Di depan matanya sendiri, Sabrina menyaksikan Suaminya tengah mengucapkan janji suci, menikahi wanita yang tengah koma atas persetujuannya.
Air mata pun tak terbendung saat suaminya terlah sah memiliki istri lagi atas keinginannya.
"Terimakasih mas, kamu sudah menuruti permintaanku dan sekarang dia sudah menjadi milikmu. Tolong cintai dia seperti kamu mencintaiku dan juga jaga Yolan untukku." Ucap Sabrina yang tengah terbaring di ranjang rumah sakit akibat kecelakaan yang menimpanya dan di sampingnya ada seorang gadis yang tengah koma.
"Aku sudah menuruti keinginanmu, tapi memintaku untuk mencintainya, aku tidak bisa. Aku hanya mencintai kamu dan bertahanlah untukku aku yakin kamu akan sembuh." Tutur Brian, laki-laki yang kini memiliki dua wanita yang sama-sama terbaring di rumah sakit.
Sabrina hanya tersenyum lalu meminta Brian untuk keluar meninggalkan dirinya bersama gadis disebelahnya yang kini menjadi madunya.
Sabrina menitikkan air mata, saat memandangi wanita yang tengah koma itu.
"Aku titip suamiku dan juga anakku. Jadilah pengganti ku dan bahagiakan mereka." tutur Sabrina yang berharap ucapan terakhirnya bisa di dengar oleh Sandra.
*
*
*
*
🍁🍁🍁🍁Enam bulan telah berlalu🍁🍁🍁
Seorang wanita berusia dua puluh satu tahun sedang bekerja menjadi housekeeping di hotel Bintang dan sedang mendapatkan sift malam.
"San, kamu dapat tugas suruh membersihkan kamar nomor 505." kata Weni rekan kerja Sandra.
"Malam-malam begini? tidak bisakah dilakukan besok?"
"Eh, ini permintaan tamu, dia ingin kamarnya kembali bersih saat dia kembali sekitar pukul dua dini hari nanti." Jelas Weni yang mendapat mandat dari resepsionis untuk menyampaikan pada Sandra.
"Oh. kamarnya kosong. Baiklah kalau begitu aku akan segera kesana dan membersikan semuanya sebelum tamu kembali." Tanpa curiga Sandra pun bergegas menuju ke kamar 505. Namun sebelum membuka pintu tersebut, perasaan Sandra sudah tidak enak namun ia segera menepisnya lalu segera malakukan tugasnya membersikan kamar yang sangat berantakan seperti habis ada pesta minum alkohol.
Sandra pun segera menyelesaikannya dan merapikan kembali kamar tersebut seperti sedia kala bahkan ia sempat tertidur sejenak di atas kasur yang empuk yang menyamankan tubuhnya yang lelah.
"Akhirnya beres juga." tutur Sandra seorang diri setelah terbangun dan menyelesaikan tugasnya. Ia pun ingin segera meninggalkan kamar kamar tersebut, namun saat membuka pintu tiba-tiba penghuni kamar tersebut sudah ada di depan pintu dalam kondisi mabuk.
Sandra segera minta maaf dan segera ingin keluar namun dirinya di hadang dan malah tubuhnya di dorong masuk lagi oleh tamu tersebut dan langsung mengunci kamar tersebut.
"Apa yang ada lakukan tuan Saya harus pergi, Pekerjaan saya sudah selesai?" tanya Sandra dengan gugup.
"Sabrina akhirnya aku bisa menemuimu, setelah berbulan-bulan aku marah padamu." ucap laki-laki yang bernama Brian dan langsung memeluk tubuh Sandra dalam kondisi mabuk.
"Lepaskan saya tuan. Saya Sandra bukan Sabrina." Sandra meronta dan berusaha mendorong tubuh Brian untuk menjauhinya.
" Aku tidak akan melepaskan kamu. Aku merindukanmu, aku ingin bercinta denganmu sayang." kata Brian membuat Sandra terbelalak karena terkejut.
"Lepaskan aku tuan. Anda salah orang, saya housekeeper bukan istri bapak."
Sandra yang berusaha menjelaskan, terasa sia-sia kerena Brian tidak mau dengar dan dalam kondisi mabuk dan rontaan Sandra seolah tidak di gubris laki-laki yang kini tengah mencumbu dirinya dengan paksa dan mendorong tubuhnya ke atas kasur dengan sekali dorong.
"Layani aku. Karena aku ini adalah suamimu dan aku menginginkan malam ini." titah Brian saat mencengkeram Sandra dengan penuh nap** sambil melepasi pakaiannya.
"Lepaskan aku tuan." Teriak Sandra dan terus meronta di tengah keputusasaan, namun semuanya sia-sia saat dengan kasar Brian mulai melakukan apa yang diinginkan dengan paksa dan mendapatkan kesucian Sandra saat itu saja.
Sandra hanya bisa menitikkan air mata saat tubuhnya berada di bawah laki-laki yang tidak ia kenal yang tengah asik menikmati seluruh tubuhnya.
Sebuah kesalahan telah Sandra lakukan yang tertidur di kamar tersebut disaat jam kerja dan baru terbangun saat pemilik kamar hotel sudah Kembali dan kini sebagai akibatnya dirinya menjadi sasaran perbuatan bejat tamu hotel dengan menodai dirinya.
Setelah menikmati tubuh Sandra dan menitipkan benihnya pada Sandra. Brian pun terkulai dengan memeluk Sandra. Seketika Sandra pun menangis terisak, ia benar-benar takut jika perbuatan tadi bisa membuatnya hamil.
Brian membawa tubuh Sandra dalam pelukannya dan mengusap pucuk rambutnya. 'Mulai sekarang aku akan memenuhi tanggung jawabku terhadapmu. Maafkan aku yang selama ini belum bisa menerimamu sebagai istri dan sekarang aku akan menjadikan kamu Sabrina bukan Sandra lagi dan lahir kan anak untukku. Karena aku menginginkannya." Gumam Brian yang selama ini hanya mengawasi Sandra dari kejauhan tanpa pernah menemuinya setelah Sandra sadar dari komanya dan menjalani hari-hari yang selalu di awasi .
Karena terlalu lelah saat terus meronta, Sandra pun tertidur dalam pelukan Brian hingga pagi.
Esok harinya saat ia terbangun. Sandra sudah tidak mendapati Laki-laki yang sudah menodainya ada di kamar tersebut. Sandra hanya mendapati pakaian baru, uang tunai dan juga Sarapan pagi yang ada di atas nakas dan selembar note untuk Sandra.
Setelah membacanya Sandra segera merobeknya menjadi lembaran kecil dan melemparnya ke segala arah dia menangis dalam kemarahan Saat mengetahui jika Lelaki -laki yang baru ia ketahui bernama Brian sengaja memper*ksanya dan menginginkan rahimnya untuk mengandung anaknya.
" Tidak. Aku tidak mau menuruti kemauannya. aku tidak mau hamil anaknya aku tidak mau." Sandra menggeleng dan memukul-mukul perutnya sendiri.
Setelah tenang dan dan membersikan diri. Sandra segera keluar kamar hotel dengan hati-hati agar tidak ada yang mengetahui kalau dirinya habis bermalam dengan penghuni kamar kost.
Setelah berjuang mengendap-endap Sandra pun lolos dah berhasil keluar dari hotel tanpa ada yang mengetahui. Sandra segera pulang kerena sift kerjanya juga sudah selesai dan segera pulang ke kost untuk kembali istirahat.
"Sandra... buka pintunya. Aku mengantarkan tasmu yang kamu tinggal di hotel, " Ucap Weni sambil mengetuk pintu.
Tak lama Sandra pun membuka pintu dan memperlihatkan wajah sebabnya yang terus-menerus menangis sepanjang hari.
"San kamu gak papa kan. Kenapa wajahmu sembab. Kamu ada masalah apa? bahkan sampai kamu meninggalkan tas dan juga pulang gak bilang-bilang." tanya Wani yang nampak kuatir. Namun Sandra langsung memeluk dan kembali menangis dan malah membuat Wani semakin kuatir.
"Wina... A-aku, a-aku di perkos** oleh penghuni kamar 505." ucap Sandra dan kembali menangis. Mata wani langsung membulat saat mendengar penjelasan sahabatnya yang baru saja kena musibah besar.
"Bagaimana ini bisa terjadi San?" saut Weni di tengah penasarannya. Namun Sandra hanya menggeleng tak bisa menjelaskan.
"Aku takut Wen, aku takut hamil. Laki-laki itu menginginkan aku melahirkan anaknya. Aku takut jika dia memang sengaja menjebakku. Aku gak mau Wen aku gak mau hamil di luar nikah, hiks... hiks..."
"Sabar San, nanti kita sama-sama cari jalan keluarnya."
To be continued ☺️☺️☺️
Halo karya baru datang lagi. Jangan lupa dukungannya. jika suka silahkan lanjut baca jika tidak suka tinggalkan saja, tanpa meninggalkan jejak yang jelek.☺️
Setelah kejadian yang menimpanya, Sandra selalu was-was dan selalu menghindari kamar 505 yang membuatnya trauma. Walaupun sudah dua bulan berlalu dan penghuninya kamar sudah berganti-ganti namun Sandra tatap menolak untuk membersikan kamar tersebut. Semua orang tak tau apa yang terjadi pada Sandra dan kamar nomor 505 hanya Weni satu-satunya yang mengetahui dan ikut merahasiakannya.
"San." Panggil sakti, manager hotel Bintang yang selalu berusaha mendekati Sandra.
"Eemmm. Ada apa pak?" tanya Sandra saat Sakti mendekat.
"Apa kamar VVIP sudah siap? Hari ini pemilik Hotel Akan datang berkunjung untuk melihat kondisi hotelnya dan akan memakai kamar tersebut," tanya Sakti.
"Sudah pak, semuanya sudah beres. "
"Baguslah kalau begitu, Eh kamu kenapa San? wajahmu pucat sekali apa kamu kecapean pasti. Kamu istirahat saja dulu nanti di lanjut." tegur Sakti saat memperhatikan Wajah Sandra yang tampak pucat. Sandra pun mengiyakan, karena memang ia begitu lelah setelah menyelesaikan banyak pekerjaan.
Sesuai jadwal yang di tentukan, semua karyawan hotel di minta untuk menyambut kedatangan Big Boss mereka, begitu juga para petugas housekeeping agar semuanya bisa melihat secara langsung Big Boss pemilik hotel Bintang yang terbesar di kota.
"San, dengar-dengar big boss kita ini orangnya sangat tampan dan sangat gagah. Dari yang aku ketahui bos belum pernah datang ke hotel ini dah baru kali ini dia akan datang. Boss hanya mengawasi dari belakang saja " Bisik Weni dan Sandra hanya mendengarkan saja, ia tak perduli, seberapapun tampannya bosnya pasti sudah ada yang punya pikir Sandra.
Tak lama mobil mewah pun berhenti di halaman dan semua karyawan pun bersiap untuk menyambutnya. Saat Big Boss keluar dari dalam mobil, semua orang yang melihat terpukau melihat ketampanan Big Boss, tapi tidak dengan Sandra. Saat melihatnya Sandra wajahnya langsung pucat dan segera bersembunyi di balik Weni.
"Apa-apaan di kamu San, nanti dimarahi bos, kembali ke posisi." titah Weni pelan sambil menariknya kembali ke posisi. Sandra pun kembali dan kini dia memilih untuk menundukkan wajahnya agar tidak dilihatnya.
'Kenapa pria itu kembali lagi. Aku kira aku tidak akan pernah bertemu dengannya lagi. Dan kini dia datang sebagai bos besar. Apa yang harus aku lakukan sekarang? haruskah aku menghindar atau aku minta pertanggung jawabannya karena sudah melecehkan aku malam itu. Tunggu dulu. Tadi kata Weni bos besar belum pernah datang kemari lalu siapa laki-laki malam itu?" tanya Sandra pada dirinya sendiri sampai tak melihat jika dirinya di perhatikan.
Setelah bos besar di antar ke kamar VIP yang sudah di siapkan untuk istirahat sebelum menghadiri rapat yang akan di langsungkan sore harinya.
Sambil menyelesaikan pekerjaannya, Sandra begitu gelisah dan selalu was-was, takut bertemu dengan bos besarnya.
"San." panggil kepala housekeeper dengan wajah merah padam setelah mendapat teguran dari big Boss dan kini akan melampiaskannya kepada Sandra yang mendapatkan tugas membersihkan kamar VVIP.
"Iya mbak." Sandra bergegas menghampiri.
"Kamu becus kerja gak sih. Sudah aku bilang bersihkan kamar VVIP kita dengan benar, bahkan kalau bisa berulang kali di bersihkan, tapi kamu malah mengacaukan semuanya. Apa kamu tau gara-gara pekerjaanmu yang gak benar itu aku habis di tegur bos dan sekarang dia marah dan memintamu untuk membersikan ulang kamar tersebut. Cepat kesana dan bersihkan jangan pulang kalau bos belum bilang sudah bersih." Perintah Maura tak memberi kesempatan Sandra untuk membantah.
Sandra pun mengangguk dan segera pergi untuk mengambil peralatan dan segera menuju kamar VVIP. Sandra pikir jika Bos-nya pergi, Makanya dia diperintahkan untuk membersihkan dulu sebelum Bos-nya kembali.
Sandra mengetuk pintu tiga kali sebagai syarat.
"Petugas housekeeping." ucap Sandra agar cctv melihat pekerjaannya dengan benar.
Namun tiba-tiba seseorang membuka kamar tersebut dan langsung menarik Sandra masuk. Sandra yang terkejut dan tak siap langsung jatuh ke dalam pelukan pria yang menariknya.
"Maaf pak, maafkan saya." Sandra menyatukan kedua telapak tangannya memohon atas ketidaksengajaan saya."
"Apa kabar sayang?" Tanyanya dan seketika Sandra mendongak dan menatap wajah yang sama dengan laki-laki yang sudah menodainya dulu juga laki-laki yang sama yang ia sambut siang tadi.
Sandra tergagap tak bisa mengeluarkan satu kata pun dari mulutnya, namun tiba-tiba Brian laki-laki itu langsung mencium bibir Sandra tiba-tiba. Sandra pun langsung membulatkan matanya saat mendapatkan serangan tiba-tiba.
Dengan sekali dorong Sandra berhasil menjauhkan bibirnya diri serangan bosnya.
"Apa yang bapak lakukan. Bapak jangan macam-macam atau saya akan teriak." ancam Sandra yang ketakutan, takut pria didepannya melakukannya lagi.
Brian hanya tersenyum lalu berjalan menuju ke sofa, sedangkan Sandra masih saja mematung.
"Apa uang yang aku berikan sudah habis?" tanya Brian sambil menyesap kopi yang ada di atas meja.
"Uang?!"
"Iya, selama dua bulan ini aku mentransfer uang bulanan untukmu, apa sudah habis kamu gunakan?"
"Jadi uang itu bapak yang transfer?! Tidak, aku tidak menggunakannya. Aku bukan wanita murahan yang menghargai tubuhku yang sudah bapak nikmat dengan uang, aku tidak mau dan akan segera aku kembalikan. sekarang biarkan aku pergi. Aku tidak mau berurusan dengan bapak."
"Selangkah kamu meninggalkan tempat ini maka kamu akan aku pecat dan tidak akan ada perusahaan manapun yang akan menerimamu bekerja." Ancam Brian tanpa memperhatikan ekspresi Sandra.
"Apa kamu sudah hamil?" tanya Brian lagi.
"Maksud bapak. Bapak jangan aneh-aneh ya. mana mau aku hamil anak pria yang tidak pernah aku kenal sebelumnya, ada-ada saja." Saut Sandra kesal, namun tidak membuat Brian marah.
"Kalau begitu kita akan periksakan. Aku yakin saat ini kamu sedang hamil hanya saja kamu belum menyadarinya." ucap Brian membuat Sandra tiba-tiba mengelus perutnya sendiri.
"Dan satu hal lagi. Jika kamu benar-benar hamil, anak itu bukan anak haram dia punya ayah yang akan bertanggung jawab dan jangan pernah kamu berusaha untuk menggugurkannya, karena ada kakaknya menunggu kehadirannya juga" perjelas Brian membuat Sandra semakin bingung tak paham dengan semua perkataan dan juga Permainannya. Ia pun tak bisa berbuat apa-apa jika ancamannya benar itu akan membuat dirinya mati kelaparan.
"Sabrina, apa kamu tidak ingat tentang Yolanda? Dia menunggu selama delapan bulan lamanya dan dia selalu memanggil namamu setiap saat."
"Tunggu pak. Bapak salah orang. Aku Sandra bukan Sabrina dan saya juga belum pernah punya anak jadi bapak jangan mengada-ada."
'Aku tau kamu bukan Sabrina. Tapi kamu akan menjadi Sabrina. Matamu, dan hatimu itu milik Sabrina dan kamu akan menggantikannya menjadi mama untuk Yolan." gumam Brian.
To be continued ☺️☺️☺️
Brian mengunci Sandra di kamar hotel dan meminta menunggunya setelah selesai rapat. Dan selama kurang lebih dua jam Sandra harus menunggu tak ada yang bisa ia lakukan untuk meminta bantuan. Ponsel satu-satunya yang ia miliki di sita. Jika ingin teriak pun akan percuma, tak akan ada orang yang bisa mendengar Karena kamar tersebut kedap suara.
Setelah menunggu akhirnya Brian kembali dengan membawa Paper bag dan juga kotak makanan.
"Pak tolong bebaskan aku. Kenapa bapak mengusik hidupku. Bapak orang terhormat, tidak seharusnya bermain-main dengan saya yang orang biasa." Sandra pun merengek memohon belas kasih untuk kesekian kalinya. Namun sayangnya Brian tak menghiraukan permohonan Sandra dan malah meminta Sandra mengganti seragamnya dengan pakaian yang ia beli yang berbeda di dalam paper bag tersebut.
"Pakai sekarang dan kita akan ke Klinik terdekat. Agar tidak ada yang tau, kita akan keluar lewat jalan belakang. Aku ingin memastikan apa kamu sudah hamil atau belum, sebelum aku kembali."
"Kenapa sih bapak begitu kekeh kalau aku hamil dan kalaupun aku hamil belum tentu itu anak bapak kan." saut Sandra kesal.
"Aku selalu mengawasi mu. Jadi aku tau dengan siapa saja kamu dekat, bahkan jadwal tamu bulanan kamu datang aku pun tau." Kata Brian dengan santainya membuat Sandra terbelalak, bagaimana tidak hal yang paling privasi pun diketahuinya.
"Cepat ganti sana, waktu kita tidak banyak. Atau kamu mau semua orang tau apa yang kamu lakukan disini."Ancam Brian dan Sandra pun bergegas menuruti perintah Brian.
Mereka pun keluar melalui pintu belakang yang sudah di amankan dan tidak akan ada satu orang pun yang akan mengetahuinya, untuk menjaga Sandra dari hal-hal yang tidak di inginkan.
Akhirnya mereka pun sampai di salah satu klinik tersebut. Sandra pun nampak ragu untuk memeriksa diri namun Brian terus memberikan dorongan agar Sandra berani untuk di periksa dan siap dengan hasil yang akan di dapatnya.
"Pak, aku takut."
"Gak papa, ini hanya pemeriksaan biasa, tidak akan menyakitimu, lebih sakit saat aku yang memeriksa tubuhmu."ucap Brian yang tidak menampakkan sama sekali kewibawaan di hadapan Sandra.
Sandra pun dengan terpaksa melakukan pemeriksaan dengan seorang dokter yang bertugas pemeriksaan pun di mulai dengan beberapa pertanyaan sebelum di periksa mengunakan alat USG dan Brian pun menemani Sandra dan menggegam tangannya.
Sebuah layar yang ada di depan Brian memperlihatkan dalam rahim Sandra terdapat embrio yang akan menjadi bayi nantinya.
"Bapak bisa lihat sendiri, saat ini di rahim istri bapak sudah tumbuh embrio yang di perkirakan usianya enam Minggu." Jelas membuat Sandra terkejut dengan hasil pemeriksaan dan semua yang dikatakan Brian benar, jika dirinya tengah hamil namun tidak menyadarinya.
'Apa? aku hamil dan anak yang ada di dalam kandunganku ini anak dari bos ku. Oh tidak, kenapa ini bisa terjadi. Kenapa dia sengaja membuatku hamil. Apa dia sudah merencanakan semuanya sampai tau masa suburku. Astaga, ternyata pria ini benar-benar licik untuk menjeratku.' Gerutu Sandra yang sudah tidak bisa berpikir lagi apa yang harus ia lakukan setelah ini.
"Kamu lihat kan sayang, apa yang aku katakan benar, dan mulai sekarang kamu akan menjaga baik-baik anak kita, yang nantinya akan menjadi penerus ku selanjutnya."
Sandra tak mengatakan sepatah katapun untuk membalas perkataan Brian. Ia benar-benar masih syok dengan apa yang menimpanya. Dia pikir kejadian tersebut tidak akan membuatnya hamil kerena ia melakukannya baru sekali dan ternyata pikirannya salah, jika melakukan hal hubungan disaat dalam masa subur, walaupun hanya dilakukan sekali, besar kemungkinannya akan tetap bisa membuatnya hamil.
"Pak ternyata bapak benar-benar membuat ku hamil dan sekarang apa yang harus aku lakukan?" tanya Sandra sambil menatap Brian dengan nanar.
"Kamu cukup menjaganya dan melahirkannya untukku."
"Tapi pak-" Brian menghentikan ucapan Sandra dengan menutup mulutnya dengan jari telunjuk.
Sandra menatap begitu dekat laki-laki yang kini ada di hadapannya dan begitu dekat, yang membuat jantungnya berdetak kencang.' Kenapa tatapannya begitu menyihir, membuat lidahku kelu untuk menolak setiap perkataannya. Ah Sandra kenapa kamu jadi begini. Bukannya kamu sudah berjanji pada diri sendiri laki-laki yang pernah menyentuhmu adalah milikmu.' Gumam Sandra.
Brian pun segera mengantarkan Sandra pulang ke tempat kostnya karena hari sudah malam dan juga sift-nya sudah selesai.
"Terimakasih pak sudah mengantarkan saya pulang."
"Kamu tinggal di sini? Sepertinya setelah ini kamu harus pindah. Aku tidak bisa membiarkan kamu tinggal di tempat sempit seperti ini." Brian mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempat kost Sandra yang tidak terlalu besar.
"Terimakasih, tapi saya nyaman dengan tempat ini. Pak aku tau bapak menginginkan bayi yang ada di dalam perut ku. Aku janji akan menjaga kandungan ini. Tapi aku mohon bapak jangan terlalu dekat ataupun memberikan perhatian lebih. Kita memiliki derajat yang berbeda yang tak mungkin bisa bersama dan saya juga tidak ingin menjadi bahan perbincangan orang lain yang membuat mental ku menjadi down, tolong bapak pahami ini." pinta Sandra membaut Brian terdiam.
'Terimakasih Sabrina, kau telah memberikan pengganti wanita yang memiliki sifat seperti yang aku inginkan yang tidak ada dalam dirimu. Aku janji akan menjadikan dirinya ratu dalam hidupku, menggantikan kamu dalam hatiku.' gumam Brian sambil memandangi Sandra yang terus bicara.
"Pak." tegur Sandra saat menyadari perkataannya tidak di dengar.
"Eemmm, iya baiklah. Aku akan pergi dari hotel beberapa jam lagi untuk perjalanan bisnisku yang lain dan akan kembali beberapa Minggu lagi kesini untuk mengunjungimu. Aku juga akan memberikan semua fasilitas yang kamu butuhkan, kamu cukup hubungi aku nanti jika kamu menginginkan sesuatu. Baiklah jaga dirimu baik-baik dan sampai ketemu beberapa Minggu lagi. " pamit Brian begitu saja, membuat Sandra hanya bisa menyernyitkan keningnya dengan sikap Brian yang jauh dari kata-kata yang di perbincangkan karyawan hotel tentang dirinya.
Setelah Brian pergi, Sandra segera masuk kedalam kost, dan tiba-tiba saja perutnya jadi mual. Ia pun bergegas menuju toilet untuk mengeluarkan isi perutnya.
Sandra pun duduk di lantai dengan tubuh yang lemas setelah sisa tenaganya terpakai untuk mengeluarkan isi yang ada dalam ususnya.
'Astaga begini kah rasanya wanita yang tengah hamil muda. Apa hal ini akan terus menyerang ku. Aku tidak ingin ada yang tau tentang kehamilanku ini.' Sandra pun membuka mulutnya ingin berteriak namun tak bisa mengeluarkan suara, ingin melampiaskan semua masalah yang tengah menimpa dirinya.
To be continued ☺️☺️☺️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!