NovelToon NovelToon

Jodoh Dari Semesta

Bab 1. Cinta Dalam Persahabatan

"Tris, aku mencintaimu."

Satu kalimat keluar begitu saja dari mulut seorang Arjuna Ekawira. Laki-laki berusia 23 tahun itu menyatakan perasaannya kepada Trisha Yudistia, gadis yang sudah lama menjadi sahabatnya. Perbedaan usia antara Arjuna dan Trisha tidak jauh. Trisha berusia setahun lebih muda ketimbang Arjuna.

Deg!

Trisha tidak pernah memikirkan akan terjadi hal seperti ini. Sepulang dari tempat kerjanya, Arjuna memang menjemputnya. Trisha tidak menyangka kalau hari ini dia akan mengetahui perasaan sahabatnya yang lebih dari sekadar sahabat.

"Arjuna, perasaan kamu itu salah!"

"Salah bagaimana, Tris? Apakah ini gara-gara Janu?"

Ya, Trisha tidak hanya bersahabat dengan Arjuna, tetapi juga dengan Janu Mahesa. Laki-laki yang paling muda di antara ketiganya.

"Tidak, Juna. Itu bukan salah Janu. Kita semua bersahabat. Mana mungkin aku bisa menerima kamu sebagai seorang kekasih, sementara hubungan kita terikat lama seperti ini."

Setelah pertemuan sore itu, hubungan Arjuna dan Trisha merenggang. Kesibukan Arjuna sebagai montir di sebuah bengkel membuatnya bisa mencari alasan untuk tidak bertemu dengan Trisha.

Janu, sahabatnya juga tidak menaruh curiga pada keduanya. Pernah sekali waktu Janu mengirimkan pesan di grup chat bahwa dia meminta kedua sahabatnya itu datang ke Kafe yang baru dirintisnya itu. Namun, Arjuna menolaknya dengan alasan lembur di bengkel.

Trisha merasa bersalah pada penolakannya kala itu. Tidak hanya pada dirinya sendiri, tetapi pada Arjuna. Sebenarnya kalau boleh menjawab, Trisha akan mengatakan iya saat Arjuna mengungkapkan perasaannya. Dia memiliki rasa yang sama pada laki-laki itu.

"Tris, kenapa melamun?"

Pertanyaan Janu barusan telah membuat Trisha tersadar. Saat ini, dia sedang berada di Kafe kecil yang sedang dikelola oleh satu lagi sahabatnya.

"Ah, tidak. Aku hanya merasa kalau Arjuna sangat sibuk. Dia bahkan tidak bisa datang ke sini hanya untuk sekadar ngobrol atau bercerita."

"Mungkin saja bengkelnya sedang kebanjiran order."

Janu benar. Seharusnya Trisha tidak boleh berpikir negatif pada sahabatnya yang lain. Dia mencoba menerima kenyataan bahwa mereka sudah bekerja. Waktu untuk berkumpul tidak sepadat dulu.

"Kurasa kamu benar, Janu. Oh ya, aku ingin nasi goreng. Aku pesan pada pelayan dulu, ya!"

Trisha yang sudah kelaparan terpaksa memesan makanan. Namun, Juna mencegahnya.

"Ini Kafeku. Kamu tidak perlu memesannya. Biar aku yang akan meminta koki menyiapkan permintaanmu."

"Juna, aku keseringan makan gratis di sini. Lama-lama kamu bisa bangkrut!"

Juna cuma tersenyum memandang gadis yang sudah menjadi sahabatnya selama ini. Dia tidak akan bangkrut jika cintanya pada Trisha bersambut. Selama ini Juna memendam perasaan seorang diri. Mungkin ini saat yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya tanpa diketahui oleh Arjuna.

Janu bergegas masuk ke dapur. Dia meminta salah satu koki untuk membuat nasi goreng spesial seperti yang sudah dirancang di dalam benaknya.

Sekadar informasi, Janu memang membuka Kafe. Dia anak orang kaya sehingga Kafenya cepat berkembang. Modalnya pun mudah didapat. Jadi, tidak heran di usianya yang masih muda, dia memiliki Kafe yang berkembang pesat.

"Sudah mencoba mengirim pesan pada Arjuna?" tanya Janu saat dia kembali dari dapur tanpa membawa apa pun.

Ya, setelah koki selesai menyiapkan nasi goreng pesanan Janu, maka pelayan yang akan mengantarkan ke meja yang dimaksud.

Trisha menggeleng. Memang sudah lama Arjuna tidak muncul di Kafenya. Tidak ada kecurigaan sedikitpun bahwa diam-diam Arjuna sudah mengungkapkan cintanya pada Trisha. Gadis itu bungkam. Rasanya akan menyulut perkara terlalu jauh bila Trisha bercerita pada Janu yang notabene masih berhubungan dekat sebagai sahabat.

Nasi goreng spesial dengan berbagai hiasan yang unik. Trisha tidak menyangka akan mendapatkan hal seromantis ini menurutnya. Ada Nori berbentuk love di atas nasi goreng itu.

"Kurasa kokimu salah membuat nasi goreng ini."

"Tidak. Itu memang untukmu."

Nasi goreng spesial untuk orang yang paling spesial di hatinya. Ini pun nasi goreng pertama yang dihias begitu indah. Seandainya dua orang itu sedang memiliki hubungan dekat sebagai seorang kekasih, misalnya. Tentu saja Trisha langsung paham bentuk love itu.

Tanpa banyak bicara, Trisha menikmati sepiring nasi goreng tanpa tahu maksud dan tujuannya. Pandangan mata Janu tentunya tidak pernah terlepas dari gadis itu.

Trisha merasa menjadi pusat perhatian, dia menghentikan makannya.

"Kenapa melihatku seperti itu?" protesnya.

"Tidak. Aku hanya melihat kalau kamu lapar dan doyan tidak ada bedanya. Apa seenak itu nasi goreng buatan kokiku?"

Trisha ingin tertawa. Sebenarnya bukan karena nasi gorengnya saja yang terlalu enak, tetapi karena dia menikmati makanan itu tanpa harus membayarnya.

"Aku malu mengatakannya, Janu!"

"Ayolah, Trisha! Berikan komentarmu mengenai nasi goreng ini."

Trisha tidak peka sekali. Nasi goreng itu merupakan pengungkapan cinta Janu padanya. Namun, daya kepekaan Trisha tidak tersentuh sama sekali.

"Oke, kalau kamu memaksa. Pertama, nasi goreng ini sangat enak sekali. Ini nasi goreng pertama yang entah dibumbui pakai apa oleh kokimu."

Tentu saja itu pakai cinta, Trisha.

"Lalu, yang kedua?" Janu berusaha menggiring pendapat Trisha pada kata-kata cinta.

"Tentu saja semakin nikmat karena ini gratis!"

Tawa sepasang sahabat itu menggema. Beberapa orang yang sedang berada di sekitarnya memandang ke arah mereka.

"Cukup, Janu! Aku minta maaf sudah membuat kegaduhan di Kafemu."

Janu sudah menduga kalau Trisha tidak peka dengan tanda yang diberikan padanya. Sinyal dan tanda itu seharusnya sudah cukup, tetapi bagi Trisha ini semua hanya makanan biasa yang dihias cantik. Itu saja.

Pikirannya jauh tertuju pada Arjuna. Seharusnya Trisha bisa menerima laki-laki itu sebagai kekasihnya. Ingatannya kembali pada hubungan persahabatan yang sudah terjalin selama ini.

"Tris, lagi-lagi kamu melamun. Apa sebenarnya yang kamu pikirkan? Kalau kamu tidak mau bercerita, untuk apa kita bersahabat?"

Glek!

Kenapa seolah Janu menyudutkan dirinya? Kalau persahabatan itu berakhir, itu artinya kesempatan bagi Trisha untuk dekat dengan Arjuna. Bahkan, mereka bisa menjalin hubungan lebih dari sahabat.

"Baiklah. Kalau kamu diam, ayo ikut aku!" Janu menarik tangan gadis itu.

Niat Janu kali ini ingin menunjukkan betapa spesial Trisha di matanya. Bukan hanya sebagai seorang sahabat, tetapi sebagai orang yang namanya tertaut di hatinya. Sejak kapan Janu memiliki perasaan itu, dia tidak menyadarinya. Tiba-tiba saja dia ingin mengungkapkan perasaannya itu.

"Mau ke mana?" tanya Trisha. Pada akhirnya dia pun menurut saja ke mana Janu mengajaknya pergi.

"Nanti kamu juga akan tahu."

Sampailah keduanya di balkon. Sejauh mata memandang, keindahan terlihat jelas di depannya. Walaupun kanan kiri Kafe itu adalah pertokoan, tetapi untuk memandang langit tidak ada penghalang sama sekali.

"Tris, aku mencintaimu."

Tidak hanya satu, tetapi dua kalimat sama yang diucapkan dua orang berbeda. Trisha merasa sikap kedua sahabatnya itu telah membuatnya pusing. Rupanya mereka sama-sama mencintai Trisha. Apakah Trisha akan menolak Janu seperti yang dilakukan pada Arjuna?

Bab 2. Orang Yang Sama

Arumi Nandira merupakan seorang ibu yang usianya sudah memasuki kepala empat. Dia terlihat kesal melihat putrinya pulang dari Kafe malah berdiam diri di kamar.

Arumi mengetuk pintu kamar putrinya. Tidak ada respon. Arumi langsung saja masuk. Dia melihat Trisha sedang memainkan ponselnya.

"Trisha! Sejak tadi Ibu mengetuk pintu, tetapi kamu tidak menjawabnya."

"Oh, Ibu. Maaf, Trisha sedang fokus sama ponsel."

Tidak biasanya sikap putrinya seaneh hari ini. Padahal dia tipikal gadis yang periang.

"Kamu pasti sedang menyembunyikan sesuatu, kan? Kalau kamu mau cerita, Ibu akan mendengarkan."

Trisha meletakkan ponselnya di atas nakas. Dia kembali menatap ibunya yang sedang duduk di ranjang.

"Trisha bingung, Bu," ucapnya lirih.

Benar dugaan Arumi. Sepertinya Trisha memang membutuhkan teman mengobrol saat ini.

"Baiklah. Kalau kamu memang mau berbagi dengan Ibu, maka ceritakan!"

Trisha terlihat agak ragu. Pasalnya yang akan dia ceritakan kali ini tidak lagi mengenai pekerjaan, melainkan perasaannya yang terpendam. Bagaimana jadinya kalau Trisha menceritakan perasaannya ini pada ibunya? Tanggapannya pasti tidak enak didengar.

Trisha diam. Urusan pekerjaan sudah menjadi bagian sehari-hari di dalam curhatan kepada ibunya. Apalagi dia merupakan karyawan baru. Sudah pasti kalau diperlakukan tidak enak oleh teman kerjanya yang lain.

"Tris, kenapa diam? Kalau kamu mau memendamnya sendiri, terserah kamu. Tapi, kalau kamu mau cerita, Ibu tunggu."

Trisha menghembuskan napas panjang. Sebenarnya berat harus membagi kisahnya, tetapi dia juga tidak mungkin memendamnya sendiri. Dia butuh solusi.

"Bu, apakah salah kalau aku jatuh cinta?"

Spontan Arumi tertawa. Trisha bukan lagi seorang remaja belasan tahun, tetapi sosok perempuan cukup umur. Bahkan, beberapa dari teman Trisha sudah banyak yang menikah. Trisha saja yang masih enggan untuk berumah tangga dengan alasan masih ingin bekerja. Mengejar karier adalah impiannya.

"Kenapa Ibu tertawa?"

"Ibu hanya merasa kalau kamu terlalu polos, Trisha. Kapan pun kamu jatuh cinta, itu merupakan hal yang wajar. Sukur-sukur kalian akan menikah."

"Ish, Ibu! Trisha serius."

"Ibu juga serius, Trisha. Baiklah, Ibu akan dengarkan apa pun cerita kamu tanpa komentar sedikit pun sebelum semuanya selesai."

Trisha tersenyum. Ibunya memang seperti sahabat dekatnya.

"Bu, bagaimana kalau Trisha suka pada sahabat sendiri?"

Arumi tahu kalau Trisha bersahabat dengan Janu dan Arjuna. Kedua laki-laki itu juga baik dan Arumi mengenalnya dengan sangat baik.

"Wah, siapa yang kamu suka? Janu atau Arjuna?"

Wajah Arumi terlihat sangat senang. Sebentar lagi putrinya bisa menikah dengan laki-laki pilihannya.

"Keduanya, Bu." Trisha tertunduk.

"A-apa maksudmu, Trisha? Kamu mencintai keduanya?"

Arumi syok. Seharusnya Trisha jatuh cinta pada satu orang saja. Kenapa dia bisa jatuh cinta pada keduanya?

"Tris, di dunia ini sangat tabu kalau wanita menikah dengan dua laki-laki."

"Ibu, Trisha belum memikirkan pernikahan. Trisha hanya mencintai keduanya."

Arumi yakin kalau awalnya Trisha memang mencintai dua laki-laki itu, tetapi lambat laun pasti menginginkan untuk memilikinya.

"Tris, Ibu tidak suka kalau kamu mencintai keduanya. Hidup itu harus realistis. Pilih salah satu kemudian jalin hubungan serius dengannya. Ingat, usiamu tidak lagi muda."

Glek!

Bukannya mendapatkan solusi, Trisha malah mendapatkan masalah baru lagi. Ibunya menginginkan Trisha menikah dengan salah satunya, tetapi hati Trisha sendiri memberontak. Dia menginginkan keduanya.

...🍄🍄🍄...

Berbeda dengan dua laki-laki yang baru bertemu kembali. Arjuna sengaja datang ke Kafe untuk menemui Janu. Dia merasa tidak enak hati telah mendiamkan Trisha selama ini.

"Tumben kamu datang ke sini," sapa Janu.

"Hari ini Trisha tidak datang ke sini, kan?"

Janu menggeleng. "Kamu terlihat takut. Memangnya ada apa? Maksudku, kenapa kamu terlihat menghindari Trisha?"

Arjuna sebenarnya ingin jujur dengan perasaannya pada Trisha. Dia tidak ingin Janu tahu. Kalau sampai Janu tahu, hubungan persahabatan mereka pasti renggang.

Janu pun ingin bercerita pada Arjuna, tetapi dia tidak ingin membuat Arjuna salah paham karena dia menyukai Trisha. Bahkan, Janu sudah mengungkapkan perasaannya.

"Aku pernah menjemput Trisha, Janu. Tapi, setelah hari itu aku sangat sibuk. Apakah Trisha akan marah padaku karena mengabaikan pesannya?" tanya Arjuna. Ucapannya barusan adalah alibi supaya Janu tidak tahu perasaannya pada Trisha.

"Iya. Dia sempat kesal sama kamu. Dia sering datang ke sini untuk sekadar membicarakan kamu."

Arjuna merasa cemburu mendengar penuturan Janu. Dia berusaha berpikir positif bahwa Trisha datang ke Kafe hanya untuk bertemu dengan sahabatnya yang lain.

Arjuna tidak menampik kalau dia memang merindukan sosok Trisha yang selama ini tidak pernah dilihatnya. Dia ingin bertemu dengan gadis itu entah bagaimana caranya.

"Janu, aku ingin mengajak Trisha makan malam. Kamu mau ikut?" tanya Arjuna.

Sebagai seorang sahabat, mereka pasti pergi bersama. Janu yang merasa diabaikan oleh Trisha kala itu, dia juga ingin bertemu dengan gadis yang dicintainya. Kedua sahabat ini menyembunyikan perasaannya satu sama lain.

"Tentu. Aku akan ikut. Bukankah kami bersahabat?" tanya Janu.

Arjuna tertawa. Kenyataannya mereka bertiga memang bersahabat sejak lama. Terbiasa bersama Trisha yang apa adanya membuat dua laki-laki itu tertarik pada sahabatnya sendiri.

Seperti biasa, Janu selalu menjamu tamunya dengan baik. Dia sendiri yang membawakan nampan berisi minuman.

"Janu, tidak perlu repot-repot seperti ini. Aku cuma mampir sebentar."

"Oh ayolah, Bro. Kamu jarang ke tempatku. Apa salahnya aku menjamu kamu seperti ini?" tanya Janu.

"Tidak ada yang salah." Arjuna mengambil gelas minuman itu kemudian menyedotnya.

Minuman yang disediakan Janu memang selalu spesial. Arjuna merasa perlu berbincang dengan sahabatnya setelah mengembalikan gelas ke meja.

"Terima kasih. Minumannya sangat segar," ucap Arjuna lagi.

"Sama-sama. Oh ya, selain kamu ingin mengajak Trisha makan malam, apalagi yang ingin kamu lakukan?"

Arjuna sedang memikirkan sesuatu. Dia berharap makan malam yang direncanakan itu, mendadak Janu tidak bisa ikut. Dia ingin berduaan dengan Trisha.

"Tidak ada. Aku hanya ingin makan malam saja," jawab Arjuna.

Berbeda dengan Janu. Dia ingin memberikan surprise pada Trisha. Walaupun gadis itu tidak memberikan kejelasan hubungannya, tetapi Janu berharap Trisha bisa menjadi kekasihnya.

Mereka menyusun rencana masing-masing tanpa tahu bahwa keduanya mencintai orang yang sama. Namun, Arjuna merasa tidak enak hati telah menyembunyikan rahasia ini pada sahabatnya. Biarlah cuma dia dan Trisha yang tahu.

"Juna, bagaimana kalau aku jatuh cinta pada seseorang?" tanya Janu.

Tersungging senyum mengembang di wajah sahabatnya. Arjuna sangat senang sekali kalau sahabatnya itu memiliki kekasih.

"Aku senang akhirnya kamu akan menyudahi kesendirian ini. Aku akan mendukung apa pun keputusanmu. Oh ya, kenalkan gadis itu padaku!"

Sebagai seorang sahabat, Arjuna ingin tahu siapa gadis yang sudah membuat Janu jatuh cinta.

"Aku belum bisa memperkenalkannya padamu, tetapi aku berjanji jika waktunya tepat. Kalian pasti bertemu," jelas Janu.

Arjuna tidak pernah memikirkan bahwa gadis yang dicintai Janu adalah orang yang sama dengan gadis incarannya. Bagaimana kalau mereka tahu? Mungkinkah salah satunya akan mengalah?

Bab 3. Arjuna Vs Janu

Makan malam kali ini bukanlah di restoran mewah, Kafe, atau warung makan berkelas. Arjuna yang pekerjaan sebagai montir hanya bisa membawa Trisha makan Bakso.

Mereka pun sepakat untuk bertemu di sana. Kata sepakat didapatkan di dalam pesan grup chat WhatsApp mereka. Semula Trisha menolaknya, tetapi Arjuna memaksa. Dia juga sudah meminta maaf telah mengabaikan dirinya.

Trisha datang lebih awal. Ada perasaan cemas menderanya. Hubungannya dengan Arjuna sedang tidak baik. Sementara dengan Janu, Trisha merasa ragu. Dia tidak menolak ataupun mengiyakan ungkapan cinta laki-laki itu.

"Hai, Tris. Rupanya kamu datang lebih dulu. Terima kasih sudah menerima undanganku," sapa Arjuna saat dia duduk tepat di hadapan Trisha.

"Sama-sama, Juna. Aku ingin meminta maaf sudah membuat kamu kecewa beberapa waktu lalu." Trisha tertunduk. Sebenarnya hati dan ucapannya tidak berjalan searah melainkan bertolak belakang.

"Tidak masalah. Aku sudah melupakan hal itu. Oh ya, aku penasaran dengan Juna."

Sebuah kalimat yang mampu membuat Trisha mendongak. Saat mendengar nama sahabatnya yang lain, Trisha terlihat tertarik untuk mendengarkan kisah selanjutnya.

"Kenapa dengan Juna? Bukankah dia juga akan datang ke sini?" Spontan rentetan pertanyaan yang diucapkan Trisha membuat Arjuna merasa heran dengan sikap sahabatnya.

"Kamu terlihat khawatir dengan Juna. Apa aku melewatkan sesuatu?" tanya Arjuna sebelum memesan Bakso.

"Tidak. Bukankah hubungan kita juga sama seperti ini. Maksudku, hubunganku dengan Juna juga sama seperti denganmu. Hanya sahabat," jelas Trisha. Dia tidak ingin menggiring opini bahwa Trisha dan Janu juga terlibat kejadian yang sama seperti dengan Arjuna.

Perbincangan keduanya terputus saat Janu datang membawakan satu buah buket bunga yang berukuran tidak terlalu besar, tetapi sangat indah. Ya, Arjuna dan Janu memang bersahabat, tetapi memiliki cara romantis yang berbeda.

Jika Arjuna hanya bisa membawa Trisha makan Bakso, sedangkan Janu bisa memberikan segalanya buat gadisnya itu.

"Hei, buket bunga untuk siapa itu?" tanya Arjuna.

"Juna, di sini yang suka bunga hanya wanita. Kurasa kamu tahu kalau aku akan memberikannya pada sahabatku, Trisha. Terimalah!" Janu menyodorkan bunga itu ke tangan Trisha sehingga gadis itu menerimanya.

"Terima kasih." Trisha meletakkan buket bunga itu tepat di kursi sebelah tempat duduknya.

Posisi Janu dan Arjuna berada di kursi yang sejajar menghadap ke arah Trisha. Arjuna melambaikan tangan memanggil penjual Bakso supaya segera menyiapkan pesanannya.

"Pak, tolong ke sini sebentar! Kami mau memesan tiga mangkok Bakso, dua campur, satu lagi tanpa mie. Minumnya es teh," jelas Arjuna.

Trisha hanya menyukai Bakso dan kuahnya saja. Polos tanpa mie seperti yang dipesan oleh Arjuna. Sedangkan Arjuna dan Janu memiliki selera makan yang sama.

"Es tehnya juga tiga?" tanya penjual Bakso karena laki-laki yang barusan memesan tidak menyebutkan jumlahnya.

"Iya, tiga. Satunya esnya sedikit saja, Pak," sahut Janu. Dia tahu kalau Trisha suka minuman yang tidak terlalu dingin.

Menunggu dalam diam itu sangat membosankan. Janu tidak tahu ada masalah apa antara Arjuna dengan Trisha. Tidak biasanya keduanya terlihat canggung seperti itu.

"Sebenarnya kalian berdua kenapa, sih?" tanya Janu.

"Tidak apa-apa. Sudahlah, ayo nikmati saja Baksonya, Bro," ucap Arjuna. Sesekali dia melirik ke arah Trisha yang sedang memandangi buket bunga.

Semangkok Bakso mendarat sempurna di depan masing-masing. Bakso Juna sempat tertukar dengan punya Trisha sehingga keduanya lekas menukarnya.

"Sambal, Tris!" ucap kedua laki-laki itu bersamaan.

Tidak biasanya kedua sahabatnya bisa sekompak itu. Apakah disebabkan perasaan yang sama juga?

"Terima kasih." Trisha mengambil sambal sedikit saja. Tak lupa dia juga mengambil sedikit cuka untuk dituangkan ke dalam mangkok baksonya.

Menikmati satu mangkok Bakso dengan orang-orang yang disukainya membuat Trisha merasa nyaman sekali. Terkadang dia teringat nasihat ibunya bahwa dirinya tidak boleh serakah untuk mengambil keduanya. Pada dasarnya wanita hanya boleh memilih satu di antara dua.

"Enak?" tanya Arjuna.

Suasana yang seperti ini sudah lama dirindukan Arjuna. Dia sangat menikmati makannya walaupun dalam kesederhanaan.

"Iya, enak," jawab Trisha.

Janu mencoba berdamai dengan keadaan. Sebenarnya ada sesuatu yang berbeda antara Arjuna dan Trisha, tetapi Janu mencoba menutup mata mengenai apa pun itu. Terpenting baginya adalah bagaimana cara membuat Trisha nyaman kemudian mau menerima cintanya. Jangan sampai ada orang lain yang mendahuluinya.

"Kamu tidak mau coba makan pakai saos? Ini enak juga, loh." Janu mencoba mengalihkan pandangan Trisha pada dirinya.

Benar saja, fokus Trisha berganti padanya. Sayang sekali karena Trisha tidak menyukai saos sehingga dia hanya tersenyum saja.

"Terima kasih, Janu. Aku tidak terlalu suka itu. Apa kamu lupa?"

Janu tersenyum. Bagaimana mungkin dia bisa lupa dengan apa yang menjadi favorit dan tidak? Janu masih hapal betul semuanya.

Trisha pikir setelah makan Bakso, dia akan langsung pulang. Nyatanya Arjuna malah mengajak pergi sebentar ke taman. Sejujurnya Arjuna sangat rindu pada Trisha.

"Juna, aku harus pulang. Ibu pasti sangat marah padaku," tolaknya.

Sebenarnya Janu sudah siap untuk mengantarkan Trisha pulang. Terlambat lima menit saja sudah dipastikan kalau ibunya akan marah. Bahkan, dia terancam tidur di luar.

"Tris, sebentar saja," pinta Arjuna.

"Juna, tolong mengertilah. Trisha harus segera pulang. Kalau sampai terlambat, kamu juga tahu kan kalau ibunya tidak menyukai keterlambatan?" Janu berusaha mengingatkan Arjuna.

"Janu, kenapa kamu berubah? Atau, jangan-jangan kamu suka sama Trisha?" tuding Arjuna.

Deg!

Beruntung mereka ribut di luar warung Bakso. Kalau sampai keributan ini terjadi di dalam, tidak tahu lagi kejadiannya akan seperti apa.

Tudingan tersebut memanglah benar, tetapi Janu tidak mungkin menunjukkan kebenaran itu di hadapan sahabatnya yang lain. Hubungan mereka bisa hancur saat ini juga.

"Kamu bicara apa, Juna? Mana mungkin aku suka sama sahabatku sendiri?" Janu berkilah.

Trisha yang mendengar pengakuan dua sahabatnya itu merasa bersalah. Hubungan mereka jelas tidak baik-baik saja. Sebentar lagi pasti ketahuan kalau keduanya saling mencintai.

"Sudah, sudah! Apa kalian akan bertengkar terus? Juna, aku harus pulang. Kalau kamu ada perlu, lebih baik kirim pesan saja. Aku juga sudah bilang pada ibu kalau Janu akan mengantarkan aku pulang."

Trisha berusaha membuat kedua sahabatnya itu untuk tidak bertengkar. Nyatanya pilihan Trisha salah. Arjuna mengira kalau Trisha sudah menjauhinya, padahal itu tidak benar sama sekali.

"Tris, aku yang akan mengantarmu," pinta Arjuna.

Janu yang merasa diserobot jadi tak enak hati pada ibunya Trisha. Bisa saja wanita itu akan salah paham karena Janu tidak bertanggung jawab.

"Juna, maaf. Lain kali saja kamu bisa antar Trisha pulang. Malam ini aku sudah terlanjur janji pada ibunya Trisha," ucap Janu beralasan.

Kenyataannya adalah Trisha meminta Janu untuk mengantarkannya karena ingin jujur dengan perasaannya sendiri. Kalau Trisha pun memiliki rasa yang sama pada Janu, tetapi juga tidak menampik bahwa Trisha juga menyukai Arjuna.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!