Bab 1
Di sebuah rumah mewah, terlihat seorang pria sedang memecahkan barang barang yang ada di hadapannya dengan rasa marah yang amat hingga wajahnya memerah seperti kepiting rebus.
Prang.
"Anak s*alan… berani sekali dia menghabisi orang orang penting perusahaan."
Dia adalah Marion Puroe, adik dari pemilik perusahaan mebel kenamaan di negaranya yang tak lain adalah paman dari Milo.
Dadanya terlihat jelas kembang kempis yang menandakan kemarahan yang sudah tak bisa di bendung.
Pasalnya, para petinggi Puroe Wood semuanya telah di bantai saat sedang menikmati liburannya karena telah berhasil mendapatkan tandatangan asli dari Milo.
Beberapa dari para petinggi itu ternyata selama ini bersikap seolah mereka itu netral dan bertingkah layaknya di zolimi oleh Marion sehingga mendapatkan kepercayaan dari Milo dan tidak curiga saat meminta tandatangan dan sidik jari di saat Milo sedang mengantuk.
Kali ini, Milo sengaja membuat Marion emosi. Milo ingin menikmati ekspresi luapan amarah pamannya sebelum dia melenyapkannya selamanya.
Seperti saat ini, Milo tersenyum setelah melihat video kemarahan Marion.
Orang orang penting perusahaan. Kalimat yang terngiang di kepala Milo saat ini.
"Jika mereka tidak menipuku, maka aku tidak akan melenyapkan mereka seperti ini." Gumam Milo yang menerawang kejadian dua bulan yang lalu.
*Flashback on
Dor.
****. Milo sedikit mengerang memegang kakinya yang tertembak.
"Beraninya kalian menipuku."
"Kami tidak menipumu, tapi kau yang mudah di tipu."
Hahaha
Lima orang yang di percaya Milo tertawa atas keberhasilan mereka yang menjebak Milo untuk kesekian kalinya.
Milo menatap wajah 5 orang yang di kenalnya sedari kecil. Ya, mereka adalah para petinggi Puroe Wood, perusahaan mebel milik orang tua Milo.
Milo sendiri berada di tengah hutan seperti itu karena termakan jebakan yang mereka buat.
Hati itu Setelah memutuskan pergi dari tempat Edgar, Milo yang akan langsung menuju markas Black Fire pun seketika menghentikan mobilnya mendadak karena sosok yang seperti di kenalnya berada di tengah jalanan sepi itu.
Milo turun dari mobil sembari memegang pistol di tangannya. Dan mata Milo terbelalak setelah melihat wajah dari pria tersebut.
"Paman Ali." Milo memasukkan pistolnya kemudian menolong pria tersebut.
"Apa yang terjadi paman, kenapa paman bisa ada di sini?' Milo melihat sekelilingnya waspada.
"Marion.." ucap Ali kesakitan.
"Apa pamanku yang melakukan ini?"
Ali mengangguk pelan. "Tolong yang lain. Selamatkan mereka." Ucap Ali menangis.
Tak menunggu lama Milo membawa masuk Ali ke mobil dan segera melajukan mobilnya ke tempat yang di tunjuk Ali.
Beruntung Milo telah berhasil memberikan sinyal kepada pasukan Black Fire melalui ponselnya secara diam-diam.
Milo yang di bawa ke dalam hutan pun merasa curiga. Namun dia masih harus tenang agar bisa terus waspada sampai bantuan datang untuknya.
Dan benar saja ketika sampai di tempat yang di tunjuk Ali, terdapat 4 orang petinggi Puroe Wood lainnya tergeletak dengan ekspresi kesakitan.
Milo yang melangkah mendekati keempatnya pun seketika melebarkan pupil matanya ketika terdengar sebuah tembakan.
Dan sekarang di tengah hutan yang gelap ini, Milo telah di kepung oleh puluhan orang yang memakai topeng macan.
Kemudian 5 orang petinggi Puroe langsung pergi karena telah selesai dengan tugasnya.
"Siapa kalian?" Tanya Milo setelah melihat semua orang bertopeng.
Milo sangat penasaran dari klan mana gerombolan ini? Pasalnya Milo belum pernah melihat kelompok yang bertopeng macan seperti itu.
"Kau tidak perlu tahu siapa kami. Ikutlah dengan kami secara baik-baik karena kami tidak akan membunuhmu." Ucap pria kekar yang warna topengnya berbeda sendiri. Bisa di pastikan itu adalah pemimpinnya.
"Cih, untuk apa aku ikut dengan orang orang yang tidak aku kenal."
"Rupanya kau ingin memakai kekerasan."
"Kau bilang tidak akan membunuhku kan?" Milo tersenyum miring. "Tapi aku lebih suka mati daripada harus ikut manusia sampah seperti mu. Hiiyaaa."
Milo menyerang pemimpin itu dengan tangan kosong. Kemampuan bertarung Milo masih sangat lincah meskipun kakinya memiliki luka tembak.
Keduanya masih berdiri kokoh dengan sorot mata yang saling memandang nyalang di sela nafasnya yang terengah-engah.
Mereka kembali melanjutkan pertarungan. Pemimpin bertopeng yang sudah tidak betah dengan situasi itu pun memberikan kode kepada salah satu anak buahnya untuk menembak Milo.
Dor.
"Arghh ****.." Milo terduduk di tanah sembari memegang kaki satunya lagi yang telah di tembak.
"Berani nya kau menyuruh anak buahmu menembak. Jika kau seorang jantan, lawan aku sebagai laki-laki."
Pemimpin itu tidak menghiraukan Milo dan mengambil sebuah jarum suntik yang di sodorkan anak buahnya.
"Lepaskan." Milo memberontak saat tubuhnya di tahan oleh dua orang.
Milo yang sudah pasrah dengan keadaannya yang tidak memungkinkan, tiba-tiba satu orang yang sedang menahan tubuh Milo tergeletak dengan sebuah anak panah yang menancap.
Jleb.
Semua orang yang ada di tempat itu terkejut melihat sebuah anak panah yang entah darimana asalnya.
"Hei, siapa kau." Teriak pemimpin bertopeng.
Milo mengedarkan pandangannya di kegelapan hutan itu. Dan dengan ketajaman instingnya pun Milo berhasil menangkap sosok yang di yakini sebagai sumber anak panah itu.
Apakah dia seorang gadis? Batin Milo.
Milo terus memperhatikan siluet itu yang mulai mengangkat busurnya bersiap untuk memanah kembali. Tak lama kemudian tiga orang pun tumbang karena gadis itu melepaskan tiga anak panah secara bersamaan.
Jleb.
Jleb.
Jleb.
Pemimpin bertopeng itu pun melihat marah pada beberapa anak panah yang menancap di tubuh anak buahnya.
"Cepat, segera tangkap orang itu dan lenyapkan!"
"Baik bos." Ucap 3 orang anak buahnya yang kemudian langsung berlari menuju gadis panah itu setelah mengetahui asal anak panah yang melesat barusan.
Mendengar perintah itu, si gadis berlari secepat yang ia bisa untuk melarikan diri.
Gadis itu terus berlari di kegelapan dengan berbagai ancaman dari ketiga pria bertopeng yang mengejarnya.
Hingga pengejaran itu terhenti di saat gadis itu telah terperosok ke dalam jurang.
"Aaaaaa…."
Karena gelapnya malam, para musuh itu menghentikan pengejaran setelah mendengar suaranya yang seorang gadis. Mereka yakin jika hanya seorang gadis kecil memasuki jurang pasti akan mati.
Di sisi lain Milo dengan sisa tenaganya terus memberontak agar jarum suntik itu tidak mengenai tubuhnya. Pemimpin itu sangat kesal lantaran hanya untuk menyuntik saja sangatlah susah walaupun tubuh Milo sudah di tahan oleh 6 orang.
Dan akhirnya, Milo hanya bisa pasrah lantaran tubuhnya sudah lemas karena darah yang keluar cukup banyak.
"Lapor bos."
Seketika Milo menghela nafasnya lega ketika jarum itu tidak jadi menembus kulitnya. Setidaknya, laporan anak buah bertopeng itu bisa mengulur waktu sampai bantuan datang.
"Ck, kalian. Membuatku kaget saja." Geram bosnya.
"Maaf bos, kami ingin melaporkan bahwa gadis kecil itu terperosok ke dalam jurang. Apakah kita harus melakukan penyisiran untuk memastikan bahwa dia sudah menjadi mayat atau belum?"
"Tidak usah. Kau bilang dia seorang gadis kecil kan? Aku yakin dengan tubuh kecilnya itu dia pasti mati."
Tiba-tiba,
Dor.
Dor.
Dor.
Pasukan Black Fire pun datang mengepung orang orang bertopeng itu dan langsung memberantasnya.
"Maaf ketua, kami terlambat karena di hadang oleh klan Moon Fire di tengah perjalanan." Ucap Redy.
Milo dengan wajah pucat nya hanya memejamkan matanya beberapa detik sebagai tanda mengangguk.
Dan Milo berhasil di selamatkan ke rumah sakit terdekat tepat waktu sebelum benar-benar kehabisan darah.
*Flashback off
***
Bab 2
Beberapa hari kemudian.
Di kediaman Marion Puroe, sang pemilik rumah sedang menikmati hidupnya yang di kelilingi oleh wanita wanita cantik dan sexyy dengan menyesap wine favoritnya sembari melihat tarian indah yang erotis dari wanita wanita cantik pilihannya.
Tentu saja di tempat itu banyak adegan tak senonoh yang di lakukan Marion terhadap para wanita yang hanya menggunakan bikini tersebut.
Tiba-tiba saja kaca jendela ruangan itu pecah berhamburan dengan diiringi puluhan anggota yang berseragam logo api hitam.
Prang..
Byarr..
Keadaan ini membuat suasana menjadi kacau saat para wanita histeris dan berhamburan untuk menyelamatkan diri.
Marion yang melihat keadaan ini pun sangat syok. Pasalnya menurut informasi, kesehatan keponakannya ini masih belum stabil selama 2 bulan terakhir.
"B-bagaimana bisa kau.." ucapnya terbata ketika melihat Milo yang bisa berdiri tegak dengan gagahnya.
Di satu sisi, Marion sangat bingung karena tempatnya itu sangat di jaga ketat oleh anggota mafia yang sama kuatnya dengan Black Fire. Tapi kenapa bisa pasukan Milo datang tanpa ada keributan?
"Halo paman, lama tidak bertemu. Kau semakin miskin saja." Ucap Milo dengan nada mengejek.
"Kau…" pekik Marion yang tidak terima di ejek Milo.
"Iya paman, ini aku keponakan mu." Milo melihat Marion yang celingukan. "Kenapa? Mencari orang orang Moon Fire? Paman tidak akan menemukannya karena mereka sudah tenang di neraka."
Ya, sebelum dirinya datang ke rumah Marion, Milo dan pasukannya sudah melenyapkan klan Moon Fire beserta markasnya.
Redy Stave yang seorang anggota Moon Fire pun berhasil menyusup dan menggantikan satu persatu anggota keamanan Marion dengan anggota Milo sehingga Marion tidak mendapat informasi apapun di saat klan Moon Fire sedang di habisi oleh Milo.
Rupanya setelah bertemu dengan Milo, Redy dengan mantap membelot dari Moon Fire dan menawarkan kerjasama dengan Milo untuk melenyapkan klan tersebut agar dirinya bisa hidup tenang. Karena sebenarnya dirinya yang menjadi anggota Moon Fire hanya karena sebuah paksaan.
(Pertemuan pertama Redy Stave dengan Milo ada di novel Desain Cinta CEO dingin. Yang belum baca, boleh mampir ya di karya pertama author yang receh itu 🤭)
Milo tersenyum miring saat melihat reaksi pamannya yang seperti orang bodoh.
Milo pun segera menembak kedua kaki Marion yang hendak lari dari hadapannya.
Dor.. Dor..
"Arghh. Anak s*alan." Pekik Marion.
Tiba-tiba saja ada dua buah granat yang menggelinding di bawah kaki Milo.
"Sial. Semuanya, keluar dari ruangan ini. Cepat!"
Milo dan anggotanya berlari dengan kecepatan tinggi. Dan mereka mengatur nafasnya setelah mendengar sebuah ledakan dari rumah Marion.
Boom !
Boom !
Sepertinya musuhku yang sebenarnya bukanlah sekedar klan Moon Fire. Ucap Milo dalam hati saat sudah berada dalam mobil perjalanan pulang.
Di sepanjang jalannya dia memikirkan tentang orang misterius yang membawa kabur pamannya di saat granat itu menggelinding di bawah kakinya.
***
6 bulan kemudian
Di Gedung Million Corp, sang pemilik yang menjabat sebagai CEO sedang kesal terhadap gadis di depannya karena perilakunya yang semakin hari semakin menjadi di lingkungan kerjanya.
Tak hanya bermalas-malasan, tapi gadis itu selalu bersikap kasar kepada yang lain, seperti mencaci maki, dan selalu merendahkan mereka hanya karena dirinya mendapatkan perhatian khusus dari sang CEO.
Gadis itu adalah Kristal yang sekarang sedang menunduk karena sedang di lihat oleh Milo dengan tatapan membunuhnya.
"Aku memang memberikan sebuah perhatian padamu, tapi bukan berarti kau bisa seenaknya di perusahaan ini." Hardik Milo yang sudah tidak tahan dengan perilaku Kristal kepada karyawan lain.
"Mereka mengejekku jika aku hanya karyawan magang. Bahkan mereka berani membentak ku di belakang mu." Alibi Kristal.
"Jika aku ada di posisi mereka maka aku akan melakukan hal yang sama, Kristal." Milo memberikan penekanan di saat menyebut nama gadis di depannya.
"What.. kau tidak membela ku?"
"Alasan apa yang membuatku mau membelamu?" ucap Milo dengan datar karena sudah tahu alasannya.
"Karena aku wanita istimewa di sisi mu." Ucap Kristal tersenyum penuh arti.
Milo menyipit melihat Kristal yang sangat percaya diri.
Sebenarnya Milo tipe orang yang sangat suka dengan orang yang mempunyai rasa percaya diri tinggi dalam bekerja ataupun gairah hidupnya. Tapi Kristal adalah orang yang percaya diri dengan sesuatu yang masih dalam angan-angannya. Ini membuat Milo menjadi agak muak dengan Kristal.
"Siapa yang bilang padamu jika kau adalah wanita istimewa ku ?"
"Itu.." Kristal menggigit bibir bawahnya. Benar tidak ada yang bilang begitu. Sial.. Aku terlalu percaya diri rupanya. Batin Kristal.
"Jika aku bukan wanita istimewa mu, lalu mengapa kau memberikan perhatian khusus layaknya seorang kekasih?"
"Apa kau tidak ingat apa yang membuatku memberikan perhatian khusus ini padamu?"
Kristal kembali mengingat di saat pertama kali bertemu dengan Milo di restoran. Milo yang tidak sengaja melihatnya tiba-tiba memperkenalkan dirinya di hadapan Kristal dan membawanya pulang ke apartemen mewah Milo.
Awalnya Kristal akan menolaknya karena merasa akan menjadi simpanan Milo, tapi setelah dia tahu siapa Milo di negara itu, Kristal pun dengan senang hati ikut bersamanya agar bisa semakin dekat dengan Milo karena dia merasa jika seorang Milo sudah mulai tertarik padanya. Itu karena Milo telah menjamin keamanan, keselamatan hingga kemewahan yang membuatnya semakin menjadi besar kepala.
"Kau hanya bilang mulai hari itu aku adalah tanggung jawabmu sampai waktu yang kau tentukan."
Ah, aku lupa tidak mengatakannya dari awal. Pantas saja dia menjadi besar kepala seperti ini. Batin Milo.
Milo menghela nafasnya sejenak.
"Dengarkan ini baik-baik. Pertama kali aku menemukan mu, aku melihat ada satu hal yang harus ku selidiki dari mu. Aku memberikan perhatian khusus ini agar kau tidak merasa terkekang saat harus meninggalkan semuanya untuk berada di tempat ku. Anggap saja ini adalah bonus untukmu karena sudah mau tinggal di tempat ku."
Rupanya begitu. Hmm, Aku harus bisa mengubah bonus itu menjadi fasilitas seutuhnya untukku. Ucap dalam hati Kristal yang begitu mantap dengan niatnya itu.
Ya, ini lebih dari sekedar bonus karena Kristal mendapatkan fasilitas layaknya istri konglomerat. Tentunya Kristal tidak mau kehilangan semua kemewahan itu.
Kristal memang terlahir dari keluarga kaya, tapi kekayaan Milo puluhan kali lipat jauh di atas keluarganya.
"Lalu, mengenai satu hal itu apa? Mengapa kau harus merahasiakannya dariku."
"Aku tidak akan pernah memberitahu siapapun karena ini adalah urusan pribadiku." Tegas Milo.
"Sekarang yang harus kau lakukan adalah membuktikan padaku bahwa kau mampu menaikkan posisi mu di perusahaan ini. Bukankah kau tidak ingin berlama-lama menjadi anak magang?"
Wajah Kristal merengut mengingat tentang status nya yang anak magang.
"Hari ini cukup untukmu. Sekarang pulang lah untuk beristirahat."
"Baiklah."
Milo melihat punggung Kristal yang semakin menjauh hingga menghilang di balik pintu dengan tatapan yang sulit di artikan.
Bab 3
Keesokan harinya
Club Million night, negara M
Milo duduk di sofa mewah dengan gelas wine di tangannya sembari melihat ruangan di sebelahnya dimana ruangan itu terdapat beberapa komputer canggih dan di penuhi oleh belasan layar.
Kemudian dia mengalihkan pandangannya saat seorang gadis mendatanginya dengan segelas smoothies di tangannya.
Milo melihat gadis tersebut dari atas kebawah ke atas lagi saat gadis itu duduk dan meletakkan gelas smoothies nya.
Gadis yang memiliki kulit putih seputih salju, berambut hitam sebahu dengan pakaian ala geng motor. Namun tubuhnya seperti tenggelam karena gadis itu mengenakan pakaian dengan size 2x lipat dari size tubuhnya.
"Wow. Rupanya perubahanmu cukup berhasil, sampai aku hampir tidak mengenali mu." Ucap Milo takjub karena ini adalah pertama kalinya dia melihat penampilan gadis itu yang sengaja di rubah seperti itu.
"Aku hebat bukan." Ucapnya dengan suara cempreng.
Milo terkekeh. "Sudah, sudah, aku takut kau kecapekan, Nona muda Zee."
Gadis yang bernama Zee itu memutar bola matanya malas saat di goda Milo.
Kemudian wajah Milo seketika mulai berubah menjadi serius saat Zee berbicara dengan suara aslinya. Suara lembut yang mencerminkan keeleganan seorang Zee namun sangat tegas, dan padat.
"Aku telah menyelidikinya soal penggelapan yang Luiz lakukan selama ini. Ternyata 30 persen dana dari penggelapan tersebut di gunakan untuk membangun markas persenjataan."
Kemudian Zee menyodorkan sebuah flashdisk di atas meja.
"Aku sudah merekamnya dimana saja titik terakhir peti persenjataan itu berlabuh. Tolong di selidiki karena aku yakin kak Milo juga berfikiran hal yang sama denganku."
"Baik, aku akan menyelidikinya." Ucap Milo setelah mengambil flashdisk itu.
Setelah meneguk smoothies nya, Zee pun bangkit dari duduknya kemudian menarik tangan Milo.
"Ayo, kita membuat drama pertemuan yang manis."
Milo masih tetap di posisinya dengan mengerutkan keningnya.
"Sejak kemarin anak buah paman Chand sudah mulai mengikutiku. Dia tidak akan berhenti sebelum mendapatkan potret kita bukan?"
Seketika Milo tersenyum dan bangkit dari posisinya.
"Hanya drama pertemuan? Tidak ingin lebih?"
"Ng, sepertinya cukup itu saja. Belum waktunya untuk bersenang-senang karena kita belum tahu jumlah tikus itu."
"Lalu dimana kita akan membuat drama?"
Zee berpikir sebentar.
"Mixing house" (rumah perjudian terbesar di negara M)
"What..? Kau masih di bawah umur untuk masuk kesana. Lagipula, nona muda seperti mu tidak pantas ada di sana."
Seketika suara Zee berubah menjadi cempreng.
"Biar saja, sekarang kan waktunya nona Zoya bukan nona muda Zee. Lagi pula si pemiliknya yang akan mengatur tempatnya." Ting. Zee mengedipkan mata kirinya. Sedangkan Milo hanya terkekeh.
(Cerita Zee lagi otw yaa. Othor usahakan secepatnya.🤭)
2 hari kemudian Milo telah kembali ke kota kelahirannya. Di kota ini dia kembali ke kehidupan normalnya sebagai CEO.
Pagi itu sudut bibirnya sedikit terangkat ketika melihat pantulan dirinya di cermin. Rambut klimis nya menambah ketampanannya yang terbaur rapi dengan setelan jas mahalnya.
Milo berjalan keluar dari kamarnya menuju ruangan kerja yang dimana tujuannya adalah membuka sebuah lemari.
Sebuah lemari khusus yang hanya terdapat sebuah busur yang di simpan rapi di lemari tersebut.
Milo melihat busur tersebut dengan sebuah ingatan akan siluet seorang gadis yang sedang mengangkat busur itu di kegelapan.
"Bagaimana kabarmu? Ini sudah 8 bulan berlalu tapi aku masih belum menemukanmu. Ku harap Tuhan segera mempertemukan kita meskipun hanya untuk mengucapkan terimakasih padamu."
Beberapa menit kemudian, Milo melajukan mobil dengan gaya coolnya. Namun mobil tersebut semakin lama semakin melaju ke tempat yang sepi dan akan memasuki hutan rimba dimana terdapat markasnya di kota itu.
Namun saat baru sampai di pinggiran hutan, tiba-tiba saja ada tembakan yang melesat mengenai kaca mobilnya.
Dor.
****.. umpat Milo yang segera meraih senapannya sembari menghentikan mobilnya untuk segera keluar dan berlari ke hutan.
Namun saat Milo membuka pintu mobil, tiba tiba ada sebuah mobil yang menubruk dari samping kanannya dan di susul oleh mobil satunya dari belakang selang satu detik.
"Arghh.." Milo mengeram saat kepalanya terbentur kaca pintu mobil.
Dengan gerakan cepat, Milo segera keluar dari mobilnya dan memberikan beberapa tembakan untuk mengalihkan perhatian.
Dor.
Dor.
Dor.
Sedetik kemudian Milo segera berlari sangat kencang masuk kedalam hutan dan bersembunyi di balik pohon besar dengan nafas tersengal.
Sial, mengapa klan itu masih ada. Mungkinkah mereka bangkit lagi? Batin Milo yang sempat melihat logo bulan tertutup api di pakaian khusus yang dikenakan segerombol orang orang yang mengincarnya barusan.
Tak lama kemudian baku tembak pun terjadi saat salah satu dari mereka mulai menemukan posisi Milo.
Di sudut lain seorang gadis yang membawa sebuah tas di punggungnya sedang mengintip di balik semak-semak di bawah pohon besar.
Satu lawan 20 orang.. itu tidak adil. Gumam dalam hati gadis tersebut.
Kemudian sang gadis membuka tas nya dan mengambil sebuah ketapel di antara tumpukan bajunya. Tak lupa dia mengumpulkan beberapa kerikil yang ada di sekitarnya. Dia benar-benar berniat untuk membantu Milo yang padahal tidak di kenalnya.
Pletak !
"Auchh…" pekik salah satu orang Moon Fire sembari mengusap hidungnya yang berkedut.
"Ada apa?" Tanya rekannya.
"Ada yang menimpuk hidungku dengan kerikil."
"Ck, kau ada ada saja. Mungkin saja hidung mu tersengat serangga. Di hutan seperti ini mana ada orang selain kita."
"Kalian berhentilah berdebat. Cepat bereskan target secepatnya." Geram rekannya yang lain di tengah bisingnya baku tembak.
Beberapa saat kemudian Milo mengerutkan keningnya saat melihat suasana berubah menjadi umpatan kekesalan dari segerombol orang Moon Fire yang sekarang tersisa 9 orang. Mereka mengusap wajahnya yang terasa berkedut akibat terkena kerikil tersebut.
Pletak !
Pletak !
Rupanya sampai saat ini gadis tersebut masih menarik karet ketapel nya hingga satu persatu orang orang Moon Fire kehilangan fokus.
Salah satu orang Moon Fire memberikan tembakan ke arah yang di yakini asal dari kerikil tersebut.
Dor. Dor.
Mendapat serangan tembakan seperti itu, sang gadis berusaha menghindarinya dengan berpindah pindah posisi. Namun sayangnya sebuah peluru malah mengenai bahu kirinya.
Arghh..
Milo tercengang saat mendengar suara dari semak semak yang sedang di tembaki oleh orang Moon Fire. Ternyata suara tersebut adalah suara seorang gadis.
Dia seorang gadis. Batin Milo yang entah mengapa langsung teringat akan gadis panah yang menolongnya di tengah hutan.
Tak terima jika gadis tersebut tertembak, darah Milo tiba-tiba mendidih dan langsung menembaki orang orang Moon Fire dengan membabi buta.
Setelah memastikan sudah tidak ada yang bergerak, Milo pun segera melangkahkan kakinya ke semak semak yang tadi di tembaki oleh orang Moon Fire. Dia harus segera menemukan gadis tersebut agar bisa cepat di berikan pertolongan.
Setelah mencari kesana kemari, Milo terkejut melihat gadis itu sedang meringis memegang bahunya yang sudah berlumuran darah.
Gadis tersebut memundurkan tubuhnya ketika melihat Milo semakin mendekatinya. Dia pikir Milo adalah salah satu orang jahat tersebut.
"Tenanglah. Aku hanya ingin membawa mu ke rumah sakit sebagai rasa terimakasih ku."
Milo pun langsung menggendongnya tapi gadis itu sedikit memberontak. "Tuan, saya bisa jalan sendiri."
"Diamlah jika tidak ingin lukamu itu semakin parah." Tegas Milo.
Seketika gadis itu langsung terdiam. Namun kembali bersuara lagi yang membuat Milo kesal.
"Tuan, sebaiknya turunkan saya saja karena saya tidak nyaman mendengar detak jantung anda yang seperti menonton film horor."
Sial ternyata dia mendengar nya. Gerutu Milo dalam hati yang sedang berusaha meredakan debaran jantungnya.
"Itu karena kau sangat menakutkan seperti di film horor." Ketus Milo.
"Apa..?" pekik gadis tersebut.
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!