NovelToon NovelToon

Jatuh Cinta Dengan Secretaris

Memutuskan Resign

Shan Savita Yashvi adalah seorang secretaris di Perusahaan Kingslay Group. Dia bekerja di perusahaan itu sudah lima tahun lamanya. Shana anak tunggal yang hidup sebatang kara karena ditinggal oleh kedua orangtuanya.

Ayah dan ibunya meninggal akibat dari sebuah kecelakaan yang menimpa keduanya kurang lebih dua puluh tahun yang lalu. Saat kejadian itu Shan mendapatkan beberapa bantuan dari orang-orang dan juga dari pemerintahaan setempat.

Shana sangat berterima kasih atas hal itu. Bahkan ada satu keluarga yang tidak mau disebutkan namanya berbaik hati mau menolong. Melihat kondisinya karena ditinggal sebatang kara oleh kedua orangtuanya.

Orang dermawan itu mau membantunya dari segi finansial hingga dia bisa menyelesaikan perkuliahaannya. Di mana saat itu dia mengambil jurusan sebagai secretaris.

Ketika Shana melamar pekerjaan pun merasa jalannya dipermudah. Hingga dia bisa bekerja di Perusahaan Kingsly Group. Dan dia sudah bekerja di perusahaan itu genap lima tahun.

Shana ingin sekali mengucapkan terima kasih kepada keluarga yang sudah berbaik hati membantunya itu. Tetapi, setiap dia mencari tahu tentang informasi keluarga yang telah menolongnya itu Shana selalu menemui jalan buntu.

Apartemen…

Shana baru saja selesai mengeringkan rambutnya dan dia bersiap-siap akan tidur. Dia ingin secepatnya istirahat untuk mengembalikan tenaganya yang sudah terkuras habis satu harian ini.

Shana merebahkan badannya di atas tempat tidurnya dengan posisi terlentang. Dia memandang langit-langi kamarnya sambil memikirkan sesuatu.

“Huufff…! Badanku pegal sekali.”

Dia bergumam sambil menghembuskan napasnya dengan kasar. Dia kemudian mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan kamarnya. Entah apa yang yang sedang dia cari.

Shana kemudian mengatur posisi tidurnya, lalu menarik bedcovernya untuk menutupi badannya sampai sebatas dada. Dan dengan perlahan-lahan dia mulai memejamkan kedua kelopak matanya.

Tetapi, tidak ada satu menit selang dia memejamkan matanya Shana mendengar nada notifikasi ponselnya bunyi. Dengan merangkak di atas tempat tidurnya, Shana bergerak mengambil ponselnya yang dia letakkan di atas nakas yang berada di samping ranjangnya.

Karena penasaran, Shana langsung membuka pesan yang dia terima dan langsung membacanya dalam hati.

“Selamat malam ibu. Kami dari bagian claim pencairan asuransi memberitahukan bahwa pengajuan pencairan dana asuransi yang ibu berikan kepada kami telah disetujui. Untuk proses berikutnya kurang lebih tujuh hari kedepan akan di transfer ke rekening ibu. Mohon ditunggu. Jika ibu sudah membaca pesan ini, abaikan saja. Terima kasih.”

Shana langsung duduk dari rebahannya. Yang tadinya kedua matanya sudah mulai mengantuk langsung melek kembali setelah membaca pesan tersebut. Ya, benar. Beberapa bulan yang lalu dirinya mengajukan pencairan claim asuransi jiwa kedua orangtuanya.

Karena dulu dia masih kecil dan hak waris hanyalah dia seorang, makanya dari tim asuransi memutuskan untuk menunggu dia dewasa dulu agar bisa mengclaim asuransi kedua orangtuanya itu.

Dan itu tidak lepas dari pantauan dari notaris dan pengacaranya yang memastikan dia akan mendapatkan yang menjadi bagian dari haknya sebagai ahli waris. Dan pada akhirnya pengajuannya itu pun sudah diterima.

Mungkin kedua orangtuanya sudah mempersiapkan itu sebagai peninggalan untuk Shana. Yang bisa dia gunakan untuk memenuhi kebutuhannya kedepan. Dan setelah membaca pesan tersebut, Shana semakin yakin dengan rencananya yang ingin mengundurkan diri dari pekerjaannya.

Memang benar, angka nominal yang akan dia terima nantinya sangat besar. Saat pertama sekali juga dia mengetahuinya pun dia sempat tidak percaya. Mungkin karena dia akan menerima claim asuransi atas nama dua orang sekaligus. Ayah dan ibunya.

“Sepertinya aku akan tetap resign dari perusahaan” gumam Shana menyakinkan dirinya.

Lima tahun menjadi karyawan tetap di sebuah perusahaan ternama dan mendapat gaji yang nominalnya besar itu sesuatu yang menguntung bagi Shana. Mungkin bagi orang lain tidak akan menyia-nyiakan jika mereka diberikan kesempatan seperti itu.

Tetapi, bagi shan saat ini hal itu sudah tidak terlalu dia pikirkan. Genap sudah lima tahun dia bekerja sebagai secretaris di Perusahaan Kingsly Group tersebut. Banyak pengalaman hidup yang dia dapat selama bekerja di perusahaan itu.

Namun, akhir-akhir ini tidak tahu kenapa Shana merasa ada yang kurang di dalam hidupnya. Dia sudah berusaha memikirkannya baik-baik dan mencoba berkonsultasi dengan sahabatnya, tetapi tidak ada jawaban yang bisa menenangkan hati dan pikirannya.

Apakah dia sudah mulai bosan menjalani sebagai secretaris? Entahlah, mungkin saja iya.

Dengan secepat kilat Shana mengirimkan pesan kepada sahabatnya yang bernama Myesha.

“Aku akan resign dari perusahaan.”

Shana menatap layar ponselnya berharap sahabtnya itu langsung membalas pesannya.

Tetapi, dia menunggu…

Satu menit…

Tiga menit…

Lima menit…

Shana belum melihat ada tanda-tanda jika sahabatnya itu akan membalas pesannya. Dia pun meletakkan kembali ponselnya ke atas nakas dan kembali merebahkan tubuhnya sambil menghela napas panjang.

Tidak lama kemudian dia pun mendengarkan kembali bunyi notifikasi pesan dari ponselnya. Secepat kilat Shana langusng mengambil ponselnya tersebut dan membaca balasan dari Myesha.

“Kenapa? Ada masalah lagi?”

Shana pun membalas pesan sahabatnya itu. Jari-jari lentiknya dengan ckatan menari-nari di atas layar ponselnya. Dan setelah selesai mengetik pesannya dia pun menekan tanda send.

“Tidak ada masalah. Aku hanya berniat ingin berhenti bekerja saja.”

Dan beberapa detik kemudian dia kembali menerima balasan pesannya.

“…???”

Mungkin Myesha sendiri bingun kenapa sahabatnya itu berencana untuk resign dari pekerjaannya. Masalahnya sekarang ini sangat susah untuk mencari pekerjaan.

Posisi sahabatnya itu sebagai secretaris dan pegawai tetap di perusahaan itu sudah bagus. Apalagi dia sudah mengabdikan dirinya selama lima tahu bekerja. Masa Shana lepas begitu saja.

Myesha masih ingat dulu cerita saat awal-awal Shana diangkat menjadi scretaris karena secretaris seniornya tidak ada yang betah bekerja dengan pemimpin baru mereka.

Shana sampai menangis menceritakan bagaimana susah dan capeknya dia mendapat tekanan untuk menjadi secretaris baru yang belum mempunyai pengalaman. Rasanya Myesha tidak rela membiarkan sahabatnya itu meninggalkan pekerjaanya yang sudah susah payah dia pertahankan.

Memang benar kalau Shana sudah beberapa kali cerita ingin resign dari perusahaan. Tetapi, saat Myesha tanya alasannya sahabatnya itu tidak bisa memberikan alasan yang jelas.

“Aku ingin membuka usaha sendiri saja. Lagian pengajuan pencairan claim asuransi orangtuaku sudah dalam proses. Dari pihak asuransi memberitahukan minggu depan mereka akan mentransfer langsung.”

“Pantasan saja kamu sangat ngotot ingin keluar dari pekerjaanmu. Ternyata kamu sudah ada modal hidup walaupun tidak bekerja untuk sementara. Kalau kamu memang berniat ingin resign, sekarang yang kamu pikirkan bagaimana cara kamu menghadapi atasanmu yang berwajah dingin itu.”

“Karena aku yakin tidak segampang yang kamu pikirkan itu dia mengizinkanmu resign begitu saja. Secara kamu kan sudah lama bekerja bersama dia. Tidak gampang loh melepas karyawan yang loyal dengan atasan sepertimu.”

Setelah membaca pesan dari Myesha barusan, Shan sempat terdiam dan mencerna apa maksud dari pesan sahabatnya itu. Ada benarnya juga setelah dia mengingat kembali bahwa satu-satunya secretaris yang bisa bertahan selama lima tahun di perusahaan itu semenjak CEO perusahaan itu ganti hanyalah dia seorang.

Sejenak dia memikirkan cara apa yang dia lakukan untuk antisipasi jika benar atasnya itu tidak mengizinkannya resign. Atasan yang sedingin es sedunia. Tapi, Shana tidak mau ambil pusing. Dia akan menemukan cara untuk bisa keluar dari perusahaan itu.

“Masalah itu tidak perlu dipusingin. Tinggal aku berikan surat pengunduran diriku, selesai.”

“Dan besok aku tinggal bilang bye-bye Pak Deen. Kan gampang.”

Nama yang Terlupakan

Keesokan harinya Shana memasuki lobby perusahaan di mana dia bekerja dengan langkah mantap. Suasana hatinya pagi ini sangat berbeda dengan beberapa hari belakangan ini.

Hingga para karyawan yang berpapasan dengannya di lobby itu pun bisa merasakan perubahan suasana hatinya. Dia salah satu orang yang cukup dikenal di perusahaan itu. Karena dia bekerja dan kontak langsung dengan pemimpin mereka.

“Selamat pagi…!” sapa Shana dengan senyum manisnya tergambar jelas di wajahnya.

Dia menyapa orang-orang yang berpapasan dengannya dan beberapa orang yang dia lewati berjalan menuju lift. Orang-orang yang mengenalnya pun spontan berbisik-bisik.

“Hei, lihat nggak wajah secretaris boss tadi?” tanya salah satu karyawan wanita yang melihat kedatangan Shana.

“Iya lihat. Kok dia terlihat sangat berbeda dari biasanya ya? Padahal dia selalu terlihat kesal terus” sahut yang lain.

“Mungkin dia dapat rezeki nomplok kali makanya terlihat senang begitu” timpal yang lain yang masih berada di lobby perusahaan itu sambil berjalan pelan.

“Nggak mungkinlah dia terlihat kesal terus. Masa kerjaan dia kesal mulu. Mungkin kalian yang tidak pernah melihat dia saat tersenyum kali. Coba perhatikan kalau dia sedang menerima tahu atau kolega boss. Dia selalu tersenyum kok.”

“Positif thingking saja. Mungkin saja pekerjaanya yang menggunung di meja kerjanya sudah hilang. Lagian dia juga kan wanita yang mudah melihat situasi dan beradaptasi dengan kondisi apapun. Kalau tidak, bagaimana bisa dia bertahan melihat wajah boss kita yang datar dan sedingin es kutup itu” lanjut karyawan yang lain lagi setelah melihat shan hilang dari pandangan mereka.

Seperti biasanya, Shana sedang sibuk mengerjakan pekerjaannya dan sesekali telihat menerima panggilan telepon. Di hadapannya ada beberapa tumpukan file dan pastinya itu pekerjaannya yang mengantri untuk diselesaikan.

Tetapi, untuk pagi ini shana tidak akan mengeluh melihat tumpukan filr itu lagi. Karena hari ini dia memutuskan untuk menyerahkan surat pengunduran dirinya yag sudah dia persiapkan tadi malam.

Jadi, semangatnya tidak akan hilang walaupun dia tahu satu harian ini dia akan kelelahan. Dia juga terlihat seperti biasanya, menerima tamu atasannya dengan sopan sambil tersenyum.

Dia sebagai secretaris lebih dari cukup mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah jika dia menemukan sesuatu masalah dalam pekerjaannya.

Shan melihat jam yang berada di ruang kerjanya. Waktunya dia mengantarkan minuman atasannya. Dan dia pun langsung beranjak dari kursinya berjalan menuju pantry. Kemudian dia membuatkan minuman sesuai permintaan atasannya seperti biasanya.

Tok… tok… tok…

Shana mengetuk pintu di depannya setelah dia berdiri tepat di depan pintu ruangan kerja bossnya itu.

“Pak Deen, permisi…”

Shana sudah hampir dua menit menunggu bossnya yang bernama Deen Neal Kingsly itu. Tetapi, Shana belum mendengar sahutan dari bossnya itu yang memperbolehkan dia masuk ke dalam.

Shana bukan kali itu mengalami hal itu. sudah terlampau sering dia harus menunggu dan sebelum diizinkan masuk, shana sendiri tidak akan masuk ke dalam. Padahal bossnya itu jelas-jelas ada di dalam.

Apakah Deen pura-pura tidak mendengar dan sengaja membuat secretarisnya itu menunggu atau benar Deen tidak mendengar hanya Deen dan Tuhan saja yang tahu.

Shana menarik napas panjang mencoba tetap bersabar dengan nampan dan secangkir kopi di atasnya yang masih dia pegang. Boleh dikatakan Shana adalah sekretaris yang paling sabar dan boleh dikatakan juga kalau dialah sekretaris paling sempurana dan pintar.

Sekretaris yang paling bisa dan sanggup menghadapi segala macam tingkah laku dari atasannya yang terkadang moodnya sering berubah-ubah. Setelah menunggu dua menitan menunggu, akhirnya Deen mempersilahkan Shana untuk masuk.

“Masuk…”

Shana pun melangkahkan kakinya memasuki ruang bossnya itu sambil mengatur raut wajahnya agar terlihat seperti biasanya. Padahal di dalam hatinya dia sangat kesal kepada atasannya itu yang telah membuat dia harus berdiri menunggu hingga kakinya sakit.

“Ini kopi bapak saya bawakan.”

Shana berjalan mendekati meja kerja bossnya tanpa ada balasan di mana Deen sedang fokus menegerjakan pekerjaannya. Hanya suara sepatunya yang terdengar menggema di dalam ruangan itu.

Dengan perlahan dan penuh hati-hati Shana meletakkan secangkir kopi latte, minuman kopi kesukaan sang boss yang dia bawakan tadi.

Deen Neal Kingslay adalah CEO Perusahaan Kingsly Group. Perusahaan yang dibangun oleh Tuan Brees Kingsly, kakeknya sendiri dan jabatan CEO yang dia jabat sekarang diberikan oleh kakek lima tahun yang lalu.

Diawal kepemimpinannya banyak pihak yang mengkhawatirkan dia menjabat sebagai CEO perusahaan itu dikarenakan usianya yang masih muda. Tetapi, seiring berjalannya waktu, Deen Neal Kingsly mampu menunjukkan kalau dia pantas mengemban jabatan CEO di perusahaan itu.

Deen punya kemampuan, seorang pemimpin yang gila kerja dan sangat kompetitif dan menghadapi semua tantangan dan pekerjaannya. Dan dalam hitungan bulan dia menjabat sebagai CEO, dibawah kepemimpinannya Perusahaan Kingsly Group mampu meningkatkan penadapat dan keuntungan perusahaan itu.

Akibat dari hasil kerja keras dan kemampuannya yang tidak lupa juga dibantun dengan para bawahannya yang dia pilih karena kompeten di bidang masing-masing, akhirnya dia mampu buat perusahaan keluarganya itu lebih maju.

Para karyawan perusahaan itu pun terkesima melihat dan memiliki pemimpin termuda di perusahan di mana mereka bekerja. Tidak hanya punya skill di bidang pekerjaannya, Deen juga didukung oleh penampilan wajahnya yang tampan.

Semenjak dia menjadi CEO di perusahaan itu banyak yang mengidolakannya. Banyak karyawati yang mengagumi ketampanannya. Wajah blasteran putih mulus, hidung mancung, badan tinggi dan memiliki badan kekar.

Tapi, kalian jangan terlalu mudah ditipu oleh wajah tampannya dan penampilannya begitu saja. kalian juga harus tahu begitu menjengkelkannya dia sebagai atasan.

Shana yang masih berdiri di sisi meja kerja bossnya itu dengan perasaan ragu-ragu memberanikan diri untuk membuka percakapan lagi dengan Deen.

“Pak Deen, maaf mengganggu waktunya sebentar. Saya mau ngomong sesuatu dengan bapak” ujar Shana dengan nada suara rendah dan intonasi yang cukup berhati-hati.

Shana kembali kesal mendengar respon dari Deen. Dia kembali ngedumel di dalam hati karena Deen sang atasan kembali salah menyebut nama dengan Sena.

“Haaah….! Sudah berapa kali aku mengingatkannya kalau namaku bukan Sena, tapi Shana Savita Yashvi. Apakah aku perlu berteriak kencang suapaya dia mengingat dengan jelas siapa namaku” batin Shana meratap di dalam hatinya.

Dia sudah bekerja dengan Deen sebagai sebagai sekretaris pribadinya selama lima tahun. Tetapi, selama itu juga atasannya itu memanggilnya dengan nama yang salah. Shan merasa seperti orang yang terlupakan.

Bagaimana bisa seorang atasan yang setiap hari dia kontak dan berinteraksi dengan bossnya itu, tetapi nama panggilanya saja tidak pernah diingat sang atasan dengan benar.

“Sungguh miris nasibku. Sepertinya sampai akhir hanya hidupnya juga sepertinya dia tidak akan pernah mengingat namaku dengan benar. Huufff…!”

Shana kembali ngebatin sambil menghembuskan napas panjangnya tanpa mengeluarkan suara dengan wajah cemberut sambil menundukkan kepalanya.

Kejadian Menyebalkan

Flasback On

Shana kembali teringat ketika dia baru diangkat menjadi sekretaris. Di mana saat itu juga Deen yang menjabat sebagai CEO yang baru juga selalu salah memanggil namanya.

Sebulan, tiga bulan bahkan setahun bekerja sebagai sekretaris sang atasan masih salah memanggil namanya Shana masih biasa saja. Tetapi, lama-kelamaan dia kesal sendiri hingga dia sudah lupa dengan hal itu.

Namun, entah kenapa kali ini Shana kembali merasa kesal mendengarnya. Shana juga teringat kembali betapa sibuknya dia setiap hari mendampingi Deen jika tugas ke lapangan. Apalagi kalau sudah ke luar kota.

Sehari-hari juga di kantor sangat sibuk. Menyelesaikan pekerjaan yang ada di kantor, menerima telepon dari mana saja terutama dari kolega perusahaan mereka. Bahkan Deen meminta Shana membuat janji pertemuan dengan perusahaan lain secara tiba-tiba.

Dan pada akhirnya otaknya akan mumet merombak jadwal yang sudah dia susun rapi sebelumnya. Rasa nya kepalanya mau pecah jika moodyan bosnya itu kambuh.

Terkadang dia berpikir jika Deen tidak punya perasaan. Bagaimana bisa bosnya itu dengan mudahnya mengatakan ‘ganti dengan hari lain’ tanpa rasa bersalah dan pertimbangan sedikit pun. Harus mengikuti apa yang dikatakan sang atasan.

Dan alhasil, Shana pun harus memutar otak, memundurkan bahkan merombak kembali jadwal yang sudah sedemikian rapi dia susun hanya untuk mengikuti permintaan terbaru sang bos. Untung saja dia bisa mengimbangi cara kerja dari atasannya itu.

Kalau dia tidak banyak-banyak bersabar, pasti Shana akan gila dan bahkan sudah mengajukan surat pengunduran dirinya lebih awal. Terkadang juga dia lupa kalau satu hari itu hanya dua puluh empat jam saja saking sibuknya bekerja.

Dan tidak heran juga kalau dia menjadi ketularan mengikuti cara kerja sang atasan yang gila kerja. Hingga dia sering dimintai untuk lembur. Dan ujung-ujungnya setiap pulang kerja, dia akan merasakan seluruh tubuhnya akan sakit dan pegal-pegal.

Selama ini, hanya satu harapan Shana yang menjadi kekuatannya bekerja dengan Deen. Selama sang bos tidak membenci hasil pekerjaannya dan berbicara dengan sopan kepadanya, Shana sendiri akan merasa baik-baik saja.

Untuk masalah sang bos yang selalu salah dan bahkan tidak mengingat namanya dengan benar, Shana sendiri sudah memaklumi itu. Mungkin saja Deen punya masalah dalam hal mengingat nama orang.

Tapi, ada juga yang membuat tingkah Deen yang membuat dia gondok setengah mati. Pernah suatu kali dia mendapat pesan dari si bos. Tulisan yang membuat dia pengen jungkir balik.

“Soup Iga.”

Pesan yang sangat singkat, ringkas, padat dan jelas. Memang benar kalau dia berharap si bos selalu berbicara sopan kepadanya. Tetapi, tidak sesopan itu juga kali. Saat dia membaca pesan tersebut, rasanya dia ingin membanting ponselnya.

Untung saja nalarnya jalan kalau dia diminta si boss untuk membelikan makan siang dengan lauk soup iga. Melihat nama lauk yang dipesan tersebut, sudah tentu saja tidak ada di cafetarian perusahaan. Dia harus keluar dan mencari rumah makan atau restoran yang ada di sekitaran kantornya itu.

Terkadang dia ingin protes kepada atasannya itu supaya makan di cafetarian perusahaan saja. karena dia sangat malas kalau dimintai keluar dari pekarangan perusahaan hanya seorang diri dan terkadang membuat dia mengantri untuk membelikan makanan yang Deen inginkan. Dan itu membuat dia merasa sebal.

Walaupun dengan berat hati, Shana pun pergi membeli makan siang untuk sang bos. Tetapi, saat dia kembali lagi ke kantor dan berpapasan dengan sang atasan di lorong menuju ruang kantor mereka tanpa mengatakan apa-apa.

Padahal Shana sudah membawa makan siang atasannya itu. Bahkan dia sampai berlari-lari balik ke kantor demi mengejar supaya waktu makan siang si bos jangan sampai telat.

“Eeeh, Pak Deen…?” sapa Shana waktu itu, tetapi laki-laki itu tidak mendengarnya sama sekali.

Dia malah melewati Shana begitu saja. Memang laki-laki itu sedang menerima panggilan telepon. Tapi, bisa kan sebentar menghentikan obrolannya. Atau setidaknya memberi dia kode bagaimana dengan nasi makanan yang sudah sekretarisnya beli itu.

Dengan berbaik hati Shana memutuskan untuk menunggu dan menaruh makan siang sang atas di ruangan si bos. Saat dia membuka ruangan kerja Deen sangat terasa sunyi, bersih dan rapi. Kecuali meja kerja atasannya itu yang selalu penuh dengan tumpukan berkas. Shana yakin itu pekerjaan si bos yang belum selesai.

“Kenapa dia belum datang, apakah dia sudah pulang? Tapi, tidak mungkin karena pekerjaannya masih menumpuk seperti gunung. Aku tunggu saja, pasti dia sebentar lagi akan datang. Dia kan belum makan siang” batin Shana.

Tunggu punya tunggu hingga Shana hampir satu jam di dalam ruang kantor Deen, tetapi laki-laki itu tidak ada tanda-tanda kemunculannya lagi. Shana pun memutuskan untuk menelepon si bos yang entah di mana rimba nya sekarang.

Shana langsung bertanya saat si bos sudah menerima panggilan teleponnya.

“Pak Deen, ini Shana.”

Dengan hati-hati Shana bertanya kepada Deen. Takutnya atasannya itu sedang menghadiri meeting atau sejenisnya.

“Iya.”

Shana mendengar jawaban yang sangat singkat tanpa ada embel-embel yang lain.

“Maaf mengganggu waktunya sebentar. Bapak ada di mana sekarang, apakah bapak sudah pulang?”

“Iya.”

Dan sambungan telepon mereka pun berakhir. Shana sempat terdiam, bengong mendengar jawab dari atasannya itu. Sepertinya kesadaran dirinya sempat hilang. Dia merasa kakinya sudah melayang dan tidak memijak lantai ruangan itu.

Setelah kesadaran dan rohnya kembali kebutuhannya, akhirnya dia merasakan kalau dia sedang mengalami emosi yang sudah terpendam sekian lama. Rasanya Shana ingin membakar ruangan kantor bosnya itu. Dia sudah capek-capek membeli makanan si bos malah ditinggal begitu saja.

Untung saja saat itu Shana tidak menemukan alat pembakar. Kalau tidak, itu ruangan mungkin saja sudah gosong. Sampai sekarang Shana itu melupakan kejadian hari itu.

“Rib Soup Day.”

Shana hanya bisa berteriak untuk mengeluarkan kekesalan dan emosi yang dia rasakan. Dia juga mengacak-acak rambutnya membuat dia seperti orang gila beneran. Sama sekali dia tidak bisa menahan lagi emosinya.

Dia juga mengumpat atasannya itu yang tidak merasa bersalah sedikit pun. Malah memutuskan sambungan telepon mereka begitu saja. Bagaimana bisa si bos tidak ingat kalau dia sendiri yang menyuruh Shana untuk membelikannya makan siang.

Bahkan jam makan siangnya pun tidak telat sama sekali. Yang paling bikin kesalnya, mereka berdua saling berpapasan. Si bos bukannya tidak melihat dia. Deen jelas-jelas melihatnya saat mau kembali ke kantor.

Tetapi, dia malah tidak mengatakan apapun dan membuat Shana menunggu seperti orang bodoh. Memang atasan yang tidak punya perasan, tidak punya hati. Memang benar julukan yang patut diberikan untuk atasannya itu adalah manusia dingin sedunia.

“Hah…! Sudah pulang…?”

“Dasar Deen Neal Kingsly kurang ajar. Atasan tidak punya hati. Dasar breng…”

Flasback Off

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!