Tangis bayi yang menggema seluruh ruangan, rambutnya yang berwarna merah terang seperti langit fajar, matanya yang biru bersinar seperti laut biru, seorang putri kerajaan telah lahir di kerajaan matahari terbit itu istana Asahi.
Sang ayah menangis haru sambil memeluk putri kecilnya itu beserta sang ibu yang juga menangis haru ia telah berhasil melahirkan seorang putri cantik dan bayi itu di beri nama Rin Hikari.
...***...
'Kerajaan Asahi adalah rumahku aku hidup sebagai putri yang di cintai seluruh masyarakat dan juga keluargaku, rumah yang hangat dan akhirnya dalam sekejap rumah itu menjadi pertumpahan darah di mana pada malam itu aku kehilangan ibuku dan juga rumahku hanya berlangsung dalam satu malam, dan sekarang aku menjadi buronan seluruh kerajaan yang bersekutu dengan kerajaanku bahkan suku-suku pun juga ikut mengincarku. Dan di sini dimulainya penderitaanku untuk bertahan hidup di hutan yang gelap serta melanjutkan perjalanan mencari dan mengumpulkan 12 zodiak lainnya,'
***
"Urghhh rambut ini selalu membuatku geram, kenapa rambut ini harus berwarna merah dan juga bentuknya juga acak-acakan," kesal Rin sambil menata rambutnya dengan sisir.
"Tuan Putri, sang Ratu ingin bertemu anda," panggil seorang pelayan.
"Rin, masih belum bersiapkah?" tanya sang ibu langsung mendekati putrinya itu.
"Ibu lihat rambut ini acak-acakan sekali bentuknya yang ikal warnanya yang merah, sungguh aku tidak suka rambut ini," ujar Rin kesal.
Sang ibu tersenyum sambil menata dan menyisir rambut anak gadis semata wayangnya itu. "Rambutmu itu istimewa, warnanya yang merah menyala seperti pantulan matahari saat terbit fajar, jadi kau harus belajar menyukai rambutmu itu," ujar sang ibu sambil menyisir rambut sang putri.
"Ibu, aku sungguh tidak menyukai rambut merah ini. Kenapa rambutku merah padahal rambut ibu dan mendiang ayah berwarna cokelat,"
Sang ibu sedikit tersenyum. "Karena kamu istimewa, rambutmu sudah ibu tata cantikan?"
Ternyata sang ibu menata rambut putrinya dan memberinya beberapa hiasan jepit bunga sakura di rambutnya.
"Wah cantiknya," ujar Rin menatap cermin dengan mata yang berbinar-binar.
"Benarkan, ibu sangat menyukai rambutmu itu jadi cobalah untuk mencintai rambutmu ya,"
Lalu sang ibu pergi keluar kamar dan menghadiri beberapa rapat di ruangannya.
Jika di ingat-ingat waktu kematian ayah dulu sang ibu sempat depresi dan posisinya memimpin kerajaan terancam karena waktu itu ayah memimpin kerajaan dengan baik. Tapi akhirnya ibu kembali dan memimpin kerajaan dengan baik.
***
"Besok putriku akan berusia 17 tahun jadi aku berharap kepada kalian untuk datang," ujar sang ratu mengumumkan tentang ulang tahun anaknya.
"Hidup ratu Hikari ratu ke IV," suara gong berbunyi memberi kata hormat kepada sang ratu.
"Hidup ratu ke IV, hidup ratu Ke IV, hidup ratu ke IV," sorak para masyarakat.
Lalu sang ratu pergi dan menyusul putrinya yang masih bersiap di kamar.
"Ibu masuk, ah ada kakek juga ya," sang ibu langsung hormat pada ayah mertuanya.
"Tuan putri kau harus memakai jubah ini dan segera sisir rambut lalu pakai hiasan ini," cerewet pelayan.
"Ini saja sudah cukup aku sedang malas memakai jubah atau mahkota atau semacamnya," tolak Rin berteriak lalu pergi menuju kepada sang ibu.
"Rin kau masih bersikap seperti itu, kasian Shuo kau marahi terus," ujar sang ibu menatap iba pelayan Rin.
"Apa ibu sudah selesai mengumumkannya? ah padahal aku juga mau menyapa masyarakat," ujar Rin kesal.
"Hehehe wajahmu yang cantik walaupun seperti itu besok adalah hari penting buatmu bukan?" tanya sang kakek juga menghampiri cucunya itu.
"Besok adalah hari ulang tahunmu, jadi berdandan lah secantik mungkin karena besok ibu akan mengenalkanmu pada calon tunanganmu,"
"Heh?"
Rin terkejut mendengar apa yang baru saja ibunya katakan. "Ta... Tapi aku tidak berpengalaman dengan cinta, aku belum pernah pacaran bagaimana ibu bisa mengatakan seperti itu," ujar Rin kesal dengan pipi merah merona malu.
"Oh benarkah? lihat saja besok kau pasti akan mencintainya, ibu tahu itu hehehe," ujar sang ibu menggodanya sambil tertawa kecil.
"Heeeeh, tunangan?"
"Selamat putri akhirnya anda tidak akan hidup sendiri lagi hehehehe nikmati masa remaja anda sampai besok," goda Shuo si pelayannya sambil tertawa kecil.
"Sh... Shuooo,"
Dari kejauhan sang kakek memandangi cucu semata wayangnya itu dengan raut wajah sedih, besok dia akan berusia 17 tahun 19 maret adalah ulang tahunnya bintang pisces ya. Kakek merasa khawatir hal yang ia takutkan selama ini cepat atau lambat akan datang. Ya datang.
"Kakek," Rin menghampiri kakeknya karena sadar sang kakek sedang membuat ekspresi khawatir terhadapnya. "Kenapa?"
"Ah, tidak kakek baik-baik saja. Bagaimana keadaanmu hari ini apa kau merasa kurang sehat? atau ada sesuatu yang terjadi pada tubuhmu?" tanya sang kakek memeriksa cucunya itu.
Mengingat sang kakek adalah peramal dan juga di sebut sebagai biksu atau orang penyampaian pesan dari dewa untuk semua umat. Bukan itu saja kakek juga seorang tabib istana yang bisa menyembuhkan berbagai penyakit.
"Aku baik-baik saja kek, sungguh!" ujar Rin tersenyum ceria.
"Walaupun kau tersenyum seperti itu, kau terlihat menyembunyikan sesuatu dari kakek. Baiklah jika ini sudah tidak sanggup kau tanggung sendiri ada baiknya kau langsung bicara pada kakek, mulai dari sekarang kakek akan terus di kuil, jaga dirimu ya,"
Sang kakek pergi dengan senyum, tapi Rin tahu jika menyembunyikan hal ini akan membuat kakeknya semakin kepikiran. Tapi Rin harus tahu sendiri sebenarnya apa yang sedang terjadi pada dirinya? apa yang akan menjadi takdirnya? san siapa tunangannya.
Memikirkan hal itu membuat kepala Rin sedikit pusing. Namun sejak beberapa hari ini Rin berhasil masuk kekuil kakeknya tanpa sepengetahuan dan membaca sebuah catatan 'Takdir' apa itu pesan dari tuhan?
Kakeknya selalu menghabiskan waktu di kuil, beliau jarang keluar dan tidak boleh sembarangan masuk kekuil suci itu bahkan hanya keluarga kerajaan saja yang mengetahui kuil itu, bahkan kuil suci sebagai persembunyian kakeknya juga di rahasiakan. Kuil itu, sejak Rin keluar dari kuil itu hatinya mulai merasa gelisah, ia mempunyai tanda lahir seperti ukiran rasi bintang dan naga merah, itu bersinar menyala ketika Rin melihat dirinya di kaca di dadanya ada sebuah tanda. Tanda apa itu? waktu kecil Rin juga sempat gelisah karena tanda merah itu kembali betsinar terang awalnya Rin merasa kalau tanda lahir itu hanya tanda biasa. ada apa dengam dirinya? siapa kakeknya sebenarnya? 'Takdir' apa itu?
Semoga saja tanda yang bersarang di tubuhnya itu adalah hal biasa semoga saja itu bukan ancaman atau sebagainya, ini menakutkan.
Next.
^^^ ^^^
Hari yang di nanti-nantikan telah datang hari ini putri akan berusia 17 tahun, terlihat ia di dandani oleh beberapa pelayan. Memakai kimono cantik layaknya seorang putri bangsawan memakai mahkota semuanya benar-benar serba mewah.
"Rin,"
"Ibu, ada apa?"
"Tidak, hari ini kau sangat cantik oh iya ibu memberimu kado ini dari ayah lho," ujar sang ibu memberi sebuah kotak kecil.
Rin menerimanya lalu membukanya ternyata isinya_ "Ibu?"
Rin menoleh kepada sang ibu yang ternyata tiba-tiba menghilang dari kamarnya, Rin pun keluar dari ruangannya lalu menghadiri pestanya. Ternyata banyak sekali orang yang datang, masyarakat besorak mencintainya, semua orang terlihat bahagia, banyak cinta yang ia dapat hari ini.
"Selamat ulang tahun tuan putri semoga kau berumur panjang, di berkati selalu," ujar orang-orang memberinya berkat.
"Rin, selamat ya sekarang kau sudah menjadi gadis dewasa," ucap sang ibu memeluk anak gadis semata wayangnya itu.
"Ibu, apa maksud dari kotak itu?"
"Wah selamat datang jenderal," sambut sang ibu mengabaikan pertanyaan putrinya.
"Suatu kehormatan bagi saya Ratu terima kasih telah mengundang hamba," ujar jenderal itu lalu menoleh pada Rin yang juga memandanginya.
'Ada, ada apa ini kenapa perasaan ku bergejolak saat melihatnya. Rambut merah dan matanya itu benar-benar mirip seseorang, apa dia yang selama ini, di dekatku orang yang benar aku cari selama ini? '
'Jendral? Siapa dia kenapa jantung ku berdebar kencang melihatnya rambut yang berwarna Orange matanya juga orange seperti api yang membara, ada apa dengan orang ini?'
Keduanya saling bertatapan cukup lama dan merasakan perasaan yang bergejolak.
"Ah maaf ya ibu belum memperkenalkan jendral baru kita namanya Ryou sekarang dia adalah pengawal barumu, oh ya Ryou ini putriku harta karun ku yang paling imut sedunia putri Hikari Rin," ujar sang ratu memperkenalkan keduanya.
"Salam kenal tuan putri mulai sekarang mohon kerja samanya dan selamat ulang tahun untukmu kau tampak cantik hari ini dengan rambut merahmu," ujar sang jenderal secara blak-blakan sambil memberi salam hormat sambil membungkuk.
Tiba-tiba saja jantung Rin berdegup kencang dan pipinya memerah. 'Di... Dia memuji rambut merahku,'
"Ah iya salam kenal,"
***
"Ibu bagaimana ceritanya dia menjadi jenderal di sini?" tanya Rin penasaran.
"Oh itu, ibu juga tidak tahu kronologinya kata kakek dia menemukan seorang pemuda yang berlumuran darah lalu membawanya ke istana dan menhobatinya di kuil oleh kakek," ujar sang ibu.
"Orang luar? apa ibu tidak takut? bagaimana dia adalah mata-mata, aku takut hal yang sama terjadi pada ayah," ujar Rin dengan raut mata yang sedih.
"Sejujurnya ibu takut, tapi kakek sendiri yang melihat nasib pemuda itu jadi kakek percaya kalau dia hanya seorang pemuda pengembara,"
Pemuda pengembara? Dia dari luar, sejak tadi Rin tidak bisa menahan perasaan gejolak ini dan ini juga membuat dadanya sedikut sakit sesuatu sedikit bersinar tanda Rin bersinar walau masih redup dan cahayanya belum jelas.
Tiba-tiba Rin merasa kalau ada yang mengawasinya. Ada yang mengawasinya tapi kenapa? siapa yang mengawasinya hawanya gelap sekali seperti nafsu ingin membunuh
"Oh ya Rin hari ini ibu akan mengumumkan calon tunanganmu. Kau akan menikah suatu hari nanti agar dapat meneruskan tahta kerajaan," ujar sang ibu tersenyum.
"Me... Menikah? ibu bagaimana aku bisa menikah, aku tidak mau di jodohkan,"
"Ibu yakin kau pasti akan menyukainya, ah itu dia orangnya," tunjuk sang ibu pada pemuda tampan sambil tersenyum mendekati mereka.
"Salam hormat ratu," ujarnya memberi salam sambil membungkuk.
"Y... Yan," Rin terkejut.
"Hai Rin selamat ulang tahun,"
"Ah cinta anak muda membuat ibu iri, ya sudah ibu akan pergi ke pertemuan dulu ya,"
Sang ratu pun pergi meninggalkan ruangan Rin.
"Yan kau datang," ujar Rin terharu memeluk Yan.
"Hehehe sepertinya kau tambah cantik saja, ini hadiah untukmu jepitan sakura ini akan cocok dengan rambutmu," ujar Yan memasangkan jepit rambut yang berukiran bunga sakura yang berwarna pink itu.
"Rambutmu sangat indah seperti angit fajar,"
Jantung Rin kembali berdegup ketika Yan memuji rambut merahnya.
Yan adalah putra dari menteri suku langit bernama Ao Sahi dia merupakan kerabat dari mendiang sang raja yang juga berdarah bangsawan, bersekte Ao salah satu fondasi dari kerajaan Asahi dan sekarang Yan sudah menjabat sebagai panglima penyusun strategi tidak di ragukan lagi dalam hal mengurus strategi perang dengan umurnya yang masih 19 tahun Yan sudah bisa menguasai tekhnik berpedang juga kepala dari para panglima perang.
***
"Heee, jadi kaulah menjadi tuanganku?" tanya Rin terkejut juga syok dan juga wajahnya merah padam karena tidak tahu bahwa yang akan menjadi tunangannya adalah teman masa kecilnya sekaligus cinta pertamanya.
"Umm aku juga terkejut aku kira kau juga akan menikah dengan raja dari kerajaan lain agar bisa bersekutu memperluas wilayah kekuasaam dengan bergabungnya dua kerajaan," ujar Yan juga merasa aneh.
"Tidak apa-apa tahu aku senang bahwa yang menjadi tunanganku adalah orang aku kenal.
***
15 tahun yang lalu
"Rin lihat aku memberimu bunga yang cantik lho," ujar Yan memberi Rin sebuah bunga mawar yang cantik.
Rin masih sangat kecil ia masih syok setelah kehilangan ayahnya, setelah itu ibunya mengalami depresi dan Yan lah orang yang selalu menghibur Rin. Yan sering ikut dengan ayahnya ketika ada pertemuan antar suku di kerajaan, saat itu Yan selalu bermain dengan Rin setelah itu mereka menjadi sahabat layaknya adik kakak.
"Rin mau menangis ya, sini menangislah jika itu membuatmu tenang aku akan di sini memelukmu," ujar Yan menghibur Rin.
"Rin tidak menangis kok, ayo bermain,"
Saat bersama Yan, Rin bisa tertawa dan bersemangat. Rin juga sering di temani kakeknya bermain dan memberi Rin seekor tupai lucu yang ternyata bisa berbicara, tupai kecil itu di beri nama Kiichu dan Rin selalu berbicara dan bermain dengan tupai kecilnya itu. Saat itu pula Yan juga masuk ke kehidupannya memberi warna, menhabiskan waktu bersama, Yan juga sering tidur dengan Rin dan menceritakan cerita dongeng sehingga akhirnya Rin bisa tersenyum lagi dan seiringnya waktu berjalan Rin jatuh cinta pada Yan.
"Yan saat kita dewasa nanti mari menikah,"
***
Rin menatap dirinya di cermin besar di kamarnya, ia tak berhenti memandangi dirinya dan rambutnya. Rambut yang ia benci ternyata banyak yang menyukainya, perkataan Yan selalu terngiang di dalam bayangan Rin ketika Yan mengatakan rambut merahnya sangat indah seperti langit fajar. Rin merasa kalau ia mulai menyukai rambut merah tomatnya ini.
"Aku harus berterima kasih pada ibu,"
Malam yang gelap Rin berlari ke ruangan ibunya, malam ini angin juga berhembus kuat. Perasaan Rin juga gelisah perasaan apa ini? ia harus menemui sang ibu di ruangannya sambil sedikit memasang senyum bahagia bahwa hari ini ulang tahun terindah dalam hidupnya ia benar-benar merasa di berkati.
"Ibu, ruangannya tidak di kunci?" Rin membuka ruangan sang ibu dan_
Sorot matanya berubah, air mata langsung jatuh senyuman yang buat selebar mungkin hilang. Ia melihat dengan mata kepalanya bahwa Yan telah menghunus ibunya dengan pedang. Ibunya tergeletak darahnya keluar banyak sekali ia melihat tatapan seram dari Yan.
"Ti... Tidak mungkin,"
Next.
"Ibu, ibu, ibu...," Rin berlari memasuki ruangan ibunya yang kini sudah tergeletak tak bernyawa.
Makhluk itu berdiri dengan seringainya dia memegang pedang telah menusuk ibunya hingga meninggal. Ao Yan berdiri dengan menyeringai sambil tertawa keras puas akan kejadian itu.
"Yan, apa maksud semua ini? kau, kenapa kau kenapa kau membunuh ibuku?" tanya Rin sambil menahan isak tangisnya dan perasaan marahnya, matanya seketika berubah terlihat api-api membara dari dalam matanya.
Yan sedikit menjauh, perasaannya sedikit takut ketika menatap mati gadis yang sedang menangisi jasad ibunya. "Perasaan takut apa ini?"
"Kenapa kau membunuh ibuku? kenapa?" teriak Rin sangat keras terdengar suaranya gemetar dan juga marah.
Beberapa prajurit menghampiri Rin sambil mengacungkan pedang mereka, seorang penasihat Yan memasuki ruangan.
"Yah putri kecil sudah mengetahuinya ya, karena saksi mata maaf tuan putri aku harus membunuhmu juga," ujar penasihat Yan bernama Kae.
Rin menatap penasihat itu dengan tajam, seperti yang di rasakan ada perasaan takut. Penasihat Kae memalingkan wajahnya tidak melihat mata Rin. "Apa... Apaan mata itu?"
"Jika kau ingin tahu kenapa aku membunuh ratu karena ratu tidak menyetujui kita menikah, bukankah kau mencintaiku? menyakinkan sang ratu saja tidak bisa,"
Mata Rin menyolot perasaannya seperti hancur berkeping-keping, apa maksud dari perkataanya?
"Asal kau tahu, kau dan ibumu sudah tidak layak lagi berkuasa dan memerintah kerajaan Asahi. Aku juga akan membunuhmu dan aku akan menjadi raja karena satu-satunya aku yang punya darah bangsawan, karena aku gagal menikahimu maka aku tidak butuh persetujuan juga untuk membunuh sang ratu," ujar Yan menyeringai licik.
"Kenapa? sebelumnya kau mengatakan bahwa kita akan bertunangan dan ibu menyetujuinya dan sekarang aku bahkan jijik melihatmu,"
"Kau polos seperti biasanya aku hanya menipumu, kau tahu karena ibumu tidak setuju aku menikahimu karena dia juga tahu bahwa suku langit akan memberontak maka waktu yang tepat untul menidurkannya sekarang,"
Mendengar itu Rin merasa sangat kecewa, apa ia di tipu tapi ibunya sendiri yang bahkan mengatakan Yan tunangannya. Ah tidak sepertinya bukan.
Flash Back di ruangan Rin.
"Ibu akan memperkenalkan orang yang akan bertunangan dengan mu,"
Yan tiba-tiba memasuki ruangan Rin.
"Ah, orangnya datang," ujar sang ratu
"Salam hormat ratu dan putri,"
Sang ratu dan putri memberi salam balik sambil tersenyum manis, namun ada yang berbeda dari senyuman sang ibu pada hari itu dan caranya menatap Yan sepertinya ia tidak menyukainya.
Ada satu yang janggal, jika ibu ingin memperkenalkannya dengan tunangannya dia pasti akan memperkenalkan Yan. Tapi ketika Yan masuk keruangan ibunya segera pergi meninggalkan ruangannya, ibunya tahu kalau Rin mencintai Yan dan juga tahu kalau Yan adalah penyelamat putrinya ketika sang raja meninggal, ratu mengalami depresi dan tidak bisa menghibur Rin dan Yan lah yang selalu bermain dengan Rin.
Maka itu seperti toleransi sang ibu masih membiarkan putrinya bermain atau berbicara dengan Yan karena menurut nalurinya Yan pasti hanya berbicara atau main seperti biasa dengan Rin makanya sang ibu tidak lanjut bicara atas siapa tunangan Rin. Sebelumnya sang ratu telah mendengar pemberontakan yang akan di lakukan oleh suku langit tapi ia tidak tahu bahwa pemberontak itu adalah Yan perwakilan dari menteri perang suku langit.
Back Story
Rin sekarang tahu permasalahan dan kecerobohannya, ternyata ini sebabnya Yan membunuh ibunya dan lagi Yan hanya menginginkan tahta. Meski Rin tidak terlalu tahu seluk beluk politik tapi suku langit sejak kematian ayahnya mereka selalu melakukan keributan dan tetap ingin mengambil tahta. Ketika ibunya mengambil alih kuasa dia juga banyak dapat pinangan dari raja lain tapi sang ibu menolak mentah-mentah dan mengambil alih kerajaan, sejak saat itu kerajaan sedikit tenang meski ibunya hanyalah wanita biasa tapi dia bisa memimpin kerajaam dengan baik tapi suku langit masih tidak terima alasan karena kerajaan belum pernah di pimpin wanita dan seharusnya raja yang memimpin kerajaan ini.
***
Terlihat jenderal Ryou sedang berjaga-jaga karena ia mendapat kabar bahwa tadi siang ada orang mencurigakan yang berkeliaran di sekitar kerajaan.
Ryou masih berpikir sejenak mungkinkah itu tuan yang ia cari-cari selama ini? ia bahkan rela meninggalkan kuil sucinya demi mencari sang tuan.
"Apa, apaan itu tuanku adalah seorang wanita? ku kura dia adalah raja atau semacam pria kuat yang memiliki kekuatan tangguh, bukan gadis kecil yang sepertinya tidak bisa apa-apa. Lagipula aku pernah dengar bahwa pemimpin 12 zodiak selalu laki-laki, apakah pada generasi ini berbeda? tapi ini sudah 2000 tahun sejak itu para pendahulu masih mengharapkan tuan mereka akan kembali. Tunggu_,"
Tiba-tiba Ryou merasa hawa dingin menyelimuti dirinya, malam yang dingin angin juga berhembus pasti malam ini akan terjadi badai. Tapi.
"Wanita itu_,"
Ryou segera berlari dan segera mencari sang putri ke kastilnya, pasti ada sesuatu yang tidak beres Ryou juga mendengar bahwa sepertinya penyusup itu mengintai sang putri.
Di lain itu Rin masih berdiri kaku mendengar penjelasan dari Yan, ia masih tidak percaya orang yang berdiri di depannya sekaligus orang yang di cintainya, bukan? mungkinkah Rin hanya menerima cinta satu sisi dan pendekatan itu hanya palsu. Teman masa kecilnya sekarang tertawa dan berubah menjadi iblis hanya demi tahta dia membunuh ibunya.
"Sayang sekali Rin, kau pasti salah paham sejak kecil aku sudah terlatih untuk menipu orang aku juga tidak akan melupakan kenangan di malam itu, jika kau ingin tahu lebih tahu bahwa sang ratu telah membunuh ibuku karena perasaan cintanya terhadap raja dan api kecemburuannya aku kehilangan kedua orang tuaku saat ayahmu juga kehilangan nyawanya,"
Mendengar itu Rin terkejut. "Tidak... Tidak mungkin," Rin sangat frustasi mendengarnya, bahwa ibunya yang telah membunuh ibu Yan dendam pribadi Yan dan dia membalas dendam kedua orang tuanya untuk membunuh ibu Rin.
"Jika kau juga terobsesi dengan cinta maaf aku tidak ada perasaan sedikitpun padamu,"
Mendengar itu lagi hati Rin semakin hancur rasanya hatinya telah hancur berkeping-keping ternyata ya orang yang di cintainya hanya cinta satu sisi. Rin menangis sejadi-jadinya tidak percaya ini semua Rin berharap ini semua adalaj mimpi dan ia akan bangun besok pagi dengan baik-baik saja.
"Jadi tuan Yan bagaimana karena tuan putri sudah menjadi saksi mata pembunuhan ibunya sendiri?" tanya penasihatnya.
"Bunuh tuan putri,"
Mendengar hal itu kaki kecil Rin langsung berlari menghidari tentara-tentara kerajaan yang ingin membunuhnya rasanya Rin mempunyai harga untuk hidupnya jadi ia tak boleh mati keinginan hidupnya sangat kuat.
"Orang... Orang yang ku cintai,"
Rin sedikit mengingat kalau senyuman Yan masih melekat di hatinya bahkan jepit rambut sebagai hadiahnya itu adalah hadiah berharga yang Rin dapat.
"Dia monster,"
Next.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!