Di ruangan yang luas namun terkesan elegan. Seorang wanita muda berusia sekitar 25 tahun itu sedang membolak-balikan kertas yang berisi tumpukan dokumen yang harus ditandatangani nya. Namun bunyi ketukan pintu mengalihkan atensinya.
Tok..tok..tok
" Masuk, " ucapnya.
Sekretaris yang tadi mengetuk pintu pun segera memasuki ruangan bosnya itu.
"Ada perlu apa kamu kemari?" tanya Robecca tanpa basa-basi.
Sekretaris yang awalnya menunduk kini mengangkat wajahnya menatap sang CEO.
"Saya kesini hanya ingin memberitahu, kalau proyek yang ada di Prancis mengalami kendala, yang mengharuskan Ibu mengeceknya." jelasnya.
"Kalau begitu kamu atur jadwal penerbangan untuk saya pergi ke Prancis, segera." perintah Robbeca pada Rita.
"Baik Bu, kalau begitu saya permisi" pamit Rita.
Setelah kepergian Rita Robecca menghela nafas panjang.
"Huft, malasnya jika harus bolak-balik ke luar negeri " batinnya.
Lama terhanyut dalam pikirannya, Robecca pun melirik jarum jam yang ada di pergelangan tangannya. Jam menunjukan pukul satu siang yang berarti sudah waktunya jam makan siang. Ia pun bangkit dari kursi kebesarannya dan tak lupa menutup laptop serta menata berkasnya kembali.
Di Morena resto.
Robecca sedang menatap makanan di depanya yang menggugah selera. Tanpa basa- basi, ia langsung melahap makananya dengan cepat tak peduli dengan tatapan sinis orang di sekitarnya.
"Hai, Robecca Aleysia kan,?" tanya pemuda dengan jas rapi dan kacamata hitam.
Robecca yang asik menyantap makanannya pun
terpaksa mendongak keatas untuk menatap manik coklat milik pria tampan di depannya.
"Siapa?"
Tanpa ada drama-drama, Nike langsung memeluk erat Robecca yang merupakan sahabat baiknya di masa putih abu-abu.
"Aku Nike, teman kamu waktu SMA. Masa kamu lupa." ungkapnya sambil melepas pelukanya.
Sedangkan Robecca hanya ber-oh ria dan mengangguk-anggukan dagunya. Nike yang hanya mendapat respon seperti itu mendengus kesal.
"Nggak kangen nih?" goda Nike.
Becca pun menatap Nike dengan intens, Nike yang di tatap seperti itu menjadi salah tingkah. Menurutnya Aleysia itu sangat cantik dari segi manapun.
"Ngapain sih kamu liat aku kayak gitu, kalo kangen bilang!"
Becca yang mendengar kalimat itu muncul dari bibir Nike mendengus, dan memutar bola matanya malas.
"Terlalu percaya diri itu nggak baik, siapa juga yang kangen sama buaya darat kaya kamu? Itu hanya dalam mimpimu." tukas becca pedas.
"Nggak berubah kamu ya Ley, sekali ngomong pedesnya nggak ketulungan." dramatis Nike sok tersakiti sambil memegang dadanya.
Note: Aleysia itu nama panggilan Nike buat Robecca.
Sedangkan becca yang melihat itu tak peduli dan tak ada rasa empati untuk Nike. Setelah itu hanya ada keheningan. Nike yang tak suka keheningan pun membuka suara.
"Ley, aku boleh nanya nggak?" ragu- ragu Nike
"Yaudah tanya aja," jawab santai becca.
"Gimana hubungan kamu sama Revan, masih ngejalin hubungan?" tanyanya penasaran, karena setaunya mereka pacaran waktu SMA.
"Nggak," singkat, padat dan jelas.
"Lho kenapa? bukanya kamu sama dia saling cinta?" heran Nike.
"Dia selingkuh,"
"WHAT!!" pekik Nike tak percaya mendengar kejujuran temanya.
"Berisik!" hardik becca karena terlanjur malu ketika pengunjung resto menatap kearah mejanya.
"Serius? Revan yang terkenal dingin dan irit bicara bisa selingkuh juga? Mana yang di selingkuhi spek bidadari lagi, " ucapnya tak habis pikir dengan otak bego Revan.
"Apa yang tidak mungkin, yang udah nikah aja bisa cerai."
"Iya sih, eh btw kamu udah move on kan?"
"Nggak butuh waktu lama buat aku move on dari pria bajingan kaya dia." jawab becca memang benar apa-adanya.
" Ya bagus kalo gitu," komentar Nike
Drtttt..Drttt..Drttt
Bunyi handphone milik Nike menghentikan pembicaraan keduanya. Nike pun menggeser tombol hijau keatas, sehingga sambungan pun terhubung.
"Hallo, ada apa?"
"Ada klien yang ingin bertemu dengan tuan di kantor, sehingga tuan harus segera kesini." suara dari sebrang sana.
"Oke, kalau begitu saya akan secepatnya ke sana, " ucapnya lalu menutup telepon sepihak.
"Ley, aku pergi duluan ya, Lain kali kalo ada waktu kita bisa ketemuan." pamitnya dan bangkit dari kursi resto.
Robecca yang bingung harus ngapain di sini, memutuskan untuk kembali ke kantor sesudah membayar pesanannya.
❄️❄️❄️❄️❄️
Becca melemparkan asal tasnya keranjang. Seharian bekerja membuatnya sangat lelah. Terlihat dari wajah yang kusam dan matanya yang nampak merah karena terlalu lama menatap laptop. Menjadi putri tunggal kaya raya yang sudah tidak memiliki sosok orangtua, mengharuskan Robecca banting tulang untuk mencari sesuap nasi dari waktu ia masih remaja.Tak ingin terhanyut dalam pikiran yang membuatnya sedih, Robecca memilih untuk membersihkan tubuhnya.
Dilain tempat, seorang pemuda dengan jas acak-acakan itu sedang meratapi nasibnya yang sungguh sial. Ia beberapa kali mengacak rambutnya frustasi dan sesekali memukul kepalanya atas kebodohan yang ia buat.
"ARRRKHHHH" teriaknya menggema di bawah sinar lampu kota Jakarta itu. Ia sudah seperti orang gila yang merancau tak jelas di malam hari yang sangat dingin.
"Bodoh! Bodoh! Bodoh! Seharusnya aku dulu memilih Robecca bukan ****** seperti dia." rancaunya. Dia yang ia maksud adalah mantan istrinya yang baru menikah satu tahun namun kandas, karena istrinya yang selingkuh dan suka gonta-ganti pasangan.
"Andai aja aku dulu milih becca, mungkin sekarang kita udah hidup bahagia dan memiliki seorang anak." lanjutnya. Penyesalan memang selalu datang diakhir, begitulah yang dirasakan Revan saat ini.
"Pokoknya aku harus bisa kembali sama becca, bagaimanapun caranya! " semiriknya lalu pergi dari tempat itu.
Selesai dengan ritual mandinya, Becca segera merawat kulitnya dengan memakai body lotion, pelembap, masker wajah dan lainnya.Tangan lentiknya mengambil benda pipih persegi panjang yang berada di atas nakas dekat meja riasnya. Ia pun membuka aplikasi WhatsApp yang sering digunakan orang-orang berkomunikasi. Dilihatnya chat yang belum ia baca dari sekretarisnya, Rita.
Rita:
Selamat malam Bu, maaf jika mengganggu waktunya. Saya hanya ingin menyampaikan bahwa besok pagi adalah jadwal Ibu terbang ke Prancis.Tiket pesawat sudah saya siapkan.
Robecca pun hanya membaca pesan dari Rita, ia tak ada niatan untuk membalasnya. Ia pun memilih off dari aplikasi tersebut, karena isinya hanya chat tidak penting dari para pengagumnya. Becca lalu meletakkan hp nya kembali di atas nakas. Setelahnya, ia meyiapkan keperluan untuk esok hari.
"Akhirnya beres juga, " gumamnya setelah memasukan 5 setel pakaian, hinghels, make up, dan lainnya. Ia pun menutup kopernya itu dan berjalan menuju ranjang untuk bersiap menjelajah ke alam mimpi.
...KOMEN DAN LIKENNYA MASIH DI PANTAU🤗...
Pagi harinya pukul 6 pagi becca sudah berada di depan bandara dengan koper sedang di tangannya. Matanya yang tertutup kacamata hitam menelusuri keberadaan sekretarisnya. Tubuh rampingnya kini yang terbalut dress mini selutut dengan jas panjang kebesarannya tengah bergoyang mengikuti langkah kaki sang pemilik yang ingin menghampiri sang sekretaris.
"RITA!" panggilnya yang kian berjalan mendekat kearahnya.
"Iya Bu," jawabnya bangkit dari duduknya.
"Kapan saya akan terbang?" tanya Becca setelah sampai di depan Rita.
"Tiga puluh menit lagi Bu, memangnya kenapa?" bingung Rita
"Tidak apa, saya hanya bertanya." jawab Becca yang diangguki Rita. Keduanya pun kini duduk berdampingan dengan keadaan sunyi. Becca yang merasakan sekretarisnya yang bergerak gelisah pun mengerutkan dahi seolah bertanya ' dia kenapa?' Becca yang penasaran pun lantas bertanya.
"Kamu kenapa gelisah seperti itu Rita, ada masalah?" tanya Becca sambil menaikan satu alisnya.
" T-tidak Bu, s-saya hanya takut terjadi sesuatu pada ibu. Perasaan saya sungguh tidak enak." beritahu Rita atas unek-uneknya.
Becca yang mendengarkan itu terkekeh sekaligus merasa terharu.
"Rita makasih atas kepedulian kamu, tapi saya akan baik-baik saja kok. Kamu tak usah khawatir." ucap becca tanpa tahu apa yang akan terjadi nanti.
"T-tapi Bu, apa tidak seharusnya diundur saja?" ucap Rita mencoba mencegah bos nya itu yang sudah dia anggap sebagai kakaknya.
"Tanggung Rita, sebentar lagi pesawat akan take- off. Sebaiknya kamu buang pikiran buruk mu itu." tolak halus Becca.
"Ya sudah kalau itu keputusan Ibu, saya bisa apa." pasrah Rita yang tak mampu mencegah bosnya.
"Kalau begitu saya duluan, nama saya tadi sudah di panggil." ucap Becca mulai berdiri menuju pesawat yang di tumpangi nya. Sebelumnya juga ia lebih dulu memeluk Rita sekretarisnya.
"Hati-hati Bu! Semoga sampai tujuan!" teriak Rita dari kejauhan. Sedangkan Becca membalas dengan senyuman.
Di sinilah Robecca berada, di pesawat ATR 72. Ia mendudukkan diri di bangku sesuai nomor tiketnya dan tak lupa memasang seat belt untuk jaga-jaga. Menyumpal telinganya dengan airphone untuk mendengarkan lagu yang berjudul' Here's Your Perfect'. Seketika pesawat pun lepas landas.
Awalnya pesawat terbang dengan normal, namun karena Angin yang berembus dari atas, belakang atau samping, membuat pesawat terbalik karena angin punya kemampuan untuk menghilangkan udara dari sekitar sayap pesawat (gejala turbulensi). Pesawat akhirnya kehilangan kecepatan saat berada di ketinggian tertentu. Sehingga membuat badan pesawat hilang kendali. Semua penumpang sudah berteriak- teriak bagai orang kesetanan karena sangat panik, begitupun dengan Robecca yang sangat takut dan hanya bisa pasrah. Sebelum pesawat jatuh ke laut, Robecca sempat memikirkan kata-kata sekretarisnya itu.
"Andai saja aku percaya dengan kata-kata sekretarisku, aku tidak akan mengalami kejadian tragis seperti ini." batin Robecca sebelum tubuhnya hancur tertimpa badan pesawat di dalam air laut yang dalam.
❄️❄️❄️❄️❄️
Di ruangan bercat putih kini seorang wanita muda seusia Robecca sedang terbaring sangat nyaman dengan selang infus ditangannya tanpa ada satupun orang yang menjaganya. Perlahan tapi pasti, mata cantiknya mulai terbuka. Hal pertama yang ia lakukan adalah mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Sejenak ia linglung, dan menatap langit-langit kamar yang begitu megah bak istana di negeri dongeng.
"Aku masih hidup? Tapi ini sangat mustahil" batinnya menolak. Ia pun mulai memukul kasar tangannya guna membuktikan bahwa ini nyata.
"What!! ini beneran?" pekiknya terkejut. Tiba-tiba rasa sakit menyerang kepalanya, ingatan yang bukan miliknya berputar-putar di otaknya. Jika ia boleh jujur, ini sangat sakit.
"Dasar anak sialan!" ucap seseorang wanita muda yang memiliki paras bak dewi namun tidak dengan sikapnya.
"Nyesel saya melahirkan kamu ke dunia! "
" Saya pikir dengan adanya kamu akan membuat saya menjadi nyonya di keluarga Alexander. Ternyata saya salah, justru adanya kamu bikin hidup saya sengsara." marahnya mengeluarkan semua unek-uneknya.
"Mendingan kamu MATI!"ucap wanita itu hendak mendorong anaknya ke kolam renang. Namun justru dirinya yang terpleset dan kepalanya membentur ubin keramik.
'Byurrr'
"IBUUU! " teriak anak kecil usia empat tahun bernama Axelio Alexander.
"Argghhh" jerit Robecca ketika ingatan itu menghilang.
"Miris sekali nasib anak itu, tapi wajar sih jika ibunya seperti itu, karena dia tak pernah mendapat secuil perhatian dari suaminya.Tapi tetap saja dia salah, tak seharusnya ia bersikap begitu kan." gumam Robecca.
"Jadi kesimpulannya, jiwaku tersesat dalam raga milik Keyza Cassandra." batinnya.
Note: mulai sekarang kita panggil Robecca dengan Keyza ya guys.
Tak ingin memusingkan dirinya yang sekarang, yang jelas sekarang tujuan Robecca adalah mengubah sifat buruk Keyza dan berusaha menyayangi anaknya.
Keyza pun mulai melepas infusnya perlahan, karena ia sudah merasa membaik.Tak butuh waktu lama, infus pun terlepas. Ia lalu bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan badannya dengan air hangat. Dengan telaten dan hati-hati, Keyza mulai membasuh tubuhnya perlahan, takut mengenai perbannya.
Selesai dengan ritualnya ia pun berjalan membuka lemari untuk melihat pakaian apa yang cocok ia kenakan. Di lihatnya hanya ada pakaian- pakaian ketat, sexy, dan warna mencolok yang membuatnya sakit mata. Ia pun mencoba memilih pakaian yang setidaknya longgar dan panjang. Kini, pilihannya jatuh pada dress berwarna biru laut dengan panjang selutut, yang sangat pas dengan tubuhnya yang ramping.
Memandang kearah kaca ia sangat terkejut dengan wajah cantik pemilik tubuh ini. Wajah yang babyface, kulit putih halus, bibir merah cherry serta body bak gitar spanyol bisa di bilang sempurna. Namun sayangnya pemilik tubuh ini tak pandai merias wajah, yang membuat wajahnya terkesan menor dan tua. Itulah sebabnya ia banyak hatersnya.
Tak..tak..tak
Bunyi sepatu hak tinggi menuruni satu persatu tangga. Semua orang yang ada di bawah terkagum- kagum dengan sosoknya.
Salah satu pembantu menghampiri sang nona atau istri dari tuan mudanya namun tak dianggap.
"Anda sudah sembuh nona, ada yang bisa saya bantu." ucapnya.
" Tolong panggilkan supir dan siapkan mobil, saya akan keluar." suruh Keyza.
"Baik, nona." ucap pembantu itu.
"Terimakasih."ucap Keyza pada pembantu tersebut. Sedangkan seluruh orang yang ada di ruangan tercengang dengan apa yang ia lihat. Bagaimana bisa nona nya yang kejam dan tak berperikemanusiaan mengucapkan terimakasih untuk seorang pembantu yang biasanya ia tindas. Entahlah, mungkin kiamat akan segera datang pikir konyol mereka.
Keyza tak peduli dengan orang rumah yang menatap haru, sinis, dan terkejut kearahnya. Ia pun berjalan keluar untuk menunggu supirnya.
"Permisi, apakah nona butuh saya?" tanya pria berawakan kekar dan berotot.
"Hmm, tolong kamu siapkan mobil segera." suruh Keyza.
"Tapi nona, anda baru saja sembuh sebaiknya anda istirahat dulu." tolak pria itu karena mungkin saja nonanya itu akan pergi ke club atau restoran pikirnya.
"Kalau kamu tak bisa, saya bisa setir sendiri." kekeuh Keyza.
"Oke, kalau begitu saya akan siapkan mobil segera." ucapnya berlalu pergi ke garasi untuk mengambil mobil.
Di tengah jalan supir itu bingung lantas nonanya tak memberi tahu akan kemana.
"Nona, kita akan kemana?" tanyanya.
"TK internasional."
Jangan lupa tinggalkan jejak🤗😘
Sesampainya di depan gerbang TK internasional. Keyza segera membuka seat belt mobilnya dan turun. Matanya mencari sosok putranya yang tidak kelihatan karena memang sekolah sudah sepi dan hanya beberapa siswa yang masih di situ.Terlalu lama menunggu, namun tak menemukan sosok yang ia cari, ia hampir saja ingin berbalik. Namun karena matanya menangkap sosok yang sangat familiar yang tengah keluar dari kelas, akhirnya ia mengurungkannya.
"Apa dia Axelio yang aku cari?" tanya nya pada diri sendiri.
"Axelio!" panggil Keyza pada anak itu.
Bocah yang memiliki wajah imut dan pipi chubby itu menoleh kearah keyza karena merasa terpanggil.
"Sini, Ibu jemput kamu." teriak Keyza.
Axelio masih diam di tempat tak berani berjalan kearah ibunya, ia memilin tas sekolahnya takut jika ibunya akan marah jika ia mendekat. Dulu ia juga pernah di pukul ibunya karena hanya meminta untuk di peluk.
Berulangkali Keyza meneriaki namanya namun bocah itu tetap diam. Keyza yang melihat mata jernih anaknya yang menyiratkan ketakutan pun merasa bersalah.
"Axelio, ayo pulang dengan Ibu, nak." ajaknya dengan lembut dan penuh ke putus-asaan. Namun anak itu tetap diam tak bergeming, hingga kedatangan satpam yang menegurnya.
"Maaf, nona siapanya anak itu?" tanya satpam.
"Saya Ibunya, "jawab mantap Keyza.
"Saya tidak percaya kalau nona muda ini ibunya, terlihat dari wajah anak itu yang ketakutan ketika menatap nona." ucap satpam itu.
"Sebaiknya nona pergi dari sini, jangan mencoba menculik anak-anak atau saya akan laporkan kepada pihak berwajib." ancamnya.
Keyza yang dituduh menggeram tertahan, ia pun menatap dingin satpam di depannya.
"Saya tidak takut, karena saya memang ibunya." perjelas Keyza.
"Nona jangan bohong! jelas-jelas anak itu takut, "ucap satpam dan menyeret Keyza untuk pergi.
"Tunggu." teriak Axelio dan menghampiri satpam itu.
"Dia benar Ibu saya." ucapnya
Satpam yang ingin menyeret Keyza pun melepaskannya dan berbalik untuk menghadap sang anak.
"Ya sudah kalau begitu saya permisi. Maaf atas kekacauan ini."ucapnya melenggang pergi begitu saja.
Kini tersisa Axelio dan Keyza. Mata mereka saling pandang cukup lama, hingga Keyza berjalan mendekati putranya dan berjongkok menyamakan tingginya dengan sang anak. Memeluknya erat dan sesekali mengusap rambut putranya gemas. Jantungnya berdebar ketika merasakan tubuh mungilnya bersentuhan dengan kulitnya. Baru saat ini ia dapat merasakan kehangatan yang dulu sempat hilang karena orangtuanya yang meninggalkan dirinya sebatang kara.
Begitupun dengan Axelio, ia terdiam membeku saat ibunya tanpa aba-aba memeluknya erat. Ia pun membalas pelukan ibunya ragu-ragu. Kenyaman dan kehangatan dapat ia rasakan pertama kalinya ketika menginjak usia empat tahun. Dulu ia selalu berdoa agar ibunya menyayanginya, dan hari ini doanya terkabulkan Ibunya menyayanginya. Betapa senangnya Axelio saat ini.
Lama berpelukan, akhirnya Keyza melepasnya dan berganti menangkup pipi tembem sang anak.
"Maafin Ibu yang dulu ya, Ibu janji akan bikin Lio bahagia untuk kedepannya." ucapnya tulus. Axelio yang melihat ketulusan di mata ibunya pun mengangguk.
"Janji?" ucap Lio mengulurkan jari kelingkingnya dan berharap ibunya menerimanya.
"Janji, sayang."ucap Keyza menyatukan jari mungil putranya denganya.
Supir yang menyaksikan mereka dari tadi pun terharu.
"Tuan kecil dan nona, mari kita pualang."ajak sopirnya yang menunggu lama.
"Ayo sayang." ajak Keyza pada anaknya.
Mereka pun menaiki mobil menuju ke mansion.Tanpa mereka sadari ada pria berbaju hitam yang terus memantau mereka dan sesekali memotretnya untuk ia kirim ke tuannya.
Sedangkan sekarang seorang pemuda berusia 27 tahun yang sedang mengotak- atik laptopnya harus menghentikan acaranya karena getaran yang berasal dari handphone di sampingnya.
Mata coklat dan tajam bak elangnya melihat si pengirim pesan yang ternyata anak buahnya.
Suruhan: Tuan, saya melihat nona muda menjemput tuan kecil dan membawanya pulang.Mereka juga sempat peluk-pelukan.
Wiliam yang membaca pesan itu menggeram tertahan, wajahnya kini menggelap dan ekpresinya yang awalnya dingin menjadi sangat dingin.
"Apa yang akan di lakukan wanita licik itu pada putraku? Apa tak cukup dia menyiksanya." batin Wiliam emosi.
"Pura- pura baik untuk mencari perhatianku? cihh, tak sudi jika aku tergoda."pikirnya jijik. Membayangkanya saja membuat ia ingin muntah.
Dimansion.
"Sayang, ganti seragammu dulu dan cuci tanganmu kita akan makan." suruhnya pada Axelio yang baru sampai di mansion.
"Baik, Bu." patuh Lio karena hari ini moodnya sangat baik itu sebabnya ia sangat penurut. Melihat putranya sangat bersemangat hati Keyza terenyuh. Ia pun memilih berjalan kearah dapur untuk membantu menyiapkan makan sore.
"Bi, biar saya bantu untuk membawa makanan kemeja makan." ucap Keyza lembut pada pelayan yang sudah menginjak usia 40 tahun.
"Tak usah non, ini sudah menjadi tugas saya. Nona duduk saja." tolak halus pelayan itu.
"Tidak apa-apa bi, biar saya bantu." keukeh Keyza dan mengambil mangkok lalu ia tuangkan lauk-pauk di dalamnya, membawanya menuju ke meja makan.
Semua pelayan yang berada di dalam rumah memerhatikan perubahan nonanya dan bergosip membicarakannya.
"Apa benar itu nona kita? saya masih tidak percaya."
"Apalagi saya, tapi saya senang nona sudah berubah."
"Penampilannya pun sudah tidak menor lagi."
"Dulu saya berharap Tuan muda akan menceraikan nona Keyza, tapi sekarang saya sangat menyayangkan jika mereka berdua cerai. Menurut saya mereka cocok."
"Setuju, yang satu cantik bak dewi dan satunya lagi tampan bak dewa."
Begitulah gosipan orang rumah yang dapat di dengar oleh telinga Keyza. Keyza pun memilih abai tak memusingkannya.
"IBUUU!" panggil Axelio dari atas tangga dengan baju Doraemon yang membuatnya terlihat tampan sekaligus imut. Keyza pun berjalan menghampiri putranya tak lupa menggendongnya dan mendudukannya di kursi meja makan yang sudah tersaji berbagai hidangan dari omelet, ayam goreng, sup iga sapi, rendang, sayur lodeh dll.
"Kamu mau makan apa, sayang?" tanya Keyza pada Axelio yang asik menatap makanan di meja penuh minat.
"Semuanya Bu." jawab Lio enteng.
"Memangnya kamu bisa habiskan? "ucap remeh Keyza pada anaknya berniat menggodanya.
"Bisa dong, Axelio!" sombongnya. Keyza terkekeh geli dengan tingkat kesombongan putranya itu.
"Ya sudah kalau begitu, kamu makan sendiri atau mau Ibu suapin?" tawar Keyza.
"Memangnya boleh?" tanya polos putranya.
"Boleh dong, sama anak sendiri." jawab Keyza tak habis pikir dengan anaknya yang aneh ini. Mungkin karena sikap Keyza yang kasar dulu membuat Axelio sedikit ragu dengan dirinya. Pikirnya.
Saat ini Keyza tengah menyuapkan nasi serta lauk ke mulut putranya, lalu ia menyuapkan kedirinya sendiri. Melihat putranya makan dengan sangat lahap ia merasa bahagia. Di kehidupannya dulu dia masih single, belum pernah merasakan pernikahan. Apalagi memiliki anak, keseharianya hanya bekerja dan kerja, tak ada waktu untuk mencari pasangan.
❄️❄️❄️❄️❄️
"Mark!" panggil Wiliam pada asistennya. Mark yang di panggil segera menghampiri atasannya.
"Ya Tuan, ada perlu apa anda memanggil saya?"
"Berkas perceraian saya dan wanita itu sudah kamu urus kan?" tanya Wiliam.
"Sudah tuan, "
"Kalau gitu saya ingin lihat.Tolong kamu bawa kesini." suruhnya.
"Baik, tuan." jawabnya dan pergi untuk mengambil berkas itu yang berada di ruanganya.
"Menceraikan wanita itu adalah keputusan yang tepat."batin Wiliam.
Jangan lupa tinggalkan jejak.😫🤗
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!