolah nya.
Setelah selesai mandi,Tania pun bersiap-siap untuk berangkat kesekolah, seperti biasa sebelum berangkat kesekolah, Tania pun sarapan terlebih dulu dirumah.
" Ibu, Tania berangkat kesekolah dulu ya, do'akan Tania bisa menyelesaikan ujian dengan baik." Ucapa Tania saat berpamitan.
Ibu pun tersenyum ke arah putrinya, memeluk erat Tania, tentu saja berbagai do'a saat itu ia lantunkan dalam hatinya.
Tania pun berjalan menyusuri jalanan, Dia mempercepat langkahnya karena takut akan terlambat sampai disekolah.
Sekolah Tania hanya sekitar dua puluh menit dari rumah nya. Tania tak pernah lelah setiap pagi dan pulang berjalan kaki, untuk nya hitung-hitungan olah raga.
Tak berapa lama Tania pun tiba digerbang sekolah, dan ternyata disana sudah ada dua sahabat nya yang menunggu nya, Caca dan Tia, Terlihat melebarkan senyum ke arah Tania.
"Tan, kok tumben terlambat" Tanya Caca.
"Iya ca, aku kesiangan." Jawab Tania.
"Tumben kamu kesingan Tan?" Kali ini Tia yang bertanya.
"Nanti aja ya cerita nya, kita masuk dulu!" Ajak Tania.
Ketiganya pun masuk keruang kelas, tempat dimana mereka akan mengikuti ujian hari ini.
Entah kenapa walaupun Tania terkenal dengan kepintarannya, namun Tania merasa sedikit gelisah, karena akan mengikuti ujian akhir sekolah nya.
Tania menatap barisan komputer yang sudah di atur dengan rapi diruang ujian melalui kaca jendela.
Ruangan yang masih tertutup rapat itu yang akan dia gunakan untuk menentukan hasil yang selama ini sudah dia pelajari.
Tia dan Caca yang melihat Tania seperti tak biasanya pun saling berpandangan, Namun mereka tetap diam saja, tak ingin bertanya apapun pada Tania,walaupun sebenarnya hatinya bertanya-tanya.
Tak berpa lama dua orang guru, yang diyakini kanengawas diruang ujian tersebut pun datang, dan membuka pintu, sebelum peserta ujian masuk, mereka pun diperiksa kelengkapan ujiannya.
Tania terlihat melangkahkan kakinya perlahan, entah apa yang ia takutkan saat itu, suasana hening, diruang ujian.
Satu persatu peserta ujian sudah duduk berhadapan dengan komputernya, dna tak ada lagi yang bersuara kecuali hanya arahan pengawas yang terdengar.
Tania merasa seperti sedang diruang persidangan perkara, dia gugup, dan terlihat memjamkan mata sebelum akhirnya dia mulai membuka soal-soal yang ada dilayar komputer.
Senyap dan sunyi, semua peserta ujian sibuk dengan soal masing-masing, waktu pun terus bejalan, tak terasa suara bel tanda mata ujian pertama telah selesai.
Tania menarik nafas panjang, satu beban suda ia lewati, namun masih akan ada dua hari lagi setelah hari ini.
Saat istirahat, Tania pun terlihat fokus pada buku pelajarannya, sehingga Caca dan Tia pun hanya diam dan ikut membaca buku disamping Tania.
Dan setelah setengah jam beristirahat, mereka pun kembali ke ruang ujian untuk mata peljaran kedua. Hari ini Tania tidak bekerja paruh hari karena harus fokus ujian.
Setelah ujian selesai Tania pun langsung berjalan menuju rumah, beristirahat dan belajar.
Dan tak terasa tiga hari pun berlalu begitu cepat, hari ini adalah terakhir ujian, Tania terlihat begitu serius menjawab soal-soal pada layar.
Dan setelah ujian selesai, Tania dan kedua temannya pun duduk di bangku panjang didepan ruang ujian.
"Tan!" Panggil Tia.
Tania tak menjawab hanya mengalihkan pandangan ke arah sahabatnya.
" Kamu akan kuliah kemana?"tanya Tia lagi.
Namun Tania belum juga menjawab, dia hanya diam, tak ada ekspresi yang dia tunjukan hanya tatapan datar saja.
"Kamu sendiri mau lanjut kemana Tia" tanya Caca memecah keheningan.
"Mungkin keluar kota ca" jawab Tia.
"Berarti kita gak akan ketemu lagi dong!" Ucap Caca
" Kan kita masih bisa bertemu kalau aku lagi libur." Jawab tia.
Keduanya pun terus membahas masalah kuliah dan perpisahan mereka, sampai-sampai mereka tak menyadari kalau mereka sedang bertiga, dan satu sahabatnya hanya diam.
Saat itu terlihat tatapan Tania masih lurus kedepan, seperti sedang ada yang dia pikirkan, tapi apa sebenarnya yang saat ini Tania pikirkan? Akankah Tania putus pendidikan karena biaya?
Siang itu setelah dari sekolah Tania langsung menuju ke supermarket, tempat dimana dia bekerja separuh waktu.
Seharusnya Tania memang tidak kerja hai ini karena sudah izin selama ujian kelulusan, Namun Tania pun enggan pulang dia ingin langsung bekerja.
Sesampai didepan supermarket Tania bertemu dengan pemilik supermarket yang tentu saja Heran kenapa tania ada disana.
"Tania, kamu sedang apa?" Tanya lelaki paruh baya tersebut.
"Saya mau kerja hari ini pak" jawab Tania dengan sopan.
"Bukannya kamu masih izin hari ini?" Tanya nya lagi.
"Iya pak, tapi hari ini Tania sudah selesai ujian pak, jadi apa boleh Tania masuk kerja hari ini?" Tanya nya.
"Tentu saja boleh" jawab pemilik supermarket sambil tersenyum.
Tania pun langsung pamit, izin untuk masuk kedalam supermarket, Tania langsung berganti pakaian dengan pakaian kerjanya.
Hari itu Tania terlihat murung, dan menjadi pendiam, entah apa yang sedang dipikirkannya. Teman-teman ditempat kerjanya pun banyak yang saling bertanya-tanya kenapa dengan Tania.
Namun mereka tidak berani bertanya langsung karena memang Tania tak terlihat seperti biasanya.
Apalagi saat itu Tania sedang serius melayani pelanggan, Tania memang terkenal tekun dalam pekerjaan nya, dia tak pernah menggunakan waktu kerja untuk bicara atau bermain-main.
Waktu terus saja berputar, Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul enam sore hari.
Tania bersiap untuk langsung menuju tempat berganti pakaian ,mengganti bajunya dengan seragam sekolah nya, Karena kebetulan Tania tidak membawa baju ganti.
Seperti biasa Tania berjalan kaki menuju rumahnya yang tak jauh dari tempat dia bekerja.
Sesampai dihalam rumahnya, Tania sudah melihat ibunya yang sedang duduk di bangku tua diteras rumah mereka
Tania pun mendekati ibu nya dan mencium tangannya. Sambil memperlihatkan senyum nya, senyum yang memang dipaksakan oleh Tania.
Dia tak ingin ibunya tau kalau dirinya sedang memikirkan sesuatu hal. Namun bukan seorang ibu namanya jika tidak bisa melihat sesuatu yang berbeda dari putrinya.
Ibu yang tadinya ingin bertanya kepada Tania, namun langsung diurungkannya. Dan mengajak Tania untuk masuk dan beristirahat.
Tania menuju kamar nya ,mengambil handuk dan menuju kamar mandi yang berada didapur.
Seperti biasa mereka akan makan malam bersama, karena dirumah itu hanya ada Tania dan ibunya.
Keduanya pun makan, ingin ibu membuka pembicaraan, namun ibu tak ingin mengganggu makan malam Tania.
Setelah makan dan mencuci piring keduanya duduk di depan televisi yang berukuran 14 inci itu.
"Tania" panggil ibu.
Tania pun memutar pandangannya dari layar televisi.
"Apa ada yang ingin Tania ceritakan sama ibu?" Tanya ibu nya.
"Tidak ada Bu" jawab Tania berbohong.
"Sayang, ibu sudah merawat Tania selama 18 tahun, ibu tau apa pun perubahan pada Tania." Kata ibu.
Tania pun hanya tersenyum ke arah ibunya, dan menggenggam tangan tua milik ibu nya itu.
"Bagaimana ujian nya hari ini?" Tanya ibu lagi.
"Semua berjalan lancar Bu,ibu do'akan supaya Tania bisa lulus dengan nilai yang bagus ya Bu."ucap Tania.
"Tentu saja ibu selalu mendo'akan yang terbaik untuk Tania."
"Nak!" Panggil ibu.
"Iya buk." Jawab Tania.
"Kemana rencana nya Tania akan melanjutkan kuliah?" Tanya ibu lagi.
Kali ini tak ada jawaban ,Tania kembali diam, karena memang ini lah yang dia takut kan ,bahkan yang menjadi pikirannya dari sekolah.
Tania memang ingin melanjutkan kuliah nya, namun Tania tau kalau biaya kuliah itu mahal, dan itu pasti akan menambah beban untuk ibu nya.
Namun kalau Tania mengatakan kepada ibu kalau ingin kerja dan tak ingin melanjutkan kuliah ibu akan kecewa.
Rasanya Tania tak ingin lagi melihat ibu banting tulang, kerja ini itu untuk biaya sekolah nya, apalagi kondisi ibu nya yang sudah tua.
"Kenapa Tania hanya diam"
Pertanyaan ibu membuyarkan lamunan nya Tania.
"Bu" panggil Tania ragu-ragu.
"Ada apa nak, cerita dengan ibu" ucap ibu.
"Ibu jangan marah ya?"
"Tentu saja tidak, katakan saja !" Jawab ibu.
"Bu ,apa boleh jika Tania tidak melanjutkan kuliah, Tania ingin bekerja saja, Tania ingin membantu meringankan beban ibu." Ucap Tania.
"Tania, kalau memang Tania ingin meringankan beban ibu, kamu harus kuliah, raih cita-cita kamu menjadi seorang dosen." Jawab ibu dengan mata berkaca-kaca.
"Tapi Bu, Tania tak ingin lagi ibu banting tulang untuk mewujudkan impian Tania." Jawab Tania.
Tania tak lagi dapat membendung air mata nya, Karena memang sejak dari sekolah dia sedang gelisah memikirkan kelanjutan sekolah nya.
Tania pun memeluk ibu nya, satu-satunya tempat dia bersandar, tempat bercerita, seorang wanita tangguh yang selama ini menjadi ibu dan juga ayah untuk nya.
Rasa nya, seandainya saja bisa Tania ingin menggantikan ibunya mencari nafkah dimasa tua nya.
Namun Tania tak ingin mengecewakan ibu nya ,yang mungkin sangat berharap dirinya bisa menjadi seorang dosen, seperti impiannya selama ini.
Namun Tania berpikir, akan kah dia bisa ? Karena kuliah itu butuh biaya yang tidak sedikit, sedang ibunya hanya seorang penjual kue, dan dia hanya seorang pekerja paruh waktu.
Tapi apa masih bisa itu dia lakukan jika nanti dia sudah kuliah, berbagai hal terpikirkan oleh Tania saat itu, namun dia tak mungkin mengungkapkannya kepada sang ibu
Saat itu hanya Isak tangis dari Tania yang terdengar, mungkin sulit untuk orang pahami dengan kesedihan dirinya, namun ini adalah luapan rasa yang ada dalam diri Tania.
"Tania, selama Tania masih ingin belajar, dan ibu masih hidup, percayalah nak, ibu akan melakukan apapun untuk Tania." Ucap ibu.
Suara nya terdengar parau, Karena menahan tangis, dia tak ingin terlihat lemah dihadapan putri tercinta nya.
" Nak, cari lah kampus yang bisa mewujudkan cita-cita mu nak." Ucap ibu lagi.
Tania melepaskan pelukannya, menatap mata ibu nya, mata tua yang selama ini kurang tidur demi dirinya, mata yang mungkin meneteskan air mata untuk kebahagiaan dirinya.
Tania meletakkan kedua tangannya, dikedua pipi keriput ibu nya, menatap kedua mata itu.
"Ibu, Tania berjanji akan berusaha keras, belajar dengan rajin untuk mewujudkan semua mimpi ini."ucap Tania.
Terlihat air mata pun lolos seketika dipipi sang ibu, begitu juga dengan Tania, seakan tangannya bergetar.
"Tania tidak akan mengecewakan ibu, Tania akan menjadi seorang dosen, Bu, dan membahagiakan ibu." Ucap Tania lagi.
Tania pun memeluk ibunya dengan erat, dalam hati dia benar-benar berjanji akan berusaha untuk mewujudkan semua mimpi dan membahagiakan ibunya.
"Nak, apapun yang terjadi kuliah lah sampai selesai, ibu pasti akan bahagia jika kamu bisa sukses nak." Ucap ibu.
Keduanya pun larut dalam kesedihan, mungkin setelah ini ibu Tania akan bekerja lebih keras lagi untuk mengumpulkan biaya masuk kuliah untuk Tania.
Tidak ada salahnya bekerja keras untuk kebahagiaan anak nya, itulah yang dipikirkan oleh ibu Tania saat itu,
Namun akan kah ada jalan untuk Tania bisa masuk fakultas, sedangkan biaya masuk fakultas itu sangat mahal?
Atau akan kah janji Tania untuk ibunya hanya akan tinggal janji saja?
Malam itu setelah perbincangan antara Tania dan ibunya, akhirnya Tania pun tak ingin lagi membahas rencana nya untuk bekerja saja.
Tania tak ingin mengecewakan ibu nya, mungkin saat ini yang harus ia lakukan adalah bagaimana caranya menolong ibunya untuk mendapat kan Uang untuk biaya kuliah.
Hari ini Tania pun berencana untuk kerja pagi karena dia sedang libur sekolah, sampai menunggu acara perpisahan sekolah nya.
Tania keluar dari kamar dengan membawa tas sandang nya yang sudah ketinggalan jaman itu.
Dia berjalan ke teras depan ketempat ibunya yang sedang berjualan kue.
"Ibu"panggil Tania.
"Iya nak, kamu mau kemana"tanya ibu.
"Tania mau ke supermarket Bu, kan Tania sedang libur sekolah." Jawab Tania.
"Tapi nak, apa tidak istirahat saja dirumah."
"Enggak apa-apa Bu, Tania kan bisa bantu ibu, dari pada dirumah." Jawab Tania.
Tania pun berlalu pergi setelah mencium tangan dan pipi ibunya.
Seperti biasanya berjalan kaki menuju supermarket, tak terlihat sama sekali raut wajah mengeluh disana.
Tania mempercepat langkah nya, menuju tempat nya kerja, sesampai disana langsung masuk kedalam supermarket.
Tak lama Tania sudah keluar dengan seragam kerjanya, seperti biasa Tania langsung disibukkan dengan melayani pembeli.
Tania memang seorang gadis yang tekun dalam melakukan pekerjaan .
Tak berapa lama Tania berada di kasir
kasir pun mulai Sepi,Namun tak lama,terlihat seorang pembeli yang kembali datang mendekati meja kasir.
Seorang pria tua yang mungkin usianya lebih tua dari ibu Tania, namun dari penampilannya memperlihatkan kalau dia adalah seorang yang berkasta.
Tania pun melayani pria tua tersebut, dan mulai menghitung belanjaan nya satu persatu.
Namun Tania sedikit risih dengan pria tua dihadapannya, karena pria itu terlihat sedang menatap Tania tanpa berkedip.
Tapi Tania menepis pikiran buruk yang seketika lewat dikepalanya, dia kembali fokus dan berpikir bahwa pria itu sedang melihat nya, karena sedang menghitung belanjaan milik pria tua tersebut.
Setelah semua selesai Tania pun menyebutkan nominal yang harus dibayarkan oleh pria itu.
" Total nya empat ratus tujuh puluh ribu pak" ucap Tania.
Pria itu pun mengeluarkan lima lembar uang seratus ribu dan menyerahkan nya kepada tania.
Namun matanya masih terus fokus pada Tania, Tania pun menjadi risih sendiri, namun Tania tak ingin orang lain melihat itu apalagi pembeli, dia takut orang akan tersinggung.
"Ini kembaliannya pak" ucap Tania
sambil memberikan uang kembalian.
"Untuk kamu saja" ucap nya.
"Tidak pak , terimakasih tolak Tania.
"Tidak apa-apa, anggap aja uang tips untuk mu."ucap lelaki tersebut.
"Tania pun mengambil uang itu, dan mengucapkan terimakasih, kebetulan sekali saat itu memang sedang sepi pembeli.
Setelah Tania menerima uang nya, lelaki tua itu pun pergi meninggalkan supermarket.
Tania kembali dengan pekerjaan nya dan juga kesibukan lain selain kasir disana, tak terasa jam sudah menunjukkan jam makan siang.
Tania dan teman-teman lainnya bergantian untuk makan siang.
Setelah selesai makan Tania kembali bekerja, tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 sore hari.
Semua karyawan mulai meninggalkan supermarket tersebut Karena akan ditutup sementara waktu,dan akan dibuka kembali jam 08.00 malam.
Tania pun berjalan menyusuri jalanan menuju rumah nya, Tania ingin sekali cepat sampai dan beristirahat dirumah.
Namun saat sudah berjalan menjauh dari supermarket Tania merasa kalau sedang ada yang mengikuti dirinya.
Namun saat menoleh kebelakang, tak ada siapapun disana. Tania semakin mempercepat langkah nya, dan menepis perasaan tak enak itu.
Namun semakin cepat Tania berjalan dia merasa memang sedang ada yang memperhatikan diri nya, namun tak ada yang Tania lihat.
Tania pun menghentikan langkah nya, dan membalikkan tubuhnya ke arah belakang, dan mengarahkan pandangan nya kesemua arah, tak ada seorang pun disana.
Ya, hanya ada sebuah mobil hitam Fortune yang sedang parkir tak jauh darinya berhenti.
Tania pun berpikir ,apa mobil itu yang mengikuti dirinya, tapi tidak mungkin Tania kembali menepis pikirannya.
Untuk apa mobil itu mengikuti diri ni ya, dia bukan lah orang yang penting, enggak mungkin dia kan diculik, begitulah pikir Tania saat itu.
Tania pun mempercepat lagi langkah bahkan setengah berlari menuju rumah, tak ingin memikirkan hal-hal yang aneh lagi.
Begitu sampai dihalaman rumah nya, Tania langsung menuju pintu namun pada saat akan membuka pintu depan rumah tanpa sengaja Tania melihat sebuah mobil.
Dan Tania begitu terkejut, kenapa tidak, ternyata mobil yang ada didepan pagar bambu rumah nya itu adalah mobil yang tadi dilihat nya dipinggiran jalan raya.
Mobil yang dilihat saat dia sedang merasa diikuti, Tania pun terus melihat ke arah mobil yang masih parkir didepan rumah nya dengan mesin masih menyala.
Tania saat itu antara bingung dan takut, apa orang itu sedang mengikutinya, namun untuk apa ? Tidak mungkin orang menculik gadis miskin seperti diri nya. Begitulah yang ada dipikiran Tania.
Namun disisi lain Tania memang merasa kalau mobil itu sedang mengawasi dirinya, walupun Tania tak bisa melihat kedalam mobil yang menggunakan kaca gelap dan tak terlihat kedalam.
Tania pun mengetuk pintu memanggil ibu nya, namun pandangannya masih ke arah mobil yang berada tak jauh dari tempat nya berdiri.
"Tok...tok..tok.., ibu!"panggil Tania.
"Ibu...!" Panggil Tania lagi.
Karena ibunya belum juga memberikan jawaban, Tania pun memanggil berulang-ulang, dengan suara semakin ditinggikan.
Dan saat Tania mendengar derap langkah dari dalam baru lah dia berhenti memanggil.
Dan begitu pintu dibuka Tania langsung saja, berlari masuk kedalam, ibu yang sedang berdiri di pintu pun kebingungan, kenapa dengan anak nya?
Ibu begitu heran dengan sikap Tania sore itu, namun dia hanya bisa geleng-geleng kepala, dan berpikir yang baik-baik kalau anak nya sedang capek dan sangat lapar.
Ibu kembali menutup pintu, dan sebelum itu ibu juga sempat melihat sebuah mobil yang parkir tepat di depan pagar rumah nya.
Namun ibu tak mau ambil pusing, dan hanya berpikir kalau orang itu sedang ada keperluan mungkin, dan hanya berhenti sejenak disana .Ibu pun langsung menutup pintu dan menuju dapur untuk melanjutkan memasak yang tadi nya sempat tertunda, karena suara Tania yang memanggilnya.
Tak berpa lama Tania pun terlihat keluar dengan membawa handuk untuk mandi. Ibu yang melihat itu tentu saja langsung menyapa putri kesayangnnya itu.
"Tania, cepat mandi biar kita makan sama-sama!" Ucap ibu.
"Iya Bu,Tania juga sudah lapar." Jawab Tania.
Sebenarnya Tania tadi ingin bercerita tentang kejadian saat dia pulang, tapi setelah melihat wajah ibunya, Tania malah mengurungkan niat nya.
Tania tidak jngin ibunya jadi khawatir, dan malah tak memperbolehkan dirinya untuk bekerja lagi besok.
Setelah mandi Tania dan ibu pun seperti biasa makan bersama ,dan lanjut menonton televisi.
"Nak, kapan perpisahan sekolah akan dilaksanakan?" Tanya ibu.
"Mungkin Minggu depan Bu, Tania masih punya waktu seminggu untuk bekerja full." jawab Tania.
"Nanti kalau udah mulai kuliah, Tania fokuslah dengan kuliah mu nak, biar ibu yang akan bekerja." Kata ibu saat itu.
Tania ,hanya tersenyum. Dia tak memberikan jawaban apapun, dia kembali mengarahkan pandangan ke arah televisi.
Namun sebenarnya bukan menonton yang dilakukan Tania, tapi dia kembali berpikir tentang mobil hitam itu.
Siapa sebenarnya pemilik mobil itu? Apa benar mobil itu sednga mengikutinya? Jika iya, kenapa? Dan untuk apa? Karena dia bukan lah siapa-siapa.
Begitu banyak pertanyaan yang tak punya jawaban yang dipikirkan nya saat itu, tapi akan kah Tania bisa menemukan jawabannya ?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!