NovelToon NovelToon

REINKARNASI KALI INI, PERMAISURI JAHAT INGIN MENJADI PENGUSAHA

SATU

Akhirnya aku sudah melahirkan anak ini, semoga kaisar menyayangi anak ini dan meneranginya seperti matahari.

Itulah harapan Aelia setelah melahirkan dan memeluk anak ketiganya, berharap kaisar akan mengeluarkannya dari hukuman dan melihat anak yang ada di dalam pelukannya.

"PERMAISURI AELIA!"

Semua pelayan dan dokter di dalam ruangan terkejut ketika melihat para ksatria kerajaan masuk dengan mendobrak pintu secara tiba-tiba.

"PERMAISURI DAN PARA PENGIKUTNYA DIHUKUM MATI ATAS PENGKHIANATAN!"

Perintah itu bersamaan dengan hukuman mati para pelayan dan dokter yang membantu kelahiran permaisuri.

Aelia menjerit sambil memeluk bayinya.

Dua ksatria datang dan berusaha menyelamatkan Aelia.

"PERMAISURI! IKUTI SAYA!" Ksatria itu mengulurkan tangan untuk membantu permaisuri bangun dari tempat tidur sementara yang lainnya melawan para ksatria kerajaan yang berjumlah puluhan.

Aelia mengikuti ksatria itu sambil menggendong anaknya, ketika melihat punggung ksatria yang memberanikan diri menolongnya, dia berhenti.

"Permaisuri?"

Aelia melihat anak yang baru dilahirkan lalu teringat dengan dosa masa lalu, dia menyerahkan anak itu. "Tolong, lindungi anak aku."

"Permaisuri?"

Aelia mengambil kalung di lehernya lalu mengalungkan di leher bayi itu, ketika sang ksatria lengah. Dia mengarahkan pedang ke ksatria itu. "Pergi! Selamatkan dia!"

Wajah ksatria itu berubah sedih sambil memeluk anak yang menangis itu.

Langkah kaki para ksatria kerajaan yang mengejar mereka mulai terdengar.

Ksatria itu mendecak kesal.

"Temanmu sudah meninggal, jadi tolong pergilah dan selamatkan nyawamu. Tidak, tolong selamatkan anak itu," kata permaisuri. "Jika kamu masuk ke dalam lukisan itu, kamu akan turun ke lantai paling bawah, ketika sudah aman situasinya baru keluar dari sini. Mungkin tempat ini juga akan dihancurkan."

"Permai-"

"Aku sudah melakukan banyak dosa di masa lalu, jadi tolong selamatkan anak ini. Kedua anakku yang lain sudah dengan ayahnya, anak ini mungkin tidak akan pernah diakui sang ayah."

Ksatria itu terdiam lalu pergi dengan terpaksa bersama sang bayi, masuk ke dalam lukisan yang hanya diketahui permaisuri dan kaisar sebelumnya.

Permaisuri menutup lukisan lalu lari ke atas menara.

Ternyata aku memang tidak bisa hidup di dunia ini,

Aku tidak minta dimaafkan,

Aku tidak minta dicintai,

Aku tidak minta dimengerti,

Tapi aku hanya minta, jangan abaikan aku.

Para ksatria kerajaan tiba di menara hukuman paling atas dan melihat permaisuri berdiri di pinggir tembok.

Permaisuri menatap langit dan terlihat cantik.

Dewa,

Jika aku bisa memutar waktu. Aku akan lebih mencintai anak-anakku, Aether dan Selena.

Jika Stefano memang tidak mencintaiku di kehidupan selanjutnya, aku sudah tidak peduli lagi.

Para ksatria terkejut melihat permaisuri nekat menjatuhkan diri dari menara atas. Permaisuri yang terkenal jahat dan egois, lebih memilih bunuh diri daripada mendapat hukuman.

Benar-benar pengecut, bagi pendapat banyak orang.

Akan aku kabulkan.

Apa?

Kembalilah.

Aelia membuka mata dengan tubuh penuh keringat dan napas tersengal, menatap langit tempat tidur yang tidak asing.

Aelia mengedipkan mata lalu mencubit pipinya. "Ah!"

Apakah itu tadi hanya mimpi? Tidak, itu bukan mimpi. Aku juga mendengar suara aneh setelah meninggal.

Dewa?

Aelia memegang kepalanya yang tiba-tiba sakit, berbagai macam informasi muncul di kepalanya.

Kehidupan pertama,

Kehidupan kedua,

Dua kehidupan yang sangat menyedihkan karena ulah dirinya yang bersikeras berdiri di sisi suami sementara sang suami berkali-kali mengabaikan dia lalu pada akhirnya membuat Aelia menelantarkan kedua anak.

Meninggal karena dibunuh ambisi sendiri untuk mengejar suami?

Benar-benar menyedihkan.

"IBU!"

Aelia menoleh ke arah pintu ketika mendengar suara pintu dibuka secara kasar, bersamaan dengan suara yang dikenalnya.

Selena yang menarik tangan dokter keluarga duchy Birendra, menatap cemas ibunya. "Ibu masih bangun? Ibu tidak apa-apa?"

Aelia merasa canggung. "Selena?"

Selena memeluk ibunya yang berbaring di tempat tidur. "Sudah aku bilang, kan. Ibu baik-baik saja, ibu tidak sakit, ini hanya ulah ayah yang tidak ingin melihat ibu sehingga melempar ibu ke istana timur."

Aelia ingat sekarang, karena demam tinggi yang tidak kunjung sembuh dan sudah mengundang berbagai dokter, akhirnya dia dilempar ke istana timur yang kosong, hanya ada tempat tidur, sofa untuk duduk dan menyambut tamu lalu lemari pakaian, sisanya tidak ada ornamen apapun.

Semua bangsawan dan rakyat yang membenci permaisuri karena ulah jahatnya, bersyukur dengan keputusan kaisar.

Selena teringat dengan dokter, lalu menjauh dari ibunya. "Cepat, periksa ibuku. Apakah ibu sakit? Ibu, dia adalah dokter baru di kediaman keluarga kita tapi sangat jenius, kakak menemukannya di akademi, tapi dia hanya rakyat biasa. Ibu tidak keberatan, bukan?"

Selena tahu ibunya tidak suka rakyat kelas menengah ke bawah yang hanya bisa menggantungkan hidupnya ke orang lain.

Dokter wanita yang diajak Selena pun juga gugup melihat Aelia.

Aelia terdiam sebentar lalu mengulurkan tangannya. "Tolong."

Selena dan dokter menghela napas lega.

Setelah Aelia ingat kembali, semua dokter yang memeriksanya adalah dokter bangsawan atau dokter yang hanya menangani orang kaya dan bangsawan, mereka tidak pernah menyentuh rakyat.

Jika Aelia mengingat kembali ke masa lalu saat dirinya terkena wabah, itu sebenarnya hanya flu biasa, tapi karena tidak ditangani dengan baik jadinya bertambah parah.

Awalnya hanya  rakyat biasa yang kena lalu bangsawan dan anggota keluarga kekaisaran yaitu sang permaisuri.

Aelia memijat kepalanya.

Selena menjadi salah paham. "Apakah kepala ibu pusing?"

"Berikan aku vitamin biasa saja, sekarang demamku sudah menurun." Perintah Aelia yang merasa konyol.

Jika dipikir lagi, rakyat bisa cepat sembuh karena rumah mereka tidak luas dan hanya jendela saja yang terbuka lebar, sementara rumah para bangsawan sangat luas. Sehingga jika mereka merasa kepanasan karena demam tinggi, para pelayan membuka lebar pintu balkon beserta semua jendela kamar.

"Tuan putri, permaisuri kondisinya baik-baik saja. Mungkin ini hanya efek setelah sakit, saya akan memberikan resep obat yang cocok untuk permaisuri."

Ah, negara ini memang tidak mengenal vitamin rupanya. Batin Aelia.

Selena menatap senang ibunya. "Ibu, minggu depan ulang tahun kakak. Kenapa ibu tidak datang ke pesta kakak untuk memberikan kejutan?"

Aelia melirik putrinya. "Hm? Bukankah ibu mendapat hukuman? Ibu tidak boleh datang ke sana."

"Tidak apa, ada aku. Jika ayah mengusir ibu, aku akan marah besar."

Aelia tersenyum lalu mengusap kepala Selena, lalu teringat dengan sesuatu. "Dokter, apakah wabah yang beredar sama denganku?"

Dokter itu membungkuk takut. "Y- ya- para bangsawan terkena wabah yang sama tapi hanya permaisuri yang paling lama tidak sembuh tapi juga bertahan lama dari penyakit."

"Apakah rata-rata yang meninggal kena wabah ini, ada masalah dengan paru-parunya?" tanya permaisuri.

"Ba- bagaimana anda tahu Yang Mulia? Hal ini masih dirahasiakan supaya tidak menimbulkan kecemasan sementara para dokter bekerja keras mencari obatnya." Dokter menatap takjub permaisuri.

Permaisuri tersenyum licik, sekarang dia punya ide untuk keluar dari kekacauan yang dia buat di masa lalu. "Lakukan ini hanya di sekitar wilayah kita dulu, lalu jika sudah berhasil, laporkan kepada ayahku semuanya. Ayah pasti tahu apa yang bisa beliau lakukan."

"Selama itu baik untuk semua, saya akan melakukannya."

Aelia tertawa lalu menepuk kepala dokter yang terlihat kekanakan itu. "Anak pintar."

Selena dan dokter terkejut. Apakah kepala permaisuri sakit juga?

DUA

Aelia memakai gaun serba putih bersama dengan Selena. Meskipun semua serba berwarna putih dan sederhana tapi masih terlihat mewah dan elegan.

Aelia menatap takjub dirinya yang masih terlihat cantik di depan cermin satu badan.

Gaun ini adalah gaun yang disiapkan Selena atas permintaan ibunya. Karena istana timur kosong, otomatis istana putri membantu istana timur diam-diam, tentu saja semua pelayan istana putri sangat setia dengan keturunan Birendra.

Selena menatap ibunya. "Kakak tidak ingin mengadakan pesta ulang tahun karena ibu sakit, ratu memaksa kaisar untuk tetap mengadakannya. Aku khawatir, jika di dalam pesta itu orang-orang akan menilai buruk kakak."

Ya, seorang anak yang mengadakan pesta ulang tahun mewah terlepas dia seorang pangeran mahkota atau putri,  moral mereka dipertanyakan di depan publik. Sepertinya ratu dan para pendukung memanfaatkan momen dirinya sakit untuk menjatuhkan pangeran mahkota.

Jika dirinya yang dulu di kehidupan kedua, pasti akan marah dan datang memakai gaun serba merah serta perhiasan mahal untuk menantang mereka.

Lalu jika dirinya di kehidupan pertama, pasti akan menangis dan datang memakai gaun serba hitam tanpa perhiasan untuk menunjukkan betapa teraniaya dirinya.

Dan sekarang Aelia tidak mau melakukan kedua hal itu, meskipun pernah hidup angkuh di kehidupan kedua dan menderita di kehidupan pertama. Di kehidupan sekarang dirinya harus bersenang-senang, melanjutkan hidup dengan bahagia lalu mengurus kedua anaknya dengan sukses.

"Selena."

"Ya, bu?"

"Jika ibu tidak ingin Aether menjadi pangeran mahkota, apakah kamu akan marah?"

Selena terpana. Ibunya dari dulu selalu menginginkan sang kakak menjadi pengganti ayah. "Itu-"

"Lupakan saja, ibu hanya bertanya," ucap Aelia sambil lalu.

Selena mulai melupakan pertanyaan iseng ibunya. "Bu, aku sudah menyiapkan hadiah untuk kakak dan bagian ibu untuk diserahkan ke kakak. Jadi-"

"Tidak perlu."

"Apa?"

"Ibu tidak perlu repot-repot melakukan itu. Ayo."

"Tapi-"

"Nanti di sana pasti akan kacau dengan kedatangan ibu," kata Aelia.

Selena membenarkan itu di dalam hati. Bangsawan yang hadir juga ada pendukung ratu.

 

Begitu tiba di ballroom, penjaga pintu terkejut dengan  kedatangan permaisuri Aelia dan putri Selena yang melihat kemesraan ratu berdansa dengan kaisar.

Aelia bisa mendengar kalimat memuji ratu dan kaisar sebagai pasangan serasi dari  para bangsawan yang hadir.

Penjaga pintu segera mengumumkan kehadiran permaisuri dan putri dengan keras seolah peringatan datangnya musuh.

Aelia mengangkat dagu dan melihat para undangan di ballroom dengan angkuh di ujung tangga tinggi, seolah menatap hina mereka.

Para tamu undangan mau tidak mau membungkuk hormat untuk Aelia, kecuali kaisar dan ratu.

Ketika kaisar melirik tajam ratu dan mendecak, ratu buru-buru membungkuk hormat.

Aelia dan Selena menuruni tangga. Mereka datang tanpa memakai perhiasan mewah ataupun gaun berwarna, hanya memakai gaun putih, mahkota berlian lambang keluarga Birendra dan juga perhiasan turun temurun milik pribadi. Tidak ada lambang kaisar di atribut mereka yang pakai.

Aelia dan Selena membungkuk hormat ketika tiba di hadapan kaisar.

"Bangun," kata Aelia dengan dingin.

Semua bangun.

Ratu terkejut melihat penampilan permaisuri dan putri. "Permaisuri, bukankah penampilan anda terlalu sederhana untuk tampil di pesta pangeran mahkota?"

Aether yang sedari tadi bersama para bangsawan seusia dirinya, sontak lari menuju ibunya. "Ibu."

Aelia hanya menatap lurus kaisar. "Lama tidak bertemu, kaisar."

Kaisar menatap rumit sang permaisuri.

Selir Ira terkejut dan berseru nyaring. "Astaga, permaisuri. Bukankah anda masih sakit dan harus berada di istana timur?"

Sontak para bangsawan menjadi ribut. Masalah permaisuri masuk ke istana timur hanya rahasia di kalangan istana, sekarang tersebar berkat mulut seorang selir kesayangan.

Kaisar melirik penampilan Aether yang memakai bunga mawar putih di saku dada. "Apakah ini alasan kamu memakai mawar putih itu?"

Aether menutup mawar dan menatap curiga kaisar, dia memang sudah membahasnya dengan Selena. Tapi sebagai pemeran utama, sangat tidak pantas memakai pakaian serba putih jadi setidaknya dia memakai bunga mawar putih melambangkan rasa cinta suci terhadap sang ibu.

Salah satu bangsawan  pengikut menjadi khawatir dan mengeluarkan keluh kesahnya. "Yang Mulia, anda sedang terkena wabah jadi tolong kembali ke istana timur. Wabah masih belum ada obatnya."

"Kalau begitu, aku juga harus mengeluarkan keluh kesah. Mengadakan pesta mewah dengan dalih ulang tahun pangeran mahkota di saat ibunya sakit, apakah itu bermoral?"

"ANDA BICARA APA? RATU SUDAH BERBAIK HATI MENGURUS PANGERAN MAHKOTA DAN PUTRI! TAPI ANDA MALAH MENGHINANYA? ANDA MEMANG BELUM BERUBAH MESKIPUN SUDAH DILEMPAR KE ISTANA DINGIN!" teriak salah satu pendukung ratu.

Permaisuri tertawa jahat. "Seingatku, aku dikirim ke istana timur karena terkena wabah. Aku dilempar ke istana timur? Berita dari mana itu? Apakah memang itu tujuan anda dari awal, Kaisar?"

Bangsawan itu terdiam dan salah tingkah, teman-temannya yang lain menatap kesal dirinya termasuk ratu yang menyembunyikan wajah di balik kipas.

Permaisuri menatap kaisar."Kaisar? Apakah anda ingin hidup bahagia selamanya dengan ratu?"

Selena memeluk tangan permaisuri dengan ketakutan, ini bukan ibu yang dia kenal. "Ibu."

Kaisar menatap bingung permaisuri. "Hari ini pesta ulang tahun pangeran mahkota, jangan membuat keributan. Permaisuri, jika ingin istirahat- kembalilah ke istana timur, aku akan membuat jadwal untukmu."

Permaisuri mengalihkan tatapannya ke Aether. "Pangeran mahkota, apakah merayakan ulang tahun mewah di saat wanita yang melahirkan anda sakit adalah hal yang pantas? Kalau begitu, jika kaisar sakit, kenapa kita tidak merayakan pesta  juga?"

Kaisar menatap geram istrinya. "PERMAISURI!"

Ratu menghalangi pandangan permaisuri ke pangeran mahkota. "Pangeran mahkota adalah calon pewaris kekaisaran dan akan menggantikan kaisar di masa depan, merayakan ulang tahun sama saja berkah dan anugerah untuk kekaisaran. Anda tentu mengerti hal ini permaisuri."

"Dan ide siapa ini?" tanya Aelia ke pangeran mahkota.

Ratu menjadi bingung dengan pertanyaan Aelia. "Ya?"

'Pangeran, apakah ibu mendidik anda seperti ini? Siapa yang mengeluarkan ide untuk merayakan ulang tahun? Jika memang ini adalah ide pangeran, wanita ini yang akan menghukum anda."

"Yang Mulia, tidak peduli ide siapa. Anda tidak boleh menghancurkan pesta yang sudah direncanakan oleh ratu jauh hari," kata selir.

"Ratu? Apakah ini adalah ide anda?" tekan permaisuri.

Selena dan Aether akhirnya paham apa yang dilakukan ibu mereka sekarang. Saat ini para bangsawan kemungkinan besar sedang bergosip betapa rendah moral pangeran mahkota, merayakan pesta ulang tahun mewah di saat ibunya sakit.

Dulu Aether memaksa merayakan ulang tahun dengan ditangani permaisuri karena ingin bangsawan dan rakyat mengubah pandangan mereka dan menunjukan cinta kasih ibu kepada anak.

Ternyata permaisuri jatuh sakit di tengah persiapan acara sehingga ratu mengambil alih dan bicara ke kaisar untuk tetap meneruskan acara meskipun permaisuri sakit.

"Ini demi kebaikan bersama. Permaisuri adalah istri kaisar dan ibu dari anak-anak anda, jadi tidak mungkin menghentikan pesta. Jika kita menghentikan acara ini, mungkin permaisuri akan marah."

Begitulah saran yang dilontarkan ratu kepada kaisar.

Kaisar pun mau tidak mau meneruskan acara itu.

Kaisar, Aether dan Selena mulai merenung.

"Kita bercerai saja."

Kaisar menatap bingung Aelia, tersadar dari lamunan. Sepertinya dia mendengar sesuatu.

Aelia menatap lurus kaisar dengan tegas. "Lebih baik kita bercerai dan saya keluar dari istana, Yang Mulia."

Semua orang di dalam ballroom terkejut.

Kaisar dan Aether teriak marah bersamaan. "TIDAK BOLEH!"

TIGA

Teriakan kaisar dan pangeran mahkota menggema di dalam ruangan ballroom.

"Bercerai?"

"Apakah aku salah dengar?"

"Permaisuri minta bercerai dan keluar dari istana?"

"Akal bulus apa yang dia lontarkan sekarang?"

"Apakah dia sudah gila karena terkena wabah?"

Salah satu bangsawan wanita pengikut ratu, memberikan saran dengan hati-hati. "Sebaiknya permaisuri kembali ke istana timur dan diperiksa dokter, saya takut wabahnya akan menular dan permaisuri masih sakit."

Ya, dia menarik pendapat bahwa perubahan sifat permaisuri karena terkena wabah.

Permaisuri tertawa jahat. "Kamu siapa? Kenapa kamu berani memberikan perintah seperti itu?"

"Yang Mulia, bukan seperti itu. Saya hanya memberikan saran untuk kebaikan semua."

Ratu menjadi penengah. "Apa yang dikatakan permaisuri benar, jangan menghina beliau."

"Tapi-"

Lihat, beginilah cara ratu menarik simpati bangsawan.

"Panggil dokter kekaisaran untuk periksa permaisuri, siapapun yang memberikan keterangan palsu. Aku potong lehernya!" perintah kaisar sekaligus mengancam mereka semua yang mendengar.

Aether menghampiri Aelia dan melindunginya dengan tatapan khawatir. "Bu."

Ratu bicara dengan suara lembut. "Yang mulia pangeran mahkota, tolong jangan dekat permaisuri dulu sampai dokter menyatakan sembuh. Saya tidak ingin melihat anda sakit."

Dasar pembohong! teriak Aether, Selena dan Aelia di dalam hati.

Tidak lama dokter kekaisaran datang dan terkejut melihat sosok permaisuri yang sudah dibuang ke istana timur, muncul. "Permaisuri, kenapa anda ada di sini? Saat ini anda sedang sakit." Paniknya.

Aelia memiringkan kepalanya dengan bingung. "Siapa dia?"

Ratu mengenalkan dokter. "Permaisuri, dokter kekaisaran yang lama diusir karena tidak becus menangani anda jadi saya memberikan rekomendasi dokter terbaik untuk menangani anda."

Permaisuri mengangkat kedua alisnya. "Apa? Dokter? Aku tidak mengenalnya sama sekali. Aneh, seharusnya aku tahu kamu tapi itu jika kamu rutin melihat kondisiku."

Dahi kaisar berkerut.

Dokter bersujud ampun dengan gugup di hadapan kaisar. "Yang mulia, maafkan saya. Saya terlalu sibuk menangani bangsawan lainnya sehingga jarang mengunjungi permaisuri."

"Lihat, Aether, Selena. Dia bahkan menyatakan dosanya sendiri," sindir Aelia.

Ratu menyembunyikan kepanikannya. "Yang mulia, tidakkah anda bersikap keterlaluan? Setelah berusaha menghancurkan pesta ulang tahun pangeran mahkota, anda bahkan menuduh dokter yang sudah berjuang keras selama ini!"

Para pengikut ratu, mulai menggertak dan memojokkan permaisuri Aelia.

"Benar, permaisuri. Anda seolah tidak tahu terima kasih pada jasa ratu."

"Permaisuri, anda tidak boleh mencoreng nama baik kekaisaran."

"Permaisuri, anda sudah keterlaluan."

"Permaisuri, jangan bertindak terlalu jauh!"

"BERLUTUT!" teriak permaisuri di depan para bangsawan yang memjokkan dirinya, Aelia menatap lurus pangeran mahkota yang lebih tinggi darinya. "Berlutut, pangeran mahkota. Minta maaf kepada kaisar karena sudah bertindak egois, membuang anggaran istana untuk merayakan pesta yang diinginkan ratu."

Ratu tidak terima disalahkan. "Permaisuri, pangeran mahkota yang awalnya menginginkan pesta! Saya hanya menggantikan anda yang sakit, kenapa jadi saya yang disalahkan?"

Permaisuri mengabaikan ratu lalu mengarahkan lengannya ke dokter kekaisaran. "Jika kamu memang merasa bersalah, periksa dan beritahu ke kaisar dan semuanya mengenai kondisiku."

Kaisar hanya diam melihat perubahan istrinya yang terlalu banyak. Tidak menangis ataupun marah, hanya bersikap tenang dan bahkan sorot matanya hanya menunjukan ketegasannya.

Dokter segera memeriksa kondisi permaisuri, melirik takut ratu yang menatap benci permaisuri lalu ke kaisar yang menatap tajam dirinya. Saat ini nyawanya sedang dipertaruhkan.

Dokter itu menghela napas lalu memeriksa kondisi permaisuri dengan teliti, dia terkejut beberapa saat setelahnya. "Permaisuri, bagaimana bisa anda sembuh sendiri?"

Dokter menutup mulut ketika tersadar dengan kesalahannya. "I- itu-"

Semua orang di ballroom bisa mendengar dengan jelas, permaisuri sudah sembuh.

Aelia tersenyum. "Terima kasih atas perawatan anda selama ini, Yang Mulia. Mengizinkan saya istirahat selama sakit tanpa ada siapapun di sana sehingga saya bisa sembuh, keputusan yang tepat." Sindir Aelia.

Kaisar paham kalimat sarkas permaisuri dan menatap tajam ratu. "Ratu?"

Ratu ketakutan. "Sa- saya sudah menyuruh seseorang membantu permaisuri, ternyata ada yang bermain di belakang saya. Kaisar, tolong bantu saya untuk mengungkap siapa yang berusaha melukai permaisuri!"

Aether ingin mengatakan sesuatu tapi ditahan permaisuri yang bicara dengan suara rendah. "Biar kaisar yang memutuskan sendiri, setelah acara selesai segera temui ibu di kamar Selena."

Aether terdiam begitu mendengar perintah ibunya.

Kaisar menatap sekeliling ballroom dengan tajam. "Jadi, siapa lagi yang juga bekerja sama untuk menjatuhkan permaisuri?"

Tidak ada yang menjawab.

Selir berlutut dan memegang kaki kaisar. "Yang mulia, kami telah teledor menjaga permaisuri karena fokus mengurus pangeran mahkota. Semua orang tahu bagaimana jahatnya permaisuri terhadap orang lain, karena itu kami tidak menyangka ada pengkhianat di belakang."

Para bangsawan yang terpengaruh dengan ratu dan selir, menggumamkan kalimat setuju.

Aelia menghela napas panjang. "Karena semua orang tahu saya jahat, lebih baik ceraikan saya."

Kaisar menjawab dengan tegas. "Tidak! Aku tidak akan pernah menceraikan permaisuri."

Ratu tidak senang mendengarnya.

Aelia pikir kaisar pasti akan setuju dengan perceraian, lalu teringat dengan kehidupan pertamanya. "Ah, tenang saja. Saya tidak akan meminta bagian harta dari kaisar kok hahahaha-"

Aether bertanya dengan bingung. "Ibu bicara apa?"

Aelia menjawab dengan tenang. "Ibu adalah anak dari perdana menteri dan anak satu-satunya, itu berarti ibu bisa mengurus wilayah duke dengan tenang sampai salah satu anak ibu menjadi pewaris duchy."

Pewaris di kekaisaran harus pria, sementara Aether, putra satu-satunya adalah pangeran mahkota.

"Ibu, apakah ibu berencana menikah lagi?" tanya Selena tidak percaya.

Kaisar menatap marah Aelia. "Kamu selingkuh?"

Aelia menggeleng. "Tidak, sejak kapan aku bertemu pria lain sementara istana timur telah ditutup. Apakah saya sudah gila melakukan hal itu?"

"Lalu kenapa kamu ingin bercerai dariku?" tanya kaisar.

Aelia menatap polos kaisar. "Bukankah anda mencintai ratu Nisha dan selir Ira? Mungkin jika saya berdiri di sana, menjadi penghalang hubungan kalian. Saya tidak mau menjadi itu, lebih baik saya konsentrasi menjalankan bisnis."

"Bisnis?" tanya Selena.

Aelia mengangguk. "Bisnis untuk mendapatkan uang banyak."

Ratu berkata dengan sinis. "Saya kira anda sudah berubah, ternyata masih sama. Anda masih ingin mengumpulkan kekayaan demi pangeran mahkota? Tidak apa-apa, itu memang tugas seorang ibu."

Aelia tidak suka dengan kalimat ratu. "Tugas ibu adalah melindungi anak-anaknya dari seekor ular. Jika ibunya tidak datang tepat waktu mungkin saja gosip akan menyebar cepat. Tadi saja sebelum datang ke tempat ini, sudah mendengar cacian para pelayan mengenai pangeran mahkota yang tidak berbakti."

Aelia terang-terangan menyerang ratu dengan kata-kata, tidak dengan pukulan atau hukuman seperti yang dia lakukan dulu.

Ratu tidak bisa berkata-kata. "Permaisuri, anda menuduh saya? Bagaimana saya tahu ada gosip seperti itu? Saya-"

"Ratu tidak mungkin tidak mengetahui gosip ini bukan? Jika ratu benar-benar menyayangi pangeran mahkota, pasti akan menghentikan semua gosip buruk."

Kali ini Aelia tidak akan memberikan kesempatan pada ratu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!