Hati berbunga bunga. Rasa rindu ingin segera terobati. Nejira Chaturpedi mengendari mobilnya dengan alunan lagi lagi kekinian. Seperti Joko Tingkir, Ojo di Banding bandingke, selamaku tahan dan sebagainya.
Nejira baru saja pulang dari dinas luar kotanya yang harusnya memakan waktu satu Minggu. Tapi karena Nejira kebut dalam kerjanya, ia berhasil menyelesaikan tugasnya dalam jangka waktu 3 hari.
Selain senang tugasnya selesai, ada hati yang harus di kunjungi Nejira juga. Nejira sudah sangat rindu dengan sang kekasih yang baru satu tahun ini menjalin hubungan.
Nejira sangat menaruh hati pada kekasihnya itu. Tak ada yang bisa menggantikan kekasihnya itu, untuk sekarang ini.
Mobil sudah terparkir rapi di parkiran, turun dari mobil dengan berwibawa. Tinggi tubuhnya yang sangat ideal sekali untuk wanita wanita yang meliriknya.
Langkah besarnya sambil menuju lift. Sayang sekali seorang penjaga mendekati Nejira, "Maaf tuan liftnya sedang di perbaiki. Harap menggunakan tangga darurat saja." Ujarnya memberi hormat pada Nejira.
"Aahh.. Aku ingin cepat cepat.. Gak ada cara lain gitu?" Desak Nejira.
"Eemmmm?" Penjaga itu menggaruk garuk pelipisnya.
"Gak ad.."
"Hussss haaahh huuaaaahhh capeknya" Seorang payalan membawa nampan sambil berkeringat dari sebuah tangga.
"Kamu kenapa?" penjaga itu memberikan kursi untuk untuk temannya agar duduk nyaman dulu.
"Ada ada ada.. Penghuni yang minta tolong ini itu.. Haaahhh aku capek.. Kapan ini liftnya selesai di perbaiki..?" Pelayan itu menjambak rambutnya sendiri.
"Eehhh tuan mau ke mana?" pelayan itu baru menyadari keberadaan Nejira.
"Aku mau ke atas.." Jawab Nejira pasrah.
"Satu kata tuan.. Semangat..!" Ucapnya. Setelahnya ia turun dari kursi dan berbaring di lantai.
"Biarkan saja dia tuan. Silahkan.." ucap penjaga itu.
Nejira meninggalkan kedua orang aneh itu. Sebenarnya Nejira juga tak ingin menaiki anak tangga, ini pertama kalinya seorang Nejira menaiki anak tangga. Tapi demi menemui sang pujaan hati Nejira siap melakukannya.
Satu persatu tangga ia naiki. Di lihatnya setiap tanjakan, kini ia sudah berada di lantai 10. Nafasnya terengah engah, keringat juga bercucuran. Tapi ia lega. Kini ia sudah di depan pintu apartemen Karin, kekasih Nejira.
"Aku rindu kamu sayang" Lirihnya sambil mencari card apartemen ini. Nejira juga memiliki akses masuk apartemen melalui card.
Nejira menempelkan cardnya, tapi ternyata pintu apartemen itu tidak di kunci rapat.
"Eehh tumben" Nejira berpikir positif saja.
Nejira membuka pintu perlahan, tidak ada siapa siapa di ruang tengah, hingga dapur. Saat mendekati kamar utama, Nejira melihat ada beberapa baju berserakkan di lantai.
Baju baju itu terdiri dari baju luar, baju perusahaan yang di kenal Nejira, baju wanita juga ada di sana.
Perasaan Nejira sudah tidak enak melihatnya. Nejira mencoba memunguti satu baju, di bacanya nama yang tertera di sana.
"Radama..". ejanya.
Di remasnya baju khusus perusahaan itu. Di pungutnya lagi satu baju lainnya yang adalah baju wanita.
"Karin?" Lagi lagi di remasnya baju itu.
Nejira mengikuti isi hatinya untuk terus mengikuti baju baju yang berserakkan itu. Bukan hanya baju luar saja sekarang, baju dalaman juga ada.
Hati Nejira semakin bergemuruh. Saat tiba di depan kemar utama yang di ketahui adalah kamar Karin.
Nejira tersenyum miring. Pintu kamar itu tidak di kunci rapat, terlihat sela cahaya dari dalam kamar hingga keluar kamar.
Tak bisa di pungkiri Nejira ingin melihat apa yang terjadi di dalam sana. Suaranya, bunyi bunyi aneh dari dalam menggelitik pendengaran Nejira.
"Aaahhh aaahh aaahhh" Terdengar suara horor itu dari dalam kamar.
"Lagi lagi lagi.. Ooohh" Keluh sang wanita.
"Iya sayang!!" Semangat sang pria yang sedang mendominasi wanitanya.
Lagi lagi Nejira tersenyum miring. Meratapi tontonan di depan matanya ini. Memang, ia akui, tubuh Karin memang indah. Meski tubuh indah sedang di miliki pria lain seperti sekarang ini.
Gerakkan, suara horor, terdengar mendayu dayu dari sana. Sepertinya masih ada yang di tunggu Nejira di sini. Jika saja ia ingin memergoki Karin saat ini juga mungkin akan sangat pas, tapi entah kenapa ada yang masih di nanti Nejira.
"Aahh ahaa aah aah aahhh" keduanya bersama sama.
Ini dia saatnya.
Draaakkk!! Pintu dibanting Nejira, tepat saat keduanya berada di puncak.
Uuhh sakit sekali!
Tapi inilah yang di nanti Nejira. Menanti keduanya sedang berada di puncak dan sama sama saling menikmati.
"Ne.. Ne.. Nejira.. Aahhh?" Karin tersentak. Padahal yang ia rasa sedang tanggung juga.
"Aaahh aaahh.. Apanya sayang..?" Erang sang pria yang masih dengan gerakkan asiknya.
"Radama.. Ada.. Aahh ada.. Ne.. Nejiraaahh" Karin meleguh sambil berucap.
"Menjijikkan!"
Cekrek..
Nejira memoto dan bahkan sejak tadi memideokannya. Setelahnya ia pergi meninggalkan apartemen itu.
Dengan perasaan kalut dan marah, Nejira menuruni tangga darurat. Nafasnya memburu, otak tidak dapat berpikir dengan benar.
Setengah berlari Nejira menuruni tangga, tanpa ia sadari, tali sepatunya terlepas dan bodohnya lagi menginjaknya.
Setttt.. Tali sepatunya terinjak sendiri.
Bruukk..
"Aaahhh?" Nejira sendiri terkejut.
Berguling guling, sedikitnya beberapa anak tangga hingga akhirnya berhantup di tembok.
Duuggg..
Mulai dari luka kecil hingga luka besar Nejira dapatkan, yang lebih parahnya lagi kaki Nejira berada di atas dan kepalanya di bawah.
Kepalanya mengeluarkan cairan merah. Untungnya salah seorang penghuni juga sedang menaiki tangga darurat dan menemukan Nejira.
"Nejira?" Pendengaran Nejira masih berfungsi hingga bisa mendengar ada yang memanggil namanya.
Tapi sesaat selanjutnya Nejira tak ingat apa apa.
###
7 bulan kemudian...
Siulan menemani Sara yang sedang berpatroli di malam ini. Tugasnya malam ini adalah menjaga peternakan ayam. Sara sudah cukup lama bekerja di peternakan ini, bukan hanya menjadi penjaga, Sara juga adalah pekerja peternakan seperti memberi makan ayam, menangkap ayam ayam yang akan di jual, mengumpulkan kotoran ayam untuk di jadikan pupuk, mencabuti bulu ayam jika ada pesanan, memunguti telur telur ayam juga adalah kegiatan gadis dengan nama lengkap Sara Darianti.
Pekerjaannya memang sedikit berbeda dari pekerjaan gadis muda dan belia lainnya. Tapi karena memang kemampuan pencaharian Sara di perternakan ini, maka Sara menerima saja pekerjaannya. Gajinya pun lumayan untuk menghidupi dirinya sendiri.
Sara hanya anak rantuan, saat meninggalkan kampungnya Sara sudah tak memiliki keluarga, Bapaknya sudah lama meninggal dunia, sang Ibu juga telah berpulang 3 tahun terakhir. Hingga Sara juga harus menjual semua aset dan rumahnya di kampung demi pengobatan sang Ibu. Saat sang ibu sudah tiada Sara harus angkat kaki dari rumahnya sendiri karena sudah di jualnya.
Sara tak masalah. Ia menikmati hidupnya sekarang. Beruntungnya Sara di temukan oleh sahabat sang ibu sewaktu muda dulu. Sahabat Ibu Sara yang mempunyai peternakan ayam ini. Meski memang tak terlalu luas tapi lumayanlah untuk menghidupi keluarganya. Sara sangat membutuhkan pekerjaan saat itu pun meminta tolong sang Bibi- Suna untuk memperkerjakan dia di peternakan itu.
Karena kasian melihat Sara Bibi Suna membolehkan Sara bekerja di sana hingga saat ini Sara sudah genap 2 tahun bekerja menjadi penjaga peternakan.
Sara tak tanggung tanggung lagi, ia langsung memilih tinggal di tengah peternakan ini. Di tengah tengah ayam ayam, kiri kanan kandang ayam, depan belakang banyak ayam.
Itulah kehidupab Sara. Tapi ia tidak pernah mengeluh ia malah senang dengan pekerjaannya ini. Sudah bisa membiayai kebutuhannya saja Sara sudah senang.
Seperti malam ini ia bertugas berpatroli keliling perternakan. Takut takut ada ular, musang, atau bahkan maling. Maklum ayam mahal sekarang.
Kadang bersenandung, kadang bersiul kadang berbicara sendiri. Itulah Sara.
"Huaaaammm ngantuk" keluhnya. Nara melihat lihat sekeliling tak ada yang aneh. Dan sebentar lagi Sara sudah kembali ke awal mula patrolinya.
"Eeehh?" Nara mendengar suar aneh. Suara orang sedang berbisik bisik.
"Wah pasti maling ini. Gak ada alamat lain" Bisik Sara.
"Tinggal aja di sini ama kok" Suara orang tak di kenali.
"Tuh'kan.. Gak mungkin ayam lagi mojok 'kan? Apanya yang di tinggalin? Telurnya.. Pantasan aku ****** telur sana sini. Emang ayam ya.. Eehh 'kan bukan ayam. Ayam mana bisa ngomong njir.." Sara memepuk keningnya.
"Maling.. Fiks.. Ini maling.." Sara mendekat perlahan ke arah asal suara.
"Hah?" Nara melihat dua orang mengendap endap.
"Nah kan" Bisiknya lagi.
"Aku harus apa ini? Aku harus apa?" Hati Sara meronta.
"Ayo pelan pelan ke sana.." Ajak seorang yang di anggap maling itu.
"Huaaahh kok dekati aku sih.. Aduh.." Sara yang belum bisa berpikir apa yang harus ia lakukan tercekat sendiri.
"Pentongan..!! Pentongan gak bawa" Histeris hati Sara. Ceroboh sekali kau.
"Huaaaaahh" teriak Sara ketika kedua orang tak di kenali ia berlari ke arahnya.
Sontak Sara juga berlari laju dengan kedua orang di belakangnya.
"Lhooo.. Kok dia lari juga.. Dia siapa bro?" Tanya orang pertama.
"Anak nyasar.." jawab asal temannya.
"Kita gak ketahuan kan?" Ketar ketir jadinya.
"Gaklah.. Kayaknya dia gak tahu apa apa.. Udah lari aja!". titahnya.
"Huaaaa aku di kejar tolong.. Haaaaa" Tangis Sara.
Setelah berlari hampir mengelilingi peternakan Sara memberanikan diri menoleh ke belakangnya.
"Sudah gak ada.. Kemana mereka?" Sara takut ia di kibuli oleh para maling itu.
"Aaahhhh" Sara menghela nafasnya.
Sementara itu kedua orang tak di kenali sudah meninggalkan perternakan itu dan membiarkan Sara berlari sendiri.
"Memang anak nyasar yang bodo lagi" Ejeknya.
***
Sara kembali ke dalam perternakan, ia sudab selesai memeriksa tempat di mana ia melihat maling tadi.
Tapi di sana tidak ada apa apa. Sara pulang dengan lemas kaki. Setelah berlari pontang panting karena di kejar maling.
"Eeehhh kok maling kejar penjaga.. Harusnya penjaga yang kejar maling.." Kekeh Sara seorang diri.
"Nue.. Kamu tahu.. Hahaha aku tadi di kejar maling. Aneh banget.. Hahahaha masa aku penjaganya malah di kejar maling.. 'kan aneh.. Hahahahaha" Sara terus tertawa sambil bercerita kepada kucing berwarna abu abunya.
Nue di berikan Bi Suna untuk menemani Sara di peternakan ini. Nue sejenis kucing persia yang sudah kawin dengan kucing lokal. Tapi meski demikian Sara sangat menyayangi Nue.
Pagi harinya..
"La lala.. Lalala.. La.. Lala.. Lalala... uuhhhh banyaknya" Sara tengah asik memunguti telur ayam.
Ada yang berserakkan di tanah, ada yang di bawah kandang, ada yang di dalam semak semak dan masih banyak lagi keberadaannya, ini adalah telur ayam petelur. Oleh karena itu telurnya sering di tinggal di mana mana.
Terkekeh lagi Sara mengingat kejadian semalam. Entah apa yang sebenarnya di bicarakan kedua orsng tak di kenali itu. Saat pagi pagi sekali Sara mengecek semua ayam ayamnya, tidak ada yang hilang, entag ayam atau telur atau semacamnya.
Sara bisa bernafas lega sekarang. Ditemani Nue yang berjalan jalan pagi, Sara mengumpulkan telur ayam. Sudah dapat satu kotak telur, Sara terus melanjutkan pencaharian telur ayamnya.
"Heh, Broto.. Mana lagi telur telur cewekmu itu.. Coba tumpuk satu tempat aja.. 'Kan mudah mungutinnya" gerutu Sara kepada seekor ayam jantan.
Petokkk petokkk petookk petookkkk..
Ayam ayam riuh ricuh di semak semak. Sara menunggu ayam ayam itu diam, Sara yakin ayam ayam itu baru saja mengeluarkan telur telurnya.
Setelah ayam ayam itu diam dan beranjak dari semak itu barulah Sara mendekati semak semak itu.
"Huahh tuuhkan ada banyak telurnya.. Memang ya ayam ayam.. Makasih ya.. Kawin sana lagi.. Biar makin banyak telur untuk aku jual.. Hahahahaha" Tawa jahat Sara.
"Miiiaaauuu.. Meeeooo" Nue berada di belakang Sara tak bisa diam.
"Eehh kenapa sih ka..." Sara tak bisa melanjutkan ucapannya ketika melihat apa yang tengah di djilati Nue.
Mata Sara membulat melihatnya. "Apa dia sudah mati..? Sejak kapan di situ..?" Pertanyaan spontan dari mulut Sara melihat seseorang dengan kondisi miris di tanah, entah masih bernafas atau tidak.
###
Sara mendekati pria yang terbaring tak berdaya itu. Dalam hati Sara sudah bergumam, apakah pria ini sudah mati atau hanya pingsan.
Sara menempelkan satu jari telunjuknya di hidung si pria itu. "Eehhh ini masih nafas gak nih..? Kok gak ada nafasnya.. Aduh! Langsung kubur ajakah?" Sara menimbang nimbang.
Takut salah prediksi, Sara kemudian menempelkan telinganya di dada pria itu. Di sanalah Sara tenang. Tenang karena merasakan detak jantung si Pria.
"Nue, dia masih hidup.." Pekik Sara kepada Nue yang sejak tadi ada di sana bersamanya.
"Kita bawa ya Nue.." Sara memopong tubuh si pria dan membawanya masuk pulang ke rumah Sara.
Sara membaringkan pria itu di lantai asal saja. Yang penting kepalanya berbantal empuk. Karena Sara tak ingin membaringkan pria tak di kenali itu di tempat tidur satu satunya.
Sara melihat pria itu sepertinya tidak akan sadar dalam beberapa waktu kedepan. Sara pun meninggalkan pria itu sendiri di dalam rumahnya dan memilih untuk melanjutkan pekerjaannya di luar sana.
"Nue.. Kamu tinggal di sini ya sama dia.. Kasian tuh." Imbuhnya pada Si Nue.
"Miaaaauuu.." Nue malah tertidur pulas di tempat tidur khusus untuknya.
Sara hanya menggelengkan kepalanya dan meninggalkan rumah untuk beberapa jam kedepan.
Sara kembali ke dalam rumahnya ketika sudah sampai waktunya ia beristirahat. Di lihatnya lagi pria itu masih di posisi yang sama sedangkan Nue sudah tak jelas posisinya.
"Dia ini tidur atau mati, atau setengah mati?" Sara mengangkat kedua bahunya setelahnya ia membersihkan tubuhnya.
Selesai mandi, Sara kembali dan tetap sama saja, pria itu masih terbaring tak sadarkan diri. Sara hanya menghela nafasnya, wajahnya juga tampak gusar.
"Apa aku salah tidakan bawa pria ini ke dalam rumah? Nanti kalau dia mati di sini, 'kan aku yang jadi tersangka.." Gumam Sara.
"Aahh lapar aahh" Sara seketika tak peduli dengan kesadaran atau kematian pria itu.
Ia kembali melakukan kegiatannya, memasak makan siang untuknya dan juga untuk Nue.
Kadang Sara juga menoleh ke arah pria yang di baringkannya di tengah rumah itu. Pria itu tak beranjak atau pun memperbaiki posisi tidurnya.
"Aahh mungkin aku yang kelewatan bodohnya, masa bawa laki laki tak di kenal di rumah.. Kondisinya gitu lagi" Gerutu Sara lagi.
"Heeeemmm wanginya tumis kangkung aku" Puji Sara pada masakannya sendiri.
"Miaaauuu" Nue sudah berada di kaki Sara.
"Eeehhh Nue bangun.. Ini Nue pasti lapar 'kan?" Sara memberikan makanan Nue yang sudah di siapkan Sara di mangkuk khusus Nue.
"Eehhh?" Sara terkejut bukan main.
"Hai?" Sapa Pria yang tadi terbaring kini sudah duduk seperti Nue di lantai.
Sara menganga tak percaya. "Hei aku lapar juga kayak kucing ini. Ini boleh aku makan?"Pria itu menunjuk makanan Nue.
"Heehh jangan itu khusus untuk Nue, mana boleh kamu makan!" Pekik Sara.
"Oohh kirain boleh aku juga makan. Kayaknya enak gitu lhooo. Oh ya aku ini siapa ya..? Aku di mana nih..?" Tanya pria itu santai.
Mulut Sara semakin terbuka lebar nganganya mendengar pertanyaan aneh pria di hadapannya.
"Kamu bukan malaikat 'kan. Malaikan yang tersesat karena angin sepoi sepoi" Sara ikut berjongkok seperti pria itu.
"Hah?" Wajah polos pucat, rambut acak acak. Apakah itu di sebut malaikat, Sara?
"Aahh sudahlah.. Kamu lapar? Aku ada tumis kangkung sama ikan peda mau?" tawar Sara.
"Mau mau yang penting bisa di makan, aku lapar banget" Keluhnya tapi sangat bersemangat.
"Hahaha.. Oke bentar ya.." Sara menyajikan masakkannya.
Sara dan si pria tak di ketahui ini makan sambil melantai. Tak jauh dari mereka juga ada Nue yang juga sedang menikmati makanannya.
"Aaahhh enaknya.. Enak banget ini" Puji pria itu.
"Hahah masakan biasa emang enak" tambah Sara.
"Eeemm" Mulut pria itu penuh dan hanya bisa bergumam sambil mengangguk.
"Aahhh kenyanngnya.." Akhirnya mereka selesai makan.
"Oohhhh ya kok aku di sini? Kamu kok bisa ketemu aku?" Pria itu mulai lagi dengan pertanyaannya yang membuat Sara menganga lagi.
"Harusnya aku yang tanya gitu sama kamu. Kok kamu ada di sini? Pingsan lagi, aku ketemu kamu di semak semak itu.." Jelas Sara sambil menggigit sisa ikan pedanya.
"Oooooohhhhhh" Pria itu malah ber'oh panjang.
"Astaga bodohnya laki laki ini" Gerutu Sara. Sepertinya ini jadi hobi baru Sara, menggerutu.
"Oohhh ya nama aku siapa?" Tanya pria itu tiba tiba lagi setelah 'oh' panjangnya.
"Haaaaahhhh?" Pekik Sara. Lemas semua tungkai Sara rasanya.
"Harusnya aku yang tanya sama kamu.. Nama kamu siapa! Haaahh kamu kok.. Ya ampun" Sara tak habis pikir dengan pria di sampingnya ini.
"Kan aku gak tahu nama aku siapa.. Mungkin kamu tahu" tambahnya.
"Lhooo lhooo lhoo.. Ada ada bae kau.. Yang ada aku bingung.. Kok kamu ada di perternakan aku ini.. Baring baring lagi di rumput. Udah sadar malah tanyain aku yang lebih gak tahu apa apa" Pekik Sara lagi.
"Jadi artinya kamu juga gak tahu aku siapa?" Pria ini semakin memancing Sara.
"Haaaaahhh.. Kok kamu aneh banget.." Keluh Sara.
"Hee'emmm?" Pria itu mengangkat bahunya.
"Untung masih ingat pake baju sama celana ya" Gumam Sara.
"Heemmm aku boleh 'kan tinggal sama kamu?" Wajah pria itu memelas.
"Hah..? Nebeng aku? Lah kok?" Sara masih syok mendengar semua ini.
"Aku.. Aku gak tahu aku siapa.. Mana aku tahu namaku, rumahku.. Aku abis ngapain mana aku ingat.. Jadi aku tinggal sama kamu aja bolehkan?" Pria itu mengedipkan matanya beberapa kali.
"Astaga pria ini" Sara menggelengkan kepalanya.
"Oke boleh, tapi aku lapor polisi dulu, abis itu kita tunggu keluarga kamu cari kamu ya" Ide Sara. Sara yakin pria ini hilang. Pasti keluarganya akan menghubungi kantor polisi tentang kehilangan anggota keluarganya.
"Kok kamu angguk angguk gitu..?" Tanya Pria itu yang sejak tadi memperhatikan Sara.
"Aahh gak apa apa.. Dengar ya.. Nanti abis ini kamu mandi, tuh kamu lumpur semua, nanti mandi, abis itu kita ke kantor polisi. Aku bantu kamu pulang ke keluarga kamu" Intruksi Sara.
"Oke deh.. Aku mandi dulu" Pria itu beranjak dari dapur.
"Heh.." panggil Sara lagi.
"Apa?" Pria itu menoleh ke arah Sara.
"Itu pintu keluar.. Ini kamar mandi dan toiletnya.." Sara menunjuk arah yang benar pada pria itu.
"Hehehe.." Cengengesanlah dia.
"Kok dia gak tahu namanya sendiri, nanti kayak apa apa kasih laporan ke polisi kalau nama aja gak tahu" Sara berpikir.
"Aahh bodo amat.. Yang penting bawa dulu ke kantor polisi" keputusan Sara.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!