NovelToon NovelToon

Menikahi CEO Posesif Dan Arogan

Bab 1

Roda kehidupan berputar sangat cepat. Tahun kemarin semua ada dalam genggaman. Kebahagiaan, ketenaran, dan kekayaan. Namun dalam sekejap, semuanya hilang dan terlepas dari genggaman, karena kecerobohannya.

Bulan masuk kedalam kos-kosan lagi disebuah gang. Dia membuka bungkus nasi itu dan memakannya.

Saat menjadi artis dia bisa makan direstoran dengan makanan yang lebih enak dan lezat.

Dia bisa membayarnya, namun jobnya sepi berbulan-bulan membuatnya kehabisan uang dan harus mulai berhemat.

Setelah makan dia mendapat telepon dari ibunya. Bulan berfikir sejenak dan hanya menatap telepon tanpa berani mengangkatnya.

"Jika aku tidak menjawabnya, ibu pasti khawatir," gumam Bulan berbisik pelan.

Akhirnya, Bulan mengangkat telepon dari ibunya dan berbicara dengan nada ceria agar tidak membuat ibunya curiga jika dia terlunta-lunta dikota JK.

"Ya ibu,"

"Bagaimana kabarmu nak? Apakah kau sehat?"

"Ya, Bulan baik-baik saja Bu, nih bulan baru saja pergi makan malam dengan Mas Andrian," kata Bulan berbohong.

"Ohh, syukurlah jika begitu, kami disini sangat khawatir dengan berita tentang dirimu Bulan, semua warga selalu membicarakanmu saat berbelanja, tapi ibu percaya, jika kau baik-baik saja disana, tadinya ibu sempat khawatir dengan keadaanmu,"

"Jangan khawatir Bu, jangan dengarkan apa kata orang, ibu lebih baik dirumah saja dan tidak usah keluar jika tidak penting sekali, nanti ibu jadi sedih jika mendengar apa yang dikatakan orang tentang Bulan,"

"Tidak nak, ibu tidak kemana-mana. Ibu hanya pergi kepasar dan ke tukang sayur, oh ya nak, beras dirumah ibu mulai habis, apakah kau punya uang?"

"Besok Bulan akan kirim Bu. Apakah bapak tidak kerja?" tanya Bulan pada ibunya.

"Tidak nak, sejak sakitnya sering kambuh, ayahmu lebih banyak dirumah, tabungan ibu habis buat berobat..."

"Iya Bu, besok Bulan akan kirim uang buat beli beras, sisanya bisa buat berobat bapak," kata Bulan dan setelah berbicara beberapa kata ibunya menutup teleponnya karena suaminya memanggilnya.

"Siapa yang kau telepon?" tanya suaminya.

"Bulan pak,"

"Bagaimana keadaannya? uhuk uhuk..."

"Dia baik-baik saja pak disana. Apa yang dikatakan warga itu tidak benar. Mereka bilang bulan tidak satu rumah lagi sama suaminya, tapi Bulan baru saja pergi makan malam dengan Andrian. Makanya ibu tidak mau dengar lagi apa kata orang, ibu percaya pada putri ibu saja. Daripada kita jadi sedih ..."

"Ohh...bapak tenang jika ternyata bulan bahagia bersama suaminya, bapak dengar Seno pulang ya Bu? Bagaimana jika dia datang kemari ya bu? Padahal mereka sudah bertunangan, tapi Bukan menikah dengan Andrian?"

"Sudahlah pak, tidak usah dipikirkan, jika dia datang kita akan jelaskan semuanya. Tapi semoga dia tidak datang, karena dia juga tidak membantu kabar apapun pada bulan. Kita sebagai orang tua anak perempuan, tentu saja khawatir, katanya sudah bertunangan kok tidak ada kabar bertahun-tahun," kata Istrinya.

"Benar Bu, semoga saja Bulan tidak bertemu dengannya ya Bu. Bapak dengar dia sekarang bekerja di kota JK."

"Ya pak, kita berdoa saja, biar dia dapat jodoh sehingga tidak mengejar Bulan lagi. Dan mengganggu rumah tangga Bulan," kata istrinya.

***

Keesokan harinya Bulan pergi ke link terdekat untuk mengirimkan uang pada ibunya dikampung. Bulan melihat sisa uang tunai yang dia ambil beberapa hari lalu, karena letak ATM yang jauh, maka dia mengirimkan sisa uang tunai yang dia pegang.

"Mbak, mau kirim uang ke kota Cemara bisa?"

"Berapa neng?"

"Ini mbak..." kata Bulan menunjukan uang serta catatan nomor rekeningnya.

"Tunggu ya neng, diproses dulu,"

"Iya mbak,"

Tidak lama kemudian Bulan menerima bukti transfer dan mengirimkannya pada ibunya dikampung.

Setelah itu Bukan kembali ke kos-kosan miliknya. Namun saat ada didepan pintu dia terkejut karena ada tamu dan dia tidak mengenal mereka berdua.

"Siapa kalian?" tanya Bulan.

"Kenalkan saya Andre dan ini Doni. Kami ingin melakukan wawancara dengan anda seputar karir anda," kata Andre.

"Maaf mas, saya sangat sibuk," kata Bulan yang tidak ingin keberadaanya diketahui publik dan masuk televisi lalu dilihat oleh orang tuanya.

"Mbak Bulan, tolong sebentar saja, dan kenapa mbak bulan tinggal disini?" tanya Doni namun dengan cepat Bulan masuk dan mengatakan permintaan maafnya lalu mengunci pintu dari dalam.

Karena tempat ini sudah diketahui beberapa orang, maka Bulan mengemasi bajunya dan memasukkanya kedalam koper.

Dia akan pergi mencari kontrakan lain dan bersembunyi sementara waktu dari kejaran para pencari berita.

Bulan terpaksa menghubungi Singgih lagi meskipun dalam hati dia sangat kecewa dengan sikapnya yang tidak seperti dulu saat dirinya masih menjadi artis terkenal.

"Ada apa?" tanya Singgih.

"Aku mau menginap dirumahmu malam ini," kata Bulan.

"Tapi....."

"Singgih, tolonglah, malam ini saja," kata Bulan penuh harap.

"Ya sudah, kau boleh menginap dirumahku," kata Singgih lalu menutup teleponnya.

Drt....

Tidak lama kemudian, Singgih m ngirimkan alamat rumahnya dan Bulan segera menyimpan alamat itu.

Bulan mengambil kopernya dan memesan taksi untuk pergi kerumah Singgih.

Sekarang dia memasuki komplek perumahan dan dia tertegun dengan Singgih. Dia artis tapi tidak mampu membeli rumah itu, sedangkan Singgih managernya justru bisa membelinya.

Namun bulan segera teringat jika dia sudah melunasi hutang kedua orang tuanya selama dia bekerja, dan rumah yang ditempati orang tuanya kini sudah menjadi miliknya sepenuhnya.

Dulu orang tuanya menggadaikan rumah untuk usaha ayahnya, namun karena usahanya bangkrut maka, tidak bisa membayar cicilan dan bunganya kian meroket.

Bulan mengirimkan hasil kerja kerasnya agar bisa menebus rumahnya kembali.

Bulan sekali lagi tertegun saat menemukan alamatnya. Taksinya berhenti tepat didepan pintu gerbang didepan rumah mewah itu.

Seorang satpam membukakan pintu untuknya dan didalam sangat ramai sekali. Sepertinya sedang berkumpul para artis untuk arisan.

Bulan menelpon Singgih agar keluar. Singgih pun keluar dan saat melihat keadaan bulan, dia terkejut sekali.

"Bulan?" Singgih melihat penampilan bulan yang kembali seperti gadis desa sebelum dirinya menjadi artis.

"Masuklah, banyak artis lain juga, kami sedang arisan." kata Singgih tersenyum padanya.

"Tidak, aku malu, aku langsung kekamar saja, adakah jalan lainya?" tanya Bulan yang ingin segera kekamar tanpa terlihat oleh teman artisnya.

"Ya, kau bisa lewat pintu ini," kata Singgih.

"Aku akan langsung kekamar," kata Bulan dan Singgih mengangguk lalu bergabung kembali dengan teman-teman artisnya.

Dia sekarang menjadi manager artis lain, karena Bulan sudah tidak laku lagi akibat namanya tercoreng.

Karena masyarakat membullynya maka banyak produser yang tidak menggunakanya lagi, mereka khawatir produknya tidak akan laku dan diminati masyarakat jika menggunakan dirinya.

Bulan masuk kedalam kamar yang luas dan bersih. Di sana dia mendengar suara tawa riang Singgih dan rekan-rekannya.

Bulan menarik nafas dalam dan menatap wajahnya di cermin.

Baginya roda berputar sangat cepat sekali, dulu dia berada dibawah, lalu naik keatas seperti roket, dan sekarang berada dibawah lagi. Maka dia mengusap airmatanya yang menetes jatuh ke pipinya.

Dia menatap cermin dan membayangkan suaminya berada di belakangnya dan memeluknya dengan mesra seperti dulu. Dia sangat merindukan mas Andrian nya.

Namun kemarahan dan kebencian Andrian pada wanita, membuatnya tidak menghubungi Bulan sekalipun dan membiarkan hubungan mereka menggantung tidak jelas

Bab 2

Saat bisik-bisik tetangga mulai terdengar dimana-mana menyalahkan dirinya. Maka tidak ada tempat kembali yang lebih nyaman, selain pelukan dan dukungan dari keluarganya.

Surat cerai diterima dari Andrian dan dialamatkan pada orang tuanya karena mengira jika Bulan pulang kerumah orang tuanya.

Ibunya gemetaran saat menerima sebuah surat dari pengadilan kota JK. Ibunya tidak berani membukanya dan menelpon bulan agar pulang kerumah.

"Iya Bu," jawab Bulan.

"Ada surat dari pengadilan, pulanglah," kata ibunya dan membuat Bulan terperanjat karena kaget.

"Surat dari pengadilan?" Bulan mengulang perkataan ibunya.

"Sebaiknya kau pulang dan kita bicara dirumah."

Bulan lalu menyimpan ponselnya dan memikirkan apa yang baru saja dikatakan ibunya.

Bulan mendengar suara mobil meninggalkan rumah Singgih, dan tidak lama kemudian pintu kamarnya diketuk oleh seseorang.

"Masuk," kata Bulan.

Terlihat Singgih masuk dan menatap Bulan.

"Kenapa bisa jadi seperti ini?" Bagaimana pun Singgih prihatin dengan keadaan Bulan. Karirnya sepi job dan dia manjadi nomaden atau berpindah-pindah tempat tinggal.

"Sedih jika aku ceritakan kembali," kata Bulan.

"Jadi, apa rencanamu selanjutnya?" tanya Singgih duduk didekatnya.

"Aku akan pulang kampung saja," kata Bulan pelan.

"Kau meninggalkan karirmu disini?"

"Karir apa maksudmu? Berbulan-bulan aku tidak mendapat tawaran pekerjaan apapun. Karir dan keluarga yang membuat aku ada dikota ini sekarang tidak aku miliki,"

"Kalian akan bercerai?"

"Aku tidak, tapi mas Andrian memutus semua komunikasi denganku dan ada surat dari pengadilan yang dialamatkan dirumahku," kata Bulan dengan sedih.

"Mungkinkah dia mengakhiri hubungan kalian?"

"Bisa saja. Mas Andrian bahkan sudah tidak mengingatku dan menghubungiku meski hanya sekali. Aku dilupakan begitu saja karena sesuatu yang dia lihat telah menyakiti perasaannya," kenang Bulan saat mengingat kejadian di hotel.

"Sabar Bulan, besok keluarga besarku akan datang, dan aku akan bingung menjelaskan keberadaan mu disini," kata Singgih.

"Tenanglah, aku tidak akan lama menginap disini, Besok, pagi-pagi sekali aku akan pergi dari sini," kata Bulan yang melihat Singgih merasa tidak nyaman dengan kehadirannya.

"Bulan, sekali lagi, maafkan aku...." kata Singgih lalu keluar dan Bulan hanya menatapnya dengan sedih.

Dia tidak menyangka orang merasa bahwa kehadirannya seakan seperti noda yang mungkin akan membuat nama lainya buruk jika berada didekatnya. Dia sudah terlanjur mendapat julukan pelakor dan belum lagi skandal dihotel itu, maka sekarang dia merasa seperti sampah yang kotor dimata orang lain.

Dia mulai menyesali keputusannya dan pertemuanya dengan Catty serta suaminya. Keinginanya pergi ke kota JK untuk berkarir justru menghancurkan nama baiknya serta membuat keluarganya terbawa-bawa.

*

*

Pagi harinya, Bulan sudah bersiap untuk pergi dan seorang pelayan membawakan saran ke kamarnya.

"Tuan Singgihh sudah pergi sejak tadi pagi, dan berpesan agar saya memberikan sarapan ini untuk anda." kata pelayan itu dengan ramah.

"Terimakasih, tapi saya sudah terlambat, katakan terimakasih saya pada teman saya Singgih," kata Bulan berpamitan tanpa makan dan minum apapun.

Singgih memang sudah pergi dan mobil itu sudah tidak terlihat diparkiran rumahnya.

Bulan lalu masuk kedalam mobilnya dan akan pergi ke kota Cemara, kampung halamannya.

Dirumahnya ibunya sedang bertengkar dengan ayahnya karena surat dari Andrian.

Ayahnya nampak sangat marah dan menyalahkan ibunya karena tidak mencari kebenaran tentang putri mereka.

"Pak, Bulan sendiri yang bilang jika dia baik-baik saja. Dan bahkan kemarin saat telepon sama ibuk, juga mengatakan batu pulang makan malam dengan suaminya," kata ibunya pada suaminya.

"Jika begitu, maka kenapa ada surat seperti ini dari pengadilan Bu?" tanya suaminya kesal.

"Sekarang, telepon bulan dan suruh cepat datang, dia harus menjelaskan semua ini tanpa ada yang perlu ditutupi. Kita ini orang tuanya, kenapa tidak berterus terang jika ada masalah?"

"Tenanglah pak, nanti sakit bapak jadi kambuh jika bapak marah-marah," kata istrinya.

"Bagaimana tidak marah? Semua warga mengatakan hal buruk tentang anak kita, kita mendidiknya dengan sangat baik dan ini balasan yang dia berikan Bu? Mencoreng nama orang tua dengan arang? Bapak bahkan malu, saat berkumpul bersama tetangga karena apa yang dia lakukan?"

"Pak, jangan bicara seperti itu, pasti ada yang tidak suka dengan anak kita, makanya menfitnahnya seperti itu. Kota JK memang kota yang kejam, dan kadang bertemu dengan teman yang jahat, yang menusuk kita dari belakang. Anak kita sangat polos, makanya bisa difitnah seperti itu," kata istrinya.

"Jika begitu, harusnya kita tidak mengizinkannya pergi, baru pergi berapa tahun tapi nama baik kita sudah rusak karena kesalahannya."

"Sudahlah pak, jangan bicara seperti itu anak kita lagi ada masalah, sebaiknya kita jangan malam tambah mengalahkanya," kata ibunya.

"Kau selalu membelanya, maka seperti ini jadinya. Dari awal bapak tidak suka dia bernyanyi dan menjadi artis. Bapak lebih suka dia bekerja seperti wanita pada umumnya disini, maka hal seperti ini tidak akan terjadi," kata suaminya.

"Pak, Bu," Bulan sudah berdiri dipintu dan menatap ayah dan ibunya lalu menangis dikaki mereka.

"Maafkan Bulan....Bu....Bulan sudah membuat kalian malu dan sedih...."

"Sudahlah Bulan, kami percaya padamu,"

"Bapak, maafkan bulan....Bulan gagal menjadi anak yang baik dan menjaga nama baik keluarga...." kata Bulan namun bapaknya diam tak bergeming karena kemarahan.

"Katakan apa yang terjadi? Dan jelaskan kenapa suamimu mengirimkan surat ini?"

Bulan kaget dan menatap surat yang tergeletak diatas meja.

Bulan lalu mengambil amplop itu dan membukanya. Perlahan-lahan dia membacanya dan airmatanya mengalir saat membaca apa yang tertulis didalamnya.

"Ada apa bulan?" tanya ibunya melihat air mata bulan terus mengalir dengan deras.

"Ini Bu, mas Andrian...dia menceraikan bulan...." Kata Bulan terisak.

"Kenapa nak? Apa yang terjadi? Bagaimana kalian bisa bercerai?" Ibunya terlihat sedih dan menangis melihat karir dan rumah tangga anaknya yang hancur.

"Apa!?" Ayahnya memegangi dadanya yang menjadi sesak.

"Kau bercerai. Kau diceraikan? Apalagi yang akan kau berikan pada kami bulan? Rasa malu dan sekarang cibiran tetangga, ayah tidak sanggup lagi, lebih baik ayah tiada....." Kata ayahnya sambil memegangi dadanya.

Dan saat itu tiba-tiba ayahnya lemas terkulai dan ambruk.

"Bapak!" Bulan berteriak dan ibunya langsung mendekat.

"Ayo kita bawa ke dokter!" teriak Bulan dan seketika dijawab oleh tatapan tajam ibunya.

"Percuma, dia sudah tiada....ayahmu sudah tiada....dan semua ini...karena....karena....dirimu...." tiba-tiba ibunya mengatakan hal yang sangat menyakiti hati bulan dan membuat tulangnya lemah. Dia terduduk dilantai dengan kesedihan yang mendalam.

"Bapak....." Bulan menangis dan tetangga mulai berdatangan karena terdengar tangisan dari rumah Bulan.

"Bapakkkk....maafkan Bulan...pak.." Bulan masih menangis dan tetangga masuk lalu mambantu mengangkat ayah bulan yang sudah tiada.

"Bapakkkk...maafkan Bulan...." teriak Bulan disela isak tangisnya.

Tetangga lalu mambantu Bulan bangun dan mendudukanya disofa. Sementara ibu bulan pingsan dan sekarang berbaring dikamarnya. Tetangga mulai penuh memenuhi ruang tamu dan mengurus jenazah ayah Bulan.

Bab 3

Bulan melihat ayahnya dikuburkan oleh warga dan sekarang tinggal dirinya dan ibunya diatas gundukan tanah basah itu.

Air mata ibunya tidak berhenti mengalir begitu juga dengan Bulan. Setelah lama berada disana, Bulan mengajak ibunya untuk pulang.

Sampai dirumahnya, Ibunya diam dan tidak mau makan apapun, yang tentu saja membuat Bulan menjadi sedih.

"Makanlah sesuatu Bu, ibu belum makan sejak tadi pagi,"

Ibunya diam saja dan tidak bergeming.

"Bu, bapak sudah tiada, Bulan tidak mau kehilangan ibu, jika ibu sakit, maka bulan akan sedih,"

"Ibu lebih baik mati dan menyusul ayahmu bulan. Apa yang kau lakukan dan nama keluarga yang terlanjur rusak, tidak sanggup ibu memikulnya."

Bulan lalu bersujud di kaki ibunya dan menangis sambil memegang telapak kakinya.

"Maafkan bulan Bu, jika saja bulan tidak pergi ke kota, maka semua ini tidak terjadi,"

"Sudah terlambat bulan, kau tidak dengar apa yang dikatakan tetangga? Apakah kau tidak melihat bagaimana mereka melihatmu dan ibu? Mereka terus membicarakan mu dan apa yang kau lakukan disana,"

"Semua itu tidak benar Bu, Bulan dan Seno tidak melakukan apapun, dan Bulan juga tidak tahu bagaimana semua itu bisa terjadi,"

"Tidak bulan, berita itu tersebar dan suamimu menceraikanmu karena kau tidak bisa menjaga dirimu....Bulan...kenapa kau lakukan itu? Apa yang salah dalam aku mendidikmu Bulan...."

"Ibu...kenapa berbicara begitu? Bulan tidak melakukan apapun...."

"Bulan....jika kau peduli dan sayang dengan ibumu, maka pergilah dan tinggalkan kampung ini....ibu tidak sanggup lagi...." kata ibunya sambil memalingkan mukanya.

"Ibu...." Bulan mendongak dan menatap ibunya dengan berurai air mata.

"Pergilah Bulan...pergilah....dari kampung ini...."

"Ibu....Bulan ingin bersama ibu, Bulan harus pergi kemana?"

"Terserah bulan, ibu tidak sanggup lagi....dan ayahmu...dia...."

"Pergilah bulan....." Desak ibunya.

Karena tidak tahan melihat airmata ibunya, maka Bulan lalu berdiri dan berjalan kekamarnya. Dia memang belum membongkar kopernya. Dia lalu menarik koper itu dan membawanya ke hadapan ibunya.

"Bu, baiklah....jika karena Bulan, maka tetangga semua menjauhi ibu, sekarang, Bulan akan pergi, jaga diri ibu baik-baik...."

Bulan lalu menyentuh kaki ibunya dan pergi sampai dipintu.

Ibunya akan berteriak memanggil namanya namun niat itu diurungkannya. Dia hanya bisa menangis melihat kepergian Bulan dan tidak mencegah kepergiannya.

Dia melakukanya juga demi kebaikan bulan, karena di kampung ini, dia akan tertekan oleh omongan tetangga dan juga semua saudara atau keluarga besarnya.

***

Bulan melangkah gontai dan berjalan tanpa tujuan. Dia mengemudikan mobilnya dan disebuah persimpangan jalan, dia menabrak seorang yang akan menyeberang.

Beruntung orang itu hanya mengalami luka ringan, namun dia tidak terima dengan alasan Bulan yang teledor saat menyetir kendaraan.

"Kau tidak apa-apa Tuan?" Bulan langsung turun dari mobil dan menolong pria yang dia tabrak.

Betapa terkejutnya Bulan, saat dia sadar telah melakukan kesalahan besar. Dia menabrak orang yang sangat kaya dan terkenal. Dia adalah Tuan Richard, orang terkaya di Asia.

Maka Bulan langsung menunjukan kepalanya sedalam-dalamnya dan minta maaf.

"Maafkan saya Tuan, saya tidak sengaja,"

"Kau teledor saat menyetir Nona, dan kau harus dihukum, bagaimana jika saya mati karena tertabrak olehmu?" kata Tuan Richard dingin dan mengalami luka ringan dikakinya.

"Ampun Tuan, saya jangan dihukum, saya akan mengganti rugi..." kata Bulan dan sejenak teringat jika dia sedang menganggur.

"Baiklah, karena aku tidak bisa menghadiri rapat penting, dan total kerugian yang harus kau bayar, 10 milyar...." kata Richard dengan angkuh.

"APA!? SEPULUH MILYAR?"

"Ya, kau harus membayar yang aku sebutkan tadi,"

"Tuan, kau hanya mengalami luka ringan, jika aku membawamu kerumah sakit, maka akan habis tidak sampai sepuluh juta, tapi kau meminta ganti rugi sepuluh milyar? Kau sedang memeras Tuan,"

"Terserah, jika kau tidak mau membayarnya maka, kita akan berurusan dengan hukum. Kau hanya akan dipenjara satu tahun paling ringan, bagaimana?"

"Kenapa kau begitu kejam, kau memeras seorang wanita yang bahkan sedang menganggur dan tidak punya pekerjaan,"

"Kau tidak punya pekerjaan? Kalau begitu, kau akan bekerja denganku selama lima tahun, kau akan menjadi pelayan dirumahku, dan hutang kita impas,"

"Apa?" Tapi setelah dia pikirkan maka akhirnya Bulan menyetujuinya. Bagaimanapun dia tidak ingin masuk penjara. Dia juga sedang tidak punya tujuan. Lebih baik menjadi pelayanya dan tidak akan ada satu orangpun yang mengenalnya.

"Baiklah, saya setuju," kata Bulan lalu memapah Tuan Richard kedalam mobilnya.

"Tidak mobilmu, nanti biar sopir yang membawa mobilnya, dan akan aku simpan dibelakang rumah. Kita naik mobilku. Lihat disana, itu mobilku," kata Richard dan menunjuk kearah mobilnya.

"Mari saya bantu anda berdiri," kata Bulan dan Richard merangkulnya.

"Kau yang menyetir, kau akan menuruti semua perintahku, karena kau adalah pelayanku. Kita kerumah sakit. Aku merasa kakiku seakan patah,"

"Jika kakimu patah, kau tidak akan bisa berjalan Tuan,"

"Kau hanya pelayan, jangan banyak bicara di depanku, jika aku bilang patah, maka ya patah,"

Aneh...kenapa dia ingin kakinya patah?

Gumam Bulan tersungut namun tetap menutup mulutnya. Dia lalu membiarkan Tuan Richard masuk kedalam mobil, setelah itu dia berputar dan masuk untuk mengemudikan mobilnya.

Sampai diruang sakit, seorang suster membawa kursi roda dan Tuan Richard duduk lalu bulan mendorongnya.

Sampai diruang UGD maka Bulan akan menunggu diluar, namun Tuan Richard memegang tangannya erat.

"Kau pelayanku, maka tetaplah disini," kata Tuan Richard dan dokter mengangguk saat Bulan menatap dokter yang akan memeriksanya.

"Jangan disuntik dokter," kata Richard yang dari kecil takut jika disuntik.

Hemmmm, Bulan mencibirkan bibirnya saat pria arogan didepanya takut pada jarum suntik.

"Saat umurku lima tahun aku bahkan tidak menangis saat disuntik..." celetuk Bulan.

"Diam, pelayan. Kau banyak bicara," kata Tuan Richard lalu dokter menggelengkan kepalanya.

Dokter lalu membersihkan luka dan Richard menahan sakit dengan menggenggam tangan Bulan dengan sangat erat. Bulan sampai meringis karena menahan pedih saat Tuan Richard memegang hingga kulitnya memerah.

"Sudah, kau sudah boleh pulang, jangan banyak bergerak selama beberapa hari, supaya cederanya cepat sembuh," kata dokter lalu Richard keluar dengan kursi roda dan Bulan mendorongnya.

"Lihat yang kau lakukan, kau membuat aku harus beristirahat dirumah beberapa hari,"

"Saya minta maaf, sudah saya bilang saya tidak sengaja."

"Untung kakiku tidak patah, jika sampai patah, maka kau akan dipenjara seumur hidup," kata Richard dingin dan tegas.

"Sekarang kita kemana?" Kata Bulan saat mereka ada dimobil. Bulan memilih diam dan tidak banyak bicara selama dalam perjalanan.

"Kenapa diam saja? Kau bisu?"

Bulan diam dan tidak menanggapinya.

"Bicaralah, kenapa kau sampai menabrakku? Dimana pikiranmu saat itu?"

Bulan diam dan tidak mau menanggapinya. Percuma juga dia berkata sejujurnya, karena dia hanya akan disalahkan apapun yang dia katakan.

"Aku sedang bicara padamu! Kau tuli? Kau tidak mendengar apa yang aku katakan!" Teriak Richard.

"Aku hanya pelayan Tuan, sebaiknya aku hanya melayanimu saja, dan tidak usah banyak berbicara...." kata Bulan dan kali ini dia fokus menyetir dan tidak peduli pada Richard yang berulang kali menoleh kearahnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!