NovelToon NovelToon

Arga Suami Hantu Ku

Rahasia Ayah dan Ibu.

Aku Aleta, aku seorang gadis berusia 18 tahun.

Aku baru saja masuk kuliah semester 1.

Semua kehidupan ku baik-baik saja pada mulanya. Tapi suatu hari ayahku bersikap aneh ketika pulang bekerja dan semenjak hari itu kehidupan kami jadi berubah 180 derajat bahkan aku harus rela di nikahi hantu tapan bernama Arga.

Pada awalnya aku tidak tau apa yang terjadi. tapi kejadian aneh terus terjadi dimalam hari, situasi mencekam dan menakutkan hingga kemunculan hantu tampan bernama Arga, yang datang menunjukan wujudnya serta mengatakan bahwa dia adalah roh dari jasad yang ayah dan ibuku kubur tepat di bawah tempat tidurku.

Di hari itu ayah dan ibu hampir mati karena kemarahan Arga.

Tubuh ayah dan ibu tergeletak di lantai setelah Arga melempar dan membanting mereka sangat keras, aku bahkan sampai bisa mendengar suara retakan tulang mereka yang patah. Darah segar mengenang di bawah tubuh mereka.

Di tengah ketakutan aku terus berteriak meminta tolong, tapi tidak ada satu pun yang datang untuk menyelamatkan kami. Aku semakin ketakutan karena Arga berjalan semakin mendekat ke arah ku, aku hampir mati lemas ketika Arga sudah jongkok di hadapan ku, "Aleta, kamu Aleta kan? Putri tunggal orang itu." Arga menoleh kearah tubuh ayah yang sudah tidak bergerak lagi. Tapi aku masih bisa melihat dada ayah yang turun naik bertanda jika dia masih hidup, aku sedikit lega. Tapi juga takut apa lagi setelah tangan dingin Arga menyentuh daguku dan sedikit menggakat wajahku untuk menghadap padanya.

"Buka mata mu Aleta." titah Arga dengan suara beratnya.

perlahan aku pun mulai membuka mataku.

"Gadis pintar." pujinya.

"Tuan_tolong maafkan kami." mohon ku dengan suara terbata-bata sambil melipat kedua tangan ku di depan nya, berharap dia mau melepaskan kami tapi sepertinya tidak karena Arga malah tersenyum seperti sedang mengejek ku.

"Apa dengan maaf nyawaku bisa kembali?" Arga berdiri lalu berjalan sedikit menjauh dan berdiri membelakangi ku, "kenapa diam Aleta? ayo jawab, apa dengan aku memaafkan kalian nyawaku bisa kembali?" sambungnya.

Sebelum kejadian mengerikan ini terjadi beberapa hari lalu ayah pulang dengan tergesa-gesa, dari raut wajahnya terlihat sangat ketakutan lalu buru-buru masuk setelah menayangkan keberadaan ibu.

Setelah di dapur samar-samar aku mendengar keributan kecil, ayah menangis, ibu juga. Tapi samar-samar aku mendengar ibu mengatakan akan membantu ayah, ibu juga meminta ayah untuk tenang agar aku tidak curiga katanya.

Aku baru saja ingin menghampiri mereka, tapi ibu buru-buru menarik tangan ku dan menuntunku untuk masuk kedalam kamar, ibu juga menggambil tas ransel ku yang ada di atas lemari, kemudian memilih beberapa bajuku dan di masukan ke sana.

"Ibu ada apa?" tanya ku bingung, karena aku bisa melihat jika ibu sedang menangis, dia juga memasukkan bajuku begitu buru-buru.

"Tidak ada apa-apa, tapi untuk beberapa hari kamu tinggal dulu di rumah nenek ya,"

"Kalau tidak ada apa-apa, kenapa Leta di suruh ke rumah nenek, ibu ada apa? ibu tolong kasih tau buk, jangan bikin Leta kepikiran."

"Aleta, percaya sama ibu, Tidak ada apa-apa dan jangan katakan apa pun pada nenek, bilang saja kalo kamu ingin liburan di sana. Ok!" Ibu meraup kedua pipiku dengan lembut lalu mengecup keningku. "Jangan pikirkan apa-apa nak, ayah dan ibu hanya butuh waktu untuk berdua saja. jadi kamu sementara waktu tinggal dengan nenek dulu ya," sambung ibu yang membuatku semakin curiga di buatnya.

Setelah itu aku tidak tau apa yang terjadi di rumah, karena saat aku pulang kondisi rumah sedikit berbeda, terutama kamar ku yang di renovasi lantai nya. ketika aku bertanya ibu bilang keramik kamar ku yang kemarin sudah banyak yang pecah padahal seingat ku tidak.

Malam pertama di rumah setelah menginap di rumah nenek, aku merasakan ada yang aneh, aku begitu takut saat melihat motor ayah yang terparkir di ruang tamu ketika aku melewatinya untuk ke kamar mandi.

Lalu setelah aku sampai di dalam kamar, aku juga mendengar seseorang memangil mama ku pelan dan saat aku menengok untuk melihat tidak ada siapa-siapa di belakang ku.

"Aleta...." suara berat itu begitu terdengar jelas memanggil namaku, aku juga merasakan hembusan angin di tengkuk ku seperti ada yang meniupnya dari belakang.

"Aleta... tolong aku, aku kedinginan."

Lagi-lagi suara itu terdengar begitu jelas meskipun pelan. Aku sudah ingin berteriak memanggil ibu dan ayah. Tapi aku tidak mau menggangu waktu istirahat mereka jadi aku memilih menutup seluruh tubuh ku dengan selimut lalu memakai headset lalu memutar musik dengan volume besar, berharap tidak mendengar suara aneh itu lagi.

Karena aku menutup rapat tubuhku alhasil aku jadi kegerahan dan tidak bisa tidur, di tambah suara musik yang begitu keras di telinga ku yang malam membuat kepalaku pusing.

Saat aku melihat jam di handphone ku, waktu sudah menunjukkan pukul 01:00 malam, masih lama ke pagi hari, aku benar-benar ingin cepat pagi, aku takut, aku juga malah tidak mengantuk. untuk menghabiskan waktu aku memilih membuka aplikasi Noveltoon lalu membaca beberapa judul novel di sana. Aku bahkan tidak tau sudah beberapa judul novel yang aku baca hingga mataku mulai lelah dan kantuk pun melanda, aku kembali melihat jam di handphone ku sekarang sudah pukul 03:00 yang artinya sebentar lagi pagi jadi aku aman. suara itu pun sudah tidak terdengar aku juga sudah tidak terlalu takut karena fokus ku teralihkan saat membaca. Tapi beberapa detik kemudian aku merasakan jika ada yang sedang berdiri memandangi ku di sudut kamar, aku mencoba mengintipnya dari ekor mata ku dan benar saja memang ada orang.

untuk memastikan jika aku tidak sedang berhalusinasi nasi maka aku memberikan diri untuk menengok ke arah di mana orang itu berdiri, tapi tidak ada siapa-siapa selain jaket ayah yang tergantung di belakang pintu, jaket yang waktu itu ayah kenakan.

"hihhhhhhh" tidak terasa aku merinding saat melihat jaket itu dan kembali menutup seluruh tubuhku, tapi beberapa detik kemudian dengan jelas aku merasakan jika ada tangan yang memelukku dari belakang.

Tangan itu begitu terasa dingin menusuk kulit, aku sudah hampir mati ketakutan, aku juga menutup mata ku rapat-rapat mulutku komat-kamit tidak karuan niat hati ingin membaca doa ayat kursi aku malah membaca doa makan. sial saat aku selesai dengan bacaan ku, dengan jelas aku mendengar suara terkekeh geli di belakang ku.

"Kamu mau memakan ku Aleta?"

Apakah Aleta dan keluarganya selamat dari hantu yang bernama Arga? atau mereka akan mati perlahan di tangan Arga sebagai balasan dari kecerobohan ayah Aleta yang menabraknya hingga mati?

yuk baca di bab selanjutnya..

Di Pinang Hantu Tampan

Setelah mendengar suara azan subuh aku langsung keluar kamar, sumpah malam ini aku tidak tidur sedikitpun. orang yang pertama aku cari adalah ibu, aku ingin menggadu pada mereka tentang kejadian tadi malam yang aku alami.

"ibu," panggil ku.

"ada apa nak? tumben jam segini sudah bangun?" tanya ibu heran karena biasanya aku bangun pukul 06:00 pagi tapi hari ini aku sudah bagun jam 03: 30.

"Aleta tidak bisa tidur buk, semalam kamar Aleta serem kaya ada orang yang manggil-manggil nama Leta, tapi gak ada siapa-siapa di sana."

"Kamu mimpi kali?" saut ibu sambil mematikan keran air setelah selesai mencuci piring dan sekarang berdiri menghadap ke arah ku.

"Leta gak mimpi buk, masa gak tidur kok mimpi."

"Mungkin kamu cuma berhalusinasi, kamu belum terbiasa dengan kondisi kamar kamu yang baru, itu aja."

Setelah aku pikir ucapan ibu ada benarnya juga ya, aku mungkin saja berhalusinasi jadi seolah-olah mendengar ada orang yang memanggil lalu memelukku semalam. Entahlah?

Tapi saat aku bicara dengan ibu, dia sangat terlihat gugup seperti sedang menyembunyikan sesuatu. aku tidak tau, itu hanya pikiran ku saja.

"Tapi salam benar-benar seperti nyata ibu, orang itu memanggil nama Aleta dan mengatakan jika dia kedinginan_" Aleta tadinya mau mengatakan jika ada orang yang memeluk nya dari belakang, tapi Aleta mengurungkan niatnya karena dia malu, jadi dia tidak melanjutkan ceritanya dan malah kembali masuk kedalam kamar dan berbaring di sana hingga tidak terasa tertidur hingga dia di buat kaget dengan suara alarm dan langsung bergegas untuk ke kamar mandi karena takut terlambat.

setelah sekitar setengah jam bersiap-siap Aleta sekarang sudah dalam perjalanan menuju kampus, meskipun kampusnya tidak terlalu jauh dari rumah tapi Aleta harus berjalan sedikit lebih cepat karena jam sudah menunjukkan pukul 07:40 yang artinya dia hanya punya waktu 10 menit lagi untuk sampai di kampus.

"Akhirnya" syukur Aleta setengah kakinya sudah menginjak rumput yang tumbuh di halaman kampusnya.

"Aleta, " panggil Levi sambil melambaikan tangannya ke arah Aleta yang sedang berdiri di taman.

"Aleta, keanpa terlambat?" tanya Levi sambil menyenggol bahu Aleta.

Aleta hanya bisa menarik nafas pelan sebelum menjawab pertanyaan sahabatnya.

"Semalam aku tidak bisa tidur gara-gara ada hal aneh yang terjadi di rumah dan baru tidur pas denger azan subuh. Eeh malah kebablasan."

Mendengar penjelasan Aleta, Levi hanya bisa terkekeh geli bagaimana Aleta yang terkenal pemberani yang katanya tidak takut setan malah tidak bisa tidur semalaman. "katanya gak takut hantu, tapi kok takut." sabung Levi sambil sedikit meledak Aleta.

Selama ini Aleta menang sering mengatakan jika dia tidak percaya dengan yang namanya hantu. Tapi semalam dia tidak bisa tidur hanya karena ketakutan yang di sebabkan oleh hantu tampan yang bernama Kim Arga.

Setelah mata pelajaran selesai Aleta akhirnya pulang meskipun sebenarnya dia sangat malas di rumah atau bisa di bilang dia menjadi takut karena kejadian semalam, tapi jika bukan ke rumah kemana dia harus pergi jadi mau tidak mau dia harus tetap pulang.

sesampainya di rumah Aleta tidak sengaja ketiduran padahal dia belum mandi dan juga makan, Aleta tidur cukup lama sampai saat bangun kepalanya jadi sedikit pusing.

Tanpa menunggu lama dan banyak alasan akhirnya Aleta bangun untuk segera mandi dan bergegas berangkat kuliah. tapi ketika hendak memakai baju Aleta merasakan jika seseorang baru saja menyentuh bokong nya pelan, Aleta berbalik untuk melihat siapa yang tidak sopan masuk kamarnya dan dengan beraninya menyentuh tubuhnya. tapi lagi-lagi tidak ada siapa-siapa di dalam kamar selain dirinya. lagi-lagi Aleta berusaha berpikir positif dengan bicara pada dirinya sendiri jika itu hanya halusinasi nya saja yang memang kurang tidur.

Tapi lagi-lagi sebuah sentuhan terasa di bagian belakang tubuhnya bahkan kali ini bukan lagi sentuhan, melainkan sebuah remasan di bokong Aleta.

Aleta kembali bercerita pada ayah dan ibunya tapi respon merka sama saja yang mengatakan jika Aleta berhalusinasi, mereka juga melarang Aleta untuk menceritakan hal tersebut pada orang lain dan melupakan apa yang terjadi. Tapi mimik wajah ayah dan ibunya terlihat gugup saat bicara dengan Aleta, terutama saat membahas masalah hal aneh yang dia alami.

Aleta pov.

Dari malam itu aku memutuskan untuk mencari tau, apa yang sebenarnya terjadi hingga ayah dan ibu bersikap aneh, terutama sikap ayah yang seperti sangat ketakutan dan sering terlihat cemas ketika aku ajak bicara soal kejadian-kejadian aneh yang menimpa ku.

Karena sudah beberapa malam aku kurang tidur, akibat kejadian demi kejadian yang terjadi di rumah serta rasa lelah yang amat sangat dan kantuk yang mulai melanda akhirnya aku tidur dan baru bangun ketika hari sudah siang, aku tidak ke kampus, ayah juga sepertinya tidak bekerja, karena samar-samar aku mendengar jika ibu dan ayah sedang berdebat di dapur, karena penasaran akhirnya aku berjalan perlahan lalu bersembunyi di samping kulkas agar bisa mendengarkan apa yang sedang mereka perdebatan.

"Ayah, ibu mohon. Tolong bersikap tenang agar Aleta tidak curiga pada kita, dan tau kalau yang selalu meneror nya adalah hantu dari orang yang ayah tabrak dan jasadnya kita kubur di rumah." dengan jelas aku bisa mendengar apa yang baru saja ibu katakan, bak di sambar petir di siang hari, aku sampai lemas dan hampir pingsan karenanya, tapi sekuat tenaga aku mencoba tegar, agar tau apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang mereka sembunyikan dari ku.

"Ayah, ibu. Apa itu benar?" akhirnya aku keluar dari tempat ku bersembunyi dan itu membuat ayah dan ibu kaget.

"Aleta, ayah dan Ibu bisa menjelaskan semuanya."

Ayah mencoba untuk menenangkan ku yang mulai menangis karena tidak percaya bahwa ayah telah menabrak seseorang dan menguburkan mayatnya di sini, di dalam rumah kami.

"Aleta, ayah mohon berhenti menangis." pinta ayah sambil mengelus punggungku.

"Itu kecelakaan nak, ayah tidak ada niat membunuh orang itu." sesalnya sambil terus mencoba menenangkan ku.

"Tapi dia meninggal yah, dan kenapa kalian tidak melaporkannya pada polisi dan malah menguburkan nya di sini, di dalam rumah kita?" tanya ku tidak percaya.

"Di mana kalian menguburkan orang itu?" aku bertanya sambil sedikit berteriak, untuk memastikan jika jawaban yang mereka berikan tidak sesuai dengan yang aku pikirkan dan berkaitan dengan hal-hal aneh di kamar ku.

"Aleta maaf," sesal ibu sambil meraih tangan ku.

"Di mana ibu?" aku bertanya lagi, sambil menggoyangkan tubuh ibu karena tidak sabar mendengar jawabannya.

"Di bawah kasur mu," jawaban singkat ibu yang hampir membuatku jatuh pingsan, sekarang aku paham kenapa beberapa hari ini aku takut saat melihat motor ayah dan juga merasa kamar ku sangat menyeramkan.

Aku tidak percaya ternyata dugaan ku benar, ayah menguburkan nya di sana, di kamar ku.

"Sayang, kamu tidak mengerti. Kenapa kami melakukan ini." ibu masih mencoba membela diri atas perbuatan mereka.

"Tapi kenapa? kenapa tidak melaporkan nya pada polisi? dia pasti punya keluarga yang sedang mencarinya saat ini."

"Mereka tidak akan tau jika kamu tetap diam Aleta!" bentak ayah.

Malam pengantin.

Itulah awal kejadian mengerikan yang menimpa kami.

"Lalu apa yang harus kami lakukan agar kamu mau memaafkan dan berhenti mengganggu kami?" tanya ku.

"Menikah dengan ku, apa kamu mau?"

"Bagaimana bisa aku menikah dengan kamu, yang seorang hantu?"

"Bisa jika kamu mau, dan pilihan mu hanya dua, menikah dengan ku atau merelakan kedua orang tuamu mati perlahan di tangan ku karena ketakutan?"

"Bagaimana Aleta, mana yang kamu pilih? opsi pertama atau kedua?" tanya Arga yang seperti seperti sedang mengintimidasi ku.

"Aku mau menikah dengan mu, tapi selamatkan ayah dan ibuku dulu," punyaku.

"Itu hal mudah Aleta, asal kamu mau menjadi istriku."

"Ya Aleta mau."

"Anak pintar," Arga menyentuh pucuk kepala ku lalu berdiri mendekat ke arah tubuh ayah dan ibu yang sedang sekarat. "Mereka akan bangun dan tidak akan merasakan sakit juga mengingat apa yang terjadi pada merka malam ini, besok malam tepat jam 12 malam aku akan datang, jadi berdandan lah yang cantik, layaknya seorang pengantin, jangan lupa hias kamar ini layaknya kamar pengantin." setelah mengatakan semuanya kemudian Arga menghilang.

Setelah kepergian Arga, ayah dan ibu akhirnya sadar, anehnya seisi rumah menjadi kembali seperti tidak terjadi apa-apa, kursi yang tadi Arga lempar menjadi utuh seperti semula, semua luka di tubuh ayah dan ibu pun menghilang semuanya.

"Aleta, kamu baik-baik saja kan nak?" tanya ibu panik sambil mengusap kedua pipiku dan memutar tubuh ku pelan, mengecek semuanya, memastikan jika aku benar baik-baik saja.

"Aleta tidak apa-apa, apa kalian juga tidak apa-apa?" aku kembali bertanya pada mereka, takut-takut jika kesebuah mereka adalah ilusi mata yang Arga ciptakan untuk membohongiku, tapi sepertinya benar, ibu dan ayah memang baik-baik saja.

"Syukurlah nak, jika dia tidak mencelakai mu, ibu takut kamu kenapa-kenapa."

"Sekarang belum bu, entah besok." jawabku.

"Ada apa Aleta, apa yang yang terjadi?" tanya ayah yang mulai khawatir dengan jawaban ku yang terdengar ambigu.

"Namanya Arga, hantu itu namanya Arga dan dia mau menikah dengan Leta, sebagai ganti dari nyawanya yang hilang karena ayah."

Setelah itu tubuh ayah merosot, begitupun ibu, mereka menangis meratapi nasib buruk yang menimpa ku. Atas kesalahan yang mereka perbuat.

"Ayah tidak mau, dan tidak akan pernah setuju kamu menikah dengan hantu sialan itu!" maki ayah sambil berjalan ke dapur dan kembali dengan membawa cangkul di tangannya lalu masuk kedalam kamar ku.

"Ayah, ayah mau apa?" tanya ku sambil memegangi tangan ayah, yang sepertinya akan membongkar kuburan Arga yang ada di bawah tempat tidur ku.

"Ayah, ayah! Leta mohon jangan yah, Leta tidak apa-apa ayah. Leta ikhlas, asal ayah dan ibu selamat." mohon ku lirih sambil terus memegangi kaki ayah ku. Ibu hanya bisa menangis saat melihat kami, dia pasti sangat terpukul setelah kejadian ayah yang menabrak seseorang hingga mati dan kini harus menerima kenyataan bahwa anak satu-satunya harus menikah dengan setan.

waktu berlalu begitu cepat, tidak terasa hari sudah mulai gelap, aku sudah berdandan cantik layaknya seperti pengantin dengan gaun berwarna putih gading, begitu pun kamar tidur ku yang sudah di hias seperti kamar pengantin. Jam sudah menunjukkan pukul 23:59 dan sedikit lagi pas tengah malam, ingin rasanya aku tidur, tapi aku takut tiba-tiba Arga datang dan melakukan hal yang bukan-bukan pada ku. Jadi sebisa mungkin aku menahan kantuk dengan banyak minum hingga perutku terasa kembung alhasil aku jadi bolak balik ke kamar kecil untuk pipis.

Tidak lama berselang lonceng dari jam kuno peninggalan mendiang kakek yang ada di ruang tamu berbunyi, menandakan jika sudah pukul 12 malam dan aku yakin sebentar lagi Arga akan datang.

Benar saja sedetik kemudian angin berhembus begitu kencang, sama persis seperti saat pertama Arga menampakkan wujudnya dan kali ini Arga datang dengan kemeja berwarna putih gading, warna yang sama seperti yang aku pakai.

"Selamat malam istri ku," sapa nya yang langsung membuatku merinding ketakutan.

"Kamu cantik, sangat cantik dan malam ini kamu akan resmi menjadi istriku." bisik nya dan tiba-tiba aku merasakan sentuhan kulit yang terasa dingin di leher ku.

"Kenapa menutup mata mu sayang, apa kamu tidak mau melihat suami mu ini cantik?"

Meski takut, perlahan aku mulai membuka mata dan hal pertama yang aku lihat adalah mata Arga yang begitu indah, bulu matanya lentik dan tatapannya begitu tajam, lalu aku beralih memandangi hidupnya yang mancung lalu bibir, bibir yang begitu indah, ia tersenyum, oh tuhan begitu indah ciptaan mu yang sedang berdiri di hadapan ku ini,

benar-benar sempurna. Batin ku, tapi sepertinya Arga bisa mendengar suara hati ku hingga senyuman tipis terukir di bibirnya.

"Jangan menatapku seperti itu Leta, jika kamu mau, kamu boleh mencium bibirku dan waktu kita tidak banyak, karena sebelum pajar menyingsing aku harus sudah pergi, jadi ayo lakukan sekarang."

Setelah itu, aku dan Arga melakukan hubungan badan layaknya suami istri, ini pengalaman pertama ku, jadi saat melakukannya aku menangis, sedikit menjerit apa lagi ketika merasakan selaput dara ku robek oleh Arga.

"Aku yang pertama Aleta?" tanya nya yang masih bergerak di atas tubuhku.

"Maaf aku tidak tau, harusnya aku pelan-pelan tadi."

"Arga, bisa tolong lebih cepat sedikit?" pintaku yang sepertinya di salah artikan oleh Arga, dia pikir aku memintanya bergerak cepat, padahal aku mau dia cepat menyesuaikan ini semua karena aku sudah lelah dan ingin beristirahat.

Entahlah, aku tidak tahu Arga melakukan itu hingga beberapa kali, karena aku tidak sadarkan diri dan bangun setelah pagi, rasanya semua tulang di tubuhku hancur oleh Arga.

Karena hari sudah pagi dan aku harus pergi kuliah, aku kemudian bangun meski dengan susah payah, sambil menahan rasa sakit di bagian bawah tubuhku. Tapi, tiba-tiba mataku menangkap sesuatu yang di letakan di atas meja di samping tempat tidurku.

Satu pucuk surat dengan satu tangkai bunga mawar merah di atasnya.

*To Aleta.

Terimakasih atas malam yang indah dan terimakasih sudah mau menjadi istriku.

Aleta,

Maaf juga soal semalam, aku benar-benar tidak tau jika aku adalah yang pertama.

Sekali lagi terimakasih.

I love you..

Arga*.

Tidak terasa aku tersenyum setelah membaca surat yang begitu manis yang Arga tulis untukku dan bayangan semalam tiba-tiba melintas di ingatan ku, aku pun langsung memukul pelan kepalaku yang entah kenapa mendadak mesum seperti ini.

Saat keluar kamar, entah kenapa ada perbedaan takut dan malu saat bertemu ayah dan ibu, takut jika ayah akan marah jika tau aku sudah tidak suci lagi setelah apa yang Arga lakukan semalam, dan mau karena langkah kaki ku yang terlihat aneh saat berjalan karena rasa tidak nyaman di bawah ku.

Seribu kali aku berusaha bersikap biasa saja tetap saja tidak bisa, bahkan aku hampir tersedak saat ibu memanggilku.

"Ya tuhan Aleta, maafkan ibu, apa ibu membuatmu kaget?"

Aku menggeleng sambil mengelap tetesan air di dagu ku.

"Aleta, apa setelah ini roh Arga akan melepaskan kita?" tanya ayah dan aku tidak tau jawabannya, karena Arga sama sekali tidak membahas itu semalam.

"Aleta tidak tau yah, tapi semoga semuanya akan kembali baik-baik saja dan Arga mau memaafkan kita," ucap ku sebelum pergi untuk kuliah dan di perjalanan aku tidak sengaja melihat beberapa orang seperti sedang bertanya pada orang-orang yang sedang berjalan sambil menunjukkan sebuah foto dan tibalah aku yang mendapatkan giliran.

"Permisi nona, apa nona pernah melihat orang ini?" tanya orang itu sambil menunjukkan foto yang sudah pasti aku mengenali nya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!