Seorang gadis tampak berjalan linglung sembari memperagakan salah satu adegan yang tertulis di skenario yang ia genggam. Dia adalah Tamara Lin., seorang calon bintang film masa depan. Yah, walaupun sejauh ini dia belum pernah mendapat peran utama dan penggemarnya di medsos pun tidak seberapa.
"Hidupku baru dimulai, tidak mungkin hidupku berakhir secepat ini, kan? Tidak mungkin! Aku baru 21 tahun, tidak pernah merokok ataupun minum alkohol, aku juga selalu makan yang sehat, aku juga rajin olahraga, dan tidak punya riwayat keluarga, lalu?" keluhnya meratapi nasih sendiri.
"Bagaimana mungkin aku menderita leukemia?"
Rupanya hari ini dia baru saja di-diagnosis menderita leukemia. Tapi ini baru dugaan, oleh karena itu dokter menyarankannya untuk tes sumsum tulang belakang dulu untuk menentukan dia benar-benar menderita leukemia atau tidak.
Jiang Ling menolak mempercayainya, "Tidak mungkin! mana mungkin?" Tamara merasa tidak mungkin dia menderita leukemia. Dia keluar dari ruang dokter sembari menatap hasil tes dan menggumam menolak mempercayai tes itu. Dia benar-benar shock hingga kemudian Tamara pingsan.
**
Flashback
7 jam yang lalu saat Tamara memulai hari indahnya dengan baru keluar gedung agensi Tianyi Media dan menelepon supir taksi online yang dipesannya.
Si supir berkata kalau mobilnya adalah mobil hitam, dan tepat saat itu juga, Jiang Ling melihat sebuah mobil hitam di depan. Maka gadis itu langsung saja membuka pintu mobil itu, tapi malah mendapati ada seorang pria ganteng duduk di belakang.
Si pria ganteng dan supirnya sama-sama kaget melihat Jiang Ling Pfft! Jelas dia salah mobil. Tapi alih-alih berpikir kalau dia salah mobil, Tamara malah berpikir kalau Pak Supir mengambil penumpang lain, dia kan tidak bilang kalau dia ingin berbagi mobil dengan orang lain. Maksudnya berbagai sewa.
Pak Supir langsung menatap penuh tanda tanya ke si pria ganteng, tapi pria ganteng itu malah diam saja menatap Tamara yang membuat gadis itu jadi semakin salah paham.
Kalau begitu, Tamara minta diantarkan ke tempat tujuannya dulu, baru Pak Supir mengantar pria ini, Karena hari ini Tamara memiliki sebuah interview .
"Tolong geser!" pinta gadis itu
Tetapi pria itu hanya diam dan terus menatapnya selama beberapa saat hingga akhirnya dia angkat bicara. "Kau yakin mau naik mobil ini?"
Kesal, Tamara malah mengisyaratkan pria itu untuk keluar saja. Alih-alih menjelaskan, pria ganteng itu malah geser ke sebelah dan membiarkan Tamara masuk.
"Pak Supir, ke Hotel Jinzi!"
Pak Supir langsung menatap ragu ke si ganteng. Tamara meyakinkannya untuk tidak khawatir, nanti kalau mereka sudah sampai di tempat tujuannya, dia tidak akan memberikan review bintang satu.
"Aku tahu kok kalau hidup itu sulit. Iya, kan?"
Si pria tampan hanya menatapnya dalam diam lalu memberikan isyarat kecil pada supirnya melalui spion. Mereka akhirnya berangkat.
Dan tepat setelah mereka tancap gas, seorang pria yang gayanya sedikit metroseksual menghampiri, dari penampilannya, sepertinya dia seorang artis dan baru keluar dari gedung, pria itu langsung kaget melihat mobil itu malah sudah melaju meninggalkannya.
Si artis langsung menelepon pria tampan dan memprotes. Namin, pria tampan itu mengklaim jika dia tidak bisa menjemputnya karena ada urusan lain.
"Eh, kakak. Aku akan menjadi juri audisi aktris untuk iklanmu. Aku bahkan sampai membatalkan pekerjaanku loh! Aku sendirian di jalan nih, bagaimana?" protes pira feminim itu.
"Kau kan bisa naik taksi."
"Apa kau pernah melihat seorang superstar naik taksi di pinggir jalan, hah?" Kesal, pria itu langsung menutup teleponnya.
Tapi pria itu tak memedulikan protesnya dan langsung mematikan teleponnya. Tamara mulai memperhatikan si pria tampan di sebelahnya itu dengan keheranan.
"Apa kita pernah bertemu sebelumnya? Wajahmu sepertinya tidak asing."
Tapi pria itu malah mengira kalau ucapan Tamara itu sebagai upaya pendekatan, caranya itu terlalu kuno. Tapi... terkadang orang memang merasa familier dengan sesuatu. Itu namanya efek hipokampus (bagian dari otak yang berfungsi untuk pengolahan memori).
"Aku juga merasa kau familier."
Tamara langsung merasa pede mengira si ganteng mengenalinya dari sebuah drama yang ia perankan. Dia muncul di episode 36, jadi pelayan yang meracuni si pemeran utama. Dan drama itu cukup terkenal.
"Maaf, aku jarang nonton TV." jawabnya singkat.
Tamara malu. Tiba-tiba dia mendapat panggilan dari supir taksi online yang sudah menunggunya 10 menit, lalu kapan dia datang? Bukankah Tamara telah menaikinya kini? Jelas bingung, dia kini sudah di mobil sekarang?
"Tapi aku masih berada di depan Tianyi Media sekarang."
Tamara sontak tercengang menyadari dirinya sudah salah masuk mobil. Dia bukan supir taksi onlinenya? "Jadi ini bukan mobil sewaan?"
"Apa pernah ada yang bilang padamu kalau ini adalah mobil taksi online atau mobil sewaan?"
"Maaf, maaf, aku sudah salah mobil. Turunkan saja aku di depan."
"Tidak perlu. Kami juga menuju Hotel Jinzi."
"Sungguh? Kalau begitu, maaf sudah merepotkan mereka untuk mengantarkannya ke sana." Tamara langsung memalingkan mukanya dengan malu. Hmm ... Apakah si pria tampan mulai tertarik pada Tamara.
.
Mereka tiba di hotel bersamaan dengan si artis yang kontan penasaran melihat si pria tampan semobil bersama seorang wanita.
Tamara sungguh berterima kasih padanya. Tanpa bantuannya, dia pasti bakalan terlambat ke audisi. "Audisi apa?" tanya si pria tampan.
"Audisi untuk model iklan Group Li," jawab Tamara.
Pria tampan itu berniat membukakan pintu untuknya, tapi Tamara bergerak secara bersamaan dengannya sehingga kepalanya tak sengaja menubruk pria itu. Sepertinya lensa kontaknya jadi terjatuh gara-gara kejadian tersebut.
Mengira jatuh ke bajunya si pria tampan, Tamara santai saja meraba-raba da da si pria tanpa menyadari keterkejutan si supir dan si artis, Tapi dia tak menemukan apapun di sana. "Ah, yah sudahlah, aku bisa terlambat nanti. Dadah!" Tamara pamit kepada pria itu dan masuk ke dalam hotel Jinzi.
.
Si artis sepertinya mulai cemburu melihat kedekatan mereka dan langsung melabrak si pria tampan, yang ternyata adalah Presdir Group Li, yakni Even Li.
"Siapa wanita itu?" sentak si artis yang bernama Aron.
"Aku tidak mengenalnya." jawab Evan.
Aron tak percaya, wanita itu keluar dari mobil Evan dan Evan berkata tidak mengenalnya? Tidak kenal tapi meraba-raba da da Evan? "Apa karena si ja lang itu kau tidak jadi menjemput aku?" tukas Aron kesal.
"Oh, aku tahu... sekarang si pendatang baru lebih baik daripada yang lama, begitu? Aku tahu, wanita-wanita itu berusaha keras untuk mendekatimu. Tapi jangan khawatir. Untungnya kau punya aku. Aku akan melindungimu dan mengendalikanmu dalam genggaman tanganku!" imbuhnya lagi.
"Lepaskan tanganmu."
"Tidak mau!" Aron terus memegang Evan.
"Hentikan aktingmu!"
Aron akhirnya melepaskannya. Tetapi dia tetap bingung. "Siapa sih wanita itu?" Dan Evan menegaskan kalau wanita itu cuma salah masuk ke mobilnya.
Tak lama kemudian, Tamara memperkenalkan dirinya di hadapan para juri yang salah satunya adalah Aron. Karena dia berasal dari Tianyi Media, juri yang lain berkomentar kalau dia satu perusahaan dengan Aron.
"Oh yah? Kalau begitu, kau harus tampil dengan baik. Karena semua orang di perusahaan kita hebat." sindir Aron sambil menampilkan senyum palsunya.
Tamara menjelaskan jika dia baru main di beberapa drama saja dan mengasah kemampuan aktingnya dengan belajar di akademi film. Dia juga sering tampil di banyak drama musikal.
Mendengar itu, Aron ingin mengetes kemampuan dasar aktingnya. Pernah dengar cerita berjudul 'Kisah Tang Bohu mencintai Qiuxiang'? Tentu saja, "Apa Anda menginginkan saya untuk berakting jadi Qiuxiang?" tanya Tamara berapi-api.
"Tidak. Aku ingin kau berakting jadi si wanita super jelek bernama 'Kakak Shiliu'." tantang Aron.
Ekspresi Tamara seketika berubah jahat dan mulai melancarkan akting serangan ke Aron. Dia bahkan langsung naik ke atas meja dan mendekati Aron. sampai membuat Aron tegang bukan main dan buru-buru menyudahi aktingnya Tamara.
Kedua juri lainnya sampai harus menahan tawa melihat reaksi ketakutan Aron karena didekati cewek. Aron beramah tamah memuji aktingnya Tamara lalu buru-buru mengakhiri sesi audisi ini.
Tapi Tamara buru-buru menghentikannya untuk meminta tanda tangannya Aron, Tamara berdalih ingin memberikan tanda tangan Aron untuk temannya, Karena teman Tamara adalah penggemarnya Aron. Tentu saja, Aron dengan asal membubuhkan tanda tangannya ke sebuah kertas sambil menatap Tamara dengan sengit seolah dia adalah saingan cintanya.
Tamara benar-benar heran memikirkan sikap Aron yang kasar kepadanya tadi, "Memangnya aku ini salah apa ke Aron? Perasaan, kita baru pertama kali bertemu hari ini."
Tak lama kemudian, dia mendapat telepon dari seseorang yang mengabarinya tentang hasil audisinya. Wah, cepat sekali. Tapi sayangnya, Tamara gagal terpilih.
Tamara kecewa, padahal aktingnya bagus kok, tapi kenapa dia malah tidak terpilih?
Stres dengan kegagalannya, Tamara memutuskan untuk menemui pacarnya yang bernama Zaki.
Di sebuah rumah elit di kawasan strategis, pacar Tamara yang bernama Zaki tampak sedang ganti baju. Zaki sedikit tersentak dengan kedatangan Tamara ke rumahnya, karena mendadak Zaki mengatakan jika Tamara sebaiknya menghubungi dirinya sebelum datang ke rumah Zaki
Dia bahkan berusaha cepat-cepat mengajak Tamara keluar. Tetapi, Tamara mau istirahat dulu. "Duh, dia sial banget hari ini!" keluh Tamara, lalu ia mengalihkan tatapannya ke arah tempat tidur, tapi yang tak disangka, dia malah melihat ada seorang wanita sedang ganti baju di sana. "Sialan!" umpat Tamara.
Jelas saja Tamara langsung emosi, apalagi wanita itu ternyata teman satu asramanya semasa kuliah. Zaki yang mengetahui keadaan tersebut langsung panik menghadapi situasi ini, tapi wanita itu santai saja, malah dengan sinisnya menyindir dan menantang Tamara yang ia nilai sungguh bodoh.
Tetapi biarpun sakit hati, tapi Tamara tak membiarkan harga dirinya diinjak-injak begitu saja. "Kalian berdua berselingkuh, pasti sulit. Karena kau menyukainya, ambil saja dia. Lagian aku juga sudah muak!" tukas Tamara dengan tingkat emosi yang tinggi
Dia bahkan langsung melempar makanan yang dibelikannya untuk Zaki dan mengutuk mereka lalu pergi dengan penuh amarah.
Tapi kesialan lagi-lagi menimpanya. Saat dia masuk ke dalam sebuah taksi, si supir malah menolaknya karena dia harus menjemput pacarnya.
Kontan saja Tamara jadi emosi lagi mendengar kata 'pacar' itu. "Dia pikir dia hebat cuma karena dia punya pacar? Setelah dia punya pacar, dia yakin kalau dia tidak perlu kerja lagi? Setelah punya pacar, dia yakin kalau pacarnya itu tidak akan pergi dan berselingkuh? Kalau dia tidak yakin, lalu kenapa dia tidak mau mengantarkannya pulang dulu?" keluhnya.
Emosi, Tamata terpaksa keluar dengan tetap berusaha mengangkat kepalanya tinggi-tinggi. Dia seorang aktris, calon bintang masa depan, dia harus bersikap cantik. Tapi segala emosi hebat yang dirasakannya hari ini, tiba-tiba membuat tubuhnya lemah hingga dia pingsan.
Dan begitulah bagaimana kemudian Tamara berada di rumah sakit dan di-diagnosis menderita leukemia. Dokter meyakinkannya bahwa dia bisa sembuh asalkan dia mendapat pengobatan secepatnya dan mendapatkan donor sumsum tulang belakang.
Tamara benar-benar sedih hingga dia hanya terbengong di tengah jalan dan mengabaikan ponselnya yang berbunyi dari temannya.
Keesokan harinya, Tamara dengan takut-takut memutuskan untuk melakukan tes sumsum tulang belakang. Sayangnya, dia benar-benar positif menderita leukemia.
Dan satu-satunya penyembuhan adalah dengan transplantasi sumsum tulang belakang dari donor yang cocok dengannya. Tapi sayangnya, dari daftar informasi yang dimiliki rumah sakit, tidak ada donor yang cocok dengannya. Jadi yang harus Tamara lakukan adalah mengontrolnya dengan kemoterapi.
"Apa rambutku akan jadi botak? Diare dan muntah-muntah? Akankah aku jadi sangat-sangat jelek? Aku tidak akan bisa jadi aktris lagi, kan?"
Berusaha menyemangatinya, Dokter meyakinkan kalau Tamara agar bisa kembali melakukan pekerjaan kesukaannya itu setelah dia sembuh nanti. Seperti Selena Gomez. Dia melanjutkan karirnya sebagai bintang setelah sukses transplantasi ginjal. "Jadi Tamara jangan menyerah, siapa tahu mereka akan bisa menemukan donor yang cocok." nasihat sang dokter.
Tamara tak percaya, "Jangan bohong! Dari informasi yang dibacanya di internet, rasio donor sumsum tulang belakang yang cocok itu sangat rendah."
Mendengar itu, dokter tampak melihat salah satu dokumennya dengan ragu. Akhirnya ia mengakui bahwa sebenarnya ada donor yang cocok. Sayangnya, orang itu tidak mau mendonor.
Tamara langsung semangat meminta Dokter untuk memberinya info kontak orang itu biar dia sendiri yang bicara dan memohon padanya. Tapi Dokter menolak, dia tidak bisa mengungkap identitas pribadi pasien, itu aturan rumah sakit.
Tiba-tiba seorang suster memanggil dokter untuk mengecek seorang pasien. Dokter pun keluar meninggalkan Tamara. Dan saat itulah Tamara langsung memanfaatkan kesempatan untuk membuka dokumen informasi pasien itu, dan mendapati nama si pasien adalah Evan Li.
Sementara itu, Evan sendiri sedang mengunjungi neneknya yang memberitahunya bahwa kemarin, Ibunya Evan datang mengunjunginya. Tetapi Evan malah biasa saja menanggapi kabar itu.
"Sudah beberapa tahun berlalu, kau masih belum memaafkannya?" tanya Nenek.
"Memangnya maafku masuk akal untuknya? Sejak dia meninggalkanku, aku tidak punya hubungan apapun dengannya." balas Evan dengan sinis.
.
Nenek kecewa mendengarnya, ia lalu mengganti topik menanyakan seseorang bernama Maulita yang kabarnya sudah lulus dan akan pulang. Tapi Evan malah tak tahu menahu tentang itu.
Sepertinya orang yang mereka bicarakan adalah seorang wanita. "Bukankan kamu tidak punya pacar bertahun-tahun lamanya? Karena itu kamu menunggu Lita?" goda Nenek.
Evan menyangkal, dia menganggap Lita hanya sebagai adik. Nenek tak percaya mendengarnya, "Kalau Lita kau anggap cuma sebagai adik, lalu apa Kau itu itu gay? Apa Kau mencintai Aron?
"Nek!!!"
"Aku tahu. Gara-gara ibumu, kau jadi kurang bisa memercayai siapapun. Tapi nenek sudah tua. Kuharap kau menemukan seseorang yang mencintaimu. Seseorang yang bisa mengurusmu, baru nenek akan merasa tenang. Siapapun yang kau suka, nenek juga akan suka."
"Asal kau tidak menikah dengan Aron saja. Kalau itu sampai terjadi, Nenek kan bingung harus menyebut Aron sebagai apa, cucu atau cucu menantu?"
"Nek, jangan terlalu memikirkan masalah itu. Aku akan memikirkan masalah pernikahan sesegera mungkin."
"Apa kau sudah punya pacar?"
"Semacam itulah."
"Apa maksudnya? Kalau punya, bilang saja iya. Kalau tidak, yah bilang tidak."
Apa para manajer tua di perusahaan itu memberi Evan banyak pekerjaan sampai Evan tidak punya banyak waktu untuk mencari pacar? Katakan saja, Nenek akan menangani para manajer tua itu."
"Aduh, Nek. Aku mengerti."
"Baguslah."
**
Malam harinya, Tamara mencari informasi tentang Evan Li yang ternyata seorang Presdir yang paling terkenal di Kota tempat tinggalnya.
Di tengah kesibukannya membaca informasi tentang Evan Li, tiba-tiba teman Tamara yang bernama Feli datang. Dia sudah tahu tentang perselingkuhan Zaki dan teman semasa kuliahnya dulu. Dan bahkan wanita ja lang itu juga memposting foto mereka di medsos.
"Kumohon kau jangan patah hati demi si ke pa rat Zaki itu." geram Feli.
Tapi Tamara bahkan sudah tidak mempedulikan masalah itu lagi. Feli melihat apa yang sedang ditelusuri oleh Tamara di internet dan langsung lega mengira kalau Tamara sudah tidak patah hati lagi, malah sedang mengejar target baru. Tapi kenapa Tamara kini mendadak tertarik dengan Evan Li?
"Belakangan ini kau mengikuti berita tentangnya dan Aron, kan? Apa kau mengenalnya dengan baik?" tanya Tamara.
"Iya lah. Tanya saja apa yang ingin kau ketahui."
"Aku menginginkan info kontaknya atau alamat rumahnya."
Feli heran, apa Tamara jatuh cinta pada Evan Li? Tamara lalu membisikinya tentang penyakitnya yang jelas saja membuat Feli kaget setengah mati. Kenapa Tamara tidak mengatakan dari dulu?. Setidaknya kan dia bisa menemani Tamara ke rumah sakit.
"Jadi maksudnya pendonor yang cocok dengannya adalah Presdir Evan Li? Kalau begitu, ayo cari dia. Tapi tidak mudah untuk masuk ke gedung perusahaannya tanpa reservasi." gumam Feli.
Namun,i tak perlu khawatir, Feli memiliki banyak ide. Ia langsung menghubungi teman-temannya untuk menanyakan lokasi yang sering didatangi Evan Li. Dia bahkan menjanjikan hadiah untuk siapapun yang bisa ngasih informasi. Hingga akhirnya ada yang memberitahu bahwa Evan itu suka berenang di kolam renang Atlantis setiap hari Rabu jam 3.
"Rabu? Besok hari Rabu bukan?" tanya Tamara dengan girang.
"Besok aku akan pergi ke Atlantis dan menangkapnya di sana."
Evan Li pria berusia 29 tahun, seorang elite di Kota tempat tinggalnya. Seorang pebisnis yang terkenal dan kekayaan yang melimpah. Bisnis yang dimilikinya termasuk bisnis real estate, produksi drama seri, elektronik, dll.
Tapi dia low profile, selalu sembunyi-sembunyi, dan tidak pernah diberitakan di media. Satu-satunya yang media ketahui tentangnya hanyalah dia teman baiknya Aron. Bahkan banyak yang mengira kalau mereka itu pasangan gay. Hah?
Itulah sedikit informasi yang didapatkan oleh Feli tentang siapa sebenarnya Evan Li. Keesokan harinya, kedua gadis itu pun pergi ke kolam renang untuk memburu Evan.
Tamara melihat seorang pria muda yang sedang mondar-mandir di depan pintu, mereka lalu pura-pura selfie untuk memperhatikannya lebih dekat. Tapi, sepertinya dia pernah melihat cowok itu deh.
Feli dengan asal saja menduga kalau pria itu mungkin orang ketiga di antara hubungan Evan Li dan Aron. Sebenarnya cowok itu bernama Wendi. Wendi merupakan asisten Evan Li. Wendi tak kalah ganteng dari Evan, selain tampan Wendi juga memiliki otot tubuh bak roti sobek seperti kegemaran wanita. Dan Wendi, selalu mengikuti Evan Li ke mana pun dia pergi bak bayangan Evan.
Bahkan kabarnya, Wendii bisa mengerti setiap pergerakan Evan Li. Jadi yang harus mereka lakukan adalah menyingkirkannya dulu, baru mereka bisa masuk ke dalam dengan bebas. Tapi bagaimana caranya?
"Aku punya ide!" bisik Tamara.
"Apa?" tanya Feli serba ingin tahu.
Dan Tamara menjawabnya dengan menendang Feli hingga hampir terjatuh. Mengerti maksudnya, Feli langsung saja berguling-guling sambil jejeritan lebay dan sontak Tamara pun langsung ikut jejeritan pura-pura meminta pertolongan pada satu-satunya orang yang ada di sana, Wendi, pria tampan yang mereka anggap pacar Evan Li.
Tamara bahkan berteriak lebay mengklaim jika kaki temannya itu patah dan dia sekarat. "Tolongin, dia!" Wendi malah cuek, maka Feli langsung pura-pura pingsan.
Baru saat itulah Wendi akhirnya mulai sedikit peduli dan membuka pintu. Tapi dia cuma menyarankan Tamara untuk meminta pertolongan pegawai yang bertanggungjawab atas tempat ini saja.
"Sudah, tapi tak ada seorangpun yang datang. Kumohon, tolong dia."
Wendi ragu karena itu artinya dia harus meninggalkan bosnya. Tapi akhirnya dia mau juga mendekati Feli untuk mengecek keadaannya.
Tapi ketika Feli bergerak mencoba meraihnya, Wendi malah refleks menjauh lalu mengambil kain sebagai pengganti sarung tangan sebelum kemudian mengulurkan tangan yang terlindungi kain itu ke Feli.
"Kau ngapain?"
"Membantumu berdiri."
"Memangnya aku kotor?"
"Maaf, aku tidak suka menyentuh tubuh orang asing."
"Yaelah, inih orang benar-benar gak suka cewek, ya?" batin Feli.
Yah, sudah. Feli langsung menggenggam tangannya sambil mengisyaratkan kepada Tamara untuk masuk. Saat Wendi hendak mengejar, Feli sontak menggelandoti kaki Wendi dan mencengkeramnya erat-erat.
"Nona, apa yang kau lakukan?"
"Kakiku patah. Kalau aku cacat, kau harus bertanggung jawab padaku seumur hidupmu!"
"Apa maumu sebenarnya?"
Bingung, Feli langsung saja membuka kancing jas dan sabuk celannya Wendi lalu teriak-teriak heboh hingga semua orang menganggap Wendi melakukan hal yang tak senonoh padanya. Orang mengira jika Wendi mau memperk**sa Feli. Seketika itu pula, muncul dua orang sekuriti.
"Kapan aku memperk**samu?"
"Kau memang mempek**saku. Kau harus tanggung jawab atau akan kulaporkan ke media."
Wendi langsung terdiam galau sambil menutupi bagian itunya. Ia tidak menyangka jika wanita itu akan lebih menakutkan seperti ini.
Tamara yang telah berhasil mengecoh Wendi dengan bantuan Feli pun pergi, Tamara berteriak mencari bos Evan hingga akhirnya dia menemukan Evan sedang berenang dan langsung heboh meminta Evan Li untuk keluar dan mengajak bicara dengannya.
Evan yang langsung mengenalinya sebagai wanita aneh yang menganggap mobil Evan sebagai taksi online berkata, "Apa kau punya penyakit suka masuk tanpa izin? Terakhir kali, kau masuk ke mobilku tanpa izin. Sekarang apa lagi maumu?"
"Terakhi kali, kau sudah membantuku. Sekarang aku datang untuk mengucap terima kasih."
"Kau pikir aku akan percaya? Katakan saja apa yang ingin kau sampaikan?"
"Tuan Li, bagaimana pendapatmu tentang aku?"
"Maaf, aku tidak suka."
"Bukan begitu, jangan salah paham. Maksudku bagaimana pendapatmu tentang kondisi mentalku?"
"Apa sebenarnya maksudmu?"
Tamara akhirnya berhenti berbelit-belit dan mengaku bahwa beberapa hari yang lalu, dia di-diagnosis menderita leukemia. Tapi dia cukup beruntung karena dokter bilang kalau dia menemukan donor yang cocok untuknya, dan orang itu tinggal di kota ini.
"Maksudmu aku orangnya?"
"Betul sekali. Andalah orangnya, makanya aku selalu berpikir kalau anda sangat familier. Pertemuan kita bukan sebuah kebetulan. Ini takdir."
"Maaf, aku tidak mengenalmu." Dengan nada ketus dan dingin, Evan lalu berenang menjauh.
Tamara langsung mengejarnya sambil meyakinkan kalau Evan pasti akan mengenal dengan baik bahkan bisa berteman kalau mereka bertemu beberapa kali lagi.
Sementara itu, Feli kini sedang mengikat kedua tangan Wendi di treadmill. Wendi pun heran, apa sebenarnya maunya?
"Tidak ada, Aku cuma ingin kamu diam dulu di sini untuk sementara waktu." jawab Feli dari pertanyaan Wendi.
"Kau mungkin sudah tahu kalau di sini ada kamera pengawas. Kalau kita mengecek rekamannya, kita akan tahu siapa yang memperk**sa siapa?"
Waduh, gawat. Feli buru-buru menghindar dengan alasan ke toilet. Dan melarang Wendi untuk tetap diam. "Jangan pergi ke mana-mana loh yah."
Tapi sebelum pergi, terlebih dulu Fei Fei mempercepat treadmill-nya.
Tamara heran, bukankah Evan memasukkan data dirinya ke sistem rumah sakit karena dia ingin membantu seseorang. Bahkan waktu mereka bertemu waktu itu, dia berpikir kalau Evan adalah orang baik.
Jika Tamara menghawatirkan Evan, Maka Evan sendiri tidak mengkhawatirkan tbuhnya
"Jangan khawatir! aku sudah bicara pada dokter dan dokter bilang tidak akan terjadi apapun pada tubuhku," sindir Evan
Tetapi, bukan begitu. Masalahnya, Evan Li adalah seorang pebisnis. Dia tidak akan menjual apapun tanpa mendapat imbalan. Dan membantu Tamara sama sekali tidak memberinya keuntungan apapun. Jadi, lebih baik Evan pergi saja.
"Tunggu! Tuan Li aku tahu mencarimu kemari tanpa permisi itu tidak benar. Beberapa hari yang lalu, aku tak pernah tahu kalau aku akan melakukan sesuatu seperti ini. Aku benar-benar tidak punya jalan lain. Aku ingin hidup."
"Maaf, aku benar-benar tidak bisa membantumu. Pergilah."
Tamara kesal. Baiklah, pada akhirnya dia benar-benar akan mati. Kalau begitu, dia akan mati dengan cantik saja sekarang.
"Menggunakan hidupmu untuk mengancam orang asing itu benar."
Namun, Tamara tak peduli dan langsung saja melompat ke kolam. Tapi Evan tetap tak terpengaruh dengan aktingnya, karena Tamara adalah salah satu pekerja dunia hiburan, jadi akting bukanlah hal aneh bagi Evan. "Percuma biarpun kau nyebur ke kolam. Cepat keluar.!"
Tetapi, sepertinya Tamara tidak bisa berenang dan tiba-tiba saja dia mengambang tak bergerak. Evan kontan cemas dan bergegas masuk ke dalam kolam renang untuk menyelamatkannya.
Dia benar-benar cemas, tapi kemudian malah mendapati tangan Tamara mencengkeram erat lengannya. "Dasar!" Evan mengumpat kesal.
"Kalau kau tidak bangun, aku akan melakukan pernapasan buatan."
Evan langsung berniat menempelkan bibirnya, tapi Tamara sigap melindungi bibirnya pakai tangan. "Wah, ternyata kau benar-benar seorang aktris yah, pintar sekali dia berakting mati," Evan langsung mendorongnya dengan kasar lalu pergi.
Tak menyerah begitu saja, Tamara dan Feli kembali membuat berbagai macam rencana untuk memburuh Evan Li meski harus membunuhnya.
**
Seusai kegagalan di kolam renang, kini keduanya kembali menempuh usaha lagi. Tempat yang Tamara datangi adalah kantor perusahaan milik Evan Li. Dengan pedenya Tamara nyelonong masuk. Sayang, artis muda itu harus punya ID-card dulu. Seorang sekuriti bertanya, " Maaf, Nona ... Anda pegawai dari departemen mana?"
"Aku bukan pegawai, tapi aku harus bertemu dengan Pak Direktur, karena ada urusan mendesak."
Si sekuriti langsung nyinyir mendengarnya,"Jangan mimpi untuk menjadi seorang putri, pergi aja sana!"
"Aku sungguh punya urusan mendesak untuk disampaikan pada Pak Direktur,"
"Apa Pak Evan mengenalmu?"
"Aku pernah bertemu dengannya dua kali. Jadi aku mengenalnya."
"Kalau begitu, kau harus buat janji dulu."
"Apa kau bercanda? Kalau aku bisa buat janji, kenapa juga aku ada di sini? Kakak, tolong izinkan aku masuk."
"Masalah ini berhubungan dengan nyawa manusia."
"Gadis kecil sepertimu suka berbohong. Pergi, pergi."
**
Kembali gagal dalam kurun waktu sedekat ini. Maka Tamara pun melancarkan cara kedua: Jadi pegawai cleaning service. Dan kesempatan itu datang saat dia melihat Evan berjalan di dekat Lobi perusahaan. Tamara langsung menghadang Evan, tapi lagi-lagi Tamara kembali diacuhkan oleh Evan.
Hingga akhirnya dia memakai cara paling ekstrem. Mendatangi kantornya Evan dengan perut buncit dan mengaku pada resepsionis kalau dia hamil anak dari Direktur perusahaan mereka. Semua itu dilakukan oleh Tamara agar ia bisa disembuhkan.
Tapi si resepsionis dengan santainya menanggapinya dengan memberinya nomor antrian. "Kau pikir aku ingin berobat ke dokter?"
"Sebelum Anda, ada beberapa wanita hamil lain yang menunggu di sana." kata Resepsionis sambil menunjukkan sekumpulan wanita berperut buncit di sofa terdekat. Para wanita itu juga mengaku telah hamil anak Evan Li.
Saking kagetnya, Tamara sampai menjatuhkan bantal yang dia jadikan perut buatan. Terus, kapan dia bisa ketemu Tamara? Tapi Resepsionis bilang bahwa yang akan mereka temui nanti bukan Evan Li, melainkan pengacaranya. Tamara langsung ngacir ketakutan.
Tamara lalu menelepon Feli untuk melaporkan kegagalan misinya lagi. Saatnya menjalankan rencana B. Tamara pun menunggu Evan di luar gedung.
Cukup lama hingga menunggu sampai kakinya kesemutan hingga akhirnya dia melihat Evan Li keluar kantor. Yang tak disangkanya, Evan menemuinya dan mendadak berkata bahwa dia bisa membantu Tamara.
Tamara jelas senang mendengarnya. "Tuan Li, Anda benar-benar orang yang sangat baik."
Tapi Evan belum selesai bicara. "Ada syaratnya."
"Apapun itu, aku akan setuju."
"Jangan menyetujuinya secepat itu."
"Benar. Apa yang kau katakan memang benar. Tapi, aku tidak mau melakukan sesuatu yang melanggar hukum."
"Ayo kita menikah."
"APA?" Kedua mata Tamara nyaris copot saking kagetnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!