...Ciitt....Brakkkk!!!!...
Terdengar benturan keras didekat lampu merah yang ada di persimpangan jalan Thamrin karena saat itu dua mobil bertabrakan dengan hebatnya.
Mobil yang melaju dari arah kanan tidak bisa mengelak saat sebuah mobil menerobos lampu merah.
Kedua mobil itu saling menghantam dengan keras sehingga mobil berguling di atas aspal jalan. Korban jiwa tidak bisa terelakkan, korbannya adalah sepasang suami istri yang baru saja pulang dari bekerja dan seorang supir yang sedang mabuk.
Pengendara yang mabuk meninggal di tempat, sedangkan suami istri itu sekarat akibat benturan keras.
Orang-Orang yang melihat kejadian itu bergerak cepat memanggil ambulan dan juga polisi karena kemacetan yang terjadi. Malam yang mencekam semakin mencekam karena suara sirine mobil polisi dan juga ambulance yang menuju lokasi.
.
.
.
...Kriingg!...
Ponsel berbunyi, seorang pemuda yang sedang tidur dengan nyenyak jadi terganggu dan terbangun oleh suara ponsel. Dengan perasaan enggan dan malas, ponsel yang ada di meja nakas diambil.
..."Hallo."...
..."Tuan Dany Admaja?" terdengar suara seorang wanita bertanya padanya....
..."Ya? Sudah malam, aku tidak menerima klien," ucap pemuda tampan yang dipanggil Dany itu....
..."Maaf, Tuan Dany. Baru saja terjadi keselakaan hebat dan korban yang bernama Briant Sonjaya ingin bertemu dengan anda," ucap wanita yang menghubunginya dan ternyata dia adalah perawat rumah sakit....
..."Apa?" Dany terlonjak. Apa maksud perkataan yang diucapkan oleh perawat itu?...
..."Tuan Briant berkata dia sangat ingin bertemu dengan Anda jadi datanglah ke rumah sakit cempaka, keadaannya sedang kritis dan tidak memungkinkan," ucap sang perawat....
..."Aku akan segera ke sana!" Dany mematikan ponselnya dan segera beranjak. Pemuda berusia 28 tahun itu melangkah menuju kamar mandi untuk mencuci wajah dan setelah itu, Dany meraih kunci mobil dan segera pergi....
Dany Admaja adalah seorang pemuda yang cukup sukses di kota jakarta. Dany mengelola beberapa bisnis bahkan dia termasuk pengusaha muda yang cukup berpengaruh di kota jakarta. Dany pemilik beberapa butik, dia juga memiliki beberapa restoran. Tidak itu aja, Dany adalah seorang ceo perusahaan ternama karena dia harus menggantikan ayahnya memimpin perusahaan Admaja.
Briant Sonjaya adalah sahabat baik Dany sejak kuliah. Briant sudah menikah dengan seorang model dan memiliki seorang putri namun Dany belum menikah sampai saat ini.
Dany masih ingin menikmati kesendiriannya apalagi dia menganggap berkomitmen adalah hal paling sulit yang harus dia lakukan. Dany bahkan enggan berhubungan serius dengan wanita mana pun. Oleh sebab itu dia masih sangat menikmati kesendiriannya.
Mobil sport berwarna merah dikeluarkan, mobil itu dibawa secepat mungkin memecah jalanan kota Jakarta yang sepi karena saat itu waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam.
Rumah sakit Cempaka menjadi tujuan, Dany bergegas setelah tiba dan terkejut mendapati sahabat baiknya dalam keadaan sekarat. Dia diperbolehkan masuk atas permintaan pasien.
Briant mendapatkan luka serius atas kecelakaan itu, istrinya bahkan sudah meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit. Sekarang dia juga merasa jika dia tidak bisa bertahan lagi sebab itu dia meminta Dany untuk datang karena hanya Dany saja yang bisa dia percaya.
..."Briant, apa yang terjadi denganmu?" Dany menghampirinya dan terlihat begitu khawatir....
..."Dan, akhirnya kau datang. Aku sungguh takut tidak memiliki banyak waktu untuk berbicara denganmu," ucap Brian. Keadaannya begitu lemah, dia bisa bertahan saja sudah merupakan sebuah keajaiban....
^^^"Jangan banyak bicara, bukankah kau harus menjalani perawatan?"^^^
..."Tidak, dengarkan aku!" Briant meraih tangan Dany dan menggenggamnya dengan erat....
..."Waktuku sudah tidak banyak, Dany. Hanya kau saja yang aku percaya walau aku dan istriku memiliki keluarga namun mereka akan berseteru akan harta peninggalan kami nantinya. Aku tidak memikirkan harta itu tapi yang aku pikirkan adalah putriku, Alena. Aku tidak ingin Alena menjadi korban akibat perebutan harta peninggalan kami jadi aku mohon padamu, Dany. Berjanjilah kau akan membesarkan Alena dengan kedua tanganmu. Aku percaya kau pasti bisa menjaganya dan memberikan apa yang seharusnya menjadi miliknya," pinta Briant....
..."Tidak, aku tidak bisa!!" tolak Dany seraya menggenggem tangan sahabatnya dengan erat....
..."Dany, hanya kau saja yang aku percaya. Tolong bersumpah kau akan merawat Alena. Aku sudah membuat surat pernyataannya dan kau tinggal menyetujuinya," Briant semakin lemah....
Sebelum kedatangan Dany, dia memang sudah meminta pengacara pribadinya untuk datang dan membuat surat pernyataan jika putrinya Alena akan diasuh oleh sahabat baiknya dan semua harta peninggalan yang dia miliki bisa dimiliki oleh putrinya saat dia sudah berusia dua puluh tahun. Tinggal menunggu persetujuan Dany saja maka dia bisa pergi dengan tenang.
..."Tidak, Briant. Aku tidak bisa mengasuh putrimu. Aku pria lajang, bagaimana bisa aku mengasuh putrimu yang baru berusia delapan tahun?" Dany masih menolak. Kenapa sahabatnya memintanya melakukan hal itu? Mengasuh anak bukan perkara mudah apalagi dia tidak punya pengalaman sama sekali....
Pada saat itu, pengacara pribadi Briant mendekati Dany dan memberikan surat pernyataan yang sudah tinggal ditandatangani oleh Dany saja. Dany menghela napas, sungguh dia tidak mau diberi tanggung jawab sebesar itu.
..."Aku yakin kau bisa, Dany. Istriku pasti tidak keberatan dengan keputusan yang aku buat. Kau dan Alena juga dekat, dia sudah menganggap kau seperti pamannya jadi aku percaya kau bisa menjadi orangtua asuh terbaik menggantikan kami."...
..."Aku sungguh tidak bisa menerima tanggung jawab sebesar ini, Briant," ucap Dany seraya menghela napas berat....
..."Aku tahu, aku pasti sudah begitu merepotkan dirimu tapi hanya kau yang aku percaya. Aku pun tidak punya pilihan lain apalagi aku sudah tidak memiliki banyak waktu."...
Dany menghela napas, surat pernyataan dan sebuah pena diambil. Dia masih terlihat ragu, dia tidak yakin dengan keputusannya tapi dia tidak bisa menolak permintaan sahabat baiknya. Dia juga tidak tega dengan Alena karena apa yang ditakutkan oleh Briant bisa saja terjadi. Bisa saja gadis manis itu menjadi korban karena perebutan harta yang ditinggalkan oleh kedua orangtuanya.
..."Baiklah, aku bersumpah akan merawat Alena hingga dia dewasa dan aku akan memberikan apa yang dia miliki saat dia sudah berusia dua puluh tahun," ucap Dany....
..."Aku sangat senang mendengarnya. Terima kasih, Sobat. Aku percayakan putriku padamu," mata Briant terpejam, dia sudah tidak perlu khawatir lagi....
Dany menandatangani surat pernyataan itu dan begitu dia selesai terdengar suara, Biiippp.... alat pendeteksi jantung memperlihatkan jika jantung Briant sudah tidak berdetak lagi.
Para dokter dan perawat langsung sibuk, Dany berdiri di sisi ruangan dan tampak linglung. Apa Briant benar-benar menunggu dia setuju merawat putrinya barulah dia pergi?
Para dokter sudah berusaha namun mereka menggeleng karena Briant benar-benar sudah pergi. Dany terlihat shock, dia tidak bisa mempercayai hal itu. Apa yang harus dia katakan pada putri sahabatnya nanti? Tapi sumpah tetaplah sumpah, dia akan merawat Alena mulai sekarang.
Seperti yang sudah diprediksi oleh Briant, hak asuh putrinya menjadi perebutan dari keluarganya dan juga keluarga istrinya. Tentunya mereka melakukan hal itu karena harta yang ditinggalkan oleh kedua orangtua Alena.
Mereka bahkan tidak peduli padahal saat itu mereka sedang berada di rumah duka. Mereka juga tidak mempedulikan gadis manis yang sedang menangis di samping peti mati kedua orangtuanya.
Alena Sonjaya yang baru berusia delapan tahun, sangat sedih dan terpukul karena kematian kedua orangtuanya. Gadis itu menangis di samping peti mati kedua orangtuanya tanpa ada yang mempedulikan dirinya bahkan pertengkaran dari dua keluarga yang memperebutkan hak asuh terdengar oleh para tamu yang datang untuk melayat.
..."Kami yang akan merawat Alena karena kami lebih dekat dengannya," ucap salah satu anggota keluarga ibu Alena....
..."Tidak! Sejak kapan dia dekat dengan kalian? Dia lebih dekat dengan adik Briant jadi kami yang akan merawatnya!" ucap salah satu anggota keluarga Briant....
..."Omong kosong, Alena tidawk dekat dengan kalian sama sekali!" keluarga dari ibu Alena tidak terima. Mereka yang harus merawat Alena agar mereka bisa menguasi semua yang ditinggalkan oleh kedua orangtua gadis itu....
..."Kalian juga berbicara omong kosong, Alena juga tidak dekat dengan kalian!"...
Mereka masih berdebat akan hak asuh tanpa tahu jika hak asuh akan gadis itu sudah berada di tangan Dany Admaja.
Pemuda itu baru datang, yang dia cari adalah Alena. Tidak ada keluarga Briant dan istrinya di ruang duka, itu karena mereka masih berdebat.
Dany menghampiri Alena yang tidak juga beranjak sedari tadi. Tidak satu orang pun yang menghiburnya, gadis itu pasti sangat ingin tahu apa yang terjadi.
..."Alena, kenapa kau sendirian?" tanya Dany....
..."Om Dany, apa yang terjadi dengan Mama dan Papa?" tanya Alena....
..."Mereka mengalami kecelakaan," jawab Dany tanpa menutupi apa pun....
..."Apa Mama dan Papa tidak akan bersama dengan Alena lagi, Om?"...
..."Begitulah, mereka sudah tidak bisa bersama dengan Alena lagi," jujur lebih baik, dia tidak mau membohongi Alena karena gadis itu sudah mengerti....
..."Lalu Alena akan tinggal dengan siapa mulai sekarang, Om? Alena tidak mau tinggal dengan Nenek dan Kakek juga dengan Bibi," ucap gadis itu....
..."Kemarilah, ada yang ingin om bicarakan padamu," Dany mengajak Alena untuk duduk....
Alena mengikuti Dany duduk di sebuah kursi yang ada di dekat peti mati. Dany harus memberikan penjelasan pada Alena mengenai pesan ayahnya. Walau Alena dekat dengannya, belum tentu gadis itu mau tinggal bersama dengannya.
..."Apa yang ingin Om Dany bicarakan?" tanya Alena setelah mereka duduk bersama....
..."Alena tahu? Sebelum Papa Alena pergi, Om bertemu dengan Papa Alena sebentar."...
..."Apa Papa dan Mama mengatakan sesuatu pada Om Dany?" ...
..."Ya, papa Alena berkata mulai sekarang Alena tinggal dengan Om Dany. Alena mau tinggal dengan Om Dany?"...
..."Tidak mau, Alena mau tinggal di rumah saja!" tolak Alena....
..."Tapi di rumah Alena tidak ada siapa pun lagi. Alena mau tinggal dengan siapa?" sebisa mungkin dia akan membujuk Alena agar mau tinggal dengannya apalagi dia baru saja mendengar perdebatan kedua keluarga yang memperebutkan hak asuh....
..."Tapi Mama berkata seorang gadis tidak boleh tinggal dengan seorang pria," ucap Alena dengan polos....
Dany hampir kehabisan kata-kata, ternyata tidak semudah yang dia bayangkan. Berbicara dengan anak kecil sungguh melelahkan tapi dia tetap harus menepati janjinya pada sahabat baiknya untuk mengasuh Alena.
..."Tapi Alena masih kecil, jadi tidak apa-apa jika Alena tinggal dengan Om."...
..."Tidak, tapi jika Om Dany berjanji akan menikahi Alena setelah Alena besar nanti maka Alena mau tinggal dengan Om."...
Dany menghembuskan napas beratnya, permintaan macam apa itu? Tapi demi bisa menepati janjinya pada Briant, akhirnya Dany menyetujui permintaan dari Alena. Lagi pula hanya permintaan anak kecil saja, tidak perlu dianggap serius.
..."Baiklah, Om akan menikahi Alena setelah Alena besar nanti," ucapnya menyetujui....
..."Om janji?" Alena menunjukkan jari kelingkingnya....
..."Ya, Om berjanji," Dany menautkan jari mereka. Dia menganggap apa yang sedang mereka lakukan hanya permainan anak-anak semata. ...
Setelah Selena besar nanti dan sudah mengenal cinta, pada akhirnya gadis itu akan melupakan janji yang mereka buat dan akan menyukai lawan jenis yang seumuran dengannya jadi dia tidak perlu memikirkan janji yang mereka buat.
Karena Alena sudah setuju untuk tinggal dengannya, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi. Dia juga membawa surat pernyataan yang dibuat oleh Briant untuk ditunjukkan pada keluarga sahabatnya nanti jika mereka tidak percaya bahwa dia dipercaya untuk mengasuh Alena.
Sesungguhnya dia juga tidak suka karena bukanlah perkara mudah mengasuh seorang anak kecil apalagi dia seorang bujangan yang tidak memiliki pengalaman.
Acara pemakaman pun sudah bisa dimulai, para pelayat dan keluarga pergi mengantar kedua orangtua Alena ke tempat peristirahatan terakhir mereka begitu juga dengan Dany dan Alena.
Karena khawatir terjadi sesuatu pada gadis itu jadi Dany menemaninya sampai proses pemakaman selesai. Bunga pun ditaburkan, para pelayat mulai pergi meninggalkan makam dan meninggalkan anggota keluarga saja yang belum selesai memperebutkan hak asuh.
Nenek dari keluarga ayahnya menghampiri saat Alena masih menaburkan bunga di atas makam ibunya.
..."Alena, ayo pulang bersama dengan nenek."...
Belum juga Alena menjawab, sang bibi yang adalah adik dari ibunya sudah menyaut.
..."Tidak, jangan pulang sama Nenek. Alena pulang dengan bibi saja."...
..."Apa maksdumu berbicara seperti itu? Alena cucuku, kenapa dia tidak boleh pulang denganku?" sang nenek tampak tidak terima....
..."Kau sudah tua bagaimana bisa mengasuh Alena? Aku masih muda jadi aku bisa mengasuhnya dengan baik," sang bibi juga tidak mau kalah....
..."Benar, yang tua duduk saja di rumah menunggu ajal!" ucap salah seorang anggota keluarga dari pihak sang ibu dengan kejamnya....
..."Jika bicara yang sopan!" ...
Pertengkaran pun mulai terjadi, padahal tanah makam belum juga kering. Alena menangis sambil memeluk kak Dany, pria itu menggeleng. Sungguh memalukan dan beruntungnya para pelayat sudah pergi meninggalkan tempat itu.
..."Tidak perlu berkelahi saudara-saudara sekalian," Dany mendekati mereka dan menengahi....
..."Siapa kau?" semua mata melihat ke arahnya dan menatapnya tajam....
..."Aku Dany Admaja, sahabat baik Briant. Sebelum Briant meninggal dia meminta aku berjanji untuk merawat Alena jadi kalian tidak perlu bertengkar akan hal ini."...
..."Tidak mungkin, bagaimana mungkin Briant mempercayakan seorang sahabatnya untuk merawat putrinya?" ...
..."Kenapa tidak? Semula aku juga mengira permintaannya itu adalah permintaan gila namun setelah melihat sikap kalian, aku merasa keputusan Briant sangat tepat. Jika tidak percaya aku punya buktinya," Dany mengeluarkan surat perjanjian dan setelah memperlihatkan kepada mereka, surat kembali disimpan....
..."Jadi tidak perlu berdebat lagi karena mulai sekarang aku yang merawat Alena," setelah berkata demikian, Dany mengajak Alena pergi karena pemakaman sudah selesai. ...
Dua keluarga itu tampak tidak percaya tapi surat yang ditunjukkan oleh Dany tidaklah palsu. Padahal jika mereka mengasuh Alena mereka bisa menikmati harta peninggalan Briant tapi Briant dan istrinya justru mempercayai orang lain. Sungguh mengecewakan tapi mereka punya rencana karena mereka akan membujuk Alena agar dia mau tinggal dengan mereka.
Dany terbangun dari tidurnya saat menyadari ada yang masuk ke dalam selimut yang sedang menutupi tubuhnya. Dia bahkan bisa merasakan seseorang merangkak naik ke atas ranjang. Dia tahu siapa pelaku yang melakukan hal itu, tanpa perlu dia lihat pun dia sudah bisa menebaknya.
Dany mengusap wajah, sang pelaku yang masuk ke dalam selimut mulai berbaring di sisinya dan memeluknya. Napas berat pun dihembuskan, dia sudah terbiasa dengan keadaan seperti itu setiap pagi.
..."Alena!" Dany menyingkap selimut dan berbalik, sudah dia duga....
Sudah sepuluh tahun berlalu, putri sahabat baik yang dia adopsi sudah tumbuh remaja. Gadis manis yang tinggal dengannya, kini menjadi gadis yang begitu cantik. Wajahnya putih mulus bak pualam. Rambut hitamnya sedikit bergelombang yang membuat penampilannya semakin manis. Tapi walau begitu, baginya Alena tetaplah gadis kecil delapan tahun yang dia adopsi sepuluh tahun yang lalu.
Alena tidur dengan pulas sambil memeluknya, dia sudah terbiasa seperti itu karena sedari kecil Dany selalu menemaninya tidur saat dia takut atau saat dia rindu dengan kedua orangtuanya.
..."Alena, sudah aku katakan berapa kali jika kau tidak boleh masuk ke dalam kamarku dan tidur denganku!" ucap Dany kesal....
..."Alena hanya ingin tidur dengan Om Dany sebentar," Alena semakin memeluknya erat, dia juga enggan melepaskannnya....
..."Tapi kau sudah besar dan kau sudah jadi gadis, tidak seharusnya kau tidur dengan Om. Alena harus ingat, bagaimanapun Om seorang laki-laki jadi sebaiknya jangan menyelinap masuk dan tidur dengan om."...
Alena tidak menjawab, Dany menggeleng. Anak muda jaman sekarang kenapa sulit diberi tahu? Sudah sepuluh tahun berlalu, Alena berusia 18 saat ini dan dia sudah 38 tahuh namun sampai sekarang, Dany tidak juga menikah. Dia merasa sudah nyaman hidup sendiri jadi dia tidak mau hidup nyamannya jadi terganggu dengan adanya kehadiran seorang kekasih atau seorang istri.
Dia belum siap menikah, dia belum siap berkomitmen dengan siapa pun karena dia tahu pernikahan itu rumit. Ibunya tentu sudah meributkan hal itu, entah sudah berapa kali ibunya mencoba mengenalkan Dany pada wanita namun tetap saja gagal.
..."Segera bangun jangan sampai terlambat pergi kuliah. Om akan siapkan sarapan," Dany menyingkirkan tangan Alena dan beranjak menuju kamar mandi....
Alena mengambil bantal dan memeluknya, dia kembali tidur dengan nyenyak sampai tidak menyadari jika Dany sudah keluar dari kamar mandi. Lagi-Lagi Dany menggeleng tapi Alena memang selalu seperti itu. Itu pemandangan yang hampir dia saksikan setiap pagi dan rasanya sudah terbiasa.
Dany keluar dari kamar, untuk membuat sarapan. Tidak banyak pelayan di rumahnya karena dia bukan tipe orang yang suka dengan banyaknya orang. Itu juga kegiatan pagi yang sering dia lakukan semenjak Alena tinggal dengannya, entah kenapa jadi terbiasa.
Di saat aroma masakan tercium, Alena pasti akan terbangun dan gadis itu akan memeluknya dari belakang. Benar saja, Alena sudah berada di belakangnya. Langkah gadis itu bahkan tidak terdengar sama sekali.
..."Kebiasaan, pergi mandi dulu sana," ucap Dany....
..."Nanti saja, Om. Alena ingin menyicipi masakan Om Dany terlebih dahulu."...
..."Jorok, setidaknya gosok gigi terlebih dahulu sana. Baunya ngalahin bau terasi harga gopean nih," ucap Dany bercanda....
..."Sembarangan, mana ada terasi harga gopean!" Alena mencoba mencium aroma mulutnya. Uh, gosok gigi dulu deh....
..."Bagaimana, wangi tidak?"...
..."Om Dany tidak sopan, jangan berbicara seperti itu dengan seorang gadis!" Alena berlari pergi masuk ke dalam kamarnya....
Dany terkekeh, pagi seperti itu sudah terasa menyenangkan baginya. Sebab itu dia tidak butuh yang lainnya. Sejak awal dia memang malas menjalin hubungan dengan wanita, perasaan itu semakin dia rasakan setelah Alena tinggal dengannya.
Dua piring sarapan sudah jadi dan berada di atas meja, Alena kembali ke dapur dan terlihat sudah rapi. Dia kembali mendekati Dany untuk memberikan sebuah ciuman di pipi.
..."Selamat pagi, Om," ucapnya....
..."Hari ini pulang jam berapa?"...
..."Ngak tau, Om. Jadwal lagi penuh," Alena duduk di kursi dan meraih segelas susu yang baru saja diletakkan oleh Dany....
..."Ya sudah, belajar yang benar. Jangan banyak bermain dengan teman yang tidak jelas apalagi bergaul dengan pria yang tidak benar!"...
..."Kenapa, Om cemburu ya?" goda Alena....
..."Sembarangan, untuk apa Om cemburu sama anak kecil!" ucap Dany sambil memberikan sebuah sentilan di dahi Alena....
...Alene memekik pelan, "Alena bukan anak kecil lagi!" ucapnya sambil memegangi dahi....
..."Iya, Om tau. Habisin sarapannya, Om mau mandi. Nanti telat ke kantor. Kamu juga cepetan kalau mau ikut!"...
Dany berlalu pergi, meninggalkan Alena yang sedang makan. Pagi yang damai, seperti biasanya. Sebelum masuk ke dalam kamar mandi, Dany mengecek ponselnya terlebih dahulu dan mendapatkan sebuah pesan dari ibunya yang memintanya untuk menghubungi ibunya.
Karena dia pikir penting, jadi Dany menghubungi ibunya terlebih dahulu.
..."Ada apa, Mi?" tanya Dany yang saat itu sedang berdiri di depan jendela....
..."Nanti malam kau harus pulang!" ucap ibunya tanpa basa basi....
..."Ada apa? Jika ada yang ingin dibicarakan, bicarakan saja sekarang."...
..."Tidak! Aku ingin mengenalkan dirimu pada seseorang!" ucap ibunya....
..."Lagi-Lagi Mami ingin menjodohkan aku, capek Mi."...
..."Dany!" ibunya berteriak dengan lantang, "Aku ingin kau segera menikah dan memiliki keluarga tapi kau selalu menolak wanita yang aku kenalkan padamu. Berapa usiamu saat ini? Apa kau ingin membujang sampai mati?"...
..."Aku tidak mau menikah, Mi. Pernikahan itu rumit, aku sudah nyaman dengan kehidupanku saat ini!" Dany terdengar kesal karena ibunya tidak juga berhenti menjodohkan dirinya....
..."Kenapa? Apa kau merasa sudah memiliki Alena sehingga kau tidak mau menikah? Ingat, bagaimanapun dia bukan putrimu!" ucap ibunya mengingatkan....
Entah kenapa dia curiga, jangan-jangan Dany tidak mau menikah karena merasa memiliki tanggung jawab yang besar pada Alena karena sumpahnya pada sahabat baiknya.
..."Tidak, semua ini tidak hubungannya dengan Alena."...
..."Pokoknya aku tidak mau tahu, nanti malam kau harus pulang. Ajak Alena sekalian, ada hal penting yang ingin aku bicarakan padanya."...
..."Apa yang ingin Mami bicarakan dengan Alena?" tanya Dany curiga....
..."Kau tidak perlu tahu, pokoknya bawa dia pulang jika sampai kau tidak pulang, aku yang ke rumahmu bersama dengan putri sahabatku. Aku akan menerormu sampai kau mau menemuinya!" ancam ibunya....
..."Tidak perlu mengancam, aku akan pulang nanti malam bersama Alena!" ucap Dany kesal....
..."Bagus, kali ini harus jadi!" setelah berkata demikian, ibunya mengakhiri pembicaraan mereka....
Sepertinya apa yang dia duga sangat benar Dany pasti tidak ingin menikah karena tanggung jawabnya pada Alena. Gadis itu sudah dewasa, sudah saatnya meminta Alena untuk tidak menjadi penghalang bagi Dany. Semoga saja gadis itu mengerti dan semoga saja putranya mengerti sehingg dia mau menikah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!