HALLLLLOOOOOO
Bertemu lagi dengan karya baru Yanktie.
Sebelum kalian terus baca jangan lupa masukkan di rak Favorite ya. dan Yanktie juga ingatkan baca cerita lain hasil karya Yanktie yang ada di Noveltoon/Mangatoon denga judu
***-***CINTA KECILNYA MAZ
KESANDUNG CINTA ANAK BAU KENCUR
TELL LAURA I LOVE HER
I MARRIED MY DAUGHTER
################
Aurel langsung pingsan, dia tidak kuat menerima cobaan ini. Cinta pertamanya, kekasih hatinya meninggalkan dirinya selama-lamanya. Aurel tersadar saat jenasah Radit sudah sampai di rumah. Wajah dan badan Radit terlihat utuh, dia mengalami benturan di kepala belakang sehingga langsung meninggal saat kejadian. Ponselnya hancur sehingga tidak bisa dilacak nomor yang bisa dihubungi oleh petugas rumah sakit
Aurel hanya diam termenung, dia baru saja melepas kepergian laki-laki tercintanya. Mereka baru pulang dari pemakaman. Aurel duduk termenung dikamar atas. Kamarnya dan Radit. Serasa kamar ini sangat kosong dan tak ada hangat kehidupan lagi.
“Kamu harus kuat, karena Aira dan Darrel membutuhkanmu. Apa kamu rela mereka diasuh orang lain yang tidak sesayang kamu? Apa kamu mau mereka tumbuh tanpa cintamu sedang cinta papap nya sudah tak ada?” nasehat ayah Aurel.
Aurel hanya menjawab dengan isakan dan gelengan.
“Sekarang kamu wudhu dan pergi tidur. Cukup malam ini saja kamu terpuruk. Besok pagi kamu harus bangun dengan kaki yang kokoh untuk menopang kedua anakmu tanpa adanya Radit,” ayahnya memberi sugesti pada Aurel agar dia berani mengangkat wajah dan menunjukan pada dunia kalau dia kuat.
Sehabis makan malam yang terlalu larut Aurel mendatangi kamar Darrel, dia ingin mambawa Darrel tidur dengannya seperti saat masih ada Radit almarhum suaminya. Sejak kemarin terlintas dalam pikiran Aurel untuk kembali ke rumah ayahnya, karena disini dia hanya menantu. Namun dia berpikir ulang, bagaimana perasaan ibu mertuanya bila dia dan anak-anak meninggalkannya untuk pindah ke rumah ayah?
Dia kembali teringat ketika Radit memberinya brosur rumah untuk dia pilih, namun dia menolaknya dengan alasan kasihan ibu. Mengapa sekarang dia yang ingin meninggalkan perempuan itu sendirian tanpa anak dan suami? Sedang ayahnya masih ada Bagas sebagai teman. Aurel sadar dia terlalu egois bila meninggalkan ibu dengan alasan dia hanya menantu.
“Pap, kamu lihat kami enggak? Kami baik-baik saja. Semoga Papap bahagia disana ya” Aurel berkata lirih sambil memandang wajah Darrel yang sangat mirip dengan Radit. Diciumi wajah anaknya sambil terisak.
***
Rajev terkejut saat Saskia mengajak bertemu setelah pertemuan mereka dua bulan lalu. Sejak pertemuan itu memang Rajev enggan menghubungi Saskia yang dia rasa jauh dari ekspektasinya. Rajev menginginkan wanita sederhana yang mau mengurus rumah tangga walau dia punya jabatan tinggi. Dia melihat Aurel dan ibu mertuanya adalah contoh perempuan mandiri dengan karier bagus namun tetap mengurus suami dan anak.
Rajev menyimpulkan Saskia sosok yang sangat mengidolakan harta dan tak mau hidup susah. Perempuan itu tidak bangga dengan kultur bangsanya dan sangat memuja peradaban dan pergaulan ala barat, bertolak belakang dengan Rajev yang sangat menjunjung peradaban Timur dari negara asalnya yaitu India.
Untuk memuaskan rasa ingin tahunya maka Rajev menyetujui permintaan bertemu dari Saskia. Namun dia beralasan sedang tidak punya uang sebab uangnya habis dikiirim untuk ibunya di India sehingga meminta mereka bertemu dirumah makan sederhana. Awalnya Saskia menolak. Namun saat Rajev meminta Saskia yang membayar bila bertemu di rumah makan mahal, maka Saskia pun setuju usulan Rajev.
Tentu saja Rajev bisa menilai kalau Saskia sama sekali tak mau keluar uang sama sekali. Hal itu tidak dia alami saat beberapa kali makan dengan Aurel. Aurel selalu berupaya membayar duluan apa yang mereka makan.
Saskia tetap terlihat cantik walau sedikit pucat dan agak kurus. Karena makan di rumah makan murah maka malam ini busana Saskia hanya celana dibawah lutut dengan kebaya brokat tangan pendek pas body. Tentu saja dia tetap terlihat cantik dengan make up naturalnya
Tak ada percakapan penting, hanya saling menanyakan khabar selama dua bulan tidak bertemu. Lalu Saskia mengajak Rajev untuk main ke rumah tinggalnya, yaitu apartemen kecil yang kalau di Indonesia kita sebut kost. Satu ruang kamar tidur dengan ruang tamu kecil dan dapur serta toilet.
Rajev mulai curiga mengapa orang yang baru dua kali bertemu dan tak pernah kirim khabar langsung mengajak main ke rumah tinggalnya. Sebagai orang Timur, selama dua kali pertemuan Rajev belum pernah sekali pun menyentuh tubuh Saskia selain bersalaman. Dan sebagai lelaki Rajev pun tak mengumbar kata manis yang menunjukan ketertarikannya pada Saskia. Namun dia tetap meng iyakan ajakan Saskia walau tetap berusaha waspada.
“Silakan masuk” ajak Saskia begitu sampai di rumahnya.
“Maaf, biarkan pintu terbuka. Karena saya tak ingin orang menduga hal yang salah bila pintu anda tutup selama saya berada disini” pinta Rajev saat Saskia ingin menutup pintu apartemennya.
Rajev duduk di sofa diruang tamu kecil milik Saskia.
“Kamu mau minum dingin atau panas?” tanya Saskia ramah.
“Saya ingin susuu panas saja” jawab Rajev pasti. Dia sengaja minta susuu, setidaknya akan sulit mencampur obat pada minuman suusu.
“Wah persediaan suusu saya sedang habis,” Saskia berkata penuh penyesalan.
“Wah tidak apa-apa, santai saja. Tak perlu kamu sediakan minuman karena saya tidak akan lama. Saat ini kita habis makan malam, dan saya sudah tahu dimana kamu tinggal. Jadi kapan-kapan lagi saya akan main kesini bila waktu luang kita bersamaan,” Rajev segera berdiri dan pamit.
Saskia kecewa, dia harus mencari mangsa lain. Seorang yang masih muda dan cukup kaya untuk membiayai hidupnya. Dia mencari suami untuk menutupi kehamilannya. Karena pria yang membuatnya hamil tak akan mungkin menikahinya sebab sudah punya istri di Singapore.
***
Reza melajukan mobil kearah area penyimpanan barang proyek, namun ditengah jalan mobil mereka dihadang tiga motor . Enam orang pria menggedor mobil dengan keras. “Ibu didalam saja, biar saya yang turun,” Reza memerintah agar Aurel tetap didalam. Dia khawatir keselamatan nyonya besarnya.
“Mbak, kamu bisa bela diri?” tanya Aurel tenang, dia malah bertanya pada mbak Murti yang mendampinginya.
“Bisa sedikit Bu” balas mbak Murti .
“Ya sudah, kamu lindungi saya dari belakang saja. Mas Reza enggak perlu khawatir, saya siap menghadapi mereka,” tanpa menunggu jawaban Reza, Aurel segera turun diikuti mbak Murti .
“Apa mau kalian?” tanya Aurel santai.
“Kami minta hentikan pembangunan proyek itu,” balas seseorang dari mereka.
“Apa hak kalian meminta saya berhenti?” Aurel mencari lokasi yang agak jauh dari mobil dan lebih luas untuk dia bergerak. Reza yang ketakutan sudah menelpon temannya serta polisi di lokasi situ. Sesudah itu baru Reza keluar dari mobil.
“Enggak perlu banyak tanya. Yang penting hentikan pembangunan!” ancaman kembali dilakukan oleh seorang pria dari rombongan itu.
“Kalian salah besar menghentikan saya, saya punya ijin resmi lengkap. Tak ada yang bisa mengancam saya untuk mundur,” balas Aurel tanpa ragu.
“Kamu perempuan keras kepala. Seharusnya kamu menurut perintah kami!” seru seorang lainnya.
“Sudah langsung bawa saja mereka,” balas yang lain sambil mendekat ke arah Aurel.
Tanpa menunggu, Aurel langsung menyerang mereka dengan ilmu bela dirinya. Reza dan mbak Murti tertegun melihat keahlian boss mereka, lalu mereka pun ikut terjun menemani Aurel.
Saat posisi sudah hampir menang, polisi datang dan membuat kawanan perusuh bergegas ingin kabur namun Reza dapat merusak satu motor dan mbak Murti berhasil mengambil kunci motor lainnya. Satu motor yang berhasil dinyalakan bisa kabur dengan tiga orang perusuh. Sementara tiga yang lain terkapar dikaki Aurel.
Reza mengikuti mobil polisi yang membawa para perusuh. Aurel ingin mendengar siapa dalang kerusuhan yang terjadi di proyek ini. Dalam benak Reza dan mbak Murti tak pernah menyangka ternyata boss besarnya sangat diluar dugaan. Reza yang mengenal almarhum Radit sejak kecil saja tau, kemampuan bela diri Radit sangat minim. Sangat berbeda jauh dengan sang istri.
\================================================
Hallo semua. Semoga selalu sehat yaaaa
YANKTIE mengucapkan terima kasih kalian sudah mampir ke cerita sederhana ini. Ditunggu komen manisnya ya
Jangan lupa juga kasih LIKE, hadiah secangkir kopi atau setangkai mawar dan setiap hari Senin gunakan VOTE yang kalian dapat gratis dari noveltoon/mangatoon untuk diberikan ke novel ini ya
Salam manis dari Sedayu~Yogyakarta
\============================================================
AURELIA POV
Aku tidak tahu kenapa kak Raditya Putra Sebayang rajin banget buntutin aku. Dia sosok yang punya banyak pemuja di kampus ku, bukan hanya di fakultasku saja. Dia ketua senat yang pintar, ganteng dan dari keluarga terpandang yang kaya. Ayahnya hakim terkenal dan ibunya dokter anak.
Sedang aku hanya mahasiswi baru yang bukan dari keluarga kaya, ibuku sudah hampir 4 tahun meninggal saat aku masuk SMA di bulan kedua. Ayahku hanya PNS biasa dan tidak memiliki jabatan yang membuat kami hidup berlebih tapi tentu saja tidak hidup berkekurangan. Aku sulung dari dua bersaudara, adikku laki-laki saat ini masih kelas 2 SMP.
Namaku Aurelia Putri Wicaksono mahasiswi semester satu dan ambil jurusan Hubungan Internasional, aku ingin suatu saat kerja di kedutaan dan bisa melanglang dunia.
END AUREL POV
***
“Hai Rel, udah selesai kuliah?” sapa Radit, mahasiswa akhir jurusan Bisnis dan Manajemen. Dia menghampiri Aurel bersama dua orang temannya, seorang kakak manis dengan rambut sepundak dan seorang kakak ganteng berkaca mata.
“Iya Kak sudah … mari.” Aurel dengan sopan menjawab dan pamit permisi untuk keluar dari kampusnya.
“Kok pulang sih. Kami ke sini ‘tu ‘kan nyamperin kamu,” sapa si Kakak manis.
“Eh maaf Kak, ada perlu apa ya sampai datang ke sini nyamperin saya?” Aurel baru sadar mereka beda fakultas. ‘Tapi ‘kan emang ketua senat mah biasa ada di fakultas mana aja ‘kan?’ pikir Aurel.
“Ini, Vino pengen kenalan ama kamu!” sahut Kakak manis itu lagi sambil menunjuk temannya yang berkaca mata tadi.
Aurel pun berjabat tangan dan saling menyebut nama.
“Aurel.”
“Vino.”
“Mirna.”
“Aurel, saya mau ngajak kamu ikut team kesenian yok, kita ikut kelas karawitan Jawa,” papar Kak Mirna.
“Wah saya enggak bakat Kak, maaf saya enggak bisa ikut,” balas Aurel sopan, dia memang bukan penyuka seni yang mau bersusah payah belajar gending Jawa yang rumit.
“Wah belom-belom kok udah bilang enggak bakat sih?” tegur Vino.
Sementara Radit hanya memperhatikan saja. Jujur … banyak gadis dari beberapa fakultas yang cantik, pintar, dan mengejarnya, tapi dia tidak pernah sekali pun tertarik dengan lawan jenisnya. Sejak remaja Radit belum pernah pacaran karena memang belum pernah sekali pun tertarik pada perempuan dan tak minat untuk mendekati perempuan.
Namun saat pertama melihat Aurel yang sedang membantu kawannya ketika posma, Radit langsung tertarik pada gadis kecil yang menurut pandangan matanya manis. Aurel tidak terlalu tinggi namun juga enggak pendek, kulitnya sawo matang tidak putih dan sedikit tomboi. Belum pernah sekali pun Radit melihat Aurel menggunakan rok atau minimal kulot lah.
Sejak pagi Radit memang meminta Mirna sepupunya dan Vino sahabatnya untuk membantu mendekati Aurel. Tentu saja kedua orang yang selalu menjadi team solid itu takjub saat tahu Radit tertarik pada seorang gadis.
“Bisa minta nomor teleponmu?” tanya Mirna
“Ini Kak,” Aurel memberikan nomor ponselnya untuk di save Mirna.
Mirna memanggil nomor Aurel. “Save nomor ku ya,” pintanya ramah.
“Oke, Kak saya save,” balas Aurel lalu dia langsung menyimpan nomor Mirna.
Hari ini ulang tahun Bagas, sejak kemarin Aurel sudah membelikan ponsel jenis terbaru sebagai hadiah. Dia juga menjual ponsel lamanya agar tabungannya tidak terlalu terkuras. Sejak SMA Aurel punya penghasilan pribadi sebagai guru privat bahasa Inggris dan juga menerima pesanan tart ulang tahun atau cake.
‘Selamat ulang tahun adik gantengnya mbak, jangan nakal dan terus berprestasi ya! Begitu tulisan dalam kotak yang Bagas terima pagi ini di tempat tidurnya. Dia terbangun melihat dua bungkus kado, tentu dari ayah dan mbaknya.
“Mbak!” seru Bagas sambil keluar kamar, “Terima kasih ya Mbak,” katanya sambil memeluk kakak tercinta nya yang lebih sering Bagas anggap sebagai bunda, karena sejak dia naik kelas 5 SD bunda nya sudah meninggal, dan sudah terbaring sakit-sakitan 3 tahun. Sehingga sejak kecil memang lebih sering Aurel yang merawatnya.
“Iya sama-sama, nanti kalau kartunya sudah di pindah, ponsel lama dimasukan kardus lalu kita jual ya Dek, lumayan kan?” saran Aurel.
“Iya Mbak, aku terserah Mbak aja,” jawab Bagas, tidak menyangka dia bisa punya ponsel jenis terbaru secepat ini.
***
Tidak terasa semester pertama sebagai mahasiswa sudah Aurel lewati, libur semester tak ada hal yang istimewa kecuali dia banyak pergi jalan-jalan ke toko buku untuk melihat resep aneka kue, lalu disimpan dalam ingatan di otaknya karena tentu saja tak mungkin bisa mencatat resep-resep yang di lihat nya. Atau kadang dia ke lapak buku bekas dan membeli buku resep kue di sana.
Hari ini jadwal Aurel daftar ulang, dia mendatangi aula dengan membawa berkas nya berupa formulir daftar ulang yang sudah dia isi dan copy-an kwitansi pembayaran uang kuliah semester depan yang dia dapat dari bank serta copy nilai semester lalu. Saat sedang menunggu giliran dan asyik ngobrol dengan Rissa teman seangkatannya, dari ujung ruangan terdengar teriakan seseorang memanggil namanya “Aurel!”
‘Astaga, siapa yang tidak tahu malu meneriakkan namaku di aula seperti ini?’ tanya Aurel dalam hatinya, dia menoleh ke arah suara yang memanggilnya dan terlihat kak Radit melambaikan tangannya. Tentu saja teriakan tersebut membuat banyak orang melihat ke arah Radit lalu juga ke arah Aurel yang hanya diam terpaku.
RADIT POV
Dua minggu full aku tak pernah lihat sosok peri kecilku di kampus. Dia memang bukan aktivis kampus seperti aku yang hampir tiada hari tanpa ke kampus. Libur semester ini sangat menyiksaku. Aku memang punya nomor ponsel Aurel yang kutulis dengan nama thinker bell karena buatku, dia memang peri kecil seperti di cerita dongeng anak-anak. Aku sangat merindu sosoknya. Pernah beberapa kali aku kirim chat padanya namun dia menjawab hanya seperlunya. Beda dengan obrolannya dengan Mirna, mereka sering cerita tentang apa pun. Walau sering aku kirimi pesan masih saja Aurel sulit aku dekati, dia selalu membatasi kata bila berbalas chat denganku. Dan dua minggu ini malah tak ada pesanku yang dia baca walau sering aku tahu dia berbalas chat dengan Mirna, karena sepupuku itu cerita dia sedang chat dengan Aurel saat aku bersamanya.
Aku sampai bingung dengan sikap Aurel. Puluhan gadis mengharap balasan attensi-ku, dia malah mengacuhkanku.
‘Apa ini yang di sebut karma? Aku yang bergelar Raditya si gunung es malah ngejar gadis yang tak peduli pada diriku.’
Hari ini jadwal daftar ulang, semester terakhirku karena semester ini aku sudah tidak ikut mata kuliah kecuali ujian skripsi saja bulan depan. Namun, peraturan tetap mengharuskan aku terdaftar sebagai mahasiswa.
Kulihat dari segerombolan anak semester dua, ada sosok yang dua minggu ini selalu menjadi teman angan yang aku rindu. Tanpa sadar kuteriakan namanya seakan merupakan luapan perasaan rinduku yang meronta untuk keluar dari jeruji pagar ambang batas logika.
Aku tak pernah berpikir bahwa akibat teriakanku barusan semua gadis yang menyukaiku akan membenci Aurel karena dia bisa mendapat attensi istimewa dariku dan semua pemuda yang menyukai Aurel akan sadar untuk bertarung denganku bila ingin memilikinya.
Aku juga tidak berpikir Aurel akan malu akibat kelakuanku tersebut.
Yang aku tahu, aku bahagia bisa melihat sosoknya dan sekarang aku menghampirinya untuk mengajaknya ngobrol. Waktu kuliahku hanya tinggal semester ini. Aku harus bisa segera mendekatinya. Hanya dirinya yang bisa membuatku panas dingin bila tidak mendengar kabarnya atau melihat sosok dirinya.
END RADIT POV
AURELIA POV
Libur kuliah akan berakhir minggu depan, selama dua minggu terakhir aku bahkan sengaja tak membalas chat dari teman-teman kak Radit apa lagi dari dirinya. Aku tak mau dianggap orang ketiga, antara kak Mirna, kakak manis dan santun kekasih kak Radit. Minggu lalu aku banyak bereksperimen dengan aneka resep baru sehingga diprotes ayah, karena beliau bilang takut kadar gula darahnya naik. Sebab setiap hari aku sediakan cemilan kue hasil kreasiku. Salahnya sendiri, aku sudah siapkan sepotong, beliau selalu nambah sepotong atau bahkan dua potong karena dia bilang kue buatanku enak.
Minggu terakhir libur besok aku sudah berniat akan mereposisi tata letak furniture di rumah dan di dapurku. Karena aku kerjakan sendiri atau kadang di bantu Bagas bila dia ada di rumah, tentu butuh waktu semingguan.
Hari ini aku ke bank untuk bayar uang semesterku, tak aku sangka bertemu dengan kak Mirna dan teman-temannya.Tak kulihat kak Mirna bersama kak Radit kekasihnya.
“Rel, foto berdua yuk,” ajak Kak Mirna saat kami berdua sedang baris di antrian kasir. kak Mirna memberikan ponselnya pada salah seorang temannya untuk memotret kami. Aku tersenyum manis ke kamera ponsel kak Mirna.
“Kirim fotonya ke aku ya Kak, pasti keren punya koleksi foto bersama kakak senior cantik yang nge top di kampus,” pintaku.
***
Hari ini jadwal aku daftar ulang, aku bertemu Rissa dan kami bertukar cerita serta melihat kelengkapan daftar ulang kami. Ini adalah daftar ulang pertama bagi kami, kami periksa berkas yang berupa formulir daftar ulang yang sudah di isi dan copy-an kwitansi pembayaran uang kuliah semester depan yang kami dapat dari bank serta copy nilai semester lalu.
Saat sedang menunggu giliran dan asyik ngobrol dengan Rissa dari ujung ruangan kudengar teriakan seseorang memanggil namaku dengan sangat keras dan menggema di aula ini. “Aurel!”
Astaga, siapa yang tak tahu malu meneriakkan namaku di aula seperti ini? Aku menoleh ke arah asal suara yang memanggilku dan kulihat kak Radit melambaikan tangannya. Tentu saja teriakan tersebut membuat banyak orang melihat ke arah kak Radit dan diriku.
Speechless dan tentunya aku malu menjadi bahan tontonan banyak orang di aula ini. Untung saat bersamaan namaku di panggil oleh ibu yang bertugas menerima pendaftaran daftar ulang. Aku bergegas menghampiri ibu itu dan menerima berkas untuk mengisi mata kuliah yang akan kuambil semester depan.
Kak Radit menungguku sampai proses daftar ulang selesai. “Rel, kita minum es cendol depan yuk,” ajak nya kepadaku.
“Baik Kak,” walaupun malas, aku menjawab ajakan Kak Radit. Aku tak ingin jadi bahan tontonan lagi bila bersitegang menolak ajakan kak Radit di aula tersebut. Saat akan keluar ruangan kami bertemu dengan kak Mirna dan rombongannya. “Cie, cie bisa jalan bareng,” goda kak Mirna.
Aku tentu bingung mengapa bisa kak Mirna tidak marah melihat kekasihnya jalan denganku dan malah menggodanya?
AUREL END POV
Radit mengajak Aurel ke pojok halaman aula, mau di sebut kantin ya tidak tepat, karena ada kantin resmi yang berada agak jauh dari aula ini. Tapi di sini mangkal banyak pedagang yang di gemari oleh para mahasiswa.
Radit mengarahkan Aurel ke kursi di sudut kantin. “Kamu mau pesan bakso atau yang lain selain es dawet?” tanya Radit.
“Saya dawetnya sedikit aja, esnya juga sedikit Kak, sama siomay enggak pakai tahu,” jawab Aurel.
Radit meletakan tasnya di meja, lalu dia menghampiri para pedagang yang hendak di pesannya. Tak lama dua gelas es dawet serta siomay dan ketoprak siap tersaji di depan mereka.
“Kenapa chat aku enggak pernah di balas, bahkan di baca pun sudah lama setelah aku kirim?” tanya Radit tanpa ragu.
“Saya sibuk, jarang pegang ponsel,” jawab Aurel tanpa merasa bersalah.
“Tapi saat sudah kamu baca ‘kan bisa balas,” sanggah Radit.
“Percuma ‘kan? Yang Kakak tanya kadang sudah basi bila saya jawab. Misal Kakak tanya udah makan siang, saya jawab malam mau tidur ‘kan sudah enggak relevan?” tukas Aurel.
“Kenapa sih kamu ketus gitu?” tanya Radit lembut sambil memandang Aurel yang sedang menatapi siomaynya.
Tak ada jawaban beberapa saat, sehingga kembali Radit mengulang pertanyaannya “Kenapa kamu ketus padaku Rel? Apa sejak kita kenalan aku pernah bikin salah ama kamu sehingga kamu begitu?”
“Enggak Kak, enggak ada yang salah kok,” jawab Aurel lirih, dia tidak suka bila disudutkan seperti ini, dia suka dengan sosok Radit. Namun dia tak akan mengembangkan rasa suka itu lebih dari saat ini, karena tak ingin melukai sesama perempuan. Dia tak ingin menjadi orang ketiga antara Radit dan Mirna. ‘Wait … tapi koq tadi kak Mirna enggak marah ya?’ pikirnya ragu.
“Mulai saat ini kamu enggak boleh enggak jawab chat-ku kalau memang benar aku enggak salah ke kamu seperti kamu bilang barusan,” cecar Radit.
“Tapi Kak …,”protes Aurel belum selesai sudah dipotong oleh Radit.
“Enggak ada tapi-tapian,” potong Radit cepat. Membuat Aurel mengangkat wajahnya dan memandang sosok berkharisma di depannya yang sedang menatap kearahnya tajam.
Aurel melanjutkan makannya, sebenarnya dia sudah tidak berselera tapi dia ingat ajaran almarhum bundanya yang selalu menasehati jangan pernah membuang rizky. Dengan pelan dihabiskannya siomay yang sesungguhnya sangat dia sukai.
“Kamu mau langsung pulang atau masih ada tujuan lain?” tanya Radit.
“Mau beli beberapa bumbu dan bahan kue sebelum pulang,” jawab Aurel lirih.
“Kakak antar ya?” pinta Radit.
“Enggak perlu Kak,” tolak Aurel hati-hati, dia tak ingin seniornya ini marah.
“Aku tidak terima penolakan!” tegas Radit mengintimidasi.
‘Kalau tak mau terima penolakan, kenapa nanyat mau antar?’ Aurel tentu saja keqi pada Radit. Dia hanya bila ngedumel dalam hati
***
=============================================================
Hallo semua. Semoga selalu sehat yaaaa
YANKTIE mengucapkan terima kasih kalian sudah mampir ke cerita sederhana ini. Ditunggu komen manisnya ya
Jangan lupa juga kasih LIKE, hadiah secangkir kopi atau setangkai mawar dan setiap hari Senin gunakan VOTE yang kalian dapat gratis dari noveltoon/mangatoon untuk diberikan ke novel ini ya
Salam manis dari Sedayu~Yogyakarta
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!