Brakkk...
Suara benturan itu terdengar keras di tengah derasnya hujan. Suara petir dan derasnya hujan semakin membuat sore hari yang mendung ini terasa semakin mencekam.
Darah yang mengalir di jalanan terhapus oleh air hujan. Banyak orang yang berkerumun di tempat kecelakaan terjadi.
"Itu ada anak kecil yang masih selamat disana" teriak salah satu warga yang berada disana.
Beberapa warga dan petugas kepolisian langsung berlari ke arah warga yang berteriak itu. Ternyata memang benar, disana ada seorang gadis kecil yang meringkuk di atas aspal. Spertinya dia masih sadarkan diri.
Matanya menatap dengan samar dua orang yang tergeletak di tengah jalan dengan bersimbah darah. Tangan mungilnya terangkat seolah ingin menggapai mereka yang terlegeletak jauh dari arahnya.
"A-Ayah.. Ibu"
"Tolong dia pak, dia masih hidup"
Seseorang yang berada di dalam mobil langsung tersentak kaget saat ada seseorang yang berdiri di tengah jalan sambi merentangkan tangannya.
Elion yang baru saja kembali dari perusahaan nya sore ini, tentu harus tercegat hujan deras dan sialnya dia harus terjebak macet juga karena adanya kecelakaan.
Elion membuka kaca jendela mobilnya saat orang itu terus-terusan mengetuk jendela mobil. Dia melihat kerumunan orang dan mobil yang penyok karena kecelakaan yang terjadi.
"Tolong, itu ada anak kecil masih sadarkan diri. Bisa minta tolong untuk segera di bawa ke rumah sakit. Ambulance yang kami telepon masih dalam perjalanan"
Sebenarnya Elion ingin menolak, tapi saat dia melihat seorang gadis kecil yang tergeletak di atas jalanan dengan bersimbah darah. Entah hanya penglihatan Elion yang tidak benar, atau memang benar jika gadis kecil itu seperti sedang menangis. Terlihat dari punggungnya yang bergetar.
"Bawa saja masuk ke dalam mobil saya Pak"
Warga yang ada disana langsung membawa gadis kecil yang malang itu ke dalam mobil Elion. Setelah Elion memberi tahukan ke rumah sakit mana dia akan membawa anak kecil ini. Dia langsung melajukan mobilnya, menembus hujan deras di sore ini.
Sesekali Elion melirik ke arah belakang, dimana gadis kecil itu berada di sana dengan wajah penuh darah.
Kasihan sekali dia. Apa dia bersama orang tuanya? Lalu, apa orang tuanya selamat?
Elion mengingat bagaimana dulu Ayahnya meninggal dunia karena kecelakaan mobil. Di saat itulah, Elion mulai mengambil alih kendali perusahaannya dan menjalankannya dengan kemampuan yang dia miliki.
Sampai di rumah sakit, Elion segera keluar dari mobil dan menggendong gadis kecil itu untuk membawanya ke dalam rumah sakit.
"Tolong.. Tolong anak ini" teriak Elion saat dia memasuki rumah sakit dengan menggendong gadis kecil korban kecelakaan itu.
Dengan sigap para perawat langsung membawa brankar pasien ke arah Elion berada. Elion menidurkan tubuh mungil itu di atas brankar pasien, dan para perawat segera membawa anak kecil itu ke ruangan unit gawat darurat.
Elion menunggu di kursi tunggu yang berada di depan ruang unit gawat darurat itu. Hingga beberapa saat kemudian, pintu ruangan terbuka dan Elion langsung berdiri dan menghampiri dokter juga perawat yang keluar dari ruangan itu.
"Bagaimana keadaannya?"
"Dia sudah melewati masa kritisnya, tapi benturan keras di kepalanya membuat saraf otaknya sedikit terganggu. Jadi, mungkin dia akan mengalami koma untuk beberapa waktu. Kami akan lakukan yang terbaik agar anak anda segera terbangun dari komanya"
Elion sedikit kaget mendengar penjelasan dokter barusan. Dan apa tadi? Dokter itu mengira jika gadis kecil yang dia tolong adalah anaknya. Apa memang wajahnya sudah setua itu? Sampai dokter mengira Elion sudah mempunyai anak.
"Emm. Sebenarnya dia bukan...."
"Baiklah, anda banyak-banyak saja berdo'a agar anak anda segera tersadar dari komanya"
Setelah berkata seperti itu, Dokter langsung pergi begitu saja. Elion masih terdiam di tempatnya. Dia bingung sendiri harus melakukan apa saat ini.
Akhirnya Elion memilih untuk menunggu anak kecil itu di rumah sakit sampai ada keluarganya yang datang.
Namun, sampai besok harinya tidak ada satu pun keluarga yang datang untuk menemui gadis kecil itu. Hanya ada seorang polisi yang datang di siang hari menemui Elion saat itu.
"Maaf Tuan, apa Tuan ini keluarga dari korban?"
Tentu Elion langsung menggeleng, menjawab pertanyaan dari polisi itu. "Saya hanya menolongnya saat kejadian kecelakaan"
"Anak kecil ini sudah tidak memiliki keluarga, orang tuanya telah meninggal dunia tadi malam. Saat kami dari pihak kepolisian mencari tahu apa masih ada keluarga yang lain yang bisa kami mintai bantuan mengenai apa yang terjadi pada anak kecil ini. Tapi, ternyata anak ini tidak punya lagi saudara yang lain"
Elion menoleh ke belakang, dimana anak malang itu sedang terbaring di ranjang pasien disana. Tiba-tiba hatinya merasa bergetar, Elion merasa sangat kasihan dengan nasib anak malang ini.
"Kami berencana untuk membawa anak ini ke panti asuhan saja. Karena sudah tidak ada keluarga yang bisa merawatnya"
"Tidak perlu. Saya akan mengadopsinya"
...🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤...
Keputusan Elion untuk mengadopsi anak di usianya yang masih muda, tentu mendapat tentangan keras dari Ibu dan Kakaknya.
"Maksud kamu apasi El? Masa kamu mau ngadopsi anak di usiamu yang masih muda? Kamu saja masih menyelesaikan S3 kamu"
"Aku tinggal menyelesaikan sidang skripsi ku dan semuanya akan segera selesai. Mami dan Kakak tenang saja.."
Elion menatap kedua wanita yang berarti dalam hidupnya ini "...Aku hanya kasihan padanya, dia gadis kecil yang harus di tinggalkan kedua orang tuanya sekaligus. Mam, Kak.. Dia sama seperti aku yang kehilangan Daddy. Dulu, saat aku kehilangan Daddy. Aku masih mempunyai kalian. Sementara anak itu, dia tidak lagi mempunyai siapa-siapa"
Nyonya Rinjani Barney, Ibu dari Elion Barney dan Alena Barney. Dia menatap anak bungsunya yang baru saja mengatakan hal yang mengejutkan. Namun, Nyonya Rinjani melihat kesungguhan dari tatapan mata Elion. Dia tahu jika anaknya selalu serius dalam mengambil keputusan, apapun itu.
"Baiklah, Mami mengizinkan kamu untuk mengadopsi anak itu"
"Terimakasih Mam, karena sudah menyetujui keputusanku"
"Kenapa tidak membiarkan Kakak saja yang merawat anak itu, El. Dia mungkin bisa berteman dengan Darren. Usianya tidak akan jauh beda sepertinya"
Elion menggeleng cepat, menolak usulan dari Kakak perempuannya itu. "Aku ingin merawatnya sendiri Kak. Kau sudah memiliki Darren. Jadi, anak itu biarlah aku yang merawatnya"
Akhirnya keputusan Elion tidak bisa lagi di bantah oleh siapapun.
Bersambung
Kisah baru dimulai...
Jangan lupa dukungannya... kasih like komen di setiap chapter...
Reina Fitria, gadis kecil yang malang itu kini telah tumbuh dewasa. Begitu beruntung hidupnya saat dulu di adopsi oleh seorang pria muda yang tampan juga kaya raya. Kejadian 12 tahun lalu telah membuat Reina trauma setiap ada hujan deras yang di sertai petir.
Setelah satu minggu di nyatakan koma pada saat itu, akhirnya Reina terbangun dengan kenyataan yang harus dia terima. Kedua orang tuanya meninggal dunia karena kecelakaan maut yang menimpa mereka, juga dirinya.
Merasa hancur dan terpuruk, tapi Reina masih bisa mengucap syukur karena ada pria baik yang mau merawatnya. Jadi, Reina tidak harus tinggal di panti asuhan.
"Pagi Dad"
Daddy, begitulah Reina memanggil Ayahnya sekarang. Sesuai dengan permintaan Elion saat dia baru tersadar dari koma beberapa tahun lalu.
"Call me is Daddy"
Begitulah yang di katakan oleh Elion saat itu.
Reina datang dari lantai atas dan langsung duduk di kursi meja makan untuk memulai sarapannya. Hari ini dia harus pergi ke perusahaan untuk melakukan interview kerja setelah beberapa bulan dia menganggur di rumah sejak lulus kuliah.
"Pagi Rein. Hari ini jadi interview kerjanya?"
Reina mengangguk sambil mengolesi sehelai roti dengan selai coklat kesukaannya. "Jadi, Dad. Makanya aku bangun pagi. Hehe"
Reina terkekeh sendiri mengingat kebiasaan buruk dirinya. Dia selalu tidak bisa bangun pagi hari jika tidak membunyikan alrm. Selama beberapa bulan terakhir, Reina hanya diam diri rumah dengan sesekali mengirimkan beberapa lamaran kerja ke beberapa perusahaan. Selebihnya, dia hanya menjadi kaum rebahan saja.
"Dasar, lagian kenapa kamu gak mau kerja di perusahaan Daddy saja?"
Reina berdecak, dia memang tidak berniat untuk masuk kerja di perusahaan Ayahnya. "Males ahh. Nanti Oma nyerocos lagi"
Nyonya Rinjani Barney, memang selalu bersikap sinis pada Reina. Bahkan sejak Reina di adopsi oleh Elion. Memang sejatinya Nyonya Rinjani tidak pernah benar-benar menyetujui Elion untuk mengadopsi Reina.
Elion menghela nafas, entah apa yang harus dia lakukan agar Ibu dan anak angkatnya ini bisa akur. "Kamu maklumin saja ya, Oma memang seperti itu"
Reina mengangguk "Iya Dad, aku memakluminya karena aku hanya anak angkat Daddy 'kan"
Elion beranjak dari duduknya setelah dia menyelesaikan sarapannya. Dia mengelus kepala anaknya dengan sayang "Tidak perlu membahas itu Rein. Kau adalah anak Daddy"
Rein hanya memanyunkan bibirnya, membuat Elion gemas dengan tingkah anaknya ini yang selalu ada-ada saja.
"Mau berangkat bareng aja sama Daddy?"
Reina menggeleng pelan, dia lebih suka membawa motor sendiri daripada harus naik mobil karena pasti akan terjebak macet.
"Rein bawa motor aja, seperti biasa"
Elion mengangguk, lalu dia mengambil tas kerjanya yang dia letakan di kursi meja makan yang kosong tadi. "Yaudah, kalo gitu Daddy berangkat duluan. Kamu habiska dulu sarapannya"
Cup
Kecupan perpisahan Elion berikan di puncak kepala Reina. Hal itu sudah biasa dia lakukan sejak Reina menjadi anak angkatnya.
"Daddy berangkat dulu ya"
Reina mengangguk, dia menatap punggung Ayah angkatnya itu dengan tatapan penuh arti.
Maaf Dad, karena Rein memiliki perasaan ini. Tapi, Rein tidak bisa menahannya. Rein juga tidak tahu, kenapa perasaan ini bisa muncul begitu saja di hati Rein.
Reina selalu merasa bersalah karena perasaan yang tumbuh di hatinya. Dia merasa telah mengkhianati kasih sayang dan kebaikan Daddy nya itu dengan perasaan suka di hatinya.
Sejak kelas tiga sekolah menengah atas, Reina mulai bisa merasakan dan tahu apa itu cinta yang sebenarnya. Meski sebelum-sebelumnya, dia pernah menjalani pendekatan dengan beberapa pria teman sekelasnya. Namun, perasaan cinta itu tidak muncul. Hatinya tetap biasa saja. Berbeda sekali saat Reina berdekatan dengan Elion. Hatinya selalu berdesir senang, jantungnya pun selalu berdegup kencang.
Hingga saat itulah Reina mulai menyadari jika apa yang dia rasakan pada Elion. Bukan sekedar rasa sayang pada seorang Ayah, tapi lebih dari itu. Reina telah jatuh cinta pada Ayah angkatnya sendiri. Kebaikan Elion dan ketulusannya dalam merawat Reina selama ini, telah menimbulkan perasaan berbeda di hati Reina.
Ya, ini memang aneh. Cinta pertama Reina malah jatuh pada Ayah angkatnya sendiri. Pria baik hati yang mau merawatnya selama ini dengan segala ketulusannya. Namun, Reina hanya mampu memendam perasaannya itu. Karena dia tahu jika perasaan yang di miliki ini bak cinta terlarang baginya.
Hah...
Reina menghela nafas berat jika dia sudah memikirkan perasaannya yang terlarang itu. Dia berdiri lalu melangkah ke lantai atas rumah ini, menuju kamarnya untuk mengambil tas dan ponselnya.
...🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤...
Interview kerja berjalan lancar, Reina sudah mulai bekerja hampir satu minggu ini. Dan hari ini adalah hari libur pertamanya setelah dia tidak lagi menjadi seorang pengangguran.
"Nanti siang Oma mau kesini, katanya mau makan siang bersama"
Reina yang sedang melahap sarapannya langsung terhenti sejenak. Sampai saat ini, Oma Rinjani memang masih belum menerimanya di keluarga ini.
"Emm. Ya gak papa, biar aku masak makanan kesukaan Oma"
Jangan ragukan Reina yang tampak manja karena kemewahan yang di berikan oleh Ayah angkatnya. Tapi, kenyataannya Reina masih mampu mengerjakan pekerjaan rumah bahkan memasak. Setiap hari, dia selalu memasak makan malam untuk Ayahnya itu. Terkecuali sarapan karena Reina selalu bangun kesiangan.
Elion mengangguk "Baiklah, kamu maklumin saja sikap Oma. Dia memang seperti itu"
"Iya Dad, Rein ngerti"
Akhirnya pagi ini setelah sarapan selesai, Reina benar-benar memasak makanan kesukaan dari Oma Rinjani.
Sibuk dengan segala peralatan memasak dengan apron yang dia pakai. Rambut yang di cepol asal-asalan. Rein benar-benar mirip pembantu saat ini.
"Gila.. Gue bisa bener-bener jadi pembantu nih"
"Emang lu udah kayak pembantu"
Reina terkejut mendengar suara sahabatnya itu. Dia menoleh dan benar saja, Rista sudah duduk di kursi meja makan dengan bertumpang kaki. Menatap meledek pada Reina yang sedang sibuk dengan masakannya.
"Ish. Cepetan deh bantuin gue"
"Oke"
Rista hanya membantu sebisanya saja, karena sejatinya dia memang tidak bisa memasak. Makanya dia sangat ingin mempunyai waktu untuk bisa benar-benar belajar memasak pada sahabatnya ini.
"Darren datang juga Rein?"
"Gak tau, Daddy gak bilang siapa aja yang dateng. Kayaknya bakal dateng si" Reina masih fokus pada masakannya di atas wajan.
"Susah banget buat deketin Babang Darren. Dia tuh dingin banget sama gue, gak kayak ke elo. Pasti selalu senyam senyum gitu. Apa mungkin dia suka sama lo ya"
Uhuk..Uhuk..
Reina terbatuk-batuk mendengar kalimat terakhir sahabatnya itu. Bukan hanya Rista, Reina juga merasakan hal itu. Namun, sampai saat ini Reina hanya berpura-pura tidak tahu tentang perasaan sepupunya itu.
"Gak mungkinlah Ris, dia itu 'kan sepupu gue. Masa dia suka sama gue"
"Iya juga ya, masa sepupu saling suka si"
...🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤...
Akhirnya jam makan siang pun tiba, Reina telah menyelesaikan semua masakannya meski dengan sedikit heboh karena kehadiran Rista yang selalu kena omelannya.
Rista dan Reina sedang menata masakan hasil mereka berdua di atas meja makan. Meski hanya membantu memotong beberapa sayuran dan mencucinya. Tapi, Rista merasa bangga dengan dirinya sendiri saat melihat hasil masakan Reina yang terlihat begitu menggiurkan.
"Rein semuanya sudah siap?"
Elion turun dari lantai atas, dia menatap Reina dan Rista yang sedang menata makanan di atas meja makan.
Reina menoleh ke arah tangga, dimana Ayahnya sedang menuruni anak tangga itu. "Sudah Dad, apa Oma sudah akan sampai?"
"Mereka masih di perjalanan, Om Rio dan Tante Alena juga ikut"
Tak berapa lama, Oma Rinjani bersama Tante Alena, Om Rio dan juga Darren telah sampai di rumah Elion. Namun, ada yang menarik perhatian Reina disini.
Ada seorang wanita cantik yang datang bersama mereka. Reina tidak mengenalnya sebagai keluarga Barney selama dia di angkat menjadi bagian dari keluarga Barney ini.
Apa mungkin dia juga saudara Daddy ya?
"El, kamu masih ingat 'kan sama Zayna ini. Dia adalah teman kuliahmu dulu, minggu lalu Mami tidak sengaja bertemu dengannya dan hari ini sengaja Mami mengajaknya ke sini agar Zayna bisa lebih dekat denganmu"
Deg...
Bersambung
Jangan lupa dukungannya.. like komen di setiap chapter.. Kasih hadiahnya dan votenya juga..
Makan siang kali ini benar-benar terasa hambar untuk Reina. Padahal dia yang memasak semua makanan ini. Tentu saja dia sudah memastikan jika rasanya pas tadi. Namun, sepertinya karena kedatangan wanita cantik yang dari tadi selalu datang menempel pada Ayahnya, membuat selera makan Reina hilang seketika.
"Mau tambah sayurnya lagi El? Biar aku ambilkan" kata Zayna dengan tatapan penuh arti pada Elion.
Reina menatap sinis pada Zayna yang sedang mengambilkan sayuran untuk Ayahnya.
"Ayahku gak suka makanan yang berkuah. Dia lebih suka yang gurih" celetuk Reina dengan santainya.
Reina akhirnya mengambil kesempatan ini dengan mengambilkan Elion ikan goreng. Hal ini tentu membuat Zayna menggeram kesal. Tangannya menggenggam centong sayur dengan erat. Lalu dia jatuh kembali centong sayur itu di tempatnya.
"Maaf ya"
Elion masih mencoba bersikap baik pada Zayna yang sejatinya memang teman kuliahnya, dulu. Zayna hanya mencoba tersenyum manis dengan tangan yang mengepal erat di bawah meja.
"Tuhkan El, Zayna ini memang sudah sangat pandai jika dia menjadi seorang istri"
Zayna tersenyum senang mendengar pujian dari Nonya Rinjani. Dia merasa mendapatkan dukungan penuh dari Nyonya Rinjani. Meski sebenarnya Zayna sangat malas melayani calon anak tirinya yang sangat menyebalkan, menurutnya.
"Enak gak Dad masakannya?" Tanya Reina, sengaja mengalihkan ucapan mengesalkan dari Oma Rinjani.
Elion yang d tanya sedikit bingung, tapi dia memilih mengiyakan saja. "Iya"
"Berarti Reina juga cocok dong ya sebagai seorang istri"
Uhuk...Uhuk...
Elion benar-benar terkejut dengan celetukan seenaknya dari anaknya ini. Elion tahu jika sikap Reina memang suka asal nyeletuk jika berbicara. Tapi, kali ini Elion merasa ada yang berbeda dari nada bicara Reina. Anak angkatnya itu memiliki nada serius yang tidak di sadari oleh yang lain saat dia berbicara seperti itu.
"Aduh anak Daddy jangan buru-buru ninggalin Daddy untuk nikah dong"
Elion mencoba menanggapi ucapan Reina tadi dengan santai. Namun, hatinya merasa deg-degan dengan apa yang barusan di ucapkan oleh anaknya itu.
Apa maksud perkataan Reina? Gak mungkin kan maksudnya jadi istriku? Aduh jangan mkir yang aneh-aneh Elion, kamu bener-bener hina. Itu anak kamu sendiri. Gak mungkin juga dia memikirkan hal itu. Kamu adalah ayahnya, Elion.
"Bagus kalo kamu sadar, cepatlah nikah biar tidak menjadi beban anak ku terus" ketus Oma Rinjani
Reina merasa harapannya hancur seketika. Omanya memang tidak pernah menyukainya. Bahkan dia tidak pernah menganggap keberadaannya di keluarga ini. Tapi, apa harus berkata semenyakitkan itu di depan banyak orang seperti ini? Reina benar-benar merasa terluka saat ini.
"Mam, udah deh. Jangan menyudutkan anak ku terus"
Perkataan tegas Elion berhasil membuat mulut Ibunya bungkam. Makan siang pun berlanjut dengan keheningan.
Selesai makan siang, semuanya memilih untuk berkumpul di ruang keluarga. Namun tidak dengan Reina. Dia memilih pergi ke dapur dan berdiam diri di sana. Perkataan Omanya tadi, benar-benar membuat Reina sedikit terpukul.
Elion yang dari tadi tidak melihat anaknya kembali ikut berkumpul dengan keluarga. Akhirnya Elion memilih menyusul Reina ke dapur.
Reina yang sedang duduk di teras pintu belakang di dapur, dengan minuman dan cemilan yang menemaninya. Meski sedang sedih, tapi cemilan tetap tidak ketinggalan untuk Reina yang hobby nya ngemil.
Elion duduk di sampingnya, dia cium puncak kepala Reina seperti biasa yang sering dia lakukan. "Maafin Oma ya, dia memang seperti itu"
Reina tidak menjawabnya, dia sedang tidak ingin membahas tentang Omanya itu.
"Daddy mau nikah dengan tante Zayna?"
Elion terdiam melihat tatapan tidak suka Reina. Elion berpikir mungkin Reina takut kalo di menikah dan mempunyai istri. Maka nanti Reina tidak mendapatkan kasih sayangnya lagi.
"Tidak Sayang, lagian Daddy cukup hidup berdua denganmu. Tidak perlu memiliki istri. Jadi, kamu tidak perlu takut jika Daddy tidak akan menyayangimu lagi, meskipun Daddy terpaksa harus menikah suatu saat nanti"
"Tapi, Rein tahu kalo niat Oma membawa Tante Zayna itu pasti untuk di jodohkan sama Daddy. Udah kelihatan banget" Reina berdecak kesal di akhir kalimatnya. Dia tidak suka dengan cara Omanya yang mau menjodohkan ayahnya dengan Zayna.
Elion tahu itu, tapi dia juga tidak bisa terlalu keras pada Ibunya itu. Karena mau bagaimana pun, dia tetaplah Ibunya. Wanita yang telah melahirkannya.
Dan Reina juga tahu jika Omanya adalah tipe orang yang keras kepala. Apa yang dia putuskan akan dia laksanakan bagaimana pun caranya. Jadi, tidak aneh kalo Omanya itu mengambil jalan drastis untuk mempersatukan Elion dengan Zayna apalagi Oma Rinjani terlihat senang sekali dengan Zayna. Memikirkan ini, hati Reina jadi semakin bergemuruh tidak tenang. Tangannya mengepal.
Elion yang melihat ekspresi anaknya dan juga tangannya yang mengepal erat, tentu menunjukan rasa kesal Reina saat ini.
Elion menghela nafa berat. "Emangnya Rein gak mau punya Mami? Nanti Rein bisa jalan breng dan shopping bareng. Atau Rein juga bisa menceritakan kisah cinta pertama kamu sama Mami kamu itu. Lagian selama ini, Daddy belum pernah mendengar jika kamu sudah jatuh cinta atau menyukai seorang pria. Padahal anak Daddy ini sudah sebesar ini"
Bukan jawaban yang di terima Elion dari anaknya. Dengan sangat tiba-tiba Reina berbalik dan melingkarkan tangannya di leher Elion, menariknya untuk semakin dekat dengan tubuhnya dan *CUP* Elion merasakan sensasi lembut dan basah di bibirnya.
Elion shock mendadak dan belum sempat dia berkutik, Reina sudah mulai berani dengan mengigit bibir Elion dan Elion pun sontak meringis. Lalu, Reina melepaskannya sebelum Elion mendorongnya.
Seketika suasana hening dan suara ketawa di ruang tamu pun tidak bisa memecah ketegangan antara Elion dan Reina yang saling menatap.
Elion mengusap mulutnya yang meninggalkan jejak basah disana dengan tangannya sambil menatap Reina dengan tatapan tidak percaya. Sedangkan Reina hanya menatap Elion dengan tatapan penuh arti namun ekspresinya terlihat sedih dan matanya penuh dengan rasa sakit. Karena mau bagaimana pun sikapnya, Reina tetap mengingat hubungan antara dirinya dan Elion. Cintanya terlarang.
Lalu tanpa bicara apapun, Reina mengambil nampan yang berisi minuman dan cemilan dan masuk kembali ke dalam rumah dan meninggalkan ayahnya yang masih diam mematung di teras pintu belakang.
Sampai di ruang keluarga, Reina hanya duduk diam di dekat sahabatnya, Rista. Elion pun sudah kembali dan duduk diam di dekat Zayna. Namun tatapannya terus berada pada sosok Reina. Reina cuek dan malah menawari Rista minum dan cemilan yang tadi di bawanya.
Tapi, Rista yang ditawari minum dan cemilan oleh Reina tidak menjawab, kepalanya menunduk dan tangannya saling bertaut. Reina pun menyentuh bahunya. "Ris, lo kenapa?"
Kali ini Rista tersadar dan menatap Reina dengan pandangan kaget. Dia terlihat salah tingkah saat menjawab "Eh, iya, kenapa Rein? Sori tadi gue lagi mikirin sesuatu."
Reina pun memberikan minuman di tangannya pada Rista "Nih, gue bikinin lemon tea kesukaan lo"
Rista gelagapan menerima minuman yang di buatkan oleh sahabatnya itu. "I-iya, bener hahaha...thanks."
Reina sedikit bingung dengan tingkah Rista kali ini. Tapi pandangannya langsung teralihkan saat mendengar suara Zayna yang menggoda Elion.
"Kapan-kapan kita dinner berdua ya El" kata Zayna dengan tangannya yang mengelus paha Elion.
Ekspresi Reina langsung berubah beberapa detik, sebelum kembali berekspresi normal. Namun, tangannya meremas pakaiannya, mengepal erat.
Rista yang duduk disamping Reina, menatap tangan Reina yang mengepal erat lalu mengamati ekspresinya kemudian melihat ke arah pandangan Reina yaitu Elion yang sedang duduk di samping Zayna. Rista pun mengigit bibir bawahnya.
Bersambung
Jangan lupa like komen di setiap chapter... kasih hadiahnya dan votenya juga.. Aku tunggu dukungannya..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!