NovelToon NovelToon

Perjodohan

Prolog (REVISI)

"APA!! DIJODOHIN SAMA YANG MULIA RADEN AGUNG MEHPUTRA YAGSA!! NGGAK MAU!!" Teriak Jessica ketika sang ibu menceritakan soal perjodohannya.

"Jessica pelanin suara kamu!" Sentak Ibunda, Meliana.

"Pah.., Jessi nggak mau Pah!! Kak Helena aja Pah..," rengek Jessica.

"Heh enak aja!! Masa gue sama brondong sih! Najong!" jawab Helena.

"Iya kamu nih, masa Kakak kamu yang kuliah di jodohin sama anak sma." Sambung Ayah Jessica, Reta.

"Tau nih! Kenapa nggak mau sih! Kan lo itu cucu kesayangan Kakek, jadi lo harus terima kalo lo di jadi-in tumbal buat bayar hutang Kakek sekarang!" Teriak Helena.

"Lena kamu nggak boleh ngomong gitu!" balas Meliana.

"Emang bener kan Ma?! Kakek itu selalu manja dia?! Jadi dia harus ganti dong apa yang udah Kakek perbuat cuman demi dia?!" Sentak kembali Helena.

"Nggak Helena. Jessi, kita nggak paksa kamu buat setuju tentang perjodohan ini, kalau kamu tidak mau kita bisa bicara kepada mereka." Jelas Reta.

Jessica terdiam.

"Tidak apa - apa,"

Semua langsung menatap Jessica lekat.

"Aku akan menerima perjodohan konyol ini."

♡♡♡

"Bagaimana Putra?" Tanya Ayahanda, Yang Mulia Raden Agung Tirta Yagsa.

"Apa tidak bisa saudara yang lain?" Tanya balik Putra.

"Kamu yang tertua dari mereka, yang lebih tua dari mu sudah memiliki jodoh, mau yang mana lagi?"

Putra berfikir sejenak.

"Baiklah, terserah Ayah." Jawab Putra.

Simpelkan dia? Nggak ribet.

♡♡♡

Jessica Relieta adalah seorang gadis cantik tetapi pecicilan dari keluarga sederhana yang memiliki hutang dimana - mana. Hutang itu bukan kelakuan Ayah, Ibu, atau Kakak, melainkan Kakek kesayangannya sendiri.

Ayah nya yang bernama Reta, memiliki pekerjaan berupa tukang bangunan yang penghasilannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan keluarga kecilnya saja.

Ibu nya Meliana, tidak di perbolehkan bekerja oleh sang suami karena penyakit yang di deritanya cukup menghawatirkan sehingga Reta harus bekerja sangat keras untuk menghidupkan keluarga kecilnya itu.

Dan sang kakak Helena Relieta, seorang mahasiswa yang kini sudah menginjak semester akhir harus membutuhkan banyak sekali uang untuk kuliahnya. Karena Helena juga bukan seseorang yang sangat pintar, jadi dia tidak bisa memakai beasiswa untuk membantu membayar kuliahnya.

Jessika memiliki pribadi yang sangat ceria, em.. lebih tepatnya 'tidak mau diam'. Dia bisa saja bicara seribu kata dalam waktu satu jam saja, ku cumbu dengan mu. Jangan nyanyi!

Jessica juga memiliki hobi berupa menulis yang sebenarnya adalah cita - citanya sendiri. Namun itu semua segera ia hapus karena kini dia telah menyesal pernah menulis sebuah novel yang terjadi pada dirinya sendiri sekarang, yaitu berjodoh dengan seorang patung hidup.

Raden Agung Mehputra Yagsa adalah seorang pangeran dari keluarga Yagsa yang ke tiga dari lima pangeran lainnya.

Ia dijuliki sebagai 'Pangeran Tampan' karena dari lima pangeran lainnya, hanya dirinya yang paling mempesona.

Putra lahir di garis keturunan bangsawan dan memiliki satu adik perempuan yang merupakan putri satu satunya dari enam cucu Yang Mulia Raden Agung Yagsa.

Kanjeng Nyai Mehputri Yagsa yang masih berusia tiga belas tahun itu sangat di beri kasih sayang penuh oleh seluruh pangeran yang ada di sekitarnya.

Karena teman Kakek kesayangan Putra itu memiliki sahabat yang berhutang besar kepada Kakeknya, mereka membayar hutang itu dengan seorang wanita yang kini akan di jodohkan dengan dirinya.

Putra dikenal sebagai orang yang sangat dingin dan irit bicara. Dia sangat - sangat tidak peduli dengan keadaan sekitarnya bila itu tidak penting. Dia juga sangat anti sekali dengan wanita, jika saja ada wanita yang menyentuhnya dia pasti langsung menjauh dari wanita itu untuk selama - lamanya.

Putra juga sangat malas untuk berbicara, maka dari itu sangat langka bila dia akan bercerita panjang lebar kepada teman - temannya. Putra juga di ajarkan untuk mengungkapkan rasa dengan tidak frontal. Maka dari itu, ia selalu bicara dengan makna tersirat yang sebenarnya itu adalah ungkapan hatinya sendiri.

Namun bagaimana kini, ketika seorang balok es atau patung hidup di persatukan dengan Jessica yang tidak bisa bungkam setiap saat nya?

Mungkin saja, karena selalu bersama, mereka akan saling menyayangi satu sama lain.

Sekolah (REVISI)

Hari pertama sekolah di kelas sebelas semester dua itu sangat lah menyedihkan untuk seorang Jessica.

Pasalnya, setelah kabar bahwa dia akan di jodohkan ia jadi merasa sangat sedih karena keluarga lelaki meminta untuk menikah di tahun ini. Itu berarti, JESSICA AKAN MENGALAMI PERNIKAHAN DINI.

Jessica sangat pusing dengan pikirannya saat ini. Mukanya benar - benar pucat hingga menyerupai hantu yang baru bangkit dari alamnya.

Jessica memasuki kelas dengan sangat lesu dan tak bersemangat membuat sahabat karibnya merasa cemas. Ia membantu Jessica untuk segera duduk di tempatnya agar tidak terjadi hal - hal yang tidak di ingin kan.

"Jess kalo lo sakit nggak usah sekolah! Pak Rw komplek Grata bisa jantungan kalo tahu lo pingsan!" Seru Bianca sangat khawatir. Bukan nya merasa senang karena di perhatikan, Jessica malah mengerutkan keningnya karena kebingungan dengan ucapan Bianca yang sampai berat - berat membawa Pak Rw di perumahan dekat sekolah.

"Nggak ada hubungannya ah sama Pak Rw ngapain di bawa - bawa!" Balas Jessica yang semakin bad mood.

"Masa iya nggak nyambung! Orang lo anaknya!"

"Ish!! amit - amit Bianca!" Teriak Jessica tak terima. Karena sebenarnya Pak Rw perumahan Grata itu memiliki banyak sekali istri dan pastinya banyak anak juga.

"Hahaha. Abis muka lo kusut banget, kayak niat jadi anak angkatnya Pak Rw Grata!" Seru Bianca memberi hiburan.

"Gue lagi banyak pikiran nih ah! Jangan nambah kesel dong!" Jessica menyandarkan kepalanya ke meja.

"Kenapa lo?" Tanya Bianca mendekati Jessica.

Jessica mendesah.

"gue mau di jodohin!!"

"APA!" Teriak Bianca yang menggelegarkan satu sekolah, kecamatan, bahkan luar provinsi Jawab Barat.

"brisik Bi..! Jangan teriak ah!"

"ih seriusan lo Jess bakal di jodohin? Kasian cowoknya gue." Ucap Bianca.

"Ih.. Bi.. kok kasian dia sih! Gue dong nih lagi bersedih, huhu..."

"Eh.. iya iya.. udah dong jangan nangis, uuuuu tayang..."

"Eh kenapa nih, melow banget." Ucap seseorang yang baru saja tiba.

"Eh Cong!, si Jessi mau di jodohin Cong!" Seru Bianca.

"Sama siapa Cok?" Tanya baliknya.

"Kagak tau, sama siapa Jess?" Tanya Bianca kepada Jessica.

"YANG MULIA RADEN AGUNG MEHPUTRA YAGSA." Sentak Jessica penuh penekanan di setiap katanya.

"WHAT?!" Teriak kedua wanita di depannya ini dengan histeris. Jessica menutup muka nya dengan kedua lengan saking stresnya menghadapi sebuah cobaan ini.

"Omg my Prince!"

"Gila nggak ngerti lagi sama takdir Jessica."

"Ya kan Cong! Si Jessica itu punya dukun pribadi!" Teriak Bianca.

"Enak aja!" Cela Jessica.

"Nama gue bukang Pocong!"

"Ehe, iya Camila... Gue tuh bener - bener, apa ya gimana ya.. susah banget mengemukakan keberuntungan si Ocong rata ini!" Ucap Bianca dengan penuh histeris.

"Yaudah lah jodoh mah kagak kemana." Balas Camila.

"Yeh mentang - mentang punya pacar, Prince Putra di biarin aja," dengus Bianca.

"Riana mana?" Tanya Jessica mengaihkan pembicaraan.

"Duh.., dia tuh baru aja jadian, pasti sekarang lagi bareng ke kantin atau kemana - mana sama pacar barunya itu," jelas Bianca.

"Emang siapa pacar barunya?! Kok gue kagak tahu!" Teriak Jessica.

"Itu loh! kakel yang se-geng sama si Prince Putra! Yang namanya Farel, muah." Jawab Bianca dengan penuh gaya.

"Yaelah Putra lagi Putra lagi. Kenapa sih semua pada nyantet dia!" Ketus Jessica.

"Gue pihak lo Jess! Nggak ngerti sama mata para makhluk hidup, apa bagus nya coba si Putra and the geng itu." Sambung Camila.

"Gue yang nggak ngerti sama mata katarak kalian! Masa cogan gitu di bilang nggak ganteng sih! Nggak ngerti gue sama selera kalian." Ketus Bianca.

"Hai guys.., i'm coming!" Teriak Riana.

"Nah lo dateng! Kemana si lo.., masa gue lagi sedih lo malah ngapel..," ucap Jessica sambil menunjukkan muka sedihnya.

"Hehe.. maaf bebep que, kenapa - kenapa? Kok sedih my bep?" Ucap Riana sambil memeluk Jessica.

"Dia mau dijodohin AHAHAHA." Teriak Bianca.

"Hi.. lo mah!"

"JODOHIN SAMA SIAPA JESS?! LO HAMIL?!" Teriak Riana dengan membuka matanya lebar - lebar saking terkejut nya.

"Berisik yelah.. punya temen gini amat." Ketus Camila.

"NGGAK LAH RIN.. MASA IYA..," balas Jessica yang tak kalah kencangnya dari Riana.

"So why kamu di jodohkan?" Tanya Riana baik - baik.

"Yaaaaaaaaaaaa....... hmm, gue--" ya masa iya gue kasih tau kalo keluarga gue butuh duit? Ntar gue di kira matre lagi.

"Itu permintaan Kakek kesayangan gue, jadi gue kabulin." Padahal gue nggak ada sayang - sayang nya sama kakek. Cuman manfaatin doang, wkwk. Eh.., tapi oncomnya gue kena lagi karmanya.

"Lah, kapan bilang lo punya kakek kesayangan?" Ucap Bianca.

"Ya.. walau pun bukan kesayangan se-enggak nya bisa ngabulin permintaan terakhirnya lah." Ucap Camila.

"It's okey bep, kamu pasti bisa kok menjalani semuanya," ucap Riana memberi semangat.

"Gimana bisa ngejalanin, gue biasa hidup santuy sekarang harus jadi seseorang yang, ah.. nggak ngerti lagi gue sama hidup gue." Jessica memijat pelipisnya.

"You must belive sama your self," ucap Riana.

"Ngomong apa si Rin?!" Tanya Bianca yang kebingungan dengan bahasa Riana yang dicampur - campur kayak bubur ayam.

"Yah.. mau gimana lagi," jawab Jessica.

"SEMUA CEPAT KE LAPANG!" Teriak guru piket yang membuat semua siswa dan siswi di kelas sebelas ipa 1 itu buru - buru ke lapang.

♡♡♡

"Wahahaha, yang mulia bakal cepet dapet ratu nie..," goda Jeri kepada remaja yang sedang memakan bakso itu.

"Berisik ah!"

"Gila lo bisa nyusul abang gue juga!" Sambung Farel.

"Abang lo itu se-angkatan sama kita!" Sentak Muhtaz sambil menjitak kepala Farel.

"Emang si Jessi tuh orang nya gimana?" Tanya Jeri.

Putra hanya mengangkat bahunya tak tahu.

"Lah lo kagak tau gimana sifat calon bini lo?!" Jerit Farel histeris.

Putra mengangguk.

"Eh Jessi itu temen baby gue apa?" Tanya Farel.

"Babi, hahahaha." Ledek Jeri.

"Eh kutil kuda!"

"Ya.. lo tanya lah sama pacar lo itu." Ucap Muhtaz.

"Gimana Put," sambung Muhtaz.

Putra mengangguk.

"Nyesel gue ngomong sama lo!"

"Ahaha, poop di teriguin," lawak Farel garing.

"Eh Rin itu bebep lo!" Teriak Bianca yang membuat Putra and the geng melirik ke arah mereka karena merasa terpanggil.

"Ih Ca.. ngapain teriak sih!" Seru Jessica.

"Lah gue kan cuman mau liat pacar si Riana," jawab Bianca.

"Iya.., kagak ke Putra juga." Sambung Camila.

Bianca melirik kembali.

"Oh iya! Ada calon--hmmph"

"Diam atau mati di tempat!" Bisik Jessica dengan sedikit sentakan.

"Beybeh!" Teriak Farel melambaikan tangan.

Riana dengan semangat empat lima membalas lambaian-nya lalu berlari menghampirinya.

"Kamu udah makan?" Tanya Farel.

"Belom," jawab Riana dengan bibir kecut.

"Ii.. bibirnya jangan gitu dong! Kayak mau di cium aja..," goda Farel sambil mencubit bibir Riana.

"Mesum!" Ucap Muhtaz.

"Eh.. kita di tinggalin guys! Mending gabung yuk!" Ajak Bianca dengan senang. "Siapa tau dapet gebetan!"

"Nggak ah, gue udah punya gebetan!" Jawab Camila.

"Eh.. lo susah amat di ajak kompromi nya!" Seru Bianca sambil berdecak.

"Ih kagak mau.., udah barin aja Riana disana! Kan si Riana mah ada bebep nya, kita cari meja lain!" Jessica berusaha menarik lengan kedua sahabatnya itu.

"Ih.. lo masa nggak mau ketemu sama calon suami lo!" Balas Bianca menahan tarikan Jessica.

"Udah lah Bi.., cari tempat lain aja, kita bisa di santet sama cabe - cabe-an sekolah!" Camila mendukung Jessica.

"Ih.. udah mending--"

"Minggir!"

Pertemuan (REVISI)

Ke tiga perempuan itu langsung melirik ke arah suara tegas yang baru saja memberi perintah.

Jessica berdelek malas karena sifat sombong dari Putra itu tak pernah hilang. Itu yang membuat ia makin benci kepada Putra.

"Ya.. silahkan Yang mulia..," ucap Jessica sambil bungkuk dan menarik teman - temannya untuk menyingkir.

Tanpa memperdulikan apapun, Putra langsung berjalan melewati mereka yang di ikuti oleh Muhtaz yang sifatnya tak jauh berbeda dengan Putra.

"Cowok sombong pada lewat tuh!" Ketus Jessica.

♡♡♡

Jessica membaringkan tubuh mungilnya di atas ranjang single yang bersprai pink.

Ia berguling - giling ke kanan dan ke kiri untuk mendapat kenikmatan dari sebuah rebahan.

"Jessi! cepet mandi bakal ada tamu!" Teriak Meliana dari tengah rumah membuat mata Jessica terbuka begitu saja.

"Siapa tamunya sampai aku harus mandi segala?!" Balas Jessica yang tak kalah kerasnya.

"Keluarga calon kamu!" Jawab Meliana.

Jessica langsung terbangun dari rebahannya.

"Calon? Hi.. amit - amit,"

Jessica langsung berfikir sejenak agar dia bisa membuat mempelai laki - laki membatalkan perjodohan ini dan mengganti hutangnya di lain waktu. Mungkin ketika dia sudah bekerja?

Ia mundar - mandir ke sana kemari membawa alamat, JENG JENG.

Tring!

Seperti ada lampu di atas kepala Jessica, ia memiliki ide cemerlang untuk masalahnya kali ini.

"Ahha! Merek baju Atta halilintar!"

Jessica langsung bergegas membawa handuknya dan pergi menuju kamar mandi yang berada di dekat dapur.

Yang lain sibuk dengan pekerjaannya masing - masing tanpa memperdulikan apapun dan siapa pun. Jessica yang tadi melewati mereka pun tak dihiraukan.

"Eh Lena, coba liat adik kamu lagi ngapain,"  perintah Meliana. Helena mengangguk dan hendak pergi ke kamar Jessica, namun tiba - tiba ada yang mengetuk pintu rumahnya.

"Buka dulu pintu!" Sela Reta yang sedang menyiapkan meja makan.

Helena berdecak dan memutarkan matanya malas. Ia pun pergi ke pintu rumah kemudian membuka nya.

Muncul lah dua orang tua dan dua pasang adik kakak yang tampan dan cantik membuat Helena terkagum sendiri dengan tamu yang datang ke rumahnya.

"Silahkan masuk," ucap Helena sopan sambil membungkukkan badan dan mengulurkan tangan ke arah ruang tamu.

"Terima kasih," jawab Tirta.

Mereka pun memasuki rumah dengan bergiliran karena pintunya kecil, kemudian duduk di kursi yang berada di ruang tamu itu.

Helena kembali kepada tugas awalnya yaitu mencari Jessica. Namun ketika berbalik badan, alangkah terkejutnya semua yang ada di rumah melihat Jessica yang baru selesai mandi dan hanya mengenakan handuk di badan dan di kepalanya saja.

Helena membelakkan matanya jelas terkejut dengan perilaku yang sedang Jessica lakukan saat ini.

"Jessica!" Helena langsung menghampiri Jessica dan mendorong badannya untuk segera masuk ke dalam kamar untuk memakai baju.

"Lo gila ya! Tadi itu calon keluarga lo! Jaga dong kesopanannya!" Sentak Helena memarahi adik tunggalnya itu.

"Hahaha, tadi lo liat nggak ibu nya? Ngakak banget!" Seru Jessica sambil menggosok - gosok rambutnya dengan handuk.

"Huh! susah ya punya adik kurang pinter!" Balas Helena lalu pergi.

"Apa sih! Pinter banget gini!" Ketus Jessica memanyunkan bibirnya.

"Silahkan nyonya," ucap Meliana sambil mempersembahkan makanan ringan di meja tamu.

"Iya terima kasih." Jawab Melati, ibunya Putra.

"Kakak, Kak Jessi cantik ya," ucap Putri berbisik kepada kakaknya.

Putra mengangguk.

"Huh, kakak pelit bicara." Ketus Putri.

"Iya Putri, dia cantik. Tapi sayang nya lebih cantik adik perempuan kakak satu - satunya ini," jelas Putra sambil mencubit gemas pipi Putri.

"Nggak boleh! Harus lebih cantik Kak Jessi!" Teriak Putri.

"Putri! Jaga nada bicara kamu! Kita sedang bertamu!" Bentak Melati.

Semua langsung terkejut akibat sentakan Melati. Putri pun terdiam dan menundukkan kepalanya dalam - dalam.

"Kenapa sih berisik - berisik?! Kayak ada dangdutan aja," ucap Jessica tiba - tiba datang dan duduk dengan gaya ala preman.

Melati melotot melihat tingkah konyol gadis yang ada di hadapannya itu. Jessica membuka toples yang ada di depannya lalu memakan semua camilan satu persatu membuat Melati makin geram.

"Eh, mari kita makan malam nyonya?" Tawar Meliana mengalihkan keadaan.

"Nggak, saya nggak--"

"Eh iya, ayo - ayo." Sela Tirta menerima tawaran itu degan senang hati. Melati memutar matanya malas.

"Mah, tidak baik menolak sesuatu yang sudah di siapkan!" Bisik Tirta.

"Iya makan - makan yang banyak! Ibu saya pintar masak kok," ucap Jessica sambil menggebah - gebahkan tangannya.

"Wah, apakah anak nya bisa masak juga?" Tanya Tirta ceria. Jessica terkekeh.

"Buat apa saya bisa masak, saya kan nikah di rumah orang kaya, saya suruh pembantu aja buat masakin makan." Jawab Jessica membuat seluruh keluarga melotot.

"Ayo ayo, makanan sudah siap!" Seru Helena.

"Ah, ayo silahkan," Ucap Reta.

Semua pun mengangguk menerimanya dan berjalan bersama menuju meja makan.

"Eh Kutil kuda! Jaga sikap lo! Lo sendiri yang terima perjodohan ini! Kita nggak maksa! Ini juga demi ngebayar hutang Kakek yang banyak banget! Awas aja lo berlaku macem - macem lagi!" Peringatan Helena dengan penuh penekanan.

Jessica terdiam.

Jessica pergi ke ruang makan menyusul seluruh keluarganya dan duduk di kursi sebrang Putra.

Kalo di liat - liat, si Putra ganteng juga ya? Ehh astagfirulloh! Sadar Jessii!!.

Setelah semua sudah mengambil makanannya masing - masing, suasana menjadi sangat hening. Bahkan suara sendok garpu pun tak terdengar sama sekali.

Jessica hendak membunyikan suara dengan sendok dan garpunya, namun cepat di tahan oleh Helena dan memberi kode 'lo bisa normal dikit nggak sih?! Kayak lagi stres karena kucing mati aja!'

Terasa sudah se-abad mereka menjalankan aktivitas makannya itu, akhirnya semua selesai dengan hasil piring bersih tanpa tersisa.

"Bantu kakak ambil piring," perintah Helena.

"Males." Jawab Jessi.

"Lo itu!--"

"Kalo jadi mantu seorang bangsawan, ya harus nurut sama perintan atasan." Sindir Melati.

Helena menyenggol tangan Jessica. Yang di senggol malah memutar matanya malas.

Ia pun mengambil piring satu persatu dari keluarga Putra.

"Biar aku bantu Kakak," ucap Putri.

Jessica mengerutkan dahinya. Tak lama dia pun mengangguk.

"Mantu seorang bangsawan itu menerima bantuan seseorang jika pekerjaan nya sangat berat dan sulit untuk di lakukan sendiri." Sindir kembali Melati.

"Grgrgr." Jessica menggeram layaknya se-ekor singa yang sedang memakan mangsanya.

Jessica langsung mengambil alih piring - piring yang ada di tangan Putri dan segera pergi ke dapur dengan menghentak - hentakan kaki.

"Mantu seorang--"

"Mah.., Jessi itu belom belajar menjadi menantu seorang bangsawa! Udah deh diem, sssttt." Tegur Tirta. Di ubah nya wajah Melati menjadi sangat sangar.

"Ih serem," bisik Helena kepada sang ibu.

"Eh, hehe, maaf kan Jessi dia memang suka begitu," ucap Reta.

"Ah.. tidak apa - apa, itu normal bagi remaja." Jawab Tirta dengan senyuman.

"Jadi bagaimana dengan perjodohan ini?" Tanya Reta.

"SAYA TIDAK MENE--"

"Wah.. kami setuju sekali, hahaha, iya kan Putra?" Seru Tirta mengoper pertanyaan itu kepada anaknya.

Putra melirik sang ayah, lalu menoleh ke arah Reta, kemudian tersenyum.

"Iya Pah, saya setuju." Jawab Putra ramah.

"Wah - wah.. lihat ini, belom jadi menantu sudah memanggil Pah, haha," ucap Meliana.

"Kode - kode," sambung Helena.

"Kakak bilang, Kak Jessi lebih cantik di banding aku dan ibu," ucap Putri yang mengundang pelototan dari semua orang.

"Maaf, saya--"

"Ah.. Putra memang suka begitu kalau menyukai wanita, hahaha," ucap Tirta.

"Hahaha, benar - benar! Waktu saya remaja juga seperti itu," sambung Reta.

Semua pun tertawa bersama.

"Jadi kapan tanggal pernikahannya?" Tanya Meliana.

"Lebih cepat lebih baik, tapi kita juga akan mendengar pendapat kalian. Jika Jessi masih belom siap, kita bisa menunggunya." Jawab Tirta.

"Ah, kayak nya Jessi siap kapan saja, hehe," ucap Helena.

Tirta tersenyum.

"Tidak apa kan? Jika Jessi harus memutuskan sekolahnya di kelas sebelas?"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!