NovelToon NovelToon

My Bos, My Husband

Bab 1

"Paman..." Kayra berlari menuju mobil yang sudah berhenti di depan sekolah nya sambil melambaikan tangannya.

"Nanti jatuh." Ujar Azzam khawatir, saat melihat gadis berseragam sekolah menengah atas itu berlari cepat ke arah mobilnya terparkir, padahal gadis itu mengenakan rok yang panjang.

"Patah gigi mu nanti." Seseorang di kursi belakang mengejek Kayra yang baru saja mendaratkan tubuhnya di kursi mobil.

"Bang Azka.." Teriak Kayra saat melihat kakak sepupunya yang berada di luar negeri, kini berada di dalam mobil yang sama dengannya.

"Ngga usah teriak-teriak, Kay. Azka ga budek kok." Ucap Arkana pelan, namun, mampu membuat Kayra cemberut.

"Bang Arka nih kayaknya sensi banget sama aku." Ucap Kayra sambil menatap Arkana tidak suka karena kekhawatiran laki-laki yang terlalu berlebihan. Belum lagi Arkan selalu menegurnya dengan kata-kata yang selalu membuatnya kesal.

Azam tertawa kecil, kemudian mengusap puncak kepala keponakannya yang tertutup hijab itu dengan sayang.

"Pakai sabuk pengaman kamu. Paman belum mu di bunuh sama Papa kamu." Perintah Azam.

Setelah memastikan Kayra sudah duduk dengan nyaman di sampingnya, laki-laki tampan itu segera melajukan mobil meninggalkan gerbang sekolah Kayra menuju kediaman kedua orang tuanya yang sekarang di tempati oleh Alfan.

Beberapa saat melaju di jalanan yang cukup padat, kini mobil Azam mulai memasuki gerbang rumah Alfan. Semua orang sudah bersiap menunggu kedatangan mereka di sana.

Semua orang yang berada di dalam mobil, keluar dari kereta besi itu dan melangkah menuju rumah.

"Kok lama?" Tanya Trias pada Azam saat suaminya itu sudah masuk ke dalam rumah.

"Iya, kan habis jemput Arka aku ke Bandara dulu jemput Azka. Lalu singgah di sekolahnya Kay." Azam mengecup kepala istrinya.

"Bang Ai.." Ujar Kayra saat melihat pemuda yang sudah lama tidak bertemu, kini sedang memasuki ruangan di mana dirinya berada sambil membawa sebuah nampan berisi sayuran

"Lama-lama bibir mu itu akan benar-benar pecah. Bisa ngga kamu berjalan seperti biasa saja, ga usah lari-lari kayak gitu?" Tegur Arkana.

Aidan tersenyum kecil melihat kakak sepupunya yang terlihat begitu mengkhawatirkan adik mereka.

"Ada titipan dari Kak Nala buat kamu." Aidan mengusap kepala Kayra yang tertutup hijab.

"Buku ya, Bang." Tebak Kayra dan langsung diangguki oleh Aidan.

"Pacar Bang Ai emang the best pokok nya." Kayra mengangkat kedua tangannya, lalu mengancingkan kedua jempolnya ke arah Aidan. "Kenapa ga di ajak ke mari, Bang?" Tanya Kayra.

"Nala ada kegiatan yang tidak bisa di tinggalkan di kampus. Nanti Abang bakal ajak kamu ke sana." Ujar Aidan langsung membuat Kayra berbinar.

"Ngga usah janjiin yang mustahil sama dia, Ai. Kamu kan tahu Paman Alfan ga bakal izinin Kay pergi jauh-jauh." Ujar Arkana menimpali dan langsung mendapat tatapan tajam dari Kayra.

"Ngga usah dengarin dia Bang. Dia emang mirip banget sama Papa." Bisik Kayra, dan langsung membuat Aidan tertawa geli.

"Ayo kita ke taman belakang." Ajak Aidan.

"Aku mau mandi dulu, Bang. Ganti baju juga." Tolak Kayra, karena memang tubuhnya minta untuk di bersihkan setelah seharian beraktivitas di sekolah.

Aidan mengangguk. Mengusap kepala Kayra sebentar, lalu melanjutkan langkahnya menuju taman belakang di mana para orang tua mereka sedang menunggu.

"Bang Arka ga kebelakang? Apa mau nungguin Kayra di sini?" Tanya Aidan sambil menahan tawa karena mendapati Arkan terus menatap khawatir gadis yang baru saja berlari menaiki anak tangga.

"Ini mau ke belakang." Jawab Arkana lalu melangkah menuju taman belakang..

Aidan mengikuti Arkana dari belakang sambil menahan tawa karena sikap berlebihan di bungkus dengan kata-kata mengesalkan dari kakak sepupunya itu.

"Jangan terlalu menekannya, Bang. Kasian dia kalau kita juga ikut-ikutan posesif kayak Paman Alfan." Ujar Aidan.

"Jangan ajak dia ke sana, Ai." Ujar Arkana memperingati.

"Nggak kok. Aku juga masih sayang hidup ku." Ucap Aidan tertawa kecil. Dia tahu bagaimana posesif pamannya jika mengenai Kayra.

Saat tiba di taman belakang, Arkana menyalami punggung tangan para orang tua yang ada di sana.

Daren dan Azam yang memang sudah bersahabat sejak lama, sedang membahas perusahaan keduanya. Aidar pun ikut bergabung dengan Abang dan iparnya itu, walau ia jarang membahas tentang bisnis nya. Berbeda dengan Alfan yang hanya terus mengikuti Kia ke mana pun istrinya itu pergi.

"Untung aja kamu ga gila karena kelakuan suami mu ini." Ujar Daniza sambil menunjuk kakak kandungnya. "Bang tinggalkan kami, ayo pergi sana. Tuh tempat para lelaki di sana." Kesal wanita cantik itu sambil menunjuk ke arah suami dan kedua kakak nya.

"Ngga suka. Aku udh bosan sama mereka." Jawab Alfan acuh membuat Daniza memutar bola matanya malas. Kia hanya tertawa geli karena pertengkaran kedua bersaudara itu.

"Udah biarin aja, Niz." Tiara menimpali. Trias pun ikut mengangguk membenarkan kalimat kakak nya.

"Aku kesal ih. Untung aja Kia ga gila dengan kelakuannya ini." Jawab Daniza.

Alfan hanya menjulurkan lidah nya menggoda Daniza sama seperti dulu ketika ia ingin membuat adiknya itu menangis.

"Aduh..." Teriak Alfan saat spatula yang berada di tangan Daniza mendarat dengan sempurna di kepalanya.

"Pergi gak!" Daniza hendak kembali memukul Alfan, agar kakak nya itu segera pergi dari tempat para perempuan beraktivitas.

Alfan beranjak dari atas tempat duduknya, lalu mencubit pipi Daniza gemas.

Di ujung sana, Danira hanya tersenyum melihat kelakukan Alfan yang memang tidak pernah berubah sejak dulu. Putranya itu akan selalu membuat putri nya menjerit kesal.

"Jangan jahat-jahat sama suami ku, Niz." Ucap Kia saat Daniza sudah kembali ke tempat semula dan melanjutkan pekerjaannya.

"Wah, kamu baik banget Kia. Kamu ga kesal dapat suami kayak gitu? Kamu benar-benar wanita penyabar." Ucap Daniza.

Kia hanya tertawa mendengar kalimat penuh kekesalan dari adik iparnya. Tapi memang hal itulah yang paling dia rindukan dari Alfan. Sikap berlebihan laki-laki yang paling dia tunggu di setiap hari mereka.

"Wah gadis cantik sudah segar." Daniza menatap keponakannya yang baru saja bergabung dengan mereka.

Kayra menyalami punggung tangan ibu dan tante-tante nya satu per satu.

"Bentar lagi Kay udah mau jadi mahasiswa ya." Tiara menatap gadis cantik itu dengan kagum.

"Iya, Aunty." Jawab Kayra sopan.

"Jadi mau kuliah di mana?" Tanya Tiara.

"Di kampus nya Arkana." Kami ini Trias yang menjawab.

"Wah, padahal Aunty mau ajak kamu kuliah di kampus Bang Ai aja." Tiara kembali bersuara.

"Kay mau banget, di sana juga ada Kak Nala. Tapi Papa pasti ga bakal izinin." Jawab Kayra cemberut.

Kia tertawa geli. Kayra memang tidak seperti dirinya yang suka dengan sikap berlebihan Alfan. Kayra justru selalu cemberut jika Alfan mulai bersikap berlebihan. Namun, yang membuat Kia suka, Kayra tidak pernah membantah apapun yang di perintahkan Alfan pada putrinya ini.

Bab 2

Lima tahun telah berlalu setelah acara keluarga yang rutin di laksanakan oleh keluarga Danira. Gadis remaja yang selalu membuat seisi rumah khawatir, kini sudah menjelma menjadi gadis yang cantik dan pintar.

"Kay, kamu sudah atur pertemuan ku dengan klien yang dari Ganedra Corporation, kan?" Tanya Arkana saat tiba di meja sekertaris nya yang tidak lain adalah adik sepupunya sendiri.

"Sudah, Pak." Jawab Kia tanpa menoleh. Ia hanya tetap fokus pada layar komputer di hadapannya, tanpa memperdulikan Arkana. "Apa masih ada yang Bapak butuhkan?" Tanya Kayra, karena Arkana masih berdiri di samping meja kerjanya.

Karena kesal bercampur gemas, Arkan mencubit pipi adik nya itu.

"Bang, ga enak di liatin sama karyawan lain." Kayra membulatkan mata, menatap tajam laki-laki yang sudah melangkah masuk ke dalam ruangannya.

Kayra menoleh ke bagian lain ruangan, berharap beberapa karyawan yang ada di sana tidak melihat apa yang baru saja di lakukan oleh Arkana padanya.

"Dasar." Ucap Kayra kesal, namun setelah pintu ruangan Arkana tertutup rapat, senyum di bibir tipisnya terlihat dengan jelas. Setelah memastikan laki-laki yang selalu berlebihan jika menyangkut dirinya itu, Kay kembali melanjutkan pekerjaannya. Mempersiapkan jadwal untuk Arkana, dan masih banyak lagi yang perlu ia urus mengenai kesibukan atasan sekaligus kakak sepupunya itu.

Cukup lama waktu yang di habiskan Kia dengan menatap layar komputernya, hingga beberapa saat kemudian, satu pesan masuk ke dalam aplikasi yang ada di ponsel pintarnya.

"Jangan lupa makan siang, Kay."

Kayra tersenyum membaca pesan itu. Laki-kaki yang sama baiknya dengan Arkana, selalu saja menyempatkan diri mengirim pesan singkat seperti ini padanya padahal dia tahu jika laki-laki itu tidak kalah sibuknya dengan Arkana dan Azka.

"Bang Ai juga jangan lupa makan. Salam buat Kak Nala ya." Balasan pesona terkirim. Kayra kembali meletakkan ponselnya, dan bersiap menatap layar monitor untuk melanjutkan pekerjaannya.

Pekerjaan ini adalah impiannya sejak kuliah. Menjadi sekretaris adalah keinginan nya sejak dulu. Padahal Papa Alfan sudah menawarkan sebuah jabatan tertinggi di perusahaan. Namun, Kayra tetap memilih menjadi sekretaris dari Arkana.

Bukan tanpa alasan. Arkana memang posesif mengenai dirinya. Namun, Papa Alfan jauh lebih posesif. Untuk itu dia memilih untuk bekerja dengan Arkana dari pada dengan Papa nya.

Jika saja, Aidan memiliki perusahaan di Jakarta, maka ia akan memohon agar bisa bekerja dengan laki-laki itu. Azka pun begitu, kakak sepupunya itu memilih berkarir di luar negeri.

Dan kini, dia hanya bisa memilih bekerja dengan orang posesif, atau dengan orang yang sangat posesif.

"Ayo makan siang." Laki-laki yang beberapa jam lalu masuk ke dalam ruangan, kini kembali berada di depan meja kerjanya.

"Saya masih banyak pekerjaan, Pak." Jawab Kayra tanpa menoleh. Ia sudah sangat kenal dengan suara yang sedang mengajaknya makan siang ini.

"Oke, Bang. Oke!" Kesal Kayra karena tangan Arkan hendak kembali mendarat di wajahnya. Entah bagian wajah yang mana akan terkena cubitan, sehingga ia memutuskan mengikuti kemauan laki-laki di hadapannya itu.

"Bisa ngga kamu tuh sekali aja nurut sama aku." Ujar Arkana.

Kayra mengerutkan dahinya.

"Bukannya selama ini aku selalu nurut sama, Bapak." Jawab nya masih dengan bahasa formal. "Bang kita lagi di kantor. Ngeselin banget sih." Kesal Kayra karena kedua belah pipinya di cubit dengan gemas oleh Arkan saat mereka sudah berada di dalam lift.

"Habisnya, kamu tuh gemesin banget kayak bayi." Jawab Arkana.

"Bang jangan kayak gitu lagi. Nanti kalau pacar aku liat dia bisa salah paham." Ujar Kayra memperingati.

"Kamu sudah punya pacar? Siapa?" Tanya Arkana beruntun. Kedua tangannya sudah bertengger di pinggang, sambil melihat Kayra penuh selidiki. "Jawab, Kay. Aku laporin Paman nih, biar tahu rasa kamu di kurung di rumah." Ancam nya.

Kayra menghembuskan nafas berat.

"Bang bisa-bisa aku bakal jadi perawan tua kalau kalian seperti ini terus." Jawab nya.

"Nggak, kalau kamu ketemu laki-laki yang jahat seperti di film-film. Kamu bakal di culik dan di kurung di bawah tanah. Aku, Azka, dan Aidan pasti ngga akan bisa selamatin kamu, Kay." Ujar Arkana.

Kayra hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya karena mendengar kalimat yang baru saja keluar dari bibi Abang nya.

"Ayo, mau makan siang kan?" Tanya Kayra.

"Jawab dulu siapa pacar kamu?" Arkana masih belum ingin keluar dari dalam lift, padahal kotak besi yang mereka tumpangi sudah berhenti di lantai dasar perusahaan. Kaki panjangnya ia gunakan untuk menahan pintu lift itu agar tetap terbuka, sedangkan beberapa karyawan sedang menjadi penonton drama yang sedang di buat oleh atasan mereka itu.

"Ih, malu-maluin aja." Kesal Kayra. Gadis cantik dengan balutan hijab itu, menarik telinga kakak sepupunya agar berhenti membuat drama di dalam perusahaan.

Biar saja dia akan di pecat, toh ia bisa bekerja lagi di perusahaan sang Ayah. Dari pada ia terus menjadi tontonan para karyawan karena ulah Arkana.

"Sakit, Kay. Aku pecat kamu nanti." Arkana menahan tangan Kayra yang terus menarik telinganya hingga menuju pintu utama perusahaan. "Hancur sudah harkat dan martabat aku sebagai pimpinan perusahaan karena memiliki sekretaris seperti mu." Ujarnya lagi setelah Kayra sudah melepaskan tangan dari telinga nya.

"Habisnya bikin malu aja. Lagian bagaimana aku bisa punya pacar kalau kalian seperti ini. Ngga akan ada yang mau sama aku, Bang." Kesal Kayra lalu terus melanjutkan langkahnya menuju mobil Arkana.

"Kalau ada lelaki yang menyukaimu, langsung aja datang ke rumah. Ga usah pacaran-pacaran atau apa itu." Tegas Arkana memperingati.

Kayra tidak menggubris ocehan itu. Karena selama ini, setiap kali ada lelaki yang ingin mendekatinya, sudah lebih dulu di hadang oleh para lelaki yang ada di hidupnya.

Kata orang, ia begitu beruntung karena terkahir dari keluarga kaya raya juga memiliki kakak laki-laki yang keren-keren dan sangat menyayanginya. Namun, semuanya tidak seperti yang di lihat oleh orang-orang. Kenyataan yang dia terima karena memiliki laki-laki seperti kakak sepupunya ini, sama sekali tidak menyenangkan.

Arkana mulai melajukan mobilnya menuju restoran tempat biasanya ia dan Kayra makan siang. Mulutnya terus mengoceh memperingati adik sepupunya itu, agar berhati-hati menjalin hubungan dengan laki-laki. Jika perlu, jangan pernah menjalin hubungan dengan siapapun.

Kayra tidak menanggapi. Karena itu hanya akan semakin memperpanjang ceramah dari Arkana. Ia membiarkan saja lelaki itu berbicara ke mana-mana. Toh, ia pun memang belum berniat menjalin cinta dengan siapapun. Kehidupan nya saat ini, adalah kehidupan yang ia impikan sejak dulu.Untuk itulah, ia sama sekali bum memiliki niat untuk mencari kehidupan lain.

Bab 3

Sebuah restoran mewah menjadi tempat pertemuan Arkan dengan klien bisnisnya malam ini. Salah satu ruang privat di restoran itu, sudah di sediakan oleh Kayra terlebih dahulu sebelum berangkat. Ia tahu, bagaiman bawal nya Arkana jika masih harus menunggu dirinya memesan tempat..

Saat tiba di restoran itu, Kayra mengabari jika klien mereka sudah tiba di sejak dua puluh menit yang lalu di tempat pertemuan. Kayra pun sudah mengabarkan kepada asisten klien mereka, mengenai tempat yang sudah ia siapkan untuk pertemuan malam ini.

"Kamu sudah bilang ya kalau aku paling ngga suka menunggu." Arkana mengusap kepala Kayra yang tertutup hijab.

Kayra menoleh ke sisi kanan dan kirinya. Tatapan orang-orang yang sedang menikmati makan malam, kini tertuju ke arahnya.

"Bang, kita ini Bos dan Sekretaris. Bersikaplah profesional." Bisik Kayra kesal.

Arkana hanya tergelak, sambil terus melanjutkan langkahnya tanpa memperdulikan protes yang keluar dari bibir adik nya.

"Saya sudah memesan ruangan, atas nama Kayra Pratama." Ucap Kayra pada petugas restoran.

Wanita cantik yang sedang diajak Kayra berbicara, tersenyum ramah, lalu mengantar Kayra dan Arakan menuju ruang private di mana Rangga sedang menunggu.

Saat Kayra dan Arkana tiba di dalam ruangan itu, lelaki yang entah sedang membahas apa dengan asistennya, segera berdiri dari tempat duduknya untuk menyambut kedatangan kliennya.

"Rangga Mahendra?" Arkana mengulurkan tangannya untuk menyalami laki-laki yang juga sedang mengulurkan tangan ke arahnya.

Lelaki yang bernama Rangga itu tersenyum, kemudian mengangguk membenarkan pertanyaan dari kliennya.

"Saya Arkana Pratama, dan ini Sekretaris saya, Kayra." Ucap Arkana..

Kayra mengulurkan tangannya, dan ikut menyalami laki-laki yang kini mengulurkan tangan ke arah nya.

"Bos dan Sekretaris Kesayangan." Ujar Rangga.

Arkana mengerutkan keningnya.

"Oh, saya mendengar rumor. Tapi tidak apa-apa, hubungan romantis antara Bos dan sekretaris sudah sering terjadi di dunia pekerjaan." Ujar Rangga lagi membuat Arkana semakin tidak suka.

"Kita bertemu di sini ingin membahas bisnis, bukan masalah pribadiku." Jawab Arkana.

Rangga tertawa mendengar kalimat penuh ketegasan itu.

"Jangan terlalu serius, Pak Arka. Kita santai saja dulu." Ujar nya. "Sesil." Rangga mengulurkan tangan ke arah asistennya. Beberapa saat kemudian, berkas mengenai bisnis yang akan mereka kerjakan bersama, sudah berpindah ke tangannya. Entah ke mana perginya wajah penuh humor tadi. Kini, Rangga berubah menjadis serius, sambil sesekali melirik ke arah Kayra yang juga sedang sibuk menyiapkan berkas seperti miliknya.

Yang tidak laki-laki itu tahu, Arkana sama sekali tidak melepaskan pandangan darinya. Tidak, apapun yang mengganggu Kayra, pasti tidak akan pernah luput dari tatapannya.

"Ini, Pak."

Dokumen yang tadinya sedang di periksa Kayra, kini sudah berpindah ke tangan Arkana.

Rangga masih terus memperhatikan Kayra. Benar, gadis yang berada di hadapannya ini, jika di lihat dengan teliti begitu mirip dengan laki-laki yang tidak pernah menginginkan kehadirannya sejak dulu.

Tidak salah lagi, inilah anak yang di ceritakan sang Ibu padanya. Anak dari wanita yang di cintai mati-matian okeh Ayahnya, namun, memilih menikah ab hidup dengan orang lain.

Beberapa saat Arkana memeriksa perjanjian kerja itu, ia kembali mendapati Rangga memperhatikan Kayra. Entah mengapa, sejak kedatangannya dengan Kayra di ruangan ini, tatapan Rangga tidak pernah lepas dari adik nya ini..

"Maaf saya tidak bisa melanjutkan kerja sama nya." Arkana meletakkan berkas yang kata Kayra di kirimkan oleh pihak perusahaan Ganedra itu, ke atas meja yang ada di hadapannya.

"Kenapa, Pak?" Tanya Kayra heran. Karena menurutnya, perjanjian kerja itu sudah sangat pas seperti yang di inginkan Arkana.

"Aku tidak merasa cocok menjalin kerja sama dengan nya." Jawab Arkana acuh, walau alasannya itu terkesan tidak masuk akal menurut Kayra.

Rangga menarik sudut bibirnya. Tersenyum kecil melihat sikap yang di ambil Arkana.

"Apa kamu takut aku akan merebut sekretaris kesayangan mu?" Tanya Rangga.

Arkana beranjak dari atas kursi yang ia duduki. Meraih tangan Kayra dan hendak membawa adiknya keluar dari sana. Sejujurnya, Alfan sudah mengingatkan tentang keluarga Kayra dulu, namun, ia berpikir saat perusahaan Ganedra ingin menjalin kerja sama dengannya, memang murni ingin mendapatkan hasil yang memuaskan. Namun, saat melihat reaksi Rangga yang terus saja memperhatikan Kayra, ada rasa curiga jika laki-laki ini memiliki niat lain.

"Apa Kayra tahu....

"Tutup mulut mu! Aku pikir kamu ingin menjalin kerja sama dengan perusahaan ku, memang karena ingin memulihkan kembali perusahaan mu. Ternyata kamu memang memiliki niat lain." Kesal Arkana.

"Ah, keahlian ibu nya langsung menurun pada nya ya." Ejek Rangga lagi..

Hingga beberapa saat kemudian, bogem mentah mendarat di pipinya hingga darah segar menetes keluar dari sudut bibirnya.

"Bang..." Tarik Kayra saat Arkana kembali melayangkan tangannya.

Kayra menarik tubuh tinggi Arkana agar menjauh dari laki-laki yang sudah terduduk di atas lantai. Ia lalu melangkah mendekati Rangga yang sudah tersungkur di atas lantai. Mengambil dokumen yang ada di atas meja, lalu memukul wajah laki-laki itu.

"Bodoh! Ini kesempatan kamu untuk memulihkan perusahaan orang itu, agar kamu di anggap ada oleh nya. Kamu malah merusak semuanya." Hina Kayra. "Jangan bodoh Rangga. Aku dan Ibu ku yang kamu anggap hina, kenyataan nya jauh lebih di cintai oleh keluarga kami dari pada kamu dan ibu mu yang berasal dari keluarga terpandang itu." Sambung nya kesal.

"Tetap saja kalian tidak akan bisa memiliki derajat yang sama seperti kami." Tegas Rangga Krena tidak terima dengan penghinaan adik tirinya.

Kayra tergelak mendengar kata derajat.

"Derajat? Derajat menurut siapa? Menurut keluarga Ganedra yang tidak bisa kamu gunakan nama belakangnya, atau kah derajat menurut keluarga Hendrawan? Aku dan Ibu ku memiliki jauh lebih tinggi derajatnya di mata sang pencipta. Ya, pencipta keluarga Hendrawan dan Ganedra yang kamu bangga-banggakan itu." Sambungnya.

Arkana melotot melihat pemandangan di hadapannya. Dia pikir, Kayra akan seperti gadis lain yang akan menangis sedih karena mendengar hinaan dari orang lain.

"Ah bodohnya." Kayra kembali memukul wajah memar Rangga karena pukulan Arkana, kemudian beranjak dari atas lantai. Menatap remeh ke arah gadis yang masih terdiam di tempat duduknya, lalu melangkah keluar dari ruangan itu. "Ayo Bang, kita pulang." Ajaknya.

Arkana mengusap kepala Kayra yang tertutup hijab, laku ikut melangkah bersama adiknya itu keluar dari sana..

"Aku pikir kamu bakalan nangis." Ucap Arkana pelan.

"Buat apa? Mubajir banget keluarin air mata untuk orang-orang seperti mereka."Jawab Kayra.

Gadis yang mengenakan terusan berwarna cokelat itu terus melangkah dengan anggun keluar dari restoran itu bersama Arkana.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!