NovelToon NovelToon

Muara Cinta Maulana

Shock

Pagi ini seorang pemuda tampan sedang berada di depan cermin. Menghias diri agar penampilan tidak memalukan dirinya saat bertemu dengan sang pujaan hati.

Sesekali ia bersiul senang. Sesekali ia terkekeh kecil ketika mengingat kejutan yang akan ia berikan untuk sang pujaan hati.

''Oke! Saat nya membuat kejutan! Ara pasti senang melihat kedatangan ku! Mak.. Abang paling ke rumah Maura bentaran yak? hihihi... jangan marah atuh Papi... Abang pasti pulang kok!'' imbuhnya lagi.

Lana terkikik geli saat mengingat bagaimana kemarin Papi Gilang marah-marah padanya karena ia tidak mau pulang kerumah nya dulu.

Papi Gilang memaksa nya pulang karena ada hal serius yang ingin ia bicarakan menyangkut dengan masa depan Lana.

''Hihihhi .. jangan marah ha...'' Lana terkikik geli saat mengucapkan kata-kata itu didepan cermin.

''Oke! Kita pulang! Berikan kejutan pada gadis kecilku itu. Tunggu Abang, Dek!''

Setelah selesai Lana dengan segera keluar dari camp untuk menuju rumah nya. Jarak antara camp Lana dan rumahnya sekitar tiga jam lamanya.

Ia mengendarai motor sport nya yang dihadiahkan oleh Papi Gilang saat ia berusia tujuh belas tahun.

Dengan semangat enam lima, Lana mengendarai kuda besi itu dengan sedikit kencang.

Berharap sang pujaan hati tidak pergi kemana-mana. Karena ia tau jika hari ini, gadis pujaannya itu bertugas sebagai guru di pesantren tempat ia bersekolah dulunya.

Lana tersenyum-senyum sendiri saat mengingat kejutan yang sudah ia siapkan untuk Maura.

Tiga jam kemudian, Lana tiba di depan gang rumah Maura. Dari kejauhan rumah itu terlihat seperti sedang mengadakan acara.

Lana memicingkan matanya melihat tenda-tenda berdiri dengan hiasan yang begitu indah.

Belum lagi janur kuning yang menggantung di depan pintu masuk pagar rumah Maura.

''Ayo cepetan! Ih lama banget sih kamu?! Itu pengantin pria nya udah tiba loh .. ayo ah! Lelet amat sih kayak keong!'' ketus seorang gadis memakai baju kebaya berwarna biru sama dengan tenda di depan rumah Maura.

''Ishh..Sabar napa?! Ini sendal tinggi amat yak? Jika bukan karena Maura yang menyuruh aku pun tidak mau memakai nya! Ck!'' gerutu gadis satu lagi yang berjalan beriringan.

Lana terkekeh mendengar gerutuan dari si gadis yang sedang lewat di depan nya itu. ''Diam ah! Kalau Maura tau kamu menolak memakai sendal tinggi seperti ini saat pernikahan nya pasti ia marah padamu! Secara kan ini hari spesial untuknya? Aku dengar jika lelaki ini sangat tampan dan seorang ustadz sekaligus CEO di sebuah perusahaan. Beruntung banget ya Maura mendapatkan calon imam seperti itu? Ck! Aku jadi iri deh..''

Deg!

Jantung Lana berdegup kencang saat mendengar jika pengantin itu adalah Maura.

Ia pikir Almira yang menikah. Ia terus mengikuti dua gadis yang terus bercakap-cakap tanpa sadar jika Lana sedang menguping pembicaraan mereka dari belakang.

''Hooh! Betul itu! Maura sangat beruntung! Tapi aku dengar jika Maura sudah dijodohkan sejak kecil dengan seorang pemuda anak dari seorang pengusaha.. Gi.. Gi.. Gi apa sih? Lupa aku!''

''Gilang Bhaskara!''

Deg!

''Ya, Gilang Bhaskara. Bukankah tadi kulihat jika orang itu ada disana? Tapi kenapa tadi sekilas aku melihat wajahnya begitu dingin? Namun mata nya itu mengembun seperti ingin menangis?''

''Iya ya. Aku pun melihat istrinya tadi. Nyonya Alisa. Bahkan wajahnya itu sembab. Seperti nya keluarga Maura sudah mengecewakan mereka kali ya?''

''Entah lah! Kita tak perlu tentang masa lah itu. Yang penting kita di undang Maura untuk menjadi pagar ayu di hari spesial nya.''

Deg!

Lagi, jantung Lana berdegup kencang. Apa maksud mereka? Apakah Maura menikah dengan orang lain?

Tapi kenapa? Beribu pertanyaan muncul di benaknya saat ini. Ia menengadah ke atas, terlihat disana sebuah janur kuning yang begitu indah.

Tidak! Bukan itu. Tapi nama yang tersemat di janur kuning itu.

''Maura dan Alif? Maura?? Maura ku?? Ara?? Adek? Nggak! Itu nggak mungkin! Ini pasti bohong! Akan kutanyakan pada Bapak-bapak itu saja!'' gumam nya menggeleng tak percaya sambil mendekati seorang bapak-bapak memakai pakaian batik senada dengan yang ada dalam rumah itu.

''Permisi Pak!''

''Oh iya Nak?''

''Ini siapa yang menikah ya?'' tanya Lana pada Bapak-bapak itu.

Bapak itu tersenyum melihat Lana yang begitu penasaran. Namun mata itu begitu sendu, terlihat jelas di mata tua bapak itu.

''Putri kedua nya Pak Madan, Nak..'' sahutnya masih dengan menatap Lana.

Wajah Lana sudah pias sekarang. Ia menelan ludah begitu sulit saat mendengar ucapan pria paruh baya itu.

''Maura??''

''Ya! Maura! Maura Putri Kartika! Putri kedua dari Pak Madan dan Ibu Aini.''

Ddddduuuaaarrrr...

Suara petir menggelegar di telinga Lana. Ia menggeleng tak percaya. ''Nggak! Bapak pasti salah!'' bantah Lana.

''Beneran Nak.. itu Maura. Tuh pengantin nya udah duduk di kursi akad. Sebentar lagi mereka akan melakukan ijab Qabul.'' jelas bapak itu lagi.

Membuat Lana benar-benar runtuh dan hancur seketika. Kakinya lemas tak bertulang. Ia oleng ke belakang hingga menubruk sebuah tenda penyambut tamu dan jatuh terduduk ditanah.

Air matanya mengenang dan mengalir di pipi mulusnya. Bapak tadi yang melihat Lana jatuh terduduk, mendekatinya.

''Astaghfirullah!! Bangun Nak! Istighfar!!'' pekik bapak itu.

Membuat seseorang yang berdiri di depan pintu rumah Pak Madan terkejut. ''Abang!!'' pekiknya.

Deg!

''A-abang?? Bang Lana?'' beo sang pengantin. Tubuhnya membeku seketika saat tatapan mata mereka bersiborok.

Papi Gilang berlari mendekati Lana. ''Putraku! Bangun Nak!'' ucap Papi Gilang dengan segera mengangkat tubuh lemah Lana.

Hatinya seperti di tusuk ribuan jarum saat melihat Lana tak menyahuti ucapannya. ''Bangun, Nak! Inilah yang Paling takutkan! Kemarin kan sudah Papi bilang, kamu pulang dulu ke rumah agar Papi bisa menjelaskan. Tapi kamu-,''.

''Pi???'' panggil Lana dengan tatapan kosong nya.

Papi Gilang terdiam dari Omelan nya. ''Nak??''

''Itu nggak benar kan Papi?? Itu bukan Maura kan ya? Itu Almira kan?'' tanya Lana lagi masih dengan tatapan kosongnya.

Papi Gilang tak tahan melihat putranya begitu shock saat ini. Air mata itu jatuh membasahi pipi mulusnya yang terlihat awet muda di usia paruh baya nya.

''Sabar sayang... Maura bukanlah jodoh mu. Dia jodoh orang lain .. Maura bukanlah tulang rusukmu nak.. ikhlaskan! Ya?'' bisik Papi Gilang di telinga Lana.

Lana menatap kosong pada pemandangan di depan sana. Ia melihat gadis yang begitu ia cintai berdiri didampingi oleh pemuda lain.

Mata itu mengembun. Lagi dan lagi buliran bening mengalir semakin deras di pipinya. Begitu juga dengan sang pengantin.

''Maura...'' lirih Lana.

''Abang...'' balas Maura.

Alisa berdiri mematung di depan Maura. Ia menatap datar pada sang pengantin dan juga mantan yang dulu pernah melamar nya pada saat masih sekolah Menengah pertama.

''Kau lihat Kak Madan? Putra ku hancur karena keegoisan mu! Sekarang nikmati acara ini dengan sukacita. Nikmati acara ini diatas hati seorang anak manusia yang begitu terluka karena keegoisan kalian berdua! Aku menyesal mengenal mu kak Madan! Sangat menyesal! Kau telah menghancurkan mimpi putra ku!! Selamat Nak! Kau berhasil membuat putra Mak hancur dalam satu hari tepat disaat ia kembali untuk meminang mu menjadi isterinya!''

Ddddduuuaaarrrr...

''Tidaaaaaakkkkk...''

💕💕💕💕

Assalamualaikum... pembaca setia othor..

Ini karya ke lima othor ya.

Berkisahkan tentang Lana dan Maura. Adik Ira Sarasvati pada karya othor yang ke empat.

Jika kalian belum pada tau, yuk mampir dulu sama Mak dan papinya.

1. Aku bukan pembawa sial.

2. Pelabuhan Terakhirku ( Kamu bukan pembawa sial)

4. Janda kembang. Dan..

4. Cinta dalam nestapa.

Mampir ya! Othor tunggu loh.. tanpa kalian apalah daya othor penulis remehan ini. Hiks..

Jika kalian suka, letakkan di rak favorit kalian.

Dukung karya othor ini dengan like, komen, bunga dan vote ya! 😁😁

Hihihi..

Othor tunggu!

Love you all... 😘😘

Wassalamu'alaikum..

Salam hangat Author

Melisa

Hancur lebur

Mak Alisa berdiri mematung di depan Maura. Ia menatap datar pada sang pengantin dan juga mantan yang dulu pernah melamar nya pada saat masih sekolah Menengah pertama.

''Kau lihat Kak Madan? Putra ku hancur karena keegoisan mu! Sekarang nikmati acara ini dengan sukacita. Nikmati acara ini diatas hati seorang anak manusia yang begitu terluka karena keegoisan kalian berdua! Aku menyesal mengenal mu kak Madan! Sangat menyesal! Kau telah menghancurkan mimpi putra ku!! Selamat Nak! Kau berhasil membuat putra Mak hancur dalam satu hari tepat disaat ia kembali untuk meminang mu menjadi isterinya!''

Ddddduuuaaarrrr...

Bagai dihantam petir disiang bolong. Tubuh Maura limbung ke samping. Ia jatuh terduduk di kursi pengantin nya.

Mak Alisa melanjutkan lagi ucapan nya. ''Tega sekali kau Kak Madan! Dulu, kau dan istrimu yang datang kepada ku untuk meminta Lana menjadi salah satu menantu mu! Tapi apa? Kau menipu kami Pak Madan Yang terhormat! Demi menuruti seseorang kau menghancurkan hidup putraku!! Tidakkah kau tau selama ini, jika putri mu dan putraku itu sudah bertunangan? Dirumah ku! Kau mengikat putraku dengan perkataan mu! Lalu sekarang apa? Kau ingin menyangkal nya Aini? Tak kusangka, kalian serigala berbulu domba! Licik sekali! Kau rebut hati anakku untuk bisa kau jadikan alat untuk menjaga putrimu! Tapi ketika kau mendapatkan calon menantu yang sepadan, kau membuang putraku!''

''Kejam kau Pak Madan! Kau mengingkari janji mu kepada putra ku! Kau lihat di sana? Lihatlah! Bagaimana keadaan putraku saat ini. Bahkan untuk berdiri saja ia tidak sanggup! Benar-benar tega kau Pak Madan!''

''Dan kau Maura! Kau sudah berhasil menghancurkan hidup anak Mak hingga hancur lebur. Kalau sudah seperti ini, bisakah kamu mengembalikan lagi senyuman Lana yang telah hilang? Lihat disana! Bagaimana ia begitu terpuruk! Kau tega Nak! Sangat tega! Jika memang ini tujuan mu dan Abi mu, kalian berdua berhasil! Selamat untuk kalian berdua! Semoga kalian selalu berbahagia diatas penderitaan yang putraku alami karena ulah mu! Mulai sekarang, kau bukanlah siapa-siapa kami lagi! Kau hanya orang asing untuk kami! Selamat! Sekali lagi selamat!'' Ucap Mak Alisa panjang lebar.

''Ayo, nak kita pulang! Lihat Abang mu. Pasti setelah ini akan seperti mayat hidup! Raga tanpa nyawa!''

Deg!

''Tidaaaaaakkkkk... aaaa.... bang Lana... adek mau bang Lana... haaaaa... abaaaang...'' pekik Maura begitu kuat.

''Kakak kecewa pada mu, Dek! Kakak pikir kamu bisa membujuk Abi mu untuk menolak lamaran ini. Sementara kamu sudah ditunangksn dengan Lana! Kakak benar-benar kecewa padamu!'' imbuh Ira, dengan segera ia bangkit dibantu oleh Raga.

Karena saat ini ia sedang hamil anak ke tiga mereka. ''Hati-hati Hunny! Kami pulang Pak Madan yang terhormat! Dan anda Pak Alif, apakah anda tidak bisa melihat seperti apa pengantin anda ini? Anda masih ingin menikahi nya? Saya benar-benar kecewa dengan anda, Pak Alif! Sangat kecewa!'' imbuh Ragata, dengan segera ia meninggalkan rumah pengantin yang sedang berduka itu.

Melihat kepergian keluarga besar Lana, Maura menangis semakin kencang.

''Tidaaaaaakkkkk... abaaaang... haaaaa... aaaa.. kalian jahat! Kalian paksa aku untuk menikahi pemuda ini! Pemuda yang kalian paksa untuk menikahiku! Aaaaa.... bang lanaaaa... adek mau bang Lana aaaa... huaaaa.. adek ikut abaaaang...aaaaa...'' ucapan Maura terhenti saat tiba-tiba mata itu buram dan gelap.

Brruukk.

''Maura!!!'' pekik Pak Madan.

''Astaghfirullah ya Allah.. apa yang sudah aku lakukan??'' pekik Pak Madan penuh amarah.

Ia menatap Ummi Aini dengan rahang mengetat. Ingin sekali ia menghajar wanita paruh baya itu.

''Ini semua karena kesalahan mu! Aku akan membalas mu Aini!''

Deg!

Deg!

Wanita paruh baya itu mematung di tempat.

''Abi...''

TBC

Terpuruk

''Maura!!!'' pekik Pak Madan. Ia berlari mendekati putrinya yang jatuh tak berdaya dalam pangkuan calon suami nya.

''Astaghfirullah ya Allah.. apa yang sudah aku lakukan??'' pekik Pak Madan penuh amarah. Ia begitu marah saat ini.

Putri kecilnya harus terluka karena paksaan dari ummi Aini. Ia menatap Ummi Aini dengan rahang mengetat. Ingin sekali ia menghajar wanita paruh baya itu.

Matanya memerah karena menahan amarah. ''Ini semua karena kesalahan mu! Aku akan membalas mu Aini!''

Deg!

Deg!

Wanita paruh baya itu mematung di tempat. Ia tak bisa bergerak. Tubuhnya membeku karena mendengar dan melihat ucapan suami tercinta nya begitu sekarang.

''Abi...'' panggil Almira.

''Apa yang harus Abi perbuat nak? Inilah yang Abi takutkan makanya Abi menolak tegas lamaran nak Alif kemarin. Anda lihat Pak Bram! Putri saya hancur karena permintaan anda! Sekarang saya harus apa?!'' pekik Pak Madan.

''Itighfar Abi...'' lirih Almira. Ia memeluk Abi Madan dengan erat.

''Adek mu Mira! Abi harus apa? Dua orang yang saling mencintai dan saling membutuhkan sejak mereka masih kecil, sekarang terpuruk Nak? Abi harus gimana? hiks..'' lirih Pak Madan dengan air mata yang beruraian membasahi pipi nya.

Ia tak malu lagi dengan calon besan serta tamunya. ''Hiks.. angkat dulu adek Abi.. nanti kakak yang akan menggantikan posisi adek untuk menjadi pengantin Bang Alif..'' lirih Almira begitu pelan di telinga Pak Madan.

Seutas senyum terbit dari bibir sang calon mempelai. Sementara Pak Madan menoleh pada putrinya.

''Kamu beneran Nak?? Kamu tidak keberatan?'' tanya Pak Madan. Ia menatap bola mata Almira untuk mencari kebohongan disana.

Almira mengangguk dengan wajah merona. Calon mempelai pria terkekeh melihatnya. ''Saya tidak keberatan digantikan eh Almira Abi.. saya ikhlas!'' ucapnya masih dengan kekehan di bibir nya.

Pak Madan melihat wajah Almira yang tersipu malu. ''Baik! Acara pernikahan ini akan tetap lanjut. Saya minta waktu satu jam untuk mengurus masalah ini! Dan kamu Alif, saya pegang ucapan mu!'' tegas Pak Madan.

''Ayo! angkat dulu adek ke kamarnya. Biar dia bisa istirahat.'' imbuh Almira.

Pak Madan mengangguk. ''Tolong yang lainnya persiapkan saja apa yang harus di persiapkan untuk menyambut tamu. Saya permisi sebentar!'' nih Pak Madan dengan segera ia membawa Maura untuk masuk kerumah dengan melewati ummi Aini yang mematung di depan mereka.

Sementara kekacauan di pihak mempelai wanita selesai, kini keluarga Alisa yang sedang terluka melihat Lana terpuruk seperti itu.

''Bangun, nak! Kita pulang! Tidak usah memikirkan gadis itu lagi! Masih banyak gadis lain di muka bumi Allah ini! Ayo! Kamu mau melihat Mak mati berdiri disini karena melihat mu seperti ini?'' tanya Mak Alisa dengan wajah datar namun air mata itu mengalir membasahi pipinya.

''Sayang.. anak lagi sedih kok ngomong gitu sih?'' tegur Papi Gilang.

''Pulang!'' tegas Mak Alisa.

Lana masih terdiam. Pemuda tampan dengan tubuh tinggi tegap itu masih menatap kosong pada rumah itu.

Melihat itu Mak Alisa geram. ''Baik! jika kau tak ingin pulang, maka tunggu saja kabar tentang pengumuman tentang Mak di mesjid nanti!''

Deg!

Lana tersentak, dengan cepat ia berdiri dan mendekati Mak Alisa yang sudah berlalu di ikuti oleh Ira dan Raga.

''Mak! Abang pulang! Tapi jangan ngomong gitu! Abang nggak bermaksud Mak? hiks..'' Isak Lana dengan memeluk Mak Alisa.

Mak Alisa memejamkan matanya. Buliran bening itu terus mengalir di pipinya. Ia membalas pelukan Lana.

''Pulang!'' titahnya lagi. Satu kata yang tidak bisa dibantah oleh Ira dan Lana juga adik-adik nya yang lain.

''Hiks.. Abang pulang! Tapi naik motor. Mak sama Papi aja ya?''

''Ya,'' sahut Mak Alisa datar.

Dengan segera Lana memakai jaket nya kembali begitu juga dengan helm full face nya.

Dengan segera ia mengendarai motornya hingga hilang di tikungan jalan. Melihat itu, Mak Alisa semakin teriris hatinya.

''Papi...'' panggilnya.

''Ya, sayang. Kita pulang! Kakak sama Abang ikut kerumah ya?''

''Iya, Pi!'' sahut Ira dan Raga.

Dengan segera satu keluarga yang sedang hancur itu pulang meninggalkan kediaman keluarga Madan Al Farizi.

TBC

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!