Arazey Ivanka
Gadis berusia 19 tahun itu tengah menatap nanar ranjang rawat yang ada didepan nya, dimana ada seorang pria berumur sekitar 30 tahun yang terbaring lemah dengan kondisi tidak sadarkan diri
-
-
"Kenapa dia masih belum sadar!" ucap Arazey seraya mengigit kuku tangan nya
Terlihat dengan jelas kekhawatiran diwajah nya, bukan karena orang tersebut adalah keluarga nya melainkan sosok pria yang sangat berpengaruh dalam dunia bisnis
"Kenapa aku harus sesial ini!" Geram Arazey seraya mengacak-acak rambutnya penuh rasa frustasi
𝘊𝘦𝘬𝘭𝘦𝘬~
Terdengar suara pintu ruang rawat itu yang dibuka, dengan cepat Arazey pun menoleh dan masuklah seorang pria dengan wajah datarnya
"Ttu--tuan" sapa Arazey yang terdengar sangat gugup
"Bagaimana kondisinya?" tanya seorang pria yang diketahui bernama 𝘉𝘳𝘢𝘮 𝘈𝘥𝘪𝘱𝘢𝘵𝘪 dengan nada dingin nya
"Kondisi nya saat ini sangat stabil, tuan" jawab Arazey seraya menatap seorang pria diatas ranjang rawat itu
"Lalu kenapa dia belum sadar hah!" bentak Bram dengan nada menekan
Mendengar bentakan itu lantas Arazey pun langsung bersimpuh dengan kepala menunduk
"Saya tidak tahu tuan, tapi kondisi nya benar-benar stabil"
𝘒𝘭𝘦𝘬𝘬~
Terdengar suara sesuatu yang Bram keluarkan dari sakunya dan langsung menodongkan nya didepan kening Arazey,. Secara perlahan Arazey pun mendongakkan kepalanya dan menatap benda tersebut
Seketika mata Arazey langsung membola dengan tubuh melemas, kini sebuah pistol yang semalam sempat menjadi ancaman untuk nya kembali ditodongkan didepan keningnya
"Apa kau melakukan kesalahan saat mengoperasinya, nona?" tekan Bram dengan nada menyeramkan
"Saya bersumpah tidak melakukan kesalahan dan buktinya saat ini kondisi nya sangat stabil" jawab Arazey mencoba meyakinkan
"Benarkah?" Bram mengangkat sebelas alisnya dengan tatapan mengintimidasi, Arazey pun langsung mengangguk dengan cepat sebagai jawaban
Melihat tubuh Arazey yang bergetar ketakutan, Bram yang masih memiliki sedikit hati nurani kembali menarik pistolnya lalu memasukkan nya kedalam saku celana
Sedetik kemudian tanpa mengatakan apapun Bram langsung pergi dan kembali mengunci pintu ruangan itu
Dengan mata berair kini Arazey terduduk lemas dilantai, "Harusnya semalam aku langsung kabur, dan kenapa harus aku yang terjebak disini hikss.." air mata Arazey menetes begitu saja mengingat nasibnya saat ini
...****************...
-
......-Flashback On-......
Malam semakin larut, kini disebuah rumah sakit terbesar dikota C terdapat seorang mahasiswi magang yang tengah membereskan barang-barangnya mengingat waktu magang nya telah selesai
Semua nya berjalan seperti biasa, mahasiswi yang tak lain adalah Arazey kini tengah berjalan menuju pintu keluar rumah sakit tersebut namun langkahnya terhenti kala mendengar pekikan seseorang
"DOKTER ARAZEY!!"
Arazey yang sempat tersentak kaget pun lantas menoleh keasal suara dan tiba-tiba saja dua orang pria dengan perawakan tegak nya menarik tubuh Arazey
"Hei tuan-tuan ada apa ini!" sentak Arazey seraya memberontak, namun itu semua tidak dihiraukan hingga kini tarikan itu berhenti tepat didepan brankar dimana ada seorang pasien yang terluka
"Lepaskan!" tegas seorang pria yang terlihat seperti atasan dua orang tadi, dan dengan cepat dua orang tadi melepaskan tangan Arazey lalu mundur beberapa langkah
"Ada apa ini?!" tanya Arazey dengan nada kesal, mata nya pun beralih menatap perawat dan pasien yang sudah dipenuhi darah
"Cepat tangani boss ku!" perintah orang tersebut yang tak lain adalah Bram. Arazey pun sontak menatap Bram
"Maaf tuan tapi saya disini hanya mahasiswi magang dan bukan dokter" jawab Arazey penuh kelembutan
"Maaf dokter Arazey, tapi saat ini para dokter senior sedang sibuk menangani para pasien, dan disini hanya anda yang dipercayakan untuk mengurus pasien" sahut perawat tersebut dengan wajah panik nya
"Suster, saya hanya--" belum sempat Arazey menyelesaikan perkataan nya, tiba-tiba saja sebuah pistol menempel di kening nya diiringi tatapan mematikan sang pemilik
"Tangani sekarang atau nyawa anda melayang, nona!" ucap Bram dengan nada menekan dan siap menarik pelatuk nya
Tubuh Arazey pun langsung menegang "Ba--baiklah akan saya tangani" putusnya dengan wajah panik
Mendengar keputusan Arazey, Bram pun kembali menarik pistol nya dan melemparkan nya pada salah satu pria dibelakang Arazey
"Apa yang terjadi? Bisa jelaskan sedikit?" tanya Arazey menatap takut Bram
"Dia tertembak dibagian punggungnya, dan sekarang lebih baik cepat tangani!"
Arazey pun mengangguk, "Suster tolong bawa keruang operasi" titah lembut Arazey, suster pun dengan cepat mendorong brankar tersebut menuju ruang operasi
"Ayo jalan!" Bram mendorong pelan tubuh Arazey agar berjalan, dengan penuh rasa takut, khawatir dan panik yang menjadi satu kini Arazey pun mulai melangkah
"Semoga operasi ini lancar seperti operasi sebelumnya" batin Arazey berdoa, "Jika tidak, bukan hanya nyawanya yang melayang tetapi nyawaku" lanjutnya lagi didalam hati
-
Setelah kurang lebih dua jam operasi pengangkatan peluru yang bersarang dipunggung seorang pria tadi, kini operasi pun selesai dan berjalan dengan lancar
Arazey pun langsung bernafas lega kemudian keluar dari ruang operasi, menemui Bram yang sedari tadi menunggu diluar
"Bagaimana?" tanya Bram tidak sabar dengan raut khawatir
Dengan senyum tipisnya Arazey mengangguk "Syukurlah, pelurunya berhasil diangkat dan tidak menyebabkan cedera serius" timpal Arazey dengan nada senang
Terdengar helaan nafas lega dari mulut Bram ketika mendengar penuturan Arazey, lantas dirinya kembali bertanya "Lalu apakah dia sudah sadar?"
"Untuk saat ini pasien masih dalam pengaruh obat bius, mungkin sebentar lagi pasien akan sadar" Arazey menjawab dengan nada tenang nya
Bram pun hanya mengangguk-angguk sebagai respon, melihat hal itu Arazey pun berpamitan untuk pergi "Kalo gitu saya pamit pergi tuan"
Baru saja hendak melangkah namun dua pria yang sedari tadi ikut menyimak malah menodongkan pistolnya dihadapan Arazey
"Ada apa lagi tuan?" panik Arazey seraya berbalik menatap Bram. Seringai tipis terbit dibibir Bram
"Anda tidak bisa kemana-mana dokter, sebelum bos saya sadar!" tegas Bram dan menyeret Arazey
...-Flashback Off-...
...****************...
Like, komen, vote, and gift nya kakak-kakak😍
Jangan lupa tambahkan Favoritnya❤
Seeyou again👑
Matahari mulai naik, didalam ruang rawat sana suasana masih sangat menegangkan hingga beberapa saat kemudian seorang pria yang tak lepas dari pandangan Arazey mulai membuka kelopak matanya
Dengan senyum lebarnya Arazey pun beranjak dari posisinya dan menyapa pria tersebut "Anda sudah sadar, om?"
Bukan nya menjawab pria itu malah menatap wajah Arazey dan sedetik kemudian Arazey tersadar akan ucapan nya "Astaga.. Maafkan saya tuan" ucapnya penuh rasa bersalah
"Tidak apa, panggil seperti awal" suara bariton khas pria tersebut berhasil membuat Arazey merinding, "Sangat menyeramkan" batin Arazey mengusap tengkuk leher nya
"Bagaimana ini bisa terjadi hah!" bentak Bram murka menatap Arazey yang saat ini tengah menunduk takut
"Maaf tuan, Arazey disini hanya dokter magang dan kejadian seperti ini benar-benar diluar dugaan kami" sahut seorang dokter muda dengan perawakan tinggi nya
Dengan penuh emosi Bram pun menarik kerah kemeja dokter muda itu "Kau bilang apa barusan? Maaf? Lalu bagaimana cara menyembuhkan nya hah?!"
"Maaf tuan, ini kesalahan saya yang tidak memeriksa lebih teliti, tolong lepaskan dokter Hans" ucap Arazey yang memberanikan diri menatap orang-orang didepan nya
Sekali hempasan Bram pun melepaskan sekaligus mendorong dokter Hans penuh emosi
"Saya benar-benar tidak tau bahwa peluru itu telah melukai sarafnya" sambung Arazey dengan mata berkaca-kaca
Beberapa saat lalu setelah seseorang yang diketahui bernama Grey Ricardo itu tersadar dan hendak bergerak namun na'as lengan kanan nya tidak bisa digerakkan sedikitpun
Dan setelah melakukan pemeriksaan ternyata saraf lengan kanan Grey terjadi kerusakan akibat peluru yang menyarang itu
"Saya akan menuntut rumah sakit ini akibat kelalaian yang terjadi!" tegas Bram dengan rahang mengeras
"Bisa kita bicarakan baik-baik, Tuan?" tanya dokter Hans penuh rasa hormat
"Saya tidak--" belum sempat Bram menyelesaikan perkataan nya Grey pun langsung memotong dengan tatapan mata yang mengarah pada Arazey
"Kamu mau bertanggung jawab 'kan, nona?" tanya Grey dengan nada menyeramkan nya
Dengan sisa keberanian nya, Arazey pun mengangguk "Saya akan bertanggung jawab tuan"
"Tidak perlu Ara, biarkan rumah sakit yang akan bertanggung jawab karena kekurangan tenaga medis senior disini" sahut dokter Hans dengan tatapan lembut nya
"Apa anda sedang mengajarkan junior anda untuk lari dari masalah, dokter?" sahut Grey dengan nada dingin nya
"Tidak tuan bukan seperti itu. Maksud saya, ini memang kesalahan kami yang kekurangan tenaga medis senior" jawab dokter Hans
"Tapi disini dokter magang Arazey tidak harus menerima konsekuensi nya biar pihak rumah sakit saja yang mengurus" lanjutnya menjelaskan
Namun bukannya terlihat senang, justru Grey malah mengeluarkan seringai dimana tatapan rendahnya ia tujukan pada dokter Hans
"Lebih baik kita bawa kejalur hukum!" tegas Grey seraya hendak turun dari ranjang rawatnya, tetapi belum sampai kaki itu menginjak lantai tiba-tiba saja Arazey menghalangi didepan nya
"Saya mau om, saya mau bertanggung jawab. Asal jangan membawa masalah ini ke jalur hukum" ucap Arazey putus asa
Senyum tipis terbit dibibir Grey kala melihat ekspresi Arazey "Baiklah kalian bisa keluar dan masalah ini saya anggap telah selesai!" tegas Grey menatap para dokter didepan nya
Baik dokter Hans maupun beberapa dokter lain nya hanya bisa pasrah dan mengikuti perintah Grey daripada berurusan lebih panjang
Begitupun dengan Arazey yang hendak berbalik namun suara dingin nan menusuk milik Grey berhasil menghentikan pergerakan nya "Memangnya siapa yang menyuruhmu pergi?"
"Bukankah tadi.." Arazey menggantung ucapan nya saat melihat ekspresi tidak enak dari wajah Grey, sedangkan sang empunya wajah kini beralih menatap sang asisten
"Ngapain masih disini?" tanya Grey dengan nada sinis
Dengan wajah percaya diri serta rasa bangga tersendiri, Bram pun menyahut "Tentu menjaga anda, Boss"
"Tidak perlu, dan keluarlah!" titahnya menatap tajam Bram
"Tuan anda.. Baiklah saya akan berjaga diluar!" putusnya yang tadi hendak menolak tetapi begitu melihat tatapan Grey, Bram pun hanya bisa menurut
Ceklekk~
Pintu kembali tertutup rapat yang hanya menyisakan Grey dengan tatapan sulit diartikan nya dan Arazey yang sibuk menunduk khawatir
"Buka baju--"
"Jangan om, saya masih mau kuliah hikss.." potongnya cepat seraya menatap Grey dengan air mata yang sudah berjatuhan
Tak!
Satu sentilan mendarat tepat di kening Arazey dan tentunya sentilan itu berasal dari tangan kiri Grey
"Aku ingin menganti pakaian, jadi bantu aku membukanya, bodoh!" geramnya gemas
"Hah?" dengan wajah polosnya Arazey malah menatap Grey dengan mulut setengah menganga bingung
"Memangnya kamu pikir aku menyuruhmu membuka bajumu, seperti itu hmm?" goda Grey dengan mata menyipit
Seketika Arazey pun langsung melotot "Tidak! Enak saja!" elaknya dengan pipi memerah
Hap!
Semuanya berawal dari sini.. Hingga Arazey benar-benar menyesal untuk kedepannya~
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
𝑵𝒆𝒙𝒕?
𝑳𝒊𝒌𝒆, 𝑲𝒐𝒎𝒆𝒏, 𝑮𝒊𝒇𝒕, 𝑽𝒐𝒕𝒆𝒏𝒚𝒂 𝑱𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝑳𝒖𝒑𝒂 𝑿𝒊𝒙𝒊𝒙𝒊𝒙𝒊
𝙎𝙚𝙚𝙮𝙤𝙪 𝘼𝙜𝙖𝙞𝙣👑
Didalam ruangan dokter khusus yang telah disiapkan untuk para pemagang kini terdengar geraman seorang gadis yang tengah menatap jengah handphone nya yang terus berbunyi
-
Dia Arazey gadis yang selama beberapa hari ini terlihat sangat frustasi meladeni seseorang yang saat ini menelpon nya
"Arghh! Tidak bisakah aku hidup tenang sehari saja?" geram Arazey kemudian menggeser tombol hijau yang tertera dilayar handphone nya
"Apa kamu ingin menghindari tanggung jawabmu, gadis kecil?!" pekik seorang pria disebrang sana
Padahal baru saja Arazey hendak berbicara tetapi pekikan pria itu berhasil membuat nya memejamkan mata seraya menarik nafas dalam-dalam
"Apa kamu tuli hah!" sentaknya karena tak kunjung mendapat jawaban, "Kenapa dari tadi telponku tidak diangkat-angkat hah?!" lanjutnya lagi
Terdengar deru nafas berat pria itu disebrang sana yang berhasil membuat Arazey merinding
"Maaf om, aku hanyalah mahasiswi magang yang harus mengejar nilai dirumah sakit ini" ucap Arazey dengan nada lembutnya
"Jadi aku tidak bisa memainkan handphone ku setiap saat karena itu bisa berpengaruh pada penilaian ku nanti" lanjutnya lagi di iringi senyum paksa
"Siapa yang menyuruhmu memainkan handphone? Aku hanya menyuruh untuk menjawab panggilanku!" kesal Grey disebrang sana
Benar! Orang yang sedari tadi terus menghubungi Arazey bahkan disaat dia sedang mengobati pasien adalah Grey Ricardo, pria yang beberapa hari lalu telah dipulangkan dari rumah sakit
Dari pada terus melanjutkan perdebatan yang tidak ada ujungnya ini, lebih baik Arazey memilih mengalah
"Baiklah maafkan aku om, tapi aku benar-benar tidak bisa nerima panggilan saat sedang mengobati pasien" ucap Arazey meminta pengertian
Terdengar deheman pelan disebrang sana, dengan cepat Arazey pun kembali berbicara, "Om perlu sesuatu?" tanya Arazey pelan
"Kerumah ku sekarang" titah Grey seenaknya, sedangkan Arazey yang mendengar hal itu pun langsung melotot kesal
"Maaf om tapi, bisakah ditunda dulu?" ucap Arazey perlahan. "Tidak!" sahut Grey dengan cepat
"Ayolah tolong mengerti posisi aku disini om, sebulan lagi aku selesai magang jika aku sering membolos bagaimana dengan nilaiku?" rengek Arazey memelas
Memang beberapa hari ini Arazey bak baby sister yang mengurus bayi besar, dimana Grey sering memintanya datang hanya untuk menyuapinya makan, menggancingi kemejanya, atau merapihkan pakaian ditubuhnya
Sungguh hal sepeleh yang tidak bisa Arazey sepelehkan, godaannya begitu berat saat ia melihat tubuh sempurna yang belum terbalut apapun itu
"Yasudah kalo gitu cepat keluar!" ucap Grey yang berhasil membuat Arazey kebingungan
"Keluar? Maksudnya? " ulang Arazey bingung. "Apa harus aku yang masuk?" ucap Grey membuat Arazey tambah bingung
Alhasil kini Arazey hanya terdiam memutar otaknya atas ucapan Grey tadi hingga tiba-tiba dari luar sana ada yang membuka pintu ruangan nya
Dengan cepat Arazey pun menoleh dan betapa terkejutnya saat mengetahui siapa yang masuk
"Om!" pekik Arazey kaget seraya berdiri
"Apa?" sahut Grey sinis seraya memutuskan panggilan telponnya
"Bagaimana?.. Bukankah tadi.. " ucap Arazey yang terus menggantung seraya menatap handphone nya
Tanpa disuruh ataupun dipersilahkan, Grey langsung duduk begitu saja didepan Arazey. "Sini" titahnya dengan nada dingin menyuruh agar Arazey mendekat
Dengan wajah bingung nya Arazey pun mengitari meja kerjanya dan berdiri didepan Grey
"Suapi aku makan" ucap Grey begitu saja berhasil membuat Arazey menganga
"Dia datang kesini hanya untuk disuapi?" batin Arazey tidak percaya
"Kenapa? Tidak mau?" tanya Grey dengan raut datarnya
"Tidak!" sahut Arazey cepat. Mendengar penolakan dari Arazey, Grey pun hendak mengeluarkan ucapan mematikan nya namun dengan cepat Arazey memperbaiki ucapan nya
"Maksud aku tidak masalah, om" ucapnya di iringi cengegesan
"Om mau makan apa? Biar aku beli dulu makanan nya" tanya Arazey karena saat masuk tadi Grey tidak membawa apapun
"Tidak perlu" sahut Grey
"Lalu om--" belum selesai Arazey berbicara tiba-tiba saja Grey mengeluarkan suaranya yang sedikit kuat menyebut nama seseorang
"Bram masuklah!" titahnya seraya menatap pintu
Arazey pun lantas ikut menatap pintu dan disana masuklah Bram sang asisten Grey dengan beberapa bungkus makanan berlogo ditangan nya
"Bukankah ada asistennya? Lalu untuk apa jauh-jauh datang kesini hanya untuk meminta disuapi" batin Arazey menatap jengah Grey
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
𝘾𝙪𝙠𝙪𝙥 𝙨𝙚𝙠𝙞𝙖𝙣 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙗𝙖𝙗 𝙠𝙖𝙡𝙞 𝙞𝙣𝙞
𝙎𝙚𝙚𝙮𝙤𝙪 𝙣𝙚𝙭𝙩 𝙗𝙖𝙗🤗
𝙅𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙇𝙪𝙥𝙖 𝙇𝙞𝙠𝙚𝙣𝙮𝙖 𝙝𝙞𝙝𝙞𝙝𝙞
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!