NovelToon NovelToon

Karma Istri Durhaka

1. Para wanita munafik

Sosok pria yang saat ini tengah berada di ruangan gym pribadinya untuk melatih otot-otot demi bisa menjaga stamina agar kuat saat membuat sang kekasih mendesah dan meneriakkan namanya ketika bercinta dengannya, terlihat sibuk dengan alat-alat olahraga.

Pria yang tak lain adalah Arya Mahesa berusia 24 tahun, terlihat bersemangat karena hari ini ada janji bertemu di hotel dengan sang kekasih yang sudah satu bulan lebih menjalin hubungan diam-diam dengannya.

Setelah pagi-pagi sekali ia menghubungi sang kekasih, Arya langsung pergi ke ruangan gym pribadinya tanpa membawa ponsel. Saat sudah setengah jam ia melatih otot, menyadari bahwa ponselnya lupa dibawa dan tidak bisa melihat sudah jam berapa karena biasanya akan joging pagi di sekitar jalanan kompleks rumahnya selama beberapa menit.

Setelah membersihkan bulir peluh yang mengalir di tubuhnya, Arya meneguk air mineral yang tadi sudah disiapkan oleh pelayan dan berjalan menuju ke kamarnya untuk memeriksa apakah ada pesan atau telpon.

Begitu tiba di ruangan kamarnya, ia sudah berjalan mengambil benda pipih yang merupakan nyawa kedua manusia tersebut. Menyadari bahwa semua orang di zaman sekarang tidak bisa hidup tanpa ponsel karena menganggap itu adalah barang paling penting layaknya nyawa sendiri.

Arya yang melihat beberapa panggilan tidak terjawab dari nomor sang kekasih, kini memicingkan mata dan karena merasa sangat penasaran, ia langsung memencet tombol panggil. Selama beberapa saat, ia menunggu hingga panggilannya diangkat.

Namun, tidak mendapatkan jawaban dan membuatnya semakin merasa aneh. "Tadi menelponku, sekarang dihubungi tidak diangkat. Apa karena ada suaminya, sehingga Putri tidak berani mengangkat telpon?"

"Lebih baik aku joging sebentar sambil menunggu Putri menelpon," ucap Arya yang kini sudah keluar dari ruangan pribadinya, menuju ke rak dan memakai sepatu.

Suasana rumah dengan lantai dua yang sudah terlihat para pelayan sibuk dengan pekerjaan masing-masing, bisa dilihat oleh Arya dan juga ia hanya tersenyum saat semua pekerja menyapanya ketika berjalan.

"Sayang, tunggu!" teriak sosok wanita paruh baya yang masih memakai gaun tidur, tak lain bernama Rani Paramitha yang merupakan ibu dari Arya Mahesa.

Arya yang tadinya sudah memegang kenop pintu, kini menurunkan tangan dan menoleh ke arah belakang. "Ada apa, Mom?"

Rani kini berjalan mendekati putranya yang tidak datang menghampiri, sehingga ia yang berinisiatif untuk mendekat karena tidak ingin berteriak di pagi buta.

"Nanti siang antarkan ke rumah salah satu sahabat mommy karena ada acara arisan sekaligus memperkenalkan anak masing-masing. Jadi mommy ingin kamu ikut karena ingin memperkenalkanmu pada mereka. Siapa tahu ada salah satu gadis yang kamu suka di sana."

Seketika wajah Arya berubah masam karena rencananya dengan sang kekasih terancam batal gara-gara acara mendadak dari sang ibu. Ia yang sama sekali tidak tertarik dengan ajakan sang ibu, refleks menggeleng perlahan.

"Aku tidak bisa, Mom karena sudah ada janji penting. Lagipula kenapa harus mendadak? Aku benar-benar tidak bisa dan juga sama sekali tidak tertarik dengan pertemuan para wanita sosialita. Oh ya, satu lagi yang perlu Mommy tahu, aku sudah punya seorang kekasih."

Merasa sangat terkejut dengan pengakuan yang sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya, Rani kali ini benar-benar tidak mempercayai perkataan dari putranya.

"Tidak mungkin. Kamu pasti berbohong pada mommy, kan? Mommy tahu kamu masih belum bisa move on dari Early."

Mendengar nama seseorang yang membuatnya merasa sangat muak, Arya kini ingin mengingatkan sang ibu agar tidak lagi membahas tentang masa lalunya hingga membuatnya terpuruk.

"Aku tidak ingin nama wanita sialan itu disebut karena telingaku sakit mendengarnya!"

Tanpa menunggu tanggapan dari sang ibu, Arya sudah membuka pintu dan berjalan keluar. Begitu tiba di halaman, ia memilih untuk segera berlari keluar pintu gerbang rumahnya dan mengelilingi kompleks perumahan mewah sekitar untuk meluapkan kekesalan.

Tak lupa saat ia berlari, umpatannya terdengar dengan napas tersengal.

"Sialan! Saat aku sudah berhasil melupakan wanita sialan itu, sekarang mommy malah mengungkitnya lagi."

Arya sudah berlari cukup jauh dari area rumahnya dan saat napasnya tersengal karena lelah dan deru napas memburu, ia kali ini benar-benar kehabisan tenaga karena terlalu memforsir diri.

Ia pun memilih duduk meluruskan kakinya di rumput hijau taman dan menormalkan deru napasnya.

Ia kini menghirup udara segar yang masih belum terkontaminasi dengan polusi, seperti asap kendaraan bermotor dan melihat ada beberapa orang yang tengah joging pagi sepertinya.

Refleks ia pun mengingat pertemuan pertamanya dengan sosok wanita cantik seusianya di taman itu dan seperti hari ini.

Saat itu, ia sedang lari pagi, sedangkan seorang wanita bernama Early Pratiwi tengah berjalan sambil membawa kucing dan membuatnya terpesona.

Dari situlah ia merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama pada Early yang terlihat sangat menyayangi binatang. Akhirnya setiap pagi, ia datang ke taman dan selalu bertemu dengan wanita yang tak lain adalah salah satu saudara jauh dari rekan bisnis sang ayah dan tinggal di kompleks dekat rumahnya.

Hingga hubungannya yang sudah semakin baik dan sering keluar makan dan belanja bersama. Bahkan ia selalu membayar apa yang diinginkan oleh Early.

Hingga satu bulan kemudian, ia menyatakan cinta karena merasa yakin jika Early juga mencintainya. Bahkan ia sudah membeli sebuah cincin dan saat mengungkapkan niatnya untuk melamar, jawaban wanita yang membuatnya jatuh cinta tersebut sangat mengejutkan.

Bahkan sampai saat ini Arya masih mengingat dengan jelas perkataan dari wanita yang dianggapnya sangat baik, ternyata tak lebih dari wanita materialis.

"Early, aku jatuh cinta padamu saat pertama kali bertemu. Aku berharap kamu mau menerimaku sebagai kekasih dan juga calon suamimu."

"Apa? Calon suami? Apa kamu sedang sakit? Jangan berpikir kita sering jalan bersama dan barang-barang yang kamu berikan bisa membuatku tergila-gila padamu."

"Aku hanya menganggapmu teman dan tidak pernah berpikir untuk menjalin hubungan serius karena kamu bukanlah tipeku. Aku lebih menyukai pria mapan dan sudah bekerja di perusahaan. Bukan pria manja sepertimu yang bisanya hanya meminta uang pada orang tua."

Saat mengingat perkataan dari Early yang menghinanya habis-habisan, wajah Arya kembali berubah memerah dengan rahang mengeras dan bunyi gemeretak gigi yang saling berbenturan.

"Membusuklah di neraka, wanita sialan! Dasar wanita bodoh! Seharusnya dia tahu kalau aku adalah anak tunggal dari pemilik perusahaan besar di Jakarta. Lambat laun, akulah yang akan jadi pemimpin perusahaan keluargaku."

"Bisa-bisanya dia mengatakan aku adalah seorang pria manja yang tidak berguna karena tidak pernah bekerja. Saat aku mau, aku bisa langsung bekerja di perusahaan daddy, tanpa harus susah payah melamar pekerjaan."

Di saat Tomy baru menutup mulut, tanpa sengaja ia melihat seorang gadis belia tengah berjalan ke arah taman dengan seekor anjing dan membuatnya sangat ilfil.

"Para wanita-wanita munafik! Aku pikir wanita penyayang binatang adalah seorang wanita yang baik, ternyata hanya sebuah topeng kepalsuan."

"Hanya Putri yang tidak pernah memakai topeng dari pertama kali aku bertemu dengannya. Dia adalah seorang wanita dewasa yang tidak manja dan tidak pernah berpura-pura menjadi seorang wanita manis seperti wanita lain yang kebanyakan munafik dan matrealistis."

To be continued....

2. Mencari selingkuhan

Kemurkaan Arya seketika musnah begitu mendengar suara dering ponsel miliknya yang berbunyi dan benar saja apa yang dipikirkan olehnya, begitu melihat layar, kontak sang kekasih yang menghubungi.

Tanpa membuang waktu, ia sudah menggeser tombol hijau ke atas dan mendengar suara dari seberang telepon.

"Halo, Sayang."

"Sayang, ada hal penting yang ingin kubicarakan denganmu. Aku harap kamu datang ke cafe tempat kita pertama kali bertemu, oke."

Arya yang terlihat memicingkan mata karena merasa tidak suka dengan ajakan sang kekasih, kini mengingatkan wanita tersebut akan sesuatu yang tadi disampaikan.

"Cafe? Bukankah aku tadi bilang mengajakmu bertemu di hotel?"

"Kita tidak bisa bertemu di hotel sekarang karena suamiku sudah mengetahui hubungan kita."

Arya seketika membulatkan kedua matanya begitu mendengar apa yang baru dikatakan oleh wanita di seberang telepon dan membuatnya merasa gelisah karena mau tidak mau, orang tuanya mungkin akan segera mengetahui bahwa ia menjalin hubungan terlarang dengan istri orang.

"Apa? Bagaimana mungkin suamimu tahu saat kita selalu diam-diam pergi bersama? Apa suamimu sudah menyewa orang untuk memata-matai kita?"

"Astaga, bukan seperti itu! Jawabannya sangat penting dan darurat. Aku tidak bisa mengatakannya di telepon karena harus menyampaikan langsung padamu dan membawa buktinya. Kita bertemu jam sepuluh, oke!"

Saat Arya berniat untuk membuka mulut berkomentar, sambungan telepon yang sudah terputus membuatnya merasa sangat kesal.

"Apa yang terjadi sebenarnya? Apa maksud Putri membawa bukti? Apa suaminya mempunyai foto-foto saat kami bersama?"

Berbagai macam pertanyaan kini sudah menari-nari di otak Arya. Tentu saja ia menyadari tidak akan menemukan jawaban sebelum bertemu dengan sang kekasih di salah satu cafe yang menjadi tempat pertama kali bertemu.

Hingga ia mengingat kejadian di mana ia sedang nongkrong bersama teman-temannya di salah satu cafe di dekat perusahaan keluarganya. Kenangan manis dan indah saat ia pertama kali bertemu dengan sosok wanita yang telah berhasil mengubah seluruh prinsip hidupnya, yaitu lebih menyukai istri orang daripada wanita perawan.

'Wanita perawan sekarang hanyalah menjadi status di KTP saja karena sudah pada bolong semua. Menurutku, lebih menarik dan tertantang saat berhubungan dengan istri orang jauh.'

'Bahkan zaman sekarang banyak yang menyebut jika para janda jauh lebih menggoda daripada wanita lajang yang hanya status saja di kartu tanda pengenal.'

'Jika para wanita janda seperti Putri, bisa-bisa para berondong sepertiku lebih tertarik pada seorang janda daripada wanita single,' gumam Arya yang terkekeh geli saat menyadari jika ia seperti seorang pria gila karena tertawa sendiri di dalam hati ketika berada di area taman yang dekat dengan kompleks perumahan mewah keluarganya.

"Lebih baik aku pulang dan mandi karena ingin bertemu dengan kekasihku tercinta yang sangat menggoda," ucap Arya yang kini bangkit berdiri dari posisinya yang dari tadi meluruskan kaki di atas rerumputan hijau.

Ia pun kembali berjalan ke arah area rumahnya dengan mengambil napas teratur dengan menghirup udara pagi yang masih segar dan belum terkontaminasi dengan polusi.

***

Satu bulan yang lalu...

Sosok pria yang saat ini tengah berada di atas tubuh wanita yang merupakan istrinya, terlihat melenguh panjang setelah mencapai puncak kenikmatan. Pria yang tak lain bernama Bagus Setiawan tersebut baru saja bercinta dengan sang istri di pagi hari sebelum berangkat kerja.

Sementara itu, wajah sosok sang istri terlihat masam dan memerah karena ia belum merasakan puncak kenikmatan, tetapi sang suami sudah terlihat seperti orang yang tidak bertenaga sama sekali ketika bercinta.

Bukan kali pertama ia merasakannya saat sang suami selalu lemah di atas ranjang dan sama sekali tidak pernah membuatnya puas dalam bercinta hingga selalu berakhir merasa sangat kesal dan marah.

Kini, ia sudah mendorong tubuh sang suami dari atas tubuhnya karena ingin segera membersihkan diri di kamar mandi.

Ia merasa sangat stres menghadapi sang suami yang dianggapnya mengalami ejakulasi dini saat tidak pernah bisa memuaskannya di atas ranjang.

'Lama-lama, aku benar-benar bisa stres dan gila jika setiap hari selalu seperti ini. Dia selalu hanya bertahan beberapa menit saja. Sementara aku belum merasakan apa-apa.'

'Rasanya aku ingin mencari selingkuhan saja jika dia terus seperti ini,' umpat Putri Wardhani yang saat ini terlihat sangat marah sekaligus kesal dan melampiaskannya dengan segera membasahi ujung kepala hingga kaki dengan air dingin.

Ia yang tinggal di kontrakan sempit dengan kamar mandi yang terlihat beberapa meter saja dan harus selalu mandi air dingin, harus merelakan tubuhnya menggigil kedinginan di saat suasana di luar masih gelap.

Tidak hanya itu saja, bahkan kehidupan ekonominya yang pas-pasan dan tidak pernah bisa pergi bersenang-senang untuk shopping di Mall karena selalu habis untuk biaya makan sehari-hari.

Bosan, mungkin itu yang saat ini dirasakannya karena bertahun-tahun hidup miskin dan merasa iri pada beberapa temannya yang sudah sukses karena memiliki suami dengan pekerjaan yang baik dan terlihat hidup enak.

Beberapa saat kemudian, Putri sudah selesai mandi dan sama sekali tidak memperdulikan sosok pria yang saat ini melewatinya ketika berjalan menuju ke arah kamar mandi.

Dengan memakai penutup sebatas dada serta handuk kecil yang melilit di rambutnya, Putri saat ini berpikir untuk pergi bersenang-senang setelah sang suami berangkat kerja. Ia berpikir akan menitipkan putra bungsunya ke tetangga saat pergi nanti.

'Aku bisa stres jika setiap hari hanya diam di sini, mengurus rumah, serta melihat pria lemah itu yang sangat menyebalkan. Pergi ke mana, ya baiknya nanti?'

'Siapa tahu, aku bisa bertemu dengan seorang pria tampan dan bersedia menjadi selingkuhanku,' gumam Putri yang kini sebenarnya ingin terbahak saat mengatakan hal yang menurutnya sangat konyol.

Tidak ingin sang suami mengetahui rencananya, Putri memilih untuk melakukan ritual rutinnya, yaitu memasak sarapan untuk keluarga. Tentu saja setelah berpakaian khas rumahan, ia sudah sibuk berkutat dengan ritual sehari-hari di dapur.

Sementara putranya masih tidur karena waktu menunjukkan pukul setengah lima pagi. Sudah menjadi kebiasaan ia sehari-hari selalu bangun pagi untuk memasak karena sang suami membawa bekal saat pergi bekerja di pagi hari.

Sang suami yang selalu berangkat pagi-pagi sekali karena menjadi seorang sopir. Meskipun uang belanja yang diberikan padanya setiap bulan menurutnya tidak banyak dan membuat ia tidak pernah bersenang-senang karena harus selalu berhemat untuk bisa makan setiap hari, serta biaya sekolah anaknya.

Namun, hari ini ia sudah membulatkan tekad untuk pergi bersenang-senang karena merasa sangat lelah.

Bertahun-tahun menjadi seorang ibu rumah tangga dan hanya fokus mengurus rumah dan keluarga tanpa memikirkan diri sendiri, hari ini ia ingin fokus memanjakan tubuhnya dengan pergi ke salon untuk mempercantik diri serta pergi ke sebuah cafe.

'Aku tidak pernah pergi ke cafe. Sepertinya aku perlu untuk mencoba pergi ke sana dan menikmati makanan enak, serta nongkrong di tempat yang notabene selalu dipenuhi para anak muda. Lagipula, aku belum terlalu tua karena dikaruniai wajah yang imut, sehingga awet muda.'

Putri yang memasak sambil sibuk bergumam sendiri di dalam hati karena niatnya sudah bulat saat ingin pergi bersenang-senang hari ini demi bisa memanjakan diri untuk menghilangkan stress yang saat ini mendera pikirannya.

Setelah selesai memasak tumis kangkung dan menggoreng ayam, seperti biasa ia sudah menyiapkan bekal di kotak makanan yang biasa dibawa sang suami.

"Sampai kapan aku harus hidup miskin dan mempunyai seorang suami yang ejakulasi dini itu. Aku benar-benar sangat bosan dengan semua ini."

Embusan napas kasar dan terdengar berat kini memenuhi ruangan dapur yang masih terlihat sangat sunyi tersebut. Putri yang baru saja selesai dengan kegiatannya, kini memilih untuk melanjutkan pekerjaan mencuci pakaian.

Namun, saat berjalan keluar, bertemu dengan sang suami yang sudah terlihat rapi dan diketahuinya akan berangkat bekerja.

"Sayang, ini uang untuk belanja. Semalam aku lupa memberikannya padamu. Apa bekal untukku sudah siap?" tanya Bagus yang kini memasukkan dompetnya kembali dalam saku celananya setelah mengambil uang dan memberikan kepada sang istri yang sangat dicintai.

Setiap gajian, ia hanya menyisihkan sedikit uang untuk pegangan dan memilih membawa bekal karena ingin berhemat dan bisa memberikan uang yang cukup pada sang istri agar bisa tercukupi semua kebutuhan keluarganya.

Ia sebenarnya merasa bersalah karena tidak bisa membahagiakan keluarganya seperti yang terlihat dari tetangga sekitar. Dibandingkan para tetangga, ia merasa paling rendah karena hanya berpenghasilan pas-pasan.

Sementara tetangga kanan dan kirinya kebanyakan merupakan pegawai di sebuah perusahaan. Ia yang hanya lulusan SMA cuma bisa bekerja sebagai seorang supir. Sama halnya dengan sang istri yang dulu dinikahinya setelah lulus sekolah dan masih berusia 19 tahun.

To be continued...

3. Seperti orang gila

Perkenalan yang bermula dari ia menjadi tukang ojek dan Putri dulu sering menggunakan jasanya untuk mengantar ke sekolah, hingga membuat Bagus jatuh cinta dan memilih untuk serius karena usianya yang sudah cukup untuk menikah.

Apalagi ia sama sekali tidak berniat untuk bermain-main dengan Putri dan mengungkapkan keinginannya pada keluarga wanita yang sangat dicintainya tersebut untuk segera menikahinya.

Nasib baik ia mendapatkan sambutan baik dan akhirnya disetujui untuk menikahi wanita pujaan hati setelah satu tahun menjalin hubungan.

Sementara itu, saat ini Putri sama sekali tidak berkomentar apapun karena hanya menerima uang belanja dari pria yang sudah terlihat rapi tersebut.

'Uang ini bisa aku gunakan untuk pergi ke salon dan makan enak di cafe. Nanti, aku katakan saja padanya bahwa tadi dompetku dirampok orang saat pergi ke pasar. Tidak mungkin dia akan marah padaku karena sebuah kemalangan yang menimpa istrinya sendiri.'

Saat merasa rencananya sudah sangat matang, Putri yang melihat sang suami tengah mengambil kotak bekal yang tadi disiapkan, ia memilih untuk berlalu pergi tanpa mengucapkan apapun.

Apalagi saat ini, suasana hatinya sedang benar-benar buruk karena setiap kali bercinta dengan sang suami malah membuatnya merasa sangat stress hingga merasa ilfil.

Ia berjalan ke ruangan kamar untuk memeriksa putranya. Sebenarnya ia mempunyai dua anak, tetapi putri sulungnya ikut dengan kakaknya karena kontrakannya terlalu kecil.

Sementara itu, Bagas yang saat ini melihat sikap ketus sang istri, merasa sangat menyesal karena selalu mengecewakan ketika bercinta.

"Maafkan aku, Sayang. Mungkin aku harus membeli obat agar tidak lemah saat bercinta, tapi kata temanku, efeknya tidak baik untuk tubuh karena bisa memicu serangan jantung. Jika aku mati, bagaimana dengan nasib kalian nanti."

Bagus sebenarnya ingin sekali membeli obat untuk menunjang stamina ketika bercinta dengan sang istri, tapi saat mengingat bahaya dari mengkonsumsi obat-obatan tersebut bisa merusak organ dalam, seperti ginjal dan lambung, hingga jantung, membuatnya mengurungkan niat karena masih menyayangi tubuh dan keluarganya.

Pada akhirnya, ia memilih untuk mengorbankan sikap kesal sang istri yang selalu tidak merasa puas padanya.

Bagus kini sudah memasukkan bekal yang disiapkan oleh sang istri ke dalam tas dan berjalan untuk menemui wanita yang sangat dicintai.

"Sayang, aku berangkat kerja dulu," ucap Bagus yang saat ini sudah mencium kening sang istri.

Sementara itu, Putri yang baru saja membereskan pakaian kotor untuk segera dicuci karena tidak mempunyai mesin cuci, hanya mengangguk perlahan tanpa membuka mulut.

Kali ini, ia benar-benar merasa sangat kesal pada sang suami karena kesabarannya telah habis saat melihat kelemahan pria yang dianggapnya seperti kakek-kakek tersebut karena sangat lemah.

'Aku pikir dulu menikah dengan pria yang lebih tua usianya dariku akan membuatku merasa bahagia karena pria dewasa akan selalu mengalah dan pemikirannya dewasa.'

'Berbeda dengan menikah dengan seorang pria yang seumuran atau lebih muda, rawan bertengkar dan selalu mementingkan ego masing-masing.'

'Ternyata pilihanku sama sekali tidak membuatku bahagia. Aku benar-benar bosan hidup miskin dan selalu tidak puas ketika bercinta dengannya.'

Bagus yang baru saja mengecup lembut kening sang istri, kini semakin dibayangi rasa bersalah karena selalu mengecewakan kegiatan intim mereka.

"Sayang, jangan marah. Lain kali, tidak akan seperti tadi. Aku akan mencari cara untuk menyembuhkan diri dari ...." Bagus belum selesai berbicara karena dipotong oleh sang istri.

"Aku mau mencuci baju. Hati-hati saat mengemudi," ucap Putri yang saat ini benar-benar sudah malas untuk berinteraksi dengan pria yang dianggapnya sangat tidak berguna tersebut.

Saat ia berjalan ke arah belakang sambil membawa pakaian kotor, tidak berhenti mengumpat di dalam hati.

'Apa dia pikir aku adalah wanita bodoh yang akan selalu percaya pada semua bualannya? Tidak ada lain kali karena sudah bertahun-tahun dia seperti itu dan benar-benar membuatku stres.'

Putri melemparkan pakaian ke dalam bak besar dan mengusap kasar rambut yang diikatnya ke atas. Tidak ingin rambut yang masih basah menghalangi pandangannya saat mencuci pakaian, ia memilih untuk mengikat ke atas.

Hingga saat ia duduk di kursi kecil untuk mencuci, mendengar suara teriakan dari sang suami.

"Aku berangkat, Sayang."

"Iya!" sahut Putri yang saat ini masih dengan wajah masam karena merasa pekerjaan rumah tidak kunjung habis dari pagi hingga malam hari.

"Seandainya aku menikah dengan pria kaya, tidak mungkin mencuci pakaian dengan tangan seperti ini. Ada pelayan yang melakukan semuanya. Sampai kapan aku hidup miskin bersama pria lemah itu?"

Putri yang terlihat baru saja menaruh sabun cuci ke dalam bak besar dan memberinya air, kini tengah sibuk membayangkan untuk mencari seorang selingkuhan pria dari keluarga konglomerat.

"Lebih baik aku pergi ke cafe terkenal di Jakarta yang sering dikunjungi para anak muda dari keluarga kaya raya. Siapa tahu bisa dapat kenalan dan tertarik padaku. Untuk itu, aku harus pergi ke salon dulu agar penampilanku tidak terlihat kusam."

"Nasib baik, aku punya dress yang cukup bagus. Lumayan nanti bisa kupakai karena saat membeli dress itu dulu saat ada diskon di Mall dan dibelikan oleh kakakku. Meskipun tidak pernah kupakai karena setiap hari hanya di rumah saja memakai pakaian ala ibu rumah tangga yang disebut daster ini."

Merasa sangat bersemangat untuk pergi ke salon dan cafe, Putri buru-buru mencuci pakaian karena jika putranya bangun, ia akan bertambah sibuk mengurusnya.

Apalagi putranya sangat manja dan tidak mau ditinggal untuk mengerjakan pekerjaan rumah, sehingga ia selalu membereskan rumah saat putranya masih tidur.

"Sepertinya nanti aku harus membelikan banyak jajanan untuk putraku agar diam dan tidak menangis ketika dititipkan di tetangga. Baru kali ini aku mau menitipkan putraku, semoga tetangga mau menjaganya. Pasti mau karena aku membayarnya. Di dunia ini, apa yang tidak bisa dilakukan tanpa uang, tidak ada."

Setengah jam kemudian, Putri yang baru saja selesai menjemur pakaian di samping kanan rumah kontrakannya, kebetulan melihat tetangga sebelah yang niatnya ingin diminta bantuan.

"Kebetulan sekali, ada yang ingin aku katakan padamu, Ani," ucap Putri yang kini berjalan menghampiri wanita seumuran dengannya tengah menyapu area samping rumah.

"Ada apa, Putri?" sahut Ani yang kini menghentikan kegiatannya.

"Aku ingin menitipkan putraku padamu karena ada urusan penting dan tidak bisa mengajaknya. Kamu bisa, kan? Bukankah putramu sekolah dan pulang siang hari?" Putri menatap ekspresi wanita di balik pagar rendah tersebut.

'Semoga dia mau karena aku tidak tahu harus menitipkan pada siapa lagi nanti saat pergi.' gumam Putri yang masih menunggu jawaban dari Ani.

Hingga wajahnya seketika berbinar begitu mendengar jawaban dari wanita itu.

"Bawa saja ke rumahku. Aku malah senang karena ada yang menemaniku di rumah. Apalagi setelah suami berangkat kerja, anak ke sekolah, hanya sendirian di rumah. Aku mau bersih-bersih rumah dulu, biar nanti saat putramu di sini, aku sudah selesai." Ani melambaikan tangan pada Putri sebelum beranjak pergi.

Sementara itu, Putri yang merasa telah sukses rencananya, terlihat berbinar dan sangat bersemangat hari ini.

Buru-buru ia masuk ke dalam rumah dan melanjutkan kegiatannya untuk menyapu. Sebelum berangkat, ia ingin pekerjaan rumah beres dan ia tidak akan terbebani saat pergi nanti karena hanya ingin fokus bersenang-senang.

"Saatnya bersenang-senang dan nikmati hidupmu, Putri. Kau perlu refreshing untuk menenangkan diri dan menyembuhkan kekesalanmu pada suamimu yang tidak berguna itu."

"Sial sekali aku karena menikah dengan pria lemah dan tua itu," rengut Putri yang kini sudah terlihat memegang sapu di tangan kanannya.

"Semoga aku nanti bisa bertemu dengan berondong tajir yang jatuh cinta pada pandangan pertama. Atau bertemu seorang CEO perusahaan besar yang tergila-gila pada kecantikanku. Rasanya sangat disayangkan jika kecantikan ini sama sekali tidak dimanfaatkan," ucap Putri yang terkekeh geli mendengar ucapannya sendiri yang dianggapnya sangat konyol.

Ia kini menepuk jidatnya berkali-kali karena menyadari kebodohannya. "Aku benar-benar sangat gila! Gara-gara tidak puas saat bercinta, membuatku bisa segila ini," umpat Putri yang saat ini memijat pelipisnya.

To be continued...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!