NovelToon NovelToon

Anyelir

Prolog

“Menjadi kuat itu perlu, sekalipun lo lemah seenggaknya jangan perlihatkan ke orang lain kalo lo lemah, tapi                                                           tunjukkan jika lo kuat.”

Happy Reading All.

***

Tak ada orang yang benar-benar kuat di dunia ini, karena mereka pasti pernah merasakan ada di titik terlemah mereka, namun bagi mereka yang hebat mereka akan memasang topeng serapih mungkin agar orang lain tidak tahu jika mereka sedang lemah.

Untuk apa memperlihatkan kelemahan lo di depan orang lain? untuk memberitahu mereka bahwa lo lemah? untuk mendapatkan simpati dari mereka? please stop memperlihatkan kalo lo lemah jika itu tujuan lo. Karena, disaat orang lain tau lo sedang lemah, bagi orang yang tidak menyukai lo dia akan tertawa diatas penderitaan lo, dia akan seneng lihat lo yang terpuruk.

Itu yang selalu menjadi pegangan Hazel Harmonesa selama ini. Impiannya begitu besar hingga ia tak bisa mewujudkannya. Harmonesa harus merasakan keluarga yang broken home, ia tinggal bersama ayah dan ibu tirinya bersama 2 orang adiknya. Jika ditanya apa yang paling Harmonesa benci jawabannya adalah kehancuran keluarganya, keluarganya benar-benar hancur orang tuanya bercerai, Nenek yang selalu merawatnya dari ia kecil kini sudah meninggal. Kakek dan Nenek dari Mama kandungnya harus bercerai. Keluarganya hancur dalam waktu yang begitu cepat hingga mengubah Harmonesa menjadi gadis tertutup, cuek, dingin, pendiam namun itu hanya ia perlihatkan pada orang yang tidak akrab padanya, karena orang yang sangat dekat dengannya akan tau seberapa lemah gadis itu dan hanya ada 1 orang yang tahu segala kelemahannya sahabat yang paling dekat dengannya.

Di Sekolahnya Harmonesa bukan gadis famous meskipun ia dikelilingi orang famous. Ia bahkan dekat dengan sang ketua OSIS, bukan hanya dekat sebenarnya Harmonesa menyukai ketua OSIS nya itu, sudah hampir 1 tahun ia menyukai nya dalam diam tak ada yang tau kecuali sahabatnya saja.

Ini akan menjadi kisah yang rumit, keluarga yang broken home dan cinta yang terus ia pendam. Semua seolah mendukung Harmonesa untuk menjadi gadis yang kuat. Dikuatkan dan didewasakan oleh keadaan. Namun bukahkan menjadi kuat memang perlu di dunia yang begitu kejam ini?

Kisah percintaan yang diharapkan akan sempurna dengan keluarga yang sempurna ternyata hanya angan yang tak nyata. Membuat fantasi dan ilusi gila untuk mewujudkannya, hanya itu yang bisa ia lakukan. Berteman dengan luka dan lara, bersahabat dengan duka dan rasa sakit. Tanyakan saja pada gadis tersebut bagaimana ia bisa begitu akrab dengan kekecewaan. Semua tentang rasa sakit tanyakan padanya maka ia akan menjawabnya dengan senang hati.

***

Hi guys aku balik lagi nih dengan cerita baru aku.

Ini pertama kalinya aku nulis cerita dengan gangguan jiwa gini, semoga kalian suka ya.

Btw kisah ini aku ambil dari kisah nyata yang pernah aku temui.

Aku ragu sih sebenernya mau nulis kisah ini tapi semoga kalian akan suka cerita ini ya.

Bahagia terus kalian, sehat terus ya.

Jangan lupa juga buat vote, koment, dan like ya.

Dukungan kalian semangat ku.

Jangan lupa juga buat Follow akun sosial media aku ya guys.

Ig: Hilmiatulhasanah dan Wphilmiath

See you next chapter guys.

Thank for Reading.

Dan ya buat kalian jangan lupa buat baca cerita ku yang lain ya. Yang pasti gak akan kalah seru dari kisah ini. Jadi langsung cek profil aku aja ya guys.

Gladiol

Fyi "Bunga gladiol melambangkan integritas, kekuatan, dan kemenangan."

Happy Reading All.

***

“Keluarga adalah harta terbesar yang di berikan Tuhan pada kita, jadi jangan sia-siakan mereka selagi kalian memilikinya."

***

Seorang gadis kecil berumur sembilan tahun mengerjapkan matanya berkali-kali. Saat ia terbangun ia langsung mencari keberadaan sang mama. Langkahnya berjalan ke arah dapur dan di sana hanya neneknya yang sedang memasak yang dapat ia lihat, membuat ia bertanya-tanya kemana keberadaan sang mama.

"Nek, mama mana?" tanya gadis itu sambil menghampiri neneknya dengan tangannya yang membawa handuk karena ia juga akan langsung mandi, mengingat hari ini akan ada acara di rumah saudaranya. Di rumahnya hanya ada satu kamar mandi dan itu berada di dekat dapur.

"Mama sama ayah kamu lagi ambil pesanan kue buat acara di rumah tante kamu nanti," ucap neneknya sambil menampilkan senyumnya, tapi tanpa gadis itu tau ada raut wajah sedih yang ditampilkan neneknya telah tertutupi oleh sebuah senyuman.

"Ya udah deh Hazel mau mandi dulu," ucap gadis itu yang memanggil dirinya dengan sebutan Hazel. Bocah tersebut tak lain adalah Hazel Harmonesa Briona.

Hazel berjalan ke arah kamar mandi, baru saja ia akan membilas tubuhnya yang banyak busa ia langsung mengingat bahwa kemarin mamanya sudah mengambil pesanan kue bersamanya, pikirannya melayang pada ucapan mamanya beberapa hari lalu yang mengatakan ia akan pergi dan Hazel harus bisa menjaga dirinya baik-baik bersama ayahnya. Mengingat ayahnya ia juga mengingat jika ayahnya pernah mengajaknya ke bandara dan mengatakan 'disini nanti mama kamu akan pergi bersama ayah baru kamu,' Hazel mengingatnya, Hazel bukan gadis bodoh ia tahu apa maksud dari perkataan ayahnya itu. Meskipun Hazel masih berusia sembilan tahun namun ia sangat pandai.

Dengan segera Hazel menyelesaikan aksi mandinya dan segera menuju kamarnya untuk memakai pakaiannya setelahnya ia langsung menyisir rambutnya yang ia gerai dan segera memakai bedaknya, setelah itu ia langsung keluar menuju kamar orang tuanya, hal pertama yang ia lihat adalah lemari orang tuanya yang hanya menyisakan pakaian ayahnya.

Kaki Hazel rasanya lemas, ia langsung menangis sejadi-jadinya. Neneknya yang mendengar tangis Hazel dari kamar orang tuanya langsung berjalan menghampiri cucunya itu, lalu memeluknya dengan erat menenangkan Hazel yang sudah meraung itu.

"Semua akan baik-baik saja, percaya sama nenek mama kamu pasti bakalan balik sama kita lagi," ucap Neneknya yang juga ikut menangis. Hatinya sakit, ia menginginkan mamanya di sisinya sekarang.

Tak beberapa lama terdengar suara motor ayahnya dengan segera Hazel berlari menuju ayahnya namun ayahnya hanya datang sendiri tanpa ada mamanya, ayahnya langsung memeluknya dengan erat menguatkan gadis kecilnya, memberitahu gadis kecilnya bahwa ia ada di sana untuk selalu menemani dan menyayangi gadis kecilnya itu. Memberitahukan bahwa semua akan baik-baik saja, semua akan kembali seperti semula ia akan berusaha demi gadis kecilnya.

Saat ia datang ke acara tantenya semua mata menatap iba padanya, dan Hazel membenci tatapan itu, ia benci orang menatapnya dengan rasa kasihan, ia tidak se-menyedihkan itu sampai orang lain menatapnya seperti itu. Mulai dari sana Hazel bertekad untuk menghancurkan tatapan iba dan kasihan dari banyak orang, ia akan tunjukkan bahwa ia gadis yang kuat.

***

Hazel bangun dengan nafas yang memburu, lagi mimpi itu sering kali hadir dalam setiap malamnya. Mimpi buruk yang sayangnya adalah kisah nyata yang ber fatamorgana menjadi mimpi di setiap malamnya. Semua itu sudah berlalu selama delapan tahun tapi mimpi itu selalu hadir seakan menjadi pengingat bahwa keluarganya sudah hancur.

Hazel melihat jam di dinding kamarnya dan jam sudah menunjukkan pukul setengah enam dengan cepat Hazel keluar kamar membawa handuknya dan berjalan ke arah kamar mandi. Setelah selesai ia langsung sholat dan mengenakan baju seragamnya. Setelah itu ia langsung menyapu rumahnya. Semenjak neneknya meninggal ia harus menyapu halaman dan menyapu di dalam rumahnya setiap pagi, jadi ia harus bangun pagi agar ia tidak terlambat ke sekolahnya.

Hazel bukan dari keluarga kaya, ralat maksud ia bukan dari keluarga kaya saat ia harus tinggal bersama ayahnya, ayahnya hanya penjaga toko sembako yang tidak besar di tokonya sendiri yang ia bangun bersama mama Hazel dulu, sedangkan ibu tirinya hanya ikut membantu menjaga toko dengan ayah Hazel. Namun Hazel tak pernah merasa kurang akan apapun karena mamanya selalu mengirimkannya uang agar Hazel tidak kekurangan apapun, Mama Hazel berasal dari keluarga yang berada, mamanya memiliki butik dan toko sembako yang cukup besar sedangkan papa tirinya adalah manajer pemasaran di sebuah perusahaan besar.

"Hazel, hari ini kamu sarapan di sekolah aja ya, ayah gak sempet masak." ucap Ayahnya saat Hazel sedang menyapu di ruang keluarga. Disana ayahnya terlihat sedang menonton TV. Jika kalian bertanya dimana ibu tirinya? sudah jelas wanita itu sedang tidur.

"Iya gak papa yah, Hazel bisa sarapan di sekolah nanti." ucap Hazel dengan senyumannya. Semenjak neneknya meninggal memang Ayahnya yang sering memasak sarapan untuk nya juga adik nya. Jangan tanyakan tentang ibu tirinya tersebut. Tentu saja ia masih tidur jika sepagi ini. Hazel hanya bisa menggantungkan semuanya pada ayahnya.

Setelah selesai menyapu Hazel langsung meminta ayahnya untuk mengantarnya ke sekolah. Hazel selalu diantar ke sekolah oleh ayahnya sedangkan saat pulang ia biasanya nebeng bersama temannya.

***

"Hazel," suara teriakan sahabatnya itu membuat Hazel memutar badannya melihat sahabatnya yang sedang memanggilnya. Hingga dapat ia lihat kini sahabatnya yang tengah berlari ke arahnya dengan senyuman mengembangnya.

"Masih pagi Far gak usah teriak-teriak gitu," ucap Hazel pada Syahfarani sambil memutar matanya malas, sedangkan Fara hanya tertawa. Fara adalah sahabat yang paling dekat dengan Hazel namun mereka berbeda kelas. Fara termasuk gadis yang famous selain mudah bergaul ia juga pintar dan imut.

"Nanti kantin bareng yuk, udah lama kita gak ke kantin bareng," ajak Fara, mereka memang sangat jarang berkumpul karena mereka berbeda kelas. Saat kelas sepuluh dulu mereka kelas, meskipun kini mereka sudah tak lagi satu kelas namun hubungan persahabatan mereka tetap saja berjalan dengan baik meskipun jarang untuk berkumpul karena kesibukan masing-masing.

"Ok deh nanti ajakin yang lain juga," ucap Hazel yang mendapat anggukan dari Fara.

"Btw gimana sama Bunda Lo?" tanya Fara, Hazel mendengus malas ia sangat malas jika harus membicarakan ibu tirinya itu. Mood nya akan langsung rusak jika sudah membahas wanita tersebut, wanita yang begitu ia benci.

"Yah gitu lah, udah lah males gue bahas dia bikin mood ancur aja masih pagi udah bahas dia," kesal Hazel sambil berjalan ke arah kelasnya bersama Fara di sampingnya.

"Yang sabar ya Zel," ucap Fara sambil mengelus pundak Hazel memberi kekuatan pada sahabatnya itu. Akhirnya setelahnya Fara memilih untuk diam karena ia mengerti jika sahabatnya direbut tak ingin lagi untuk membahasnya.

"Bentar Fir gue taro tas dulu, abis ini anterin gue ke kantin gue belum sarapan." Hazel segera masuk ke kelasnya untuk meletakkan tas nya dan segera keluar lagi menghampiri Fara. Setelahnya mereka langsung menuju kelas Fara terlebih dulu baru setelahnya mereka berjalan menuju kantin untuk sarapan.

***

***

Hi guys aku balik lagi nih dengan cerita baru aku.

Ini pertama kalinya aku nulis cerita dengan gangguan jiwa gini, semoga kalian suka ya.

Btw kisah ini aku ambil dari kisah nyata yang pernah aku temui.

Aku ragu sih sebenernya mau nulis kisah ini tapi semoga kalian akan suka cerita ini ya.

Bahagia terus kalian, sehat terus ya.

Jangan lupa juga buat vote, koment, dan like ya.

Dukungan kalian semangat ku.

Jangan lupa juga buat Follow akun sosial media aku ya guys.

Ig: Hilmiatulhasanah dan Wphilmiath

See you next chapter guys.

Thank for Reading.

Dan ya buat kalian jangan lupa buat baca cerita ku yang lain ya. Yang pasti gak akan kalah seru dari kisah ini. Jadi langsung cek profil aku aja ya guys.

Azelia

Fyi "Azalea artinya : berhati-hatilah demi aku, semangat yang mudah kendur, kesederhanaan dalam sifat, simbol kewanitaan cina."

Happy Reading All.

***

"Mencintai sendiri, berjuang sendiri, dan harus merasakan sakit sendiri. Besar juga ya konsekuensi dari mencintai dalam diam."

***

"Masih pagi udah ke kantin aja, Zel," sapa Deniz, ia salah satu sahabat Hazel juga, mereka sudah bersahabat semenjak mereka memasuki SMA. Laki-laki dengan tubuh atletisnya walaupun sedikit pendek, ia adalah ketua tim silat di sekolahnya.

"Gak sarapan gue Niz," jawab Hazel sambil berjalan untuk memesan makanannya bersama Fara.

"Fir, ada liat Sarah gak?" tanya Deniz pada Fara, Sarah adalah kekasih Deniz dan juga salah satu sahabat Fara tapi Hazel dengan Sarah hanya berteman mereka tidak terlalu dekat karena mereka hanya satu kelas pada kelas sepuluh saja.

"Masih pagi udah mau mojok aja Niz," seru Hazel sambil menggeleng, melihat tingkah bucin sahabatnya itu.

"Yeee mana gue tau, lo kira Sarah anak gue?" tanya Fara sewot. Begitulah Fara dan Deniz mereka bersahabat namun kerjaan mereka lebih sering berantem daripada akurnya.

"Lo kenapa sih sewot banget sama gue? Punya dendam kan lo sama gue?" Tanya Deniz memicingkan matanya menatap Fara curiga.

"Engga, gue cuma bosen liat muka lo dari kelas tujuh, enek aja gitu rasanya," sarkas Fara yang memang sudah mengenal Deniz dari SMP berbeda dengan mereka yang baru mengenal Hazel saat masuk SMA karena mereka dipertemukan di kelas yang sama.

"Syukurin aja sih, kapan lagi lo bisa punya teman cogan kayak gue?" tanya Deniz dengan percayanya. FIY Deniz itu cowok famous badboy yang suka bikin ulah dan ditakuti adik kelasnya itu, lalu kalian kira siapa yang tidak kenal dengan Deniz?

"Yang modelan kayak lo mah di sungai Ciliwung juga banyak kali." ejek Hazel menimpali sambil tertawa dan Fara juga ikut tertawa mendengar hinaan Hazel sedangkan Deniz yang sudah kesal langsung diam memakan makanannya yang baru saja datang. Akhirnya mereka makan dengan penuh tawa karena lelucon yang dibuat Deniz.

***

Hazel berjalan di Koridor sekolahnya bersama teman sebangkunya yang juga merupakan satu-satunya teman dekatnya di kelas, dia Edel gadis sexy yang cukup famous karena penampilannya dan ia terkenal suka membully orang yang tidak ia suka. Ia merupakan kekasih dari kapten tim futsal, Raka Hendrawan laki-laki manis yang banyak digilai kaum hawa. Kini Hazel dan Edel tengah berjalan menuju ruang guru, karena tadi wali kelas mereka memanggil Hazel.

"Zel, ada Argo tuh," tunjuk Edel dengan dagunya pada laki-laki yang berjalan berlawanan arah dengan mereka. Hazel sudah tersenyum malu saat melihat Argo, sang ketua OSIS yang menjadi most wantednya SMA Atlantik. Laki-laki ia sukai selama dua tahun ini, namun ia hanya bisa menyukainya dalam diam.

"Mau kemana Zel?" tanya Argo saat mereka sudah berhadapan. Hazel memang mengenal Argo, mereka saling mengenal semanjak mereka terlibat lomba bersama beberapa bulan lalu. Namun untuk mendekati Argo ia masih tak memiliki keberanian atau lebih tepatnya ia merasa malu, juga takut jika Argo malah berpikir yang tidak-tidak terhadapnya dan membuat Argo menjauh darinya.

"Mau ke ruang guru," ucap Hazel sambil tersenyum pada Argo. Hazel sudah dag dig dug saat berada sedekat ini dengan Argo. Laki-laki yang sudah ia sukai sejak awal kelas 11 tepatnya saat pemilihan ketua OSIS. Hanya dengan menatap Argo entah mengapa membuatnya tenang ia mulai menyukai Argo hanya dengan tatapan teduh milik Argo.

"Ya udah gue duluan ya," ucap Argo, setelahnya ia langsung pergi meninggalkan Hazel yang sudah panas dingin.

"Aduh oksigen dong, gila gue deg degan Ed, sumpah dia kenapa bisa ganteng gitu sih?" Hazel sudah tersenyum tidak jelas sambil mengipasi wajahnya yang sudah mulai memanas, sambil tersenyum tidak jelas. Sepertinya urat malu Hazel mulai luntur karena bertingkah seperti itu di koridor yang untungnya sudah tak ramai, dan hanya tersisa beberapa orang saja yang untungnya sudah sibuk dengan kegiatan mereka.

"Iya in udah, ayo cepet nanti keburu masuk," ucap Edel yang segera menyeret Hazel menuju ruang guru. Daripada ia dibuat semakin malu dengan tingkah sahabatnya tersebut jadi lebih baik ia segera membawa Hazel untuk pergi dari sana.

***

"Hazel," panggil salah satu teman kelas Hazel saat gadis itu tengah fokus membaca novelnya. Dengan segera Hazel melihat ke arah gadis yang memanggilnya tersebut dengan mengerutkan keningnya bingung.

"Apa?" tanya Hazel pada Anya teman sekelasnya yang memanggilnya itu. Yang kini masih berdiri di depan pintu kelasnya. Kebetulan meja Hazel memang tak jauh dari pintu hanya berjarak satu meja.

"Di cari sama Talia," ucap Anya. Talia adalah teman yang biasa Hazel tebengi untuk pulang, karena jarak rumah mereka yang tidak terlalu jauh.

Mendengar hal tersebut Hazel dengan segera melangkahkan kakinya keluar kelas untuk menemui Talia. Temannya yang biasa ia tumpangi untuk pulang maupun berangkat sekolah. Setidaknya ia bersyukur ada Talia yang masih mau untuk ia tumpangi.

"Kenapa Ta?" tanya Hazel saat ia sudah berdiri di depan Talia, FIY Talia itu juga termasuk gadis famous karena ia penyanyi band di sekolah mereka, jadi tak heran banyak yang mengenal gadis itu. Apa lagi Talia gadis yang mudah berbaur dengan temannya.

"Nanti gue ada latihan band mungkin sampe sore. Jadi, sorry ya, gue gak bisa pulang bareng lo," ucap Talia tidak enak, Hazel menampilkan senyumannya maklumi Talia. Karena Talia memang anak band jadi tak heran jika gadis tersebut memang sering berlatih.

"Sans aja, nanti gue bisa cari tebengan lain," jawab Hazel santai sambil tersenyum ke arah Talia.

"Serius? atau gue minta Argo nganter lo? kan kalian juga satu arah," ucap Talia menawarkan agar Argo yang mengantar gadis tersebut, Talia juga tahu mengenai Hazel yang menyukai Argo dan kebetulan sahabat Argo adalah kekasih Talia jadi sangat mudah untuk mereka akrab.

"Eh gak usah, nanti gue bisa minta anter sama Deniz," ucap Hazel menolak, namun sebenarnya hanya mulutnya saja yang menolak hatinya sudah menyuarakan 'mau dong' dengan girangnya.

"Emang gak papa? kasian Kali Deniz, rumah dia sama rumah lo beda arah masak iya dia harus muter lagi?" tanya Talia, pasalnya rumah Deniz itu dekat dengan sekolah sedangkan rumahnya lumayan jauh. Namun meskipun begitu Deniz memang sering mengantar Hazel untuk pulang jika tak ada yang bisa Hazel ajak pulang.

"Gak papa kali?" ucap Hazel yang lebih seperti sebuah pertanyaan bukannya memberi pernyataan.

"Hadeh, ya udah tar lo pulang bareng Argo aja. Lumayan lah sekalian pdkt," tawa Talia dan segera pergi meninggalkan Hazel. Meskipun sebenarnya ia ingin berteriak untuk tak perlu merepotkan Argo namun hatinya malah menolak hal tersebut. Kini Hazel malah jadi tidak sabar untuk segera pulang dan dia akan pulang bersama laki-laki yang disukainya itu.

Sebenarnya jika ia mau bisa saja ia nebeng bersama temannya yang lain namun jika sudah ditawari pulang bersama Argo kenapa ia harus menolak? Kesempatan tak datang dua kali bukan? Hazel mengikuti pelajaran dengan tidak fokus, ia terus memikirkan bagaimana nanti saat ia dan Argo akan pulang bersama?. Hanya dengan  memikirkannya saja dapat membuat Hazel menjadi dag dig dug.

***

Hi guys aku balik lagi nih dengan cerita baru aku.

Ini pertama kalinya aku nulis cerita dengan gangguan jiwa gini, semoga kalian suka ya.

Btw kisah ini aku ambil dari kisah nyata yang pernah aku temui.

Aku ragu sih sebenernya mau nulis kisah ini tapi semoga kalian akan suka cerita ini ya.

Bahagia terus kalian, sehat terus ya.

Jangan lupa juga buat vote, koment, dan like ya.

Dukungan kalian semangat ku.

Jangan lupa juga buat Follow akun sosial media aku ya guys.

Ig: Hilmiatulhasanah dan Wphilmiath

See you next chapter guys.

Thank for Reading.

Dan ya buat kalian jangan lupa buat baca cerita ku yang lain ya. Yang pasti gak akan kalah seru dari kisah ini. Jadi langsung cek profil aku aja ya guys.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!