Namaku Jesika Atmaja lebih tepatnya Nala Jesika Atmaja putri dari seorang pengusaha terkemuka, Leonardo Atmaja dan Istrinya yang bernama Reisya Atmaja.
Saat ini usiaku tepat 24 tahun aku diangkat menjadi direktur di perusahaan terbesar kedua salah satu cabang dari Atmaja Group.
Tentu saja untuk mendapatkan posisi ini memerlukan permainan drama dengan para manusia rubah, di hadapan publik keluarga kami terlihat sangat rukun padahal setiap harinya penuh dengan perang dingin untuk saling menjatuhkan.
Selain seorang direktur aku juga seorang pemimpin sebuah organisasi yang bekerja dibalik layar bernama ♤BLOODY DEVIL♤.
Identitasku tak pernah diketahui oleh siapapun kecuali tangan kananku dia yang akan mengatur segalanya saat aku tidak ditempat.
Sifatku saat berada di hadapan seluruh anggota keluargaku dan di hadapan anak buahku berbanding terbalik dengan topeng yang selama ini ku kenakan.
Karena menurut keluargaku aku adalah sosok wanita lugu yang sangat mudah dikendalikan. Seperti sebuah boneka yang sangat rupawan, namun akan dibuang jika sudah tidak layak pakai.
Di dunia bawah semua orang memanggilku dengan nama Key, karena aku merupakan kunci dari harta berlimpah dalam brangkas rahasia milik kami.
Aku bisa dikatakan ahli dalam bela diri, tapi bukan berarti aku bisa melakukan semuanya semudah menjentikkan jari.
Ayolah semua butuh usaha kawan!
________________
Hari ini adalah hari pernikahan adikku..... Ahhh tentu saja aku terlihat bahagia_- tapi boong.
Pernikahan ini hanya sebuah umpan untuk mengalihkan perhatian publik dari perampokan besar besaran pada 5 bank di kota yang sama dalam jangka waktu tujuh hari. Hebat bukan.
Tapi bukan berarti penjagaan disini lengah karena saat ini anak buahku sedang memindahkan seluruh curian kami ke brangkas rahasia.
Tapi ketahuilah ini sangat membosankan karena acaranya terlalu lancar dan tenang.
Ahh tunggu bukankah ini terlalu tenang atau mungkin polisi polisi itu terlalu bodoh?
Tiba tiba satu persatu tamu yang datang mulai tumbang dengan badan kejang serta mulut yang berbusa.
Tunggu bukankah ini terlalu konyol? Aku bahkan belum sempat berfoya foya namun aku merasa ajalku sudah dekat.
"DORR"
Suara tembakan dari seorang dengan baju pelayan yang tepat mengenai jantungku.
Tubuhku ambruk dan sedikit kejang dengan rasa panas dan sakit yang amat luar biasa dengan kesadaranku yang mulai memudar.
Entah neraka atau surga yang ku dapat nanti, aku sudah berpasrah dan aku tidak menyesal dengan hidupku beberapa saat lalu.
Ringan sangat ringan jiwaku serasa keluar dan terbang menjauhi raganya. Memang tak ada penyesalan apapun dalam kehidupanku kali ini.
Tapi mengapa rasa tak rela bergejolak jalam jiwa tanpa penyesalan ini?
Apakah aku memiliki keinginan tertentu yang belum ku dapatkan?
Gejolak apa ini tuhan sungguh mengganggu ketenangan sesaat yang ku dapat, bahkan rasa ikhlasku akan kematian ini menghilang begitu saja.
Hidup? ya aku masih ingin hidup, aku masih ingin berfoya foya menggunan uang yang baru saja ku curi.
Aku masih ingin menyingkirkan manusia manusia rubah beserta ular berbisa di keluargaku. Ahh gawat pasti mereka akan merasa sangat bahagia dengan berita kematianku.
Tuhan memang benar aku ini adalah manusia yang egois. Tapi ku mohon kabulkan ke egoisan ku ini. Aku masih ingin hidup...
Aku janji akan berubah, aku janji akan lebih menikmati hidup dan melindungi orang orang baik yang ada disisi ku, serta lebih menghaigai mereka.
Kumohon...
Tubuhku terasa sangat ringan, sejuk semilir angin dapat kurasakan kembali. Ahh nikmatnya hidup.
...Hei tunggu bukankah aku sudah mati!...
Perlahan kubuka kelopak mataku, indah satu kata yang dapat terpikirkan di otak kecil ku.
Kuraba tempat dimana aku berbaring saat ini terasa seperti bulu namun kasar... rumput? ini memang rumput.
Berdiri aku seraya berlari dengan merentangkan kedua tanganku.
...apa aku masih hidup? ataukah ini yang dinamakan surga?...
Entahlah aku tak tahu. sekarang jika memang aku masih hidup, bukankah aku harus mencari pemukiman terdekat dari sini?
Bahkan di sini hanya ada padang rumput! Sebuah padang rumput yang tak berujung.
Mataku terfokus pada tempat dimana aku tersadar tadi. Ku dekati pohon yang samar samar mengeluarkan cahaya warna warni.
Tangan ku menyentuh pohon tersebut. cahayanya yang makin lama semakin terang menyilaukan seakan memerintahkanku untuk menutup kedua kelopak mataku.
..."Akan ku kabulkan keinginnan mu, dan jadilah aku..."...
Sayup sayup terdengar suara bisikan lembut yang menggema di telinga ku.
"Apa maksudmu? dan siapa kau?" Teriakku dengan mata yang masih enggan untuk terbuka.
Seketika tubuhku serasa terjatuh dari ketinggian, aku ingin berteriak namun mulutku tidak dapat mengeluarkan suara.
Apa ini apa yang terjadi? Rasa sakit, panas terasa membakar kulitku, bahkan organ dalamkupun merasakan hal yang sama. Aku ingin berteriak namun lagi lagi suaraku tidak bisa keluar.
Rasa sakit itu semakin menjadi saat ingatan ingatan asing masuk menerobos. Perlahan kesadaranku mulai pudar bersama sakit yang perlahan ikut menghilang.
___________________________
"Hiks... hiks..." suara tangisan yang perlahan mulai terdengar nyaring di telingaku. Seperti suara tangisan untuk mereka yang sedang berkabung? tapi siapa yang meninggal?
Kelopak mataku perlahan terbuka, tubuhku yang tadinya terasa sangat ringan dan bugar, kini menjadi sangat berat dan pastinya rasa nyeri serta perih mulai terasa di sekujur tubuhku.
Kurasakan guncangan ringan dari tempat ku berbaring saat ini. Kedua tanganku meraba sekitar, karena keadaan gelap gulita aku hanya bisa mengandalkan indra peraba ku "tempat ini terlalu sempit untuk bisa di kategorikan sebagai ruangan" batinku.
Aku mencoba untuk berteriak namun yang keluar hanya rintihan pelan dari mulut ku. Aku tak kehilangan akal ku ketuk ketukan tanganku pada dinding kayu yang masih setia berguncang beserta suara tangis yang makin histeris.
"A a aku me mendengarnya" teriak seorang dari luar dengan suara terbata bata dan serak khas orang yang sudah menangis cukup lama.
"A anakku masih hidup di dia masih hidup" teriaknya lagi namun kini terdengar lebih bersemangat.
"Kakak jangan berbicara seperti itu huhuhu" sahut seorang dengan suara tangis yang terdengar di buat buat.
"Ahhh hanya orang gila yang percaya dengan suara tangisan seperti itu" batin ku sambil terus mengetuk kayu bergoyang dan berharap ada seorang yang peka untuk segera mengeluarkan ku dari sini, sungguh perutku terasa di aduk aduk.
"Ikhlaskan Lili kakak dia sudah tiada" lanjut wanita dengan suara tangisan di buat buat tadi.
"Tidak! Lili ku masih hidup" Teriaknya "Buka petinya sekarang juga aku ingin membawa pulang Lili ku!" Teriaknya lagi yang terdengar seperti nada perintah.
Seketika guncangan yang tadi kurasakan sudah menghilang bersamaan dengan terbukanya penghalang penglihatanku.
Ku kedip kedipkan mataku kini mulai terlihat jelas sosok sosok asing tengah menangis tersedu. Berlari dia mendekat dan memeluk erat tubuh lemahku, anehnya bukan rasa sakit yang kurasakan melainkan kehangatan yang sangat menenangkan hingga tanpa sadar air mataku keluar dengan sendirinya.
"Ibu bawa aku pulang" ucapku dengan lemah bersamaan dengan mulai kaburnya penglihatanku. Gelap hanya itu yang dapat mendeskripsikan apa yang ku rasa saat ini.
_________________________
Silau mentari yang menerobos masuk memaksa ku untuk membuka kelopak mataku. Lagi lagi bersama suasana dan tempat asing, sebenarnya dimana aku ini?
Ornamen bangunan yang sangat indah namun terlihat sangat ketinggalan jaman, sebelas dua belas hampir mirip dengan lokasi syuting drama kolosal.
Perlahan kuangkat tubuh ku dan kusandarkan, duduk sembari mataku masih fokus pada ruangan yang cukup besar dan nampak tidak terlalu mewah.
Bahkan dimataku ini adalah tempat tinggal yang tidak layak, kecuali jika dia orang yang sangat miskin ataupun setara dengan pembantu kelas menengah.
"Pergi!" teriak seorang wanita yang tidak asing dari luar ruangan.
Seketika perhatian ku tertuju pada pintu yang seakan ingin melepaskan diri dari siksaan, karena jika pintu itu hidup dia pasti akan merasa sangat kesal dan kesakitan karena diperlakukan dengan sangat tidak menyenangkan.
Brak!
Suara dobrakan yang sangat keras dan terkabulah doa sang pintu. Karena saat ini kayu pipih dengan ukiran cantik itu sudah berubah menjadi beberapa potongan yang tak beraturan.
Kualihkan fokus ku dari pintu. Kini ku tatap laki laki yang sudah berdiri tepat dihadapanku.
Tubuhnya yang gagah wajah yang terlihat tegas dengan garis garis keriput yang mulai menutupi wajah tampannya. Tapi bukan berarti saat ini dia tidak terlihat tampan namun usia sudah mulai menutupi wajah rupawan di hadapan ku ini.
Kualihkan pandanganku menatap seorang wanita yang nampak menangis tersedu sedu. Wajahnya terlihat masih sangat cantik dengan garis kerut yang tidak begitu terlihat.
Tubuhnya terlihat sangat lemah dan kurus.
Dan Kualihkan lagi pandangan ku pada pasangan ibu dan anak yang terlihat menyebalkan. Cantik memang, tapi dari luar sudah terlihat seperti wanita yang sangat licik.
"Ayah cukup jangan marah marah lagi" ucap si anak wanita licik.
"Benar sayang jangan marah marah lagi, mungkin kakak tidak bermaksud membohongi mu dengan berita kematian palsu, dan acara pemakaman yang gagal" Tambah si ibu licik dengan nada menggoda sambil bergelayut manja di tangan laki laki yang berdiri di hadapanku saat ini.
"Lili" ucap laki laki tersebut dengan lemah, matanya terlihat memancarkan kesedihan yang amat mendalam namun tidak merubah sedikitpun wajah tegas dan ekspresi datarnya.
Aku hanya diam membatu sambil mencerna apa yang terjadi.
"Lili sayang ini ibu" ucap wanita yang sedari tadi menangis tersedu sedu mendekati ranjang ku dan menjatuhkan tubuhnya di atas lantai sambil di genggamnya tangan ku.
Tangan kurusnya yang bergetar terasa sangat hangat namun juga membuat hatiku sangat sakit karena kondisi tubuhnya yang mengenaskan.
"Ibu" panggilku dengan suara bergetar tak terasa air mataku ikut mengalir. Entah karena rasa iba atau memang karena rasa rindu yang amat mendalam.
"A aku ayah mu" Ucap lelaki berwajah dingin dengan nada canggung namun tersirat kerinduan dalam tatapannya.
Aku menatap laki laki yang mengaku sebagai ayah ku ini dengan jijik. Bagaimana tidak? Bahkan di lengannya terdapat kera berayun.
Itu mencerminkan bila dia adalah laki laki yang tidak setia, karena tidak cukup dengan satu wanita.
Selama lima hari ini Xiao Li tinggal kediaman ibunya.
Setiap kediaman rumah Jendral Xiao Jin ini memiliki nama yang unik. Namanya pun bermacam macam sesuai dengan kehendak hati jendral.
Kalian tau kediaman Permaisuri Suzi.... yah nama dari kediaman itu Permaisurin sendiri yang memberi nama.
Namanya adalah Paviliun Mawar. Nama dari Paviliun tersebut memiliki sebuah cerita.
Dari yang ku ingat sih katanya dulu saat Jendral Xiao Jin melamar Permaisuri Suzi, Jendral melamarnya dengan memberikan seratus tangkai bunga mawar untuk Permaisuri Suzi.
Hingga sampai saat ini Permaisuri Suzi sangat menyukai bunga mawar, bahkan di taman paviliunnya dipenuhi dengan berbagai jenis mawar yang indah.
Saat itu Permaisuri Suzi terlihat bahagia tapi kebahagiaan itu mulai luntur karena kehadiran selir ular yang menjauhkan Jenral Xiao Jin dari Permaisuri dengan trik trik busuknya.
Ulang tahun kaisar akan di laksanakan tiga hari lagi, selama tiga hari itu apa yang bisa ku lakukan untuk membalaskan dendam pemilik tubuh ini?
Xiao Li yang sedari tadi sibuk memikirkan cara agar wanita ular itu merasakan malu dan cemoohan yang tidak pernah berakhir seperti yang di rasakan pemilik tubuh ini.
"Aaargh.... banyak rencana yang sudah kufikirkan secara matang tapi semua tidak ada yang sesuai dengan hasil akhir" teriak Xiao Li frustasi.
"Mengapa nona tidak mengubah penampilan nona terlebih dahulu" kata seorang yang entah ada di mana.
"Siapa itu?" Tanya Xiao Li panik karena tidak ada seorang pun disana.
"Hamba disini nona...."
"Dimana tunjukan diri mu" teriak Xiao Li semakin panik.
Xiao Li sedang berada di kebun persik lebih tepatnya bersantai di atas pohon persik sambil menikmati buah persik yang manis.
Hapir tidak akan pernah ada yang akan kemari kecuali saat pohon persik tersebut berbunga lebat.
Tapi sekarang ada yang sedang berbicara dengannya tapi tak ada wujudnya.
Ohh apakah akan ada penampakan hantu di siang bolong?
"Nona hamba ada di dalam kalung yang sedang anda pakai" kata orang tersebut.
"Ha bagaimana bisa... keluarlah"
"Tidak bisa nona karena nona belum membuka kunci dan memberikan ijin bagi saya untuk keluar masuk sesuka hati"
"Lalu?"
"Tutuplah mata anda dan fokuskan fikiran anda pada kalung yang ada di leher anda dan rapalkan sebuah mantra"
"Aku bahkan tidak tau mantra apa yang harus ku rapalkan"
"Mantra itu buatan anda sendiri nona"
Tanpa basa basi lagi Xiao Li memejamkan matanya dan bergumam
"OPEN"
Atmosfer yang dirasakan Xiao Li saat ini sangat berbeda. Tadinya dia berada di atas pohon persik dengan menikmati buah persik.
Kini dia berdiri di pinggir danau yang sangat jernih dan indah bahkan airnya dapat digunakan untuk berkaca.
Tapi wajah Xiao Li tidaklah cantik dengan bekas luka yang ada tepat di dagunya, luka yang ia dapatkan karena perlakuan keji selir ular dan anaknya.
Tubuh Xiao Yi juga terlihat sangat buruk penuh dengan luka dan bekas luka yang di timbulkan oleh luka yang sudah sembuh.
Tubuh Xiao Li juga sangat lemah padahal ia baru berjalan sekitar kurang lebih lima meter dari kediaman ibunya tapi sudah merasa sangat lelah. Bukankah itu aneh?
Aish aku rindu tubuh dan wajahku di era modern huhuhu😥
"Tuan" panggil seorang dari belakang
Dia adalah laki laki cantik yang pertama kali kulihat karena di era modern laki laki cantik hanyalah mereka yang berdandan seperti perempuan.
Tapi dia... ahh di satu sisi terlihat cantik tapi sisi lain juga terlihat keren.
Aku menatap secara intens pemandangan indah didepanku ini manik mata yang indah berwarna keemasan bibir tipis berwarna merah dan raut wajah datar yang mengagumkan.
Perawakannya tinggi sekitar 170cm kurang lebih, kulitnya putih agak pucat dengan pakaian kuno yang di pakainya.
Sungguh membuatku terpana untuk sesaat.
"Siapa kau? Dan sekarang di mana aku?"
"Hamba adalah penjaga hutan selatan yang ditugaskan oleh dewa untuk menjaga anda"
"Lalu?" Mengernyitkan dahi
"Ini adalah ruang dimensi angkasa yang diberikan dari pemilik tubuh sebelumnya atas kehendak dewa"
"Jelaskan lebih rinci. Tapi sebelumnya siapa namamu?"
"Hamba tidak memiliki nama tuan"
"Ahhh stop memanggilku tuan.... panggil aku Li'er atau Xiao Li" kesalku.
"Bagaimana kalau akau memberimu nama.... hmm Igon. Karena saat aku melihatmu membuatku mengingat tentang naga" jelasku
"Oke jelaskan lebih rinci tentang ruangan ini?"
"Ini adalah ruangan penyimpanan tanpa batas anda bisa menyimpan berbagai benda yang anda inginkan disini juga banya benda benda asing yang entah saya baru pertama kali melihatnya, mungkin anda tau fungsinya"
Dia menjelaskan sambil berjalan kearah sebuah gubuk kecil di pinggir danau.
Dia membuka gubuk tersebut dan sangat terkejutnya aku gubuk itu penuh dengan den berbagai jenis senjata api.
Mataku berbinar melihat betapa cantiknya semua senjata itu.
"Apakah semua itu untuk ku?" Tanyaku pada igon masih dengan tatapan berbinar binar.
"Benar Li'er semua ini untuk mu, maksudku semua yang ada di ruang penyimpanan ini milik mu"
Aku mengernyitkan dahiku dan menatap igon untuk meyakinkan bahwa yang kudengar tidaklah salah.
"Semua?" Tanyaku memastikan.
"Tentu"
"Termasuk dirimu?" Tanyku lagi.
"Iya Li'er semua tanpa terkecuali"
Aku sangat terkejut mendengar jawabannya tapi segera ku sembunyikan ekspresi terkejutku menjadi datar.
"Li'er lebih baik untuk langkah awal rencana balas dendamu sembuhkanlah tubuhmu dan keluarkan semua racun yang telah menumpuk didalam tubuhmu"
"Lantas bagaimana caranya?" Tanyaku dengan ekspresi bingung.
"Berendamlah di dalam danau itu maka semua racun di dalam tubuhmu akan dimurnikan"
Aku diam sejenak lalu berjalan menuju danau perlahan sambil kulepaskan baju bagian luar yang membungkus tubuhku hingga menyisakan dalaman seprti gaun tipis berwarna putih.
Kulangkahkan kakiku menyentuh air "aww" pekiku karena saat kulitku menyentuh air tersebut rasa panas terbakar serasa menjalar di seluruh tubuhku.
Ku tarik nafasku dan melangkahkan kaki ku kedepan dengan mantap. Perlahan terasa sangat sakit, panas, dan perih.
Saat seluruh tubuhku sempurna di telan oleh air danau rasa sakit itu semakin menjadi kulitku serata terkelupas dari tempatnya.
Perlahan lahan keluar cairan berlendir berwarna hitam pekat dan bau busuk yang menyengat dari tubuhku.
Perlahan lahan cairan itu menggumpal menjadi satu pil yang berwarna hitam pekat berukuran kecil.
Entah aku merasa terkejut atau kagum tanpa sadar aku membuka mulutku dan pil tersebut masuk kedalam tubuhku lagi.
Rasa sakit menjalar didalam nadiku tulang tulangku serasa dihancurkan dan digantikan dengan yang baru jantungku memanas serasa terbakar yang amat sangat menyakitkan.
Pandanganku mulai kabur sudah tak tahan dengan rasa sakit yang makin menjadi jadi.
Gelap... mungkin sekarang aku mengalami kematian kedua ku karena tenggelam di dalam danau.
Ahh bisakah tragedi kematianku dibuat sedikit keren.
Bukan dengan mati konyol seperti saat ini dan sebelumnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!