NovelToon NovelToon

Cinta Dua Warna

bab 1

“healah, ini motor pakek mogok lagi.” Gumam seorang

laki-laki tampan berkulit putih usia 21 tahun. Ia menghela nafas gusar sembari

menurunkan standar motor nya yang tiba tiba mogok di jalan. Ia turun dari motor

nya dan membuka jok motor. Mengecek kembali apakah ia lupa mengisi bahan bakar

kendaraan nya.

“huh, bensin nya full lagi. Jelas gak tau ini apa

penyakitnya.” Gumam nya frustasi. Dia mencoba menghidupkan motor matic nya

dengan engkol. Tetap saja motor matic tersebut anteng tidak menunjukkan

tanda-tanda kehidupan.

“ya Allah ada-ada aja sih ini. Hiks. Mana udah tambah siang

lagi.” Gumamnya lagi. Lalu ia mengeluarkan benda pipih dari saku celananya.

“Assalamualaikum ris.” Sapanya.

“wa alaikum salam, ham. kamu dimana ? udah siang kok belum

dateng ?” terdengar suara laki-laki ramah di ujung telepon.

“motor ku mogok di jalan arah kantor. Ada yang bisa tolong

susulin nggak ?” Tanya ilham sambil sesekali mengusap peluh di wajah karena

teriknya matahari.

“walah ham, ham siapa yang mau nyusulin jam segini. Ini lho

udah jam 9. Setengah jam lagi kita kan ada rapat.” Jawab aris, laki laki yang

di telepon ilham.

“ya udah deh kalo gitu tolong izinin aku ya, aku telat, aku

musti ke bengkel dulu ini. Mana sekitar sini gak ada bengkel lagi. “ keluh

ilham membuang nafas kasar berkali kali.

“oke. Sorry banget ya, ham.” Jawab Aris

“iya gak apa-apa. Ya udah, Assalam mualaikum.” Ilham

mengakhiri teleponnya. Dia mencoba menghidupkan motor kembali. Beberapa kali

Nampak seperti hidup sebelum akhirnya mati lagi. Keringat nya kini sudah

membasahi kemeja putih nya.

“kenapa mas motornya ?” tiba tiba seorang cewek dengan

rambut di cat coklat turun dari motor matic juga. Ia turun dari motornya sambil

menghampiri ilham yang hendak mendorong motor.

Ilham melirik sekilas. “lah, sekalinya ada yang nanya malah

cewek. Kampret.” Ucap hati nya kesal.

“mogok mbak.” Jawab ilham singkat.

“boleh saya bantu ?” Tanya cewek itu lagi. Ilham langsung

menoleh memperhatikan cewek itu. Perawakannya langsing dengan kulit kuning

langsat khas jawa. Rambut nya sepunggung dengan highlight warna coklat terang.

Dengan kaos oblong hitam dan celana jeans biru pendek serta tas selempang

berwarna hitam. Sangat sederhana di tambah sandal jepit hitam polos menempel di

kakinya.

“motor ku mogok. Kamu bisa bantuin ?” Tanya ilham kemudian.

Ia merasa ragu dengan cewek di depannya.

“lo raguin gue ?” sarkas cewek itu sambil mengangkat dagu

nya.

“bentar deh.” Ilham mengerut kan keningnya sambil menunjuk

ke cewek di depannya. Yang di tunjuk malah senyum senyum.

“kamu Alisa kan ?! anak rohis di SMA harapan bakti dulu ?

yang suka baca buku itu kan ?!” seru ilham. Cewek itu tertawa.

“hahaha iya gue Alisa. Masih inget aja lo.” Jawab alisa. Ia

lalu hendak menepuk punggung ilham. Spontan ilham menghindar

“eeehhh bukan muhrim.” Sahut ilham sambil tersenyum kikuk.

Alisa menggeleng sambil tersenyum “liat gue tanpa dosa juga

zina mata tau. Bisa nya sekarang lo bilang bukan muhrim.” Alisa terkekeh.

“ya udah sini motor lo biar gue cek dulu.” Alisa lalu

melewati ilham. Dia berjongkok di dekat motor ilham. Memperhatikan rangkaian

mesin di depannya. Lalu berdiri mencoba menghidupkan beberapa kali. Namun

gagal. Kemudian berjongkok lagi. Dia mencoba mengecek busi motor tersebut.

Mengotak atik sebentar lalu berdiri lagi.

“lo ada busi cadangan nggak ? sama kunci busi ?” Tanya alisa

Di Tanya begitu ilham langsung nyengir kuda “aku gak tau

kunci busi. Kalo busi sih tau Cuma gak ada cadangan juga.” Jawab nya

Alisa menarik napas dan tersenyum.  “tapi lo ada kunci kunci kan ? bawaan motor

deh paling nggak.” Tanya alisa lagi.

“ada sih di bagasi jok motor.” Jawab ilham.

“ya udah keluarin deh. Gue ambil busi cadangan dulu.

kayaknya masih ada di bagasi jok motor gue.” Alisa lalu melangkah kea rah

motornya yang tidak jauh dari motor ilham. Dia mengambil busi yang ada di

bagasi jok motor.

Alisa berjongkok lagi mencari kunci busi yang akan di

gunakannya. “ada yang ketinggalan di dalem gak nih ?” Tanya alisa.

“gak ada sih. Tadi udah aku keluarin semua.” Jawab ilham

lagi. “besok aku belajar bengkel deh. Malu banget sumpah kok lebih ngerti cewek

daripada aku.” Batin ilham

“ck ini gak ada kunci busi. Kunci busi gue juga ketinggalan

di rumah temen.” Gumam alisa.

“ya udah kalo gak bisa juga gak pa pa kok.” Ilham tersenyum

“udah gampang. Lo mau kemana ?” Tanya alisa sambil

mengeluarkan ponsel nya.

“kerja.” Jawab ilham singkat

Alisa masih mengetik di layar ponsel. Tak lama kemudian nada

dering pesan masuk berbunyi di ponsel nya.

“cek cek pesan di terima. Tunggu di tempat. Gue otw sama

aan.” Terdengar pesan suara di ponsel alisa

“ya udah tunggu bentar. Nanti gue anter ke tempat kerja lo,

motor lo biar di bawa ke rumah gue. Ntar kalo udah gue benerin gue anter ke

tempat kerja lo.” Kata alisa lagi.

“yang bawa siapa ?” ilham bingung

“ada temen gue. Udah gue minta tolong ke sini tadi. Tenang

aja gue tanggung jawab. Nanti gue sharelok alamat gue. Simpen aja no lo di

sini.” Alisa menjelaskan lalu menyodorkan ponselnya untuk menyimpan kontak

ilham.

Mereka menunggu teman alisa di bawah pohon rindang di tepi

jalan yang ada di situ. Mereka sama sama terdiam. Alisa sibuk dengan gadgetnya

dan ilham tidak tau harus mulai bicara darimana. Suara kendaraan yang lewat

menjadi back sound mereka untuk saat ini.

“alisa.” Panggil ilham memecah keheningan. alisa menoleh

“ya.” Jawabnya

“hmmmm…….” Gak jadi deh. Ilham tersenyum canggung. Alisa

kembali bermain ponsel sambil menunggu temannya

“kamu….”

“woy ! mana yang mau di bawa ?” tiba  tiba ardi dan aan teman alisa yang hendak

membantu sudah ada di dekat mereka.

“tuh matic biru. Punya temen gue nih, ilham. bawa aja ke

rumah gue, nanti biar gue garap di rumah. Gue mau nganter dia gawe dulu.” jawab

alisa.

Ardi mengulurkan tangan ke ilham “Ardi bang. Yang punya

wilayah.” Ardi memperkenalkan diri dengan gaya somplak nya.

“ilham” jawab ilham menjabat tangan ardi sambil tertawa.

“aan.” Aan pun menjabat tangan ilham.

Selesai urusan perkenalan, mereka pun berpisah. Alisa

mengantar ilham ke tempat kerja nya ardi dan aan membawa motor ilham ke rumah

alisa.

Xxxxxxx

“lo kerja di mana ?” Tanya alisa agak keras

“di bank Syariah deket batas kota.” Jawab ilham

“brenti deh.” Kata alisa lagi membuat ilham terkejut.

“brenti ? maksudnya ??” pikiran ilham berkecamuk. “baru juga jalan.” Batin nya.

Ilham pun menghentikan motor di pinggir jalan.

“tukeran.” Kata alisa memberi isyarat dengan tangannya untuk

bertukar posisi

“hah ?” ilham melongo

“ya udah tuker aja. Kamu kerja di sana tu jauh masih

setengah jam lagi perjalanan. Ini udah jam 10 lewat hamper setengah 11. Kamu

mau sampe sana sore keburu pulang orang orang.” Jelas alisa. Ilham pun menurut

kini posisi nya ilham lah yang di belakang sementara alisa membawa motor di

depan.

“inget ya ham. Kita bukan muhrim.” Kata alisa sambil

mengikat rambut nya.

“ALISAAAAAAAAAA !!!!!! AKU BELUM MAU MATI !” teriak ilham

panic. Tangannya sudah tidak lagi memegang bagian belakang motor tapi memeluk

alisa sangat erat sampai alisa beberapa kali harus memukul tangan ilham agar

sedikit lebih kendor.

“kekencengan ham, gak bisa napas gue. Kalo gini gue yang

mati bukan elo !” teriak alisa lagi karena suaranya harus bersaing dengan angin

dan suara motor yang knalpot nya sudah di modifikasi.

“astaghfirullah aladzim. Astaghfirullah aladzim.” Ilham

mengulang istighfar nya terus menerus sampai alisa mengerem motornya tepat di

halaman parker gedung bertingkat yang dijadikan tempat kerja ilham.

“hoy, udah sampe nih.” Alisa menepuk nepuk pelan tangan

ilham yang masih menempel di pinggang langsing alisa. Bahkan sekarang tangan

tersebut sedang gemetar. Ilham turun dengan kaki yang lemas dan tangan yang

tremor. Alisa membantu nya berdiri setelah menurunkan standar motor.

“eh eh. Nih lihat.” Alisa menyodorkan ponsel ke arah ilham.

waktu menunjukkan pukul 10.45. waktu yang seharusnya di tempuh 30 menit

berhasil di pangkas jadi 15 menit.

Ilham diam. Wajah nya masih tampak pucat. “ham ham baru 80km

udah pucet.” Canda alisa . ia tertawa menertawai cowok yang kini berjongkok di

depannya sambil menenangkan detak jantung nya. Wajahnya sungguh berantakan dan

alisa memandang nya seolah itu adalah pandangan yang lucu bgt. Perlahan ilham

kembali tenang. Ia bangkit berdiri, sedikit membenahi penampilan nya yang

kacau. Lalu menatap alisa dingin

“makasih.” Ujarnya tetap dingin lalu melangkah pergi. Alisa

yang baru membuka mulut hendak menjawab segera terdiam. Ia bingung. “ilham marah

?” Tanya nya dalam hati. Berpikir sebentar memicingkan mata lalu mengendik kan

bahu tidak peduli. Kembali memakai helm nya dan langsung menuju pulang kerumah.

bab 2

"sore ini motornya udah bisa di ambil kerumah.” Alisa

mengirim chat pada ilham. Lalu mengirim lokasi rumah nya. Tak ada tanda-tanda

pesan masuk. Alisa melihat jam di ponsel nya pukul 15.00.

“orang bank pulang jam 5 kali ya.” Gumam nya. Musik reggae memenuhi

seluruh ruang garasi kecil nya. Garasi kecil ukuran 5x5 meter itu ia sulap jadi

tempat ternyaman menurut versi nya. Ada kasur busa size no 3, 1 motor matic

milik nya, 1 motor gede milik kakak nya, terminal kabel 5 meter dengan 5 lubang

colok, salon kecil dengan suara berisik luar biasa juga ada di sana. Tembok

yang tadi nya berwarna hijau muda sekarang sudah penuh dengan coretan. Entah

dari oli, pylox dan yang lain. Bahkan ada beberapa bekas darah. Bekas luka saat

tidak sengaja tergores bagian motor atau tergores benda tajam lainnya. Beberapa

peralatan bengkel juga tampak di sudut ruangan. Ada etalase kecil tempat alisa

meletakkan oli dan sparepart motor. Bengkel kecil milik alisa pribadi. Orang

tua nya bukan tak mengingatkan bahwa dia anak perempuan. Tapi, memang alisa

yang keras kepala. Di tambah dukungan sang kakak yang selalu membela nya.

FLASHBACK ON

“udah si mah, yah biarin aja alisa kayak gitu. Yang penting

kan masih normal. Masih suka cowok. Dia juga masih bisa ngerjain kerjaan rumah

kok. Masak ya…. Lumayan lah walaupun dapur ancur. Kalo dandan sih nanti kita

coba lagi ya. Hahaha” ujar sang kakak beberapa waktu lalu saat orang tua nya

meminta pendapat si kakak.

“gak alisa, gak ali, semua sama aja. Saling melindungi.”

Ujar mama alisa.

“lah, kan emang harus gitu, ma.” Alisa nyengir mendapat

dukungan dari kakak nya.

Ayah alisa seorang staff di kecamatan setempat. Ibu alisa

memiliki beberapa toko dengan beberapa jenis barang dagangan yang berbeda.

“tapi kamu masih ada niatan nikah sama lelaki kan, alisa ?”

Tanya ayah nya.

Alisa menggaruk kepala nya yang tidak gatal “niatan sih ada

yah, Cuma……” alisa mengerucutkan bibirnya.

“Cuma apa ??” Tanya mama dan ayah alisa bersamaan

“lo masih doyan laki kan, sa ?” Tanya ali melotot

Alisa nyengir  “nah,

itu dia masalah nya.” Jawab alisa dengan wajah yang dibuat seserius mungkin.

“apa ?” ali bertanya lirih dengan wajah antara curiga dan

khawatir. Pikiran orang tua nya sudah kemana mana.

Alisa melirik ke segala arah “cumaa……… Cuma….. Cuma alisa

gak mau sama cowok ecek-ecek. Nanti impoten lagi kayak bang Ali.” Alisa tertawa

keras sekali

“SOMPRET LO !!!” Seru ali melempar bantal kursi ke wajah

alisa. Mama dan ayah nya membuang napas lega.

“Cuma karena gue jomblo, sa, lo bilang gue impoten. mata lo

buta ?? gue cakep udah kayak campuran arab korea gini masih lo bilang impoten.

gue Cuma menjaga sa, dari yang haram.” Ali membela diri.

“aamiin….” Orang tua mereka menyahut berbarengan lalu pergi

ke halaman belakang. Mereka sudah tidak berminat dengan perdebatan anak-anaknya.

Apalagi jika yang di bahas adalah tentang pasangan. Alisa menahan tawa.

Mencebik kan bibir lalu pergi sambil berteriak

“BANG ALI GANTENGS KAYAK ARAB KORENGAN TAPI JOMBLO SAMPE TUA

!! hahahaha “ seru alisa tertawa

“AWAS, ALISA CEWEK JADI-JADIAN MAU LEWAT. GAK PUNYA COWOK LU

DEK KALO KELAKUAN MASIH GAK WARAS !!”                 balas

ali berteriak seraya masuk kamar.

FLASHBACK OFF

Disinilah alisa selalu menghabiskan waktu nya sambil bermain

game dari gadget nya.

“halah, amatiran aja sok maen game. Nanti nanges.” Ali masuk

ke garasi dengan pakaian rapi dan bau semerbak.

Alisa melirik ke ali. Mata lentik nya memindai dari ujung

atas ke bawah.

“kesurupan lo, bang ? rapi banget jam segini.” Ujar alisa

mengangkat sebelah alis nya lalu bangkit dari rebahan  nya. Dia berjalan mengitari ali yang masih

terdiam di dekat motor nya. Mengendus dengan hidung nya. “wangi amat kayak

kuntialak.” Cibir alisa

PLETAK !

Ali menjitak kepala alisa “kuntilanak bego, bukan kuntialak.”

Sahut ali. “eh, betewe- tewe nih, Gue udah ganteng belom ? cakep lah ya udahan.

“ ujar ali lagi sambil menarik narik kemeja nya yang menutup sebagian kaos

warna sage di dalam nya.

“dih, nanya apa kepedean lo ?” ejek alisa. “ah lo mah gak

ngerti fashion. Tau nya oli sama obeng. Terus aja lo ngebengkel sampe besok lo nikah

ma baut.” Celetuk ali. Lalu dia mengeluarkan motor gedenya dari garasi. Saat

sedang memanaskan mesin motor ilham datang dengan ojek online. Penampilannya

tetap rapi meski sudah sore.

“assalamualaikum.” Ilham mengucap salam setelah melewati

gerbang yang memang terbuka. Ali yang duduk di atas motor langsung berkata pada

ilham “di sini gak ada yang mau pinjem duit, mas.” Ucap ali langsung pada inti

nya. Mengira ilham adalah sales bank yang biasa menawarkan jasa pinjam duit

alias cari nasabah.

“oh bukan mas, maaf. Saya temennya alisa mau ambil motor

yang tadi pagi di benerin alisa.” Ilham menjelaskan maksud kedatangannya. Ali

melongo

“buset, alisa kenal dimana cowok alim gini. Tumben punya

temen lempeng.” Batin ali

“alisa nya ada, mas ?” Tanya ilham kemudian.

“o… oh a.. ada.” Jawab ali gugup terkejut karena dia sedang

melamun. Ternyata adek nya punya juga temen cowok yang bener.

“Sa, ada temen lo ni ! namanya Alim !” seru ali. Alisa yang

sedang membuat es teh di dapur tidak mendengar suara ali. Saat ali sibuk

memanaskan motor,  alisa gabut dan

langsung ke dapur mencari cemilan sekalian membuat es teh untuk menemani

dirinya menunggu ilham.

Mendengar ali salah menyebut namanya, ilham hanya nyengir.

“kemana sih tu anak. Budeg banget.”gumam ali

“Sa ! ALISA MAHARANI BINTI SUWARDI !!” Seru ali menyebut

nama lengkap alisa

“cerewet banget sih lo, bang. Gue kira udah minggat lo !”

balas alisa dari teras. Dia sedang repot membawa toples cemilan dan gelas es

teh nya. Alisa sedang memakai sandal saat ali menghampiri.

“ada temen lo tu namanya alim.” Ali memberi tau sambil

menyomot es teh buatan alisa. Alisa melotot. “minggat sana lo. Belum gue minum

malah udah di sosor duluan. Dasar abang homo.” Alisa cemberut

“alim siapa, bang ?” Tanya alisa pelan

“lah gak tau, gue. Temen punya lo kok nanya gue.” Jawab ali

sambil mengembalikan gelas es teh ke tangan alisa. Alisa meletak kan di etalase

garasi setelah nya baru ia berjalan bersama ali ke halaman.

Alisa langsung menoyor kepala abang nya yang usia nya

terpaut 5 tahun itu. “itu Ilham bego namanya, bukan Alim.” Ujar alisa.

“ya mana gue tau. Gue kan orang ganteng.”ali mengangkat bahu

“maafin abang gue ya ham, maklum deh obat nya masih banyak

dirumah belum di abisin.” Ucap alisa tersenyum . ilham hanya tersenyum. Sebenar

nya ilham masih kesal dengan kelakuan alisa yang membawanya ngebut tadi pagi.

Tapi dia juga berterima kasih karena alisa, dia tidak terlalu terlambat sampai

ke tempat kerja.

“dasar adek durhaka. Udah ah gue pergi dulu kasian cewek

gebetan gue kelamaan nunggu.” Ali mengibaskan tangan dan langsung menggeblas

motor nya.

“ayo ham, motor lo masih di garasi gue.” Ajak alisa pada

ilham

Ilham mengekor di belakang alisa.

“kamu yang ngerjain ini semua ? sendiri ?” Tanya ilham

kagum. Alisa tersenyum dan mengangguk.

“hmm o iya maaf ya tadi pagi. Gue gak tau lo bakal se tremor

itu.” Ucap alisa tulus

Ilham tersenyum kecut “iya gak pa pa kok. Lain kali kalo

pergi sama kamu aku bikin surat wasiat dulu deh.” Ilham berusaha mencairkan

suasana.

“o iya, lo mau minum apa ?” Tanya alisa

“gak usah sa, udah sore ibu aku pasti udah nungguin dirumah.

Aku langsung pulang aja. O iya, abis berapa nih dandan nya ?” Tanya ilham

“gak usah, ham. Cuma ganti busi doang. Noh busi gue bejibun

di lemari. Emang stok gue. Udah gak usah ganti.” Ucap alisa menunjuk stok busi

di etalase nya. Berbagai macam merk dan ukuran tipe jenis motor. Busi busi itu

adalah busi yang sering di gunakan alisa, ali dan teman teman nya mereka

sengaja menyetok beberapa sparepart untuk kepentingan mereka.

Melihat itu ilham menggaruk pelipis nya yang tidak gatal. Ia

menarik nafas. “ya udah kalo gitu aku pulang dulu ya.” Pamit ilham, saat hendak

berbalik tiba tiba mata nya melihat beberapa buku novel di atas kasur kecil di

dalam garasi.

“kamu masih suka baca novel ?” Tanya ilham sambil menuntun

motor nya keluar garasi di iringi alisa.

“masih dong. Punya novel baru gak, lo ?” alisa bertanya

kembali

“ada 2 buku baru di rumah nanti kapan aku ada waktu aku

anter 1 buku ke sini. Kalo yang 1 masih aku baca. Belum selesai.” Ilham

tersenyum. Tidak menyangka sekian purnama tidak bertemu ternyata hobi mereka

masih sama.

“ya udah aku pamit dulu ya.” Ucap ilham. Alisa mengangguk

“assalamualaikum.” Ucap ilham

“wa alaikum salam.” Ucap alisa.

bab 3

Setelah kedatangan ilham di sore lalu, bang ali tak henti-henti

nya menanya kan ilham ke alisa.

“dek,  kok lo gak

bilang sih punya temen keren, baik, sopan ganteng lagi. Ya meskipun masih kalah

level dari gue tapi ya bolehlah.” Ucap ali saat mereka sedang makan malam

dengan orang tua nya.

“apaan sih lo, bang. Naksir lo ?” ujar alisa dengan wajah

cemberut.

“sekali lagi lo ngatain gue homo gue mandiin air got ya lo.

Biar setan dalem badan lo keluar semua.”

“gue gak bilang lo homo. Kan, gue Cuma nanya naksir lo.

Emang salah ?” alisa bertanya sambil mengunyah makanannya

“ya itu secara gak langsung ngatain gue homo. Ilham itu

cowok sa. Tulen. Gak kayak lo casing aja cewek tapi..”

“tapi apa ?” sahut alisa cepat. Dia meminum air di depannya.

Ali mengejek dengan wajah yang di buat buat

“yah, bang ali tu yah. Ish. Bener bener ya. Gue siram juga

lo.”geram alisa

“makan ribut. Nonton tv ribut. Main hape juga ribut.

Ribuuuuuutttt terus. Pusing mama. Giliran saling nutupin pada bolos sekolah,

berantem, balapan liar baru kompak.” Mama alisa menarik nafas. Ia sangat paham.

Betapa memang sebenarnya anak anaknya saling menyayangi hanya saja mereka

sering berantem khas kakak adik.

“besok ayah buatin ring tinju. Nah sekalian kalian tinju di

lapangan komplek sana.” Ujar ayah nya tidak membela salah satu anak nya.

Ali dan alisa langsung terdiam. Entah takut atau malah

serius menanggapi ayah nya dan merancang strategi tinju terbaik. Hahaha

“emang bener kemaren ada temen kamu cowok cakep yang kerumah

?” Tanya mama alisa sambil membereskan meja makan. Mereka telah selesai makan

malam.

“namanya ilham ma, dia temen SMA alisa dulu. Baik sih, tapi

bisaa aja kok gak ganteng ganteng amat.” Jawab alisa

“kan udah gue bilang, masih ganteng gue sa.” Sahut ali.

Alisa dan ali duduk di depan tv sambil bermain game online

mobile legend. Ayah nya juga ada bersama mereka sedang mengerjakan beberapa

berkas yang di bawa nya pulang tadi sore dari tempat kerja.

“kepedean anda.” Cibir alisa

“ah bego alisa. Mati gue.” Ali berkata frustasi.

“hahaha mampos !” tawa alisa senang.

Tring!

Pesan masuk yang sedari tadi di abaikan terus membuat ponsel

alisa berbunyi.

“ribet. Kesini tinggal kesini segala Tanya ini itu.” Gumam

alisa wajah nya Nampak serius memainkan game di tangannya

DEFEAT ! bersamaan dengan itu sebuah telepon masuk ada di

notifikasi ponsel alisa.

“aaarrrggggghhhh kalah lagi.” Geram ali menyugar rambut nya.

Alisa yang sudah siap marah mendadak linglung ketika ia melihat layar ponsel

ada nama ilham di sana. Dia melirik ke kanan ke kiri sambil mendekap ponsel nya

lalu segera berlari ke teras untuk menerima panggilan nya.

“halo.” Ucap alisa

“assalam mualaikum.” Sapa ilham ramah.

“e..eh wa alaikum salam. Hehe sorry.” Ralat alisa. Ia

tersenyum canggung

“kenapa ham ?”

“besok kalo aku sempet pulang kerja aku mampir yam au

nganter buku yang mau kamu pinjem. Tapi, aku boleh gak pinjem novel kamu ?”

Tanya ilham sopan

“oh boleh kok novel gue beberapa udah selesai gue baca.

Besok gue pinjemin yang paling gue suka deh. Bagus banget cerita nya.” Jawab

alisa.

“oke deh. Sampai ketemu besok ya.” Ujar ilham

“lah Cuma ngomong gitu doang pake telpon. Kenapa gak chat

aja.”kata alisa lagi.

“daritadi aku udah chat kamu jadi nggak pinjem buku nya. Mau

di anter nggak buku nya. Tapi gak di bales bales. Ya udah aku telepon aja.”

Jelas ilham

“oh gitu. Hehe sorry deh aku lagi maen game tadi.” Lagi lagi

alisa tertawa.

Setelah mengobrol sebentar mereka pun mengakhiri telepon

nya.

“wa alaikum salam.” Jawab alisa

“ehem ehem.” Mama alisa berdehem dari pintu membuat alisa

kaget dan spontan melempar hp nya dan menangkap nya. Ali juga tak ketinggalan

ia batuk batuk parah batuk yang di buat buat sengaja di keraskan untuk menggoda

alisa.

Alisa menoleh pelan. Ia menatap curiga mama dan abang nya

“ngapain sih.” Ucap nya sewot mengerucutkan bibir lalu

melintas masuk ke dalam rumah.

“assalam mualaikum ma.” Ledek ali dengan mengucap salam ke

mama nya

“waalaikum salam.” Jawab mamanya sambil kedip kedip centil

lalu mereka terkikik.

“ayah mama sama bang ali kepo tuh.” Adu alisa pada ayah nya

Ayah nya yang sedang sibuk mengetik di laptop melirik ke

alisa dengan senyum yang di sembunyikan

“ngomong gitu doang pake telepon kenapa gak chat aja.” Ayah

nya ikut menggoda. Entah kenapa mendengar itu wajah alisa jadi merona

“ayaaaaaaahhhhh !!!” teriak nya berlari masuk kamar. Membuat

semua tertawa melihat tingkah nya.

“dek dek di luar aja lo kayak singa betina kapan ketemu

pawang aja jadi bacem tahu.” Gumam ali sambil masuk juga ke kamar nya.

………………………..

“MORNING BESTIE !!” seru ridho, teman alisa yang sudah hadir

di garasi nya pukul 10 pagi. Dengan kaos oblong dan jeans pendek dia datang

bersama ardi dan aan.

“lah bang alisa mana ?” Tanya ridho saat melihat ali sedang

mencuci motor di halaman.

“udah nyari di garasi aja lo, baru nanya gue.” Sindir ali.

Membuat ridho nyengir.

“belum bangun dia jam segini. Mata nya buta, kulit nya

kebakar kena matahari pagi-pagi.” Jelas ali lagi

“ckckck sadisnya to.” Ucap aan.

“bangunin ya bang, ya.” Ridho minta izin pada ali.

“heh, heh adek gue tu. Biar borok tetep cewek dia. Biar gue

aja yang bangunin.” Sergah ali

“yaelah, bang adek lo cakep cakep tapi mematikan. Kita mau

macem-macem juga mikir-mikir bang. Salah selah dikit aja patah tulang kita.”

Jawab ardi

“iya salah banyak tinggal nama kita. Berakhir di rumah

keluarga suwardi.” Canda aan.

“ah bacot lu

pada, Jagain nih motor gue. Gue bangunin alisa dulu.” Ali melenggang.

“ikut, bang.”

Sahut ridho. Ali langsung mendorong ridho dengan telunjuk di kening nya.

“jenis lo

masih cowok, Udah lo diem-diem aja disini.” Ucap ali. Lalu masuk ke dalam

rumah.

CEKLEK !

Saat membuka kamar alisa penampakan nya sungguh aduhai.

Kamar nya sih rapi. Dengan cat tembok warna warni pastel. Lampu tidur berbentuk

bulan sabit masih menyala. Jendela nya masih tertutup rapat. Beberapa buku ada

di sudut kasur. Dan ada satu buku novel tebal di atas nakas di sisi tempat

tidur. Selimut nya berantakan serasi dengan sprei nya yang sudah tidak nyelip

lagi di kasur. Selimut nya pun hanya menutup sebelah betis kaki nya. Bantal

sudah ada juga yang di lantai. Alisa tidur telungkup dengan kepala menjuntai

tertutup rambut. Tangan nya terlentang kanan kiri. Ali menyibak sedikit rambut

nya dengan sebelah tangannya sedang tangan satu lagi sudah ia siapkan untuk

memegang kamera ponsel dengan kuat. Ia sudah menghidup kan video recorder sejak

tadi membuka pintu.

“iiiyuuuuuhhhhh….” Ucap ali jijik saat melihat mulut alisa

yang mangap dengan liur yang meluber ke bantal yang jadi penopang pipi nya.

“assalamualaikum alisa…” bisik ali tepat di telinga alisa

“ngoookkk…. hehee wa alaikum salam..”  alisa mengigau. Membuat ali terkekeh pelan

“jorok nya anak gadis.” Ucap ali lagi. Lalu kemudian ia

sedikit mendekat kan wajah nya ke wajah alisa

“MAN RABBUKA !!” seru ali tiba tiba

“MAMAAAA !!!!” alisa berteriak terkejut membuat ali tertawa

puas. Di luar rumah, ridho, ardi dan aan yang mendengar alisa berteriak

langsung masuk ke dalam rumah dan menuju kamar alisa.

Mereka saling bertabrakan di pintu kamar

“apa bang ?? ada apa ??” Tanya ardi panik

“ada iler alisa tu di bantal.” Jawab ali terbahak

“SIALAN LO BANG. BENER-BENER KELEWATAN YA, LO. BANGUNIN ADEK

SENDIRI DENGAN CARA BIADAB. TEGA LO !!” Seru alisa marah. Dia langsung

mendorong semua laki-laki itu untuk keluar dari kamarnya.

“lo ngapain masuk rumah ? bukannya jagain motor gue di depan.

nanti kalo ilang gimana.?” Cerocos ali sambil berjalan keluar

“ya elah bang motor ilang ya beli lagi lah ribet amat.”

Jawab ardi sekenanya

“yoi dong. Beli in sekalian lah calon adek ipar ini. Ehem.”

Ucap aan menyugar rambut nya. Ali langsung menoyor kepala aan.

“adek ipar ndas mu. Kalo lo nikah sama alisa, gue yakin tu

malam pertama abis tulang lo di lipet ma alisa.” Sahut ali

“di banting kretek-kretek” Ucap ridho tertawa mengejek aan.

Yang di ejek ikut tertawa. Tentu aja aan hanya bercanda. Jangan kan jatuh

cinta, di lirik alisa aja dia udah nunduk nunduk.

………..

Alisa langsung melangkah ke kamar mandi yang ada di dalam

kamar nya mencuci muka dan mnggosok gigi. Pantang bagi nya mandi pagi. “dingin”

alasan alisa. Setelah berganti pakaian dia langsung menuju garasi. Hari ini

jadwal motor matic nya untuk di cuci. Segera saja ia mengeluarkan motor matic

nya.

“mau kemana lo dek ?” Tanya ali sambil menyalakan rokok di

tangannya.

“nyuci motor.” Jawab alisa singkat.

“motor yang kemaren udah di ambil, sa ?” Tanya ardi

“udah. Sore kemaren dia kesini.” Jawab alisa sambil

mengambil peralatan untuk mencuci motor yang tadi juga di gunakan oleh ali.

“dek, lo gak pengen cari kerja apa gitu ?” Tanya ali

Alisa menggosok body motor dengan lap yang sudah di beri

sabun. Terdiam sejenak lalu menjawab

“sebenernya gue pengen punya bengkel sendiri bang, tapi

takut gak boleh sama ayah kalo gue ngebengkel sendirian.” Jawab alisa

menjelaskan resah di hati nya.

“gue bantu lo ngebengkel nya. Kalo itungan gimana nanti

aja.” Sahut ardi mendengar rencana alisa.

“gue ntar bantu rekomendasiin bengkel lo ke temen temen

gue.” Sambung aan.

“gue sabi lah dandan, ganti oli gratis di sini. Atas nama

kawan.” Ucap ridho yang sibuk mengotak atik motor knalpot cempreng

kesayangannya.

“huu bengkel belum tentu buka bangkrut udah pasti.” Ejek

ardi

Ali yang sedang bermain mobile legend solo ranked terdiam.

Ia Nampak serius dengan gadget di tangannya.

“bang lo nanya, di jawab malah asik aja maen.” Ucap alisa.

“bentar dek bentar.”ucap ali wajah nya semakin serius

memperhatikan layar ponsel

“lari bang lari !” seru aan menyemangati

“awas awas di rumput di rumput. Lari lari !” seru ardi lagi

sambil ikut berjongkok di dekat aan. Melihat ke ponsel ali.

“yak yak terus terus.”

“hiyaaaaa !!!! menang !” seru mereka bertiga kompak.

VICTORY !! terdengar suara ponsel yang volume nya di setel

paling keras.

“menang aja lo gedein bang. Giliran kalah aja keciiiiiilllll

itu sampe semut aja gak denger suara nya.” Ridho tertawa. Ridho memencet-mencet

layar hp nya.

“di, ntar temenin ke warung mpok ipah yok, mau cod knalpot

gw.” Ucap ridho kemudian.

“lah emang knalpot lo kenapa ?” Tanya ali

“pecah dalem nya. Suara nya udah gak enak. Udah sember ini

gak cempreng lagi.” Ucap ridho berjalan kea rah teras garasi dan duduk lesehan

memperhatikan alisa yang baru saja selesai mencuci motor. Dan sedang mengelap

bodi motor matic nya.

“sepi amat sih ni garasi udah kayak kuburan aja. Gak ada

bunyi-bunyi apa gitu.” Sindir ali.

Alisa membereskan selang dan alat cuci lalu berjalan ke arah

garasi. Menghidupkan salon kecil dan menyambungkan Bluetooth di ponsel nya lalu

memutar music dari aplikasi youtube. Entah kenapa bisaanya yang di putar adalah

music reggae, hardcore atau paling tidak musik yang tidak menggambarkan sisi

galau. Tapi kali ini ia malah memutar lagu waktu yang salah dari fiersa besari.

Membuat ali dan teman temannya terkejut. “tumben.” Celetuk

ali menyimpan ponsel di saku nya lalu berdiri hendak rebahan di kasur.

“gue mau ke warung nih cari rokok. Ada yang mau nitip gak ?”

Tanya ardi

“titip jodoh, gue.” Jawab aan.

“gue titip lc 1 yang pedes.” Sahut ardi sambil tertawa

“wow, boleh juga. Mau juga gue lc nya hahaha” sambung ali

“emang gak ada yang bener kalo nanya lo semua.” Ucap ardi

menggeleng gelengkan kepala nya.

“nitip gak lo, sa ? jangan nanti gue udah balik kesini, lo

suruh balik lagi gara-gara lo mau jajan tapi gak mau jalan.” Ucap ardi. Alisa

nyengir lebar, mengingat betapa sering nya dia ngerjain ardi sampai harus bolak

balik ke warung.

“ya gak pa-pa sih. Kan, lo juga seneng liatin mpok ipah.

Janda cakep ujung jalan.” Canda alisa.

“matamu. Yang ada geli gue, Bodi udah emak emak masih aja

pake rok mini. Udah kendor semua gitu.” Ardi bergidik membayangkan mpok ipah.

 Mpok ipah adalah

janda anak 1 berumur 47 tahun anak nya cewek seumuran alisa. Biarpun janda

hampir senja tapi tingkah laku nya masih saja seperti abege. Gaya berpakaiannya

pun tidak kalah jauh seperti anak gadis nya.

“ya gak pa-pa di. Itung-itung..”

“GAK DAPET ANAK NYA DAPET EMAKNYA !!” Ucap mereka kompak

“ogah, Kompak bener lo orang kalo nyiksa gue.” Ucap ardi.

“ya kalo nggak, dapet semua nya lah. Ya anak nya, ya emak

nya. Hahaha” celetuk ridho

“boleh tu di, dobel.” Sambung ali terbahak.

“ah udah lah, kecut mulut gue. Bener ya, sa lo gak nitip.

Jangan bilang nanti gue gak nawarin lho.” Ancam ardi

“eh nitip gue.” Sahut alisa cepat.

“buruan nitip apa ?” Tanya ardi di atas motor nya

“nitip warung nya lo pindahin kesini.” Ujar alisa tertawa

“ya bisa, Itu nanti ardi nikahin mpok ipah, pindah deh tu

warung nya kesini. Haha” ridho terbahak. Mpok ipah masih jadi topik menarik

untuk mereka. Mereka tertawa mendengar nya. Ardi langsung melesat ke warung

mpok ipah menanggapi mereka entah kapan ke warung nya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!