Pernikahan adalah sesuatu yang begitu sakral dan hanya akan terjadi sekali di dalam seumur hidup. Pernikahan juga bukanlah sebuah permainan yang bisa dilakukan dengan asal dan sesuka hati. Pernikahan juga bukanlah hanya sebuah janji di atas putih, namun pernikahan adalah sebuah komitmen bersama untuk sebuah pencapaian sebuah kehidupan manis dan harmonis antara dua insan. Dan pernikahan adalah penyatuan dari dua insan dan dua keluarga besar menjadi satu.
Namun bagaimana dengan nasib seorang gadis cantik bernama Willona Naresha yang terpaksa harus menikahi seorang pria yang sama sekali tak pernah dikenal sebelumnya? Seorang pria dingin pewaris tunggal Lucano Group, salah satu perusahaan dibidang keuangan terbesar kedua di negaranya. Dan orang tuanya juga termasuk ke dalam daftar Crazy Rich di negaranya. Dia adalah Agna Sean Lucano.
Sean dan Willona harus menikah dan menjalani kehidupan bersama layaknya pasangan suami istri karena mereka dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Karena kedua orang tua mereka sudah memiliki hubungan yang begitu dekat, dan pernikahan itu sebenarnya adalah untuk memperkuat bisnis dari kedua keluarga mereka.
Pernikahan ini selalu terlihat hangat di depan keluarga dan masyarakat, namun rupanya tidak cukup indah pada kenyataannya. Tanpa ada cinta dan kasih di dalam pernikahan itu.
Namun Willona tetap menjalankan tugasnya sebagai seorang istri yang baik, kecuali satu, yaitu kebutuhan biologis untuk sang suami. Karena itu sangatlah sulit untuk dicapainya saat ini.
Sean adalah seorang pria dingin dan tak pernah pernah tersentuh sedikitpun hatinya untuk melihat semua ketulusan Willona saat menjadi seorang istri untuknya. Bahkan pernikahan itu hanyalah dianggap sebuah topeng untuk pria yang memiliki paras tampan dan rupawan itu.
Sebuah topeng yang Sean gunakan untuk meraih sesuatu, yang mengharuskan dia harus menikahi Willona. Hak waris dalam keluarga besarnya akan segera diberikan untuk Sean, jika Sean mau menikahi Willona. Itulah persyaratan yang sudah diberikan oleh Rezvan Lucano, papa sekaligus owner dari Lucano Group.
Sean sangat menutup dirinya dari Willona, bahkan Sean sering membawa pulang kekasihnya yang merupakan seorang model besar. Hubungan mereka bahkan terang-terangan dilakukan di depan Willona, dan sebenarnya itu membuat Willona cukup sesak meskipun pernikahannya bersama Sean hanyalah sebuah kebohongan.
Akankah pernikahan mereka segera berakhir ataukah mereka justru akan saling bersama dengan akhir yang manis?
Kala itu sebuah pernikahan super mewah telah diselenggarakan di sebuah hotel berbintang di daerah Jakarta. Begitu gemerlapan dan spektakuler! Para tamu undangan yang menghadiri pesta itu juga bukanlah sembarangan tamu. Mereka adalah para rekan bisnis dari kedua keluarga besar, maupun beberapa tokoh yang sangat berpengaruh di dalam negeri ini.
Sekalipun ada tamu yang biasa adalah mereka teman-teman kuliah Willona. Karena Willona masih belajar di sebuah Universitas dan sebentar lagi akan segera menyelesaikan S1 jurusan programer.
Di saat malam pertama itu tiba, terlihat seorang gadis cantik dengan rambut kecoklatan panjangnya yang sedikit bergelombang dibiarkannya tergerai begitu saja sedang duduk di tepian pembaringannya.
Balutan gaun malam yang berwarna sweet purple membalut tubuh rampingnya yang begitu indah dan tak kalah molek dari para model-model yang suka berseliweran di media.
Gadis itu adalah Willona, yang sedang merasa begitu berdebar karena gugup. Gadis mana yang tidak akan berdebar dan gugup ketika malam pertama setelah pernikahannya tiba? Dan hal itulah yang sedang dialami oleh gadis cantik pemilik mata yang begitu indah itu.
Namun, malam pertama yang seharusnya terjadi dengan begitu manis dan indah bersama orang tercinta, malam ini malah menjadi malam yang begitu menyakitkan dan menyesakkan untuknya.
Pria yang baru saja menikahinya dan telah resmi menjadi suaminya, malah menorehkan luka yang tidak berdarah.
Sean yang baru saja menyelesaikan ritual mandinya, kini mulai melenggang memasuki kamar pengantin yang sudah dihias sedemikian rupa dengan begitu cantik.
Pemuda tampan yang selalu berwajah dingin saat di hadapan Willona itu masih mengenakan jubah mandinya yang berwarna putih. Sean mulai menatap Willona dengan tatapan dingin yang begitu menusuk dan mulai mendekati gadis cantik itu.
Dan perlahan mendorong tubuh Willona hingga gadis cantik itu berbaring dan tubuhnya terkunci begitu saja di bawah Sean. Keduanya saling bertatapan dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.
Bukan kehangatan yang terpancarkan dari tatapan dan aura dari Sean, melainkan adalah seperti hawa dingin yang begitu kelam dan mencekam.
Meskipun seperti itu, tetap saja membuat jantung Willona berdetak seperti drum. Karena ini adalah pertama kalinya dia berada sedekat ini dengan seorang pria.
Namun sebuah untaian kata yang sangat tak terduga kini mulai dilontarkan begitu saja oleh Sean, pria yang baru menikahinya itu dan membuat Willona begitu terpukul.
"Kamu hanyalah istri di atas kertasku saja! Setelah keluargaku menyerahkan hak warisnya sepenuhnya untukku, maka aku akan segera menceraikanmu!"
BLLAARR ...
Seperti ada sebuah kilat yang menyambar telinga Willona saat ini, begitu menyakitkan, menyesakkan dan membuat hati gadis cantik itu hancur berkeping-keping dalam seketika.
"Kau tentu tau itu bukan? Aku Agna Sean Lucano tak akan mungkin jatuh cinta dengan mudahnya dan memberikan seluruh hidupku untuk seorang gadis kecil sepertimu!!" tandas pria tampan pemilik rambut kecoklatan itu.
"Ini adalah peraturan di dalam pernikahan kita! Dan aku harap kamu bisa menjalankan semua ini dengan baik!!" Sean mulai memberikan sebuah berkas tepat di atas tubuh Willona yang masih terlihat begitu terkejut.
"Baca dan pahami baik-baik! Dan cepat tinggalkan kamar ini! Karena kamar ini adalah milikku sepenuhnya! Kamu bisa tidur di kamar lainnya saat ini!" Sean menandaskaskan kembali dengan pelan namun penuh dengan penekanan.
Kini Sean mulai bangkit dan mulai melenggang mendekati lemari pakaiannya untuk mengambil pakaian ganti.
Rasanya masih tak percaya dengan apa yang sudah menimpanya saat ini. Willona seakan membeku dan masih terduduk di atas pembaringan berukurang king itu.
"Mengapa kamu tega melakukan semua ini padaku? Seharusnya kamu memberitahuku dulu sebelum pernikahan ini terjadi." ucap Willona begitu lirih.
"Jika aku memberitahumu sebelumnya, apa kau tetap akan mau menikah denganku? Jangan kolot! Kau pasti akan menghalangi rencanaku dan akan mempersulitku!" celutuk Sean tanpa memikirkan perasaan Willona saat ini.
Hanya demi sebuah hak waris, Sean tega menipu seorang gadis untuk menjadi istri di atas kertasnya saja. Gadis mana yang tak akan sakit mendapatkan perlakuan seperti ini?
Willona sudah tak bisa berkata-kata lagi, hingga akhirnya gadis itu mulai meninggalkan kamar itu dengan langkah gontai dan mulai terisak. Langkah kakinya mulai membawanya ke ruangan tengah dan gadis itu mulai duduk di atas sofa.
Willona hanya bisa menangis dan meratapi nasibnya saat ini. Tak ada tempat mengadu, karena tak mungkin dia menceritakan semua ini kepada kedua orang tuanya. Semua akan menjadi lebih buruk!
...⚜⚜⚜...
Sinar matahari yang begitu hangat mulai menembus memasuki ruangan melalui kaca jendela yang begitu bening. Terlihat seorang gadis yang masih cukup muda dan cantik yang kira-kira berusia 20 tahun yang sedang mempersiapkan beberapa makanan di ruang makan.
Wajahnya terlihat begitu cantik dan memancarkan aura yang begitu memikat dan sangat menyejukkan saat memandangnya. Kecuali hanya satu yang tak bisa merasakan semua itu, siapa lagi dia kalau bukan si pria dingin Agna Sean Lucano!
Setelah beberapa saat, terlihat seorang pria dengan balutan jas yang begitu rapi dan memukau datang dan mulai menarik salah satu kursi di meja makan.
"Kamu masak apa hari ini? Mengapa begitu banyak seperti ini? Kita kan hanya berdua saja di rumah ini?" celutuk pria dingin itu menatap semua masakan yang sedang berada di hadapannya.
Memang cukup banyak yang dimasak oleh gadis yang tak lain adalah Willona itu. Dan dia sudah berusaha untuk bangun cepat dan memasak semua itu seorang diri untuk sarapan mereka berdua.
"Aku tidak tau makanan kesukaan kakak, jadi aku memasak beberapa agar kakak bisa memilih mana yang kakak suka." ucap Willona yang masih saja memanggil Sean dengan panggilan kakak, karena umur mereka yang bertaut 7 tahun, ditambah lagi hubungan suami istri ini hanyalah sebuah topeng untuk mereka berdua, dan pernikahan ini hanyalah pernikahan di atas kertas dan sebuah pernikahan kontrak saja!
Sean mulai mengerutkan keningnya dan membuat sepasang alis tegasnya mengkerut saling berdekatan menatap semua makanan yang sudah tersaji dengan rapi di hadapannya itu dan terlihat kesal kembali.
"Bagaimana aku bisa memakan semua masakan ini? Sedangkan tak ada satupun masakan darimu yang bisa aku makan?! Apa kamu tak pernah tau, jika aku tidak bisa memakan masakan sea food?! Atau kamu sengaja dan mau balas dendam kepadaku agar alergiku kambuh lagi?!" tandas Sean sambil menggebrak meja dan mulai bangkit dari tempat duduknya.
"Maaf, aku tidak tau kalau kakak alergi masakan sea food. Kalau begitu tunggulah sebentar, aku akan memasak sesuatu yang lain." Willona bergegas untuk memasak sesuatu lagi, namun dengan cepat Sean segera menahannya dengan ucapannya yang begitu menggelegar
"Tidak perlu!" tandas pria tampan yang selalu bersikap dingin itu. "Aku akan makan di kantor saja!" imbuh Sean lalu meraih sebuah tas pipih berwarna hitam yang sudah dia bawa dari kamarnya tadi.
"Hari ini jangan pulang terlambat! Akan ada pertemuan bersama dengan keluarga besarku untuk menyambut kedatangan bibiku yang baru saja pulang dari Jepang di rumah besar Lucano. Dan kita harus datang bersama! Apa kau mengerti, Willona?!" tandas Sean sebelum pria itu meninggalkan Willona.
Willona mengangguk pelan dan mulai menjawab ucapan dari Sean, "Baiklah. Aku akan segera pulang setelah kelas selesai, Kakak."
"Hhm. Bagus!! Aku akan pergi! Kamu berangkat dengan taxi saja dulu, karena motor yang baru saja aku belikan untukmu belum keluar plat resminya!" ucap Sean lalu melenggang begitu saja meninggalkan Willona seorang diri.
Senyuman indah yang terukir pada wajah ayu itu perlahan memudar seiring dengan berlalunya Sean yang mulai meninggalkan rumah yang menjadi sebuah bahtera yang begitu dingin dan hambar ini.
Willona mulai menggeser sebuah kursi dan duduk di atasnya dan menatap nanar semua masakan di hadapannya yang sama sekali tak tersentuh oleh Sean, suaminya. Padahal Willona sudah berusaha dengan cukup keras untuk bangun lebih awal dan memasak semua masakan itu. Namun semua itu tak dihargai sama sekali oleh sang suami.
Dengan hati yang masih begitu sesak, Willona mulai meraih sebuah sendok yang sudah dia siapkan di atas meja makan itu. Semangkok cap cay yang masih hangat kini mulai dinikmatinya dengan suasana hati yang masih kurang baik.
...⚜⚜⚜...
Sebuah Lexus hitam metalik mulai menepi dan mulai memasuki pekarangan rumah yang memikili halaman yang cukup luas dan dipenuhi dengan beberapa tanaman yang sangat indah dan memukau. Di dalamnya ada sebuah rumah yang berdiri dengan kokoh dan begitu megahnya.
Seorang pria tampan berwajah dingin dengan balutan jas hitam yang terlihat mulai turun dari Lexus hitam metalik itu dan mulai membukakan pintu samping kemudi untuk sang istri.
Seorang gadis cantik dengan balutan dress putih panjang tanpa lengan dengan berhiaskan manik-manik seperti kristal kecil yang menghiasi di beberapa bagian, menjadikannya terlihat begitu memukau dan manis. Pakaian yang gadis itu kenakan saat ini memberikan kesan yang begitu anggun dan dewasa.
Dan itu adalah pilihan dari sang suami untuknya. Bukan memilihkan karena perhatian dan sayang kepada sang istri. Namun pria itu memilihkan gaun itu agar terlihat berkelas saat menemui bibinya yang baru saja pulang dari luar negeri.
Sehingga tidak akan membuat wajahnya tertampar jika sang istri juga mengenakan beberapa barang branded yang super limited edition.
Bukan hanya gaun saja, namun hanya demi sebuah pertemuan ini, pria yang tak lain adalah Sean itu juga membelikan tas branded, perhiasan terbaru, jam tangan mewah, sepatu keluaran terbaru, dan masih banyak lagi aksesoris-aksesoris lainnya yang super wow!
GREEP ...
Tiba-tiba saja Sean mulai merangkul Willona dan membuatnya menjadi lebih dekat dengannya. Dan tentu saja ini membuatnya cukup bingung dan terkejut. Beberapa saat yang lalu saja Sean selalu saja berperilaku dingin kepadanya. Namun tiba-tiba saja seperti ini.
"Dengarkan aku baik-baik, Willona! Di depan mereka kita adalah pasangan yang harmonis dan saling mencintai. Kita tak boleh membuat mereka curiga dengan kehidupan kita yang sebenarnya. Apa kau mengerti?!" ucap Sean setengah berbisik dan sedikit mendekatkan dirinya pada daun telinga gadis itu.
"Aku mengerti, Kakak. Aku akan melakukannya dengan baik." Willona menyauti dengan pelan dan hanya bisa menuruti semua yang diperintahkan oleh Sean.
Keduanya mulai melenggang bersama dengan Willona yang sudah melingkarkan tangannya pada lengan Sean. Mereka mulai memasuki rumah besar keluarga Lucano dan sudah disambut oleh beberapa asisten rumah tangga keluarga Lucano.
"Silakan masuk, Tuan Sean dan nyonya Willona. Tuan dan Nyonya juga sudah menunggu di dalam." ucap salah satu asisten rumah tangga itu.
"Apa bibi Daisy juga sudah tiba?" tanya Sean dengan nada yang begitu dingin.
"Sudah, Tuan. Mereka sudah menunggu tuan Sean di ruang keluarga." sahut asisten rumah tangga itu lagi.
"Hhm baiklah!" sahut Sean lalu mulai memasuki rumah besar dan mewah yang selama ini sudah menjadi tempat tinggalnya selama 27.
Beberapa furniture mewah juga melengkapi di beberapa titik dari rumah ini. Menjadikan rumah ini semakin terlihat begitu elegan dan menawan.
"Willona, jangan banyak berkata jika tidak ditanya! Dan ingat! Di depan mereka kita harus terlihat baik-baik saja dan saling mencintai!" bisik Sean kembali mengingatkan sebelum mereka berdua mulai sampai di sebuah ruangan di tempat para keluarga besar menunggu.
"Willona, jangan banyak berkata jika tidak ditanya! Dan ingat! Di depan mereka kita harus terlihat baik-baik saja dan saling mencintai!" bisik Sean kembali mengingatkan sebelum mereka berdua mulai sampai di sebuah ruangan di tempat para keluarga besar menunggu.
Willona hanya mengangguk pelan dan mengikuti semua kemauan Sean. Sebenarnya impian Willona adalah memiliki sebuah bahtera rumah tangga dan pernikahan yang indah dan penuh kasih. Bukanlah hanya sebatas berpura-pura seperti ini.
Takdirnya yang begitu memilukan ini masih disimpannya seorang diri. Dia tak mau berbagi dengan siapapun. Baik berbagi dengan sahabat maupun keluarganya. Karena itu itu semua akan sangat tidak baik jika pernikahan palsu ini sampai diketahui oleh publik.
Dan jika samua itu terjadi, bukan hanya berdampak untuk Sean, namun kedua keluarga besar akan sangat sedih dan merasa hancur. Terlebih saat ini, kedua bisnis kedua orang tua mereka semakin maju dan berkembang pesat setelah Willona dan Sean bertunangan hingga akhirnya melangsungkan pernikahan ini.
"Selamat sore, Papa ... ibu ... bibi Daisy!" sapa Sean dengan begitu manis dan penuh dengan rasa hormat.
Mereka menyambut hangat kedatangan pasangan pengantin baru ini dan segera mempersilakan untuk segera bergabung bersama dengan mereka bertiga.
"Maaf, tadi aku harus menjemput Willona dari kampus dan mengantarnya ke salon dulu. Jadi kami sedikit terlambat." ucap Sean dengan manis dan tentu saja itu hanyalah sebuah kebohongan.
"Benar sekali itu. Wanita harus pandai menjaga dan merawat diri, agar suami tidak pergi ke pelukan wanita lain!" celutuk bibi Daisy ceplas ceplos.
Dan inilah bibi Daisy yang memang selalu cerewet dan sentimentil. Dia selalu merasa paling benar dan tidak suka untuk mendapatkan kritik dan saran dari orang lain. Sangat berbeda dari adiknya / ayah Sean yang begitu tenang dan selalu berwibawa.
"Daisy. Mereka adalah pasangan pengantin baru, pastinya masih hangat dan masih saling lengket. Dan mana mungkin Sean-ku akan meninggalkan gadis secantik dan sebaik Willona? Tanpa perawatan apapun menantuku ini sudah sangat cantik dan memiliki inner beauty yang luar biasa! Benar begitu, Sayang?" kini Marisha Lucano, ibu Sean mulai memandangi Sean dan Willona secara bergantian dan tersenyum menggoda mereka berdua.
Willona merasa begitu kikuk dan kebingungan harus berkata apa saat ini. Karena semua yang dikatakan oleh Marisha adalah sepenuhnya tidak benar. Jika pada kenyataannya Sean tidak pernah mencintainya.
GREEPP ...
Tiba-tiba saja Willona dikejutkan oleh Sean yang mengalungkan lengan kuatnya melingkar pada bahu Willona dan sedikit mendekati Willona.
"Tentu saja, Ibu. Mana mungkin aku bisa berpaling dari Willona? Istriku sangat cantik dan baik. Aku bahkan selalu saja merindukannya jika sedetik saja tidak bersamanya." ucap Sean begitu manis dan sesekali melirik istrinya yang hanya tersenyum tipis dan terdiam saja. "Benar begitu kan, Sayang?"
"Ahh ... i-iya. Tentu saja, Ibu." sahut Willona sedikit tergagap.
"Ya sudah, mari kita sambil makan saja!" ucap Rezvan Lucano, ayah Sean. "Sayang tolong ambilkan untukku ..." imbuhnya kepada istrinya.
Marisha segera mengambilkan beberapa makanan untuk suaminya dengan wajah yang masih bersinar.
"Oh iya. Bagaimana kuliahmu, Willona? Apakah semuanya lancar?" Rezvan mulai bertanya kepada menantunya sembari menunggu sang istri menyiapkan makanan untuknya.
"Iya, Ayah. Semuanya lancar, hanya saja saat ini sedang ada sebuah tugas untuk pembuatan sebuah program penjualan. Dan Willona sedikit kesulitan ..." sahut Willona seadanya.
Karena membuat sebuah program adalah sesuatu hal yang sangat tidak mudah. Begitu banyak bahasa pemrograman yang harus dikuasai dan harus memahami beberapa konsep dasar pemrograman.
Menjadi seorang programmer yang mahir menciptakan program-program komputer yang bermanfaat dan menguntungkan tentunya sangat tidak mudah. Banyak proses belajar dan praktik yang harus dilalui agar bisa menjadi programmer yang handal.
Rezwan tertawa kecil mendengar ucapan dari Willona karena mungkin terdengar begitu lucu untuknya, "Willona, Sean adalah seorang programer yang handal. Kau bisa belajar dari dia saat kalian sedang bersama di rumah."
"Salah satu hal yang harus dikuasai oleh seorang programmer jika ingin bisa menciptakan program komputer yang bermanfaat adalah menguasai bahasa pemrograman. Bahasa pemrograman mana yang belum kamu kuasai, Sayang? Java? Pascal? Turbo Basic? Java Script? PHP ? Aku akan mengajari semuanya nanti saat aku libur." ucap Sean yang terlihat seperti seorang suami yang sangat menyayangi istrinya.
Bahkan Sean memanggil Willona dengan sayang? Jujur saja Willona masih merasa begitu kikuk saat ini karena mendapat perlakuan yang sangat manis dan berbeda dari biasanya.
"Hhm. Terima kasih, Kakak." ucap Willona dengan tulus.
Dan ucapan Willona tentu saja sukses membuat mereka semua menganga. Bagaimana mungkin seorang istri memanggil suaminya dengan sebutan kakak? Ini sangat tidak wajar dan terdengar aneh.
"Kakak?" ucap Daisy, Rezvan dan Marisha bersamaan.
Sean dan Willona yang masih bertatapan terlihat sedikit kikuk, hingga akhirnya Sean mulai mengatakan sesuatu untuk segera menutupi ini semua.
"Uhm ... begini ayah, ibu, bibi. Willona masih belum terbiasa menggunakan panggilan sayang. Jadi Willona masih sering memanggilku kakak." ucap Sean berusaha untuk menjelaskan. "Sayang. Kamu mau makan yang mana? Biar aku ambilkan? Mau kari ayam?" Sean segera bertingkah manis kembali dan mulai mengambilkan beberapa makanan untuk Willona agar mereka bertiga tidak curiga.
Akhirnya mereka melangsungkan makan bersama dengan ditemani obrolan-obrolan ringan. Namun sesuatu yang di luar dugaan tiba-tiba saja terjadi kembali.
"Apakah Willona sudah hamil, Sean?" tanya bibi Daisy tiba-tiba dan seketika membuat Willona tak sengaja menumpahkan minumannya dan mengenai gaunnya.
Sean segera berinisiatif untuk membersihkan gaun Willona pada bagian paha dengan menggunakan sebuah sapu tangan. Dan semua orang yang sedang menyaksilkan ini sukses dibuatnya begitu terpana saat melihat pasangan pengantin baru yang begitu hangat dan manis itu.
Willona juga seketika membeku dan hanya bisa menatap pria yang selama ini selalu memperlihatkan sikap dinginnya kepadanya.
"Sudah lebih baik. Lain kali gunakan pakaian yang sedikit gelap saat akan melakukan makan bersama." ucap Sean begitu lembut menatap Willona yang masih saja mematung menatap Sean.
"Manis sekali!" gumam Marisha yang mulai melanjutkan memakan makanannya kembali.
"Jadi kapan kalian berencana untuk memiliki seorang anak?" ternyata pertanyaan itu kembali dilontarkan oleh bibi Daisy lagi untuk pasangan pengantin baru itu.
"Iya, Sayang. Ibu juga sudah tidak sabar untuk menimang cucu!" imbuh Marisha tak kalah bersemangat.
Sean dan Willona terlihat begitu bingung dan terdiam selama beberapa saat. Bagaimana mereka berdua mau memiliki seorang anak? Padahal pada kenyataannya mereka berdua adalah seperti orang asing saat sedang berada di dalam rumahnya. Saling sibuk dengan urusan masing-masing, bahkan berpisah ranjang.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!