NovelToon NovelToon

Gadis Pembayar Hutang

Pertemuan...

"Aku tidak tertarik sama sekali dengan mu,, kenapa malah kamu yang datang kemari,, lebih baik kamu pulang! aku ingin kakakmu yang berada disini," ucap seorang pria yang sedang duduk di kursinya sambil merokok,, kedua kakinya masih menggunakan sepatu dan terjulur di atas meja dengan santainya.

"Aku saja jangan kakakku,, aku akan menggantikan dia,, kakakku akan menikah dua hari lagi," ucap Syakila dengan tenang meskipun saat ini dia sedang ditatap oleh seorang pria.

Pria bernama Syden itu tersenyum sinis begitu mendengar ucapan Syakila.

"Apa perduli ku jika kakakmu akan menikah dua hari lagi,, suruh dia kesini paman mu sudah berjanji bahwa Mila yang akan membayar hutang-hutang pamanmu yang tidak berguna sama sekali itu," ucap Syden.

"Hati-hati bicara mengenai pamanku,," ucap Syakila.

Syden langsung tertawa lepas begitu mendengar ucapan Syakila.

"Untuk apa kamu membela pamanmu itu,, mana ada seorang paman yang baik akan rela menumbalkan keponakannya sendiri demi menyewa wanita murahan di luaran sana,, dia merelakan kalian menjadi budak dari pria lain, dan kamu malah masih membela nya," ucap Syden lagi.

Syakila merasakan sakit di dadanya karena memang benar yang diucapkan oleh Syden,, tetapi karena dirinya adalah keponakan yang dirawat sejak kecil,, Syakila tidak terima jika ada yang menjelek-jelekkan pamannya sendiri,, meskipun Syakila sangat membenci sifat pamannya yang suka main perempuan,, mabuk-mabukan dan juga berjudi.

"Bagaimana pun dia itu adalah pamanku,," ucap Syakila lagi.

Syden lagi-lagi tertawa begitu mendengar ucapan Syakila.

"Lebih baik kamu pulang,, dan suruh kakakmu yang kesini," ucap Syden lagi.

"Kan sudah aku bilang,,, aku yang akan menggantikan kakakku jadi jangan ganggu kakakku lagi," ucap Syakila lagi.

"Aku akan menelepon pamanmu,, awas saja jika pamanmu itu berani mempermainkan aku," ucap Syden.

Syakila berjalan mendekat pada Syden.

"Tidak ada gunanya menelepon pamanku karena ponselnya jatuh dan langsung rusak," ucap Syakila lagi.

Syden langsung menatap tajam pada Syakila.

"Aku datang kesini untuk melunasi hutang paman ku,, kamu jangan khawatir aku bisa melakukan pekerjaan apa saja untuk melunasi hutang paman ku,, dan mulai hari ini juga aku bekerja disini,, jangan lagi memberi paman ku pinjaman," ucap Syakila.

Syden lalu berdiri dan mencondongkan tubuhnya ke depan Syakila.

"Apa pamanmu itu memberitahukan kamu dengan cara apa kamu harus membayar hutang nya?" ucap Syden yang posisinya sangat dekat dengan Syakila.

"Dengan cara bekerja di rumah mu,, mengurus rumah mu,, dan juga memasak untuk para pekerja yang ada di perkebunan mu," ucap Syakila.

"Apa itu saja?" tanya Syden sambil tersenyum miring.

"Iya," jawab Syakila.

"Kamu salah besar Nona,, pekerjaan mu tidak sesederhana itu,, sepertinya pamanmu tidak memberitahukan kamu yang sebenarnya," ucap Syden lagi.

"Apa maksudmu?" tanya Syakila tidak mengerti.

"Baiklah melihat kebingungan,, maka aku akan memberitahukan kamu,, jadi kamu ikut dengan ku sekarang," ucap Syden sambil melangkahkan kakinya menuju kamar pribadinya yang sangat mewah dan luas itu. Ruang kerja dan kamar pribadi Syden nampak terhubung.

Syakila lalu berdiri di ambang pintu kamar Syden.

"Kenapa malah diam disitu? bukankah tadi kamu mengatakan bahwa kamu akan melunasi hutang-hutang paman mu itu?" ucap Syden lagi.

"Iya aku memang mengatakan nya, tapi bukan berarti tidur dengan mu,," ucap Syakila.

Syden langsung tertawa lepas begitu mendengar ucapan Syakila,, kemudian Syden mendekat kepada Syakila,, menunduk untuk melihat wajah Syakila,, Syakila langsung mundur ke belakang dengan perasaan takut.

"Aku tidak tertarik padamu sama sekali Nona Syakila,, kamu jangan berlebihan berpikir bahwa kamu itu menarik hasrat ku, itu tidak sama sekali karena tubuh mu itu bukan tipe ku sama sekali," ucap Syden lalu, setelah mengatakan itu,, Syden berbalik dan jalan ke dekat ranjang besarnya,, Syden meninggalkan Syakila yang masih betah berdiri mematung di tempatnya saat ini,, Syakila merasa antara kesal dan juga senang.

Senang karena mendengar bahwa dirinya bukan lah tipe pria itu,, berarti dia akan aman,, kesal karena pria itu merendahkan dirinya.

"Kerja apa yang bisa aku lakukan di rumah mu?" tanya Syakila kemudian.

Syden melangkah lagi menuju sebuah pintu,, saat pintu itu terbuka,, terlihat walk in closed dengan isi yang fantastis,, ruangan dengan ukuran 4x2 meter itu dipenuhi dengan baju-baju mahal,, dasi,, sepatu dan di dalam sebuah lemari kaca juga berjajar jam tangan berbagai merk yang sangat mahal-mahal.

Syakila masih terdiam di depan pintu.

"Sekarang kamu yang mengurus semuanya,, mulai dari menyiapkan pakaian untukku,, membersihkan tempat ini,, kamarku,, ruang kerja ku,, kamar mandi ku juga mengurus makananku,, ingat satu hal semua ini barang mahal yang harus kamu jaga," ucap Syden.

Sungguh Syakila meratapi nasib,, apa gunanya dia kuliah susah payah mendapatkan beasiswa kalau hanya untuk jadi pembantu saja.

Syden mendekat kemudian berdiri hanya berjarak beberapa senti saja dari Syakila.

"Aku sangat tidak suka makanan berlemak,, aku tidak suka bakso,, soto ayam atau apalah yang sejenisnya,, tanya sama Bik Siti biar kamu tidak keliru dalam menyiapkan makanan untuk aku," ucap Syden lagi.

Hening kemudian.

"Kenapa malah diam,, kamu paham atau tidak?" tanya Syden.

"Ya aku paham," ucap Syakila.

"Terus satu lagi,, jika mamaku datang kesini jangan pernah menampakkan wajah mu di depannya," ucap Syden.

"Baik,, tapi aku belum tau mamamu itu yang mana," ucap Syakila.

"Bik Siti yang akan menunjukkan fotonya nanti," ucap Syden.

"Iya baik," ucap Syakila.

"Terus bagaimana dengan perhitungan gaji ku? biar aku tau sudah berapa banyak hutang paman ku yang aku bayar menggunakan tenaga ku," ucap Syakila lagi.

"Kevin yang akan melakukan perhitungan itu, tenang saja aku tidak suka menggelapkan tenaga orang lain,, jadi perhitungannya akan sesuai,, tapi satu hal yang mesti kamu ingat bahwa untuk melunasi hutang itu kamu mungkin akan menua tinggal disini,," ucap Syden.

Syakila tampak mengernyitkan dahinya,, sebenarnya berapa hutang pamannya itu yang sudah tega menggunakan ponakannya yang yatim piatu untuk melunasi hutang nya.

"Kamu bisa bebas dari sini tapi dengan satu syarat," ucap Syden lagi.

"Syarat apa?" tanya Syakila.

"Suruh Mila yang kesini menggantikan kamu,, maka kamu akan bebas,, Mila hanya membutuhkan waktu satu tahun saja untuk melunasi hutang itu," ucap Syden lagi.

"Apa bedanya aku dengan kakakku? toh kita juga akan melakukan pekerjaan yang sama," ucap Syakila lagi.

"Karena aku tertarik dengan kakakmu," jawab Syden sambil menyeringai.

"Jangan ganggu kakakku,, aku yang akan membayar hutang paman ku,, tidak perduli seberapa lama pun waktu yang dibutuhkan,," ucap Syakila.

"Aku akan beri waktu kamu untuk berubah pikiran,, apa kamu tidak sayang masa muda mu itu?" ucap Syden sambil berjalan mengitari tubuh Syakila.

Wanita di paviliun...

"Nggak apa-apa,, paman dan saudara-saudara ku sendiri selalu menganggap kami tidak berguna,, jadi tidak apa jika aku disini," ucap Syakila.

Syden langsung berhenti bergerak,, ada rasa iba yang dia rasakan begitu mendengar ucapan Syakila namun berusaha ditepisnya, dipandangnya rambut Syakila dari belakang dengan baju kemeja yang sudah lusuh dan berubah warna,, celana jins pun sama telah berubah warna,, dari celah baju yang tersingkap karena hembusan angin Syden bisa melihat kulit putih mulus Syakila,, wajahnya sekilas mirip dengan Mila wanita yang sangat digilai nya sebelum Mila menolak dirinya dengan mentah-mentah waktu itu.

"Aku beri waktu sampai besok,, jika Mila datang kesini maka kamu akan ku biarkan pergi," ucap Syden.

"Kak Mila tidak akan pernah kemari untuk menggantikan aku,, sudah aku bilang dia akan menikah dan juga dia sangat mencintai calon suaminya,,, jadi percuma saja jangan mengganggu dia, dan percuma juga kamu menginginkan dia,," ucap Syakila.

Syden mengepalkan tangannya,, Syden benar-benar kesal karena pria itu berhasil memikat hati wanita pujaannya.

"Ya sudah terserah kamu saja jika ingin membusuk disini," ucap Syden.

"Lalu kapan aku mulai bekerja?" tanya Syakila.

"Sekarang juga, biar hutang paman mu segera lunas," ucap Syden.

"Dimana kamarku?" tanya Syakila.

Syden segera menarik tangan wanita itu,, membuka pintu yang tertutup oleh lukisan besar, ruang kerja Syden.

Ada ranjang single bed di dalam ruangan itu,, benar-benar ruangan yang sangat aneh,, apa gunanya ruangan-ruangan itu jika keluarnya hanya melalui satu pintu,, kamarnya juga terlihat sangat rahasia,, berada di dalam ruangan kerja.

"Kamu bisa tidur disini jika mamaku datang kesini dan menginap,, jika mamaku tidak ada maka kamu bisa tidur di bawah,, tanya saja sama Bik Siti kamar mana yang bisa kamu tempati di bawah," ucap Syden.

Syden melangkah keluar sambil memegang ponsel yang berdering,, meninggalkan Syakila begitu saja yang tampak terlihat bingung harus bagaimana.

Beberapa saat kemudian,, Syakila bergegas turun ke bawah.

"Syakila,, ayo sini aku tunjukkan kamar mu," ucap wanita setengah baya itu,, Bik Siti lalu membawa Syakila ke kamar belakang.

"Ini kamar kamu,, sudah bersih,, kamu istirahat saja dulu,, besok baru kamu mulai kerja,, Tuan sudah memberitahukan tadi untuk mengajari kamu bekerja disini,, panggil saja aku Bik Siti,, dan juga panggil Tuan muda pada Tuan," ucap Bik Siti.

"Oh iya makasih Bik,, katanya hari ini aku udah mulai bisa bekerja," ucap Syakila lagi.

"Oh gitu,, Tuan muda yang bilang?" tanya Bik Siti.

Syakila tampak menganggukkan kepalanya.

"Ya sudah kamu bisa tunggu perintah dari Tuan saja disini sambil istirahat," ucap Bik Siti lalu segera keluar kamar dan menutup pintu.

Syakila tampak melamun setelah kepergian Bik Siti lalu setelah cukup lama terdengar suara ketukan pintu yang memecah lamunannya. Syakila dengan segera membuka pintu. Ternyata Bik Siti lagi yang datang menemuinya.

"Ini untuk mu dari Tuan," ucap Bik Siti sambil memberikan ponsel pada Syakila.

"Hah, untuk aku?" ucap Syakila.

"Iya,, kata Tuan,, ponsel ini harus selalu kamu bawa agar kalau Tuan membutuhkan sesuatu,, kamu bisa segera menyiapkan nya," ucap Bik Siti lagi.

Syakila mengangguk lalu Bik Siti kembali pergi. Setelah kepergian Bik Siti,, Syakila menatap ponsel mahal itu,, Syakila tidak pernah terbayangkan akan memiliki ponsel semahal itu namun nyatanya sekarang dia sedang memegang ponsel mahal itu.

Tiba-tiba sebuah panggilan telepon masuk,, tertera nama Tuan muda,, dengan nada dering lagu kesukaan nya, Syakila yakin itu hanya kebetulan saja,, Syakila tampak gugup untuk mengangkat panggilan telepon dari Syden.

"Ha..hallo," ucap Syakila sedikit gugup.

"Siapkan baju ku untuk acara malam ini,, baju semi formal,, aku hanya mau pakai kemeja dan juga celana bahan warna hitam," ucap Syden.

"Baik," ucap Syakila.

"Ingat,, jangan isi ponsel itu dengan nomor orang luar,, disitu hanya boleh ada nomorku dan juga nomor orang rumah disini," ucap Syden.

"Iya,," ucap Syakila lagi.

Panggilan pun diakhiri. Lalu Syakila segera menuju ke lantai dua,, dengan ponsel masih digenggaman nya.

Langkah Syakila langsung terhenti saat melihat Syden saat ini tengah tidur terlentang di atas tempat tidur tidak menggunakan baju,, sepatu juga belum di buka nya serta celana jins yang sudah terbuka kancingnya.

"Kenapa kamu malah terdiam disitu,, masuklah," ucap Syden.

Dengan cepat Syakila masuk ke ruang penyimpanan baju,, dada Syakila masih berdebar begitu melihat pemandangan barusan,, apakah pekerjaan nya tidak semudah seperti apa yang dia pikirkan sebelumnya?

Syakila lalu berdiri mematung di depan lemari pakaian,, pusing mau memilih warna apa,, sangat banyak baju di hadapannya,, akhirnya Syakila mengambil kemeja warna biru langit,, dan juga celana bahan warna hitam.

"Apakah anda suka jika memakai pakaian ini?" tanya Syakila sambil memperlihatkan baju pilihannya.

"Letakkan saja disitu,, aku akan memakainya," ucap Syden dingin tanpa melihat ke arah Syakila.

Syakila pun mengikuti ucapan Syden lalu segera keluar.

Orang kaya memang selalu aneh,, habis mandi kan dia bisa memilih baju sendiri sesuai dengan seleranya,, mengapa mesti memanggil aku? batin Syakila.

Syakila tampak menggerutu sambil melangkah turun,, dari jendela kaca besar dia bisa melihat ada bangunan paviliun yang terletak di samping rumah,, terlihat ada seorang satpam dan juga dua orang suster sedang menunggu seorang wanita.

Rasa penasaran membuat Syakila berjalan mendekat ke dekat jendela. Wanita yang sedang memakai piyama warna biru itu tampak sedang berbicara dengan sebuah boneka yang dipegangnya,, tersenyum lalu menangis,, dari kelakuan nya Syakila bisa melihat bahwa wanita itu seperti sedang gangguan jiwa.

Syakila segera berjalan ke dapur,, disana ada Bik Siti dan juga seorang gadis yang seusia dirinya.

"Kila,, kenalkan ini Laras,," ucap Bik Siti.

Gadis berkulit gelap itu segera menyalami Syakila sambil tersenyum ramah.

"Apa kamu mau puding? ayo makanlah," ucap Laras sambil menyodorkan puding itu pada Syakila.

"Apa ini jam makan?" tanya Syakila.

"Ayo makan saja kamu tidak perlu melihat jam," ucap Laras lagi sambil tersenyum pada Syakila.

"Em biasanya di rumah orang kaya selalu ada peraturan meskipun hanya jam makan," ucap Syakila lagi.

"Itu mungkin berlaku di rumah orang lain,, tapi di rumah ini tidak berlaku,, karena Tuan orang yang sangat baik," ucap Laras.

"Baiklah,, semoga saja begitu," ucap Syakila.

"Ayo duduklah disini," ucap Laras lagi sambil menarikkan kursi untuk Syakila duduk,, sedangkan Bik Siti masih sibuk menyusun piring yang telah dicuci.

Syakila tampak memakan puding itu,, perutnya memang belum terisi sejak tadi, namun dia sudah terbiasa menahan lapar.

"Oh iya aku tadi melihat ada seorang wanita yang dijaga oleh dua orang suster di paviliun,, itu siapa?" tanya Syakila yang penasaran.

Laras dan Bik Siti tampak saling pandang.

"Nanti saja kami ceritakan Kila," ucap Bik Siti.

"Iya, lebih baik kamu habiskan puding mu saja dulu,, sebelum Tuan memanggil kamu lagi," ucap Laras.

Larangan!

Nanti datang ke ruang kerja ku Syakila, isi pesan dari Syden.

Syakila yang sedang asik duduk di kursi kamar segera berdiri sambil mengikat rambutnya asal-asalan menuju ruang kerja Syden.

Syakila segera mengetuk pintu yang tertutup itu.

"Masuk," ucap Syden dari dalam.

"Bereskan semua kertas-kertas ini Syakila,, masukkan ke folder yang sesuai dengan jenis file nya, aku tidak perlu mengajari kamu,, karena kamu sudah pasti tau,," ucap Syden yang sudah berpakaian rapi di belakang meja kerjanya,, bau parfum mahal tercium jelas di indera penciuman Syakila.

"Iya," ucap Syakila.

"Bereskan secepat yang kamu bisa," ucap Syden lagi.

Syakila pun mengangguk.

"Kamu harus makan malam dulu kalau belum makan,, karena aku tidak mau pekerja ku sakit lalu bikin repot," ucap Syden lalu keluar namun tiba-tiba menghentikan langkahnya di ambang pintu.

"Dikotak P3K tersedia vitamin,, kamu bisa meminum nya setiap hari,, tanyakan itu pada Bik Siti dan juga pada Laras," ucap Syden lagi.

Sekali lagi Syakila menganggukkan kepalanya begitu melihat Syden telah keluar Syakila pun segera memulai pekerjaannya. Membaca dan memilah kertas-kertas yang ada di atas meja saat ini,,, entah kapan pekerjaan nya itu bisa selesai terlalu banyak yang harus dia kerjakan.

Syakila tiba-tiba berhenti ketika mendengar jeritan seorang wanita dari bawah,, sepertinya dari arah paviliun,, Syakila mengintip dari gorden yang sedikit tersingkap,, teriakan histeris dari wanita itu kembali terdengar.

Rasa penasaran membawa Syakila turun ke bawah,, menemui Laras yang sedang menyiapkan menu makan malam di nampan.

"Ada wanita yang teriak-teriak di paviliun," bisik Syakila pada Laras.

Laras pun menganggukkan kepalanya.

"Dia sakit apa?" tanya Syakila.

"Aku antar makan malam ini dulu,, baru nanti aku ceritakan yah," ucap Laras.

Laras pun segera mengangkat nampan yang berisi makanan itu.

"Apa perlu bantuan?" tanya Syakila.

"Tidak usah,, kamu tunggu saja disini," ucap Laras.

Syakila pun duduk di kursi ruang makan,,, seketika hening,, teriakan dari wanita itu sudah tidak terdengar lagi.

Laras terlihat membawa nampan yang berisi piring kosong dan juga gelas kosong, itu mungkin piring tadi siang.

"Bik Siti kemana?" tanya Syakila begitu melihat Laras telah menyimpan nampan itu.

"Bik Siti kalau malam memang tidak tidur disini,, tapi tidur di belakang di paviliun itu bersama dengan Pak Junaedi,,, suaminya. Kamu sudah lihatkan satpam yang di depan," ucap Laras.

"Iya," ucap Syakila

"Nah itu suami Bik Siti," ucap Laras.

Syakila pun mengangguk mengerti.

"Terus wanita yang berada di paviliun itu siapa?" tanya Syakila lagi.

"Kamu mau dengar ceritanya sekarang atau besok saja? bukannya kamu ada pekerjaan dari Tuan sekarang?" ucap Laras.

"Iya sih,, tapi aku nggak tau kapan selesainya,, karena banyak banget kertas yang harus aku pilih-pilih," ucap Syakila.

"Oh ayo kalau gitu aku temani sebentar sebelum Tuan pulang,, tapi aku tidak bisa membantu kamu,,, aku takut salah karena sekolah saja aku tidak tamat,," ucap Laras.

"Kamu berhenti sekolah di kelas berapa?" tanya Syakila sambil beriringan jalan dengan Laras menuju ke lantai dua.

"Kelas satu SMP,, orang tua ku tidak sanggup lagi membiayai aku Kila, padahal aku ingin sekali menjadi guru," ucap Laras.

Syakila prihatin pada Laras,, terbesit syukur dalam hatinya,, karena biar bagaimanapun keadaannya pontang-panting agar mendapatkan beasiswa,,, dia bisa sampai menyelesaikan kuliah nya,, namun Laras tidak seberuntung dirinya. Tapi mungkin gadis yang berada di sampingnya saat ini memiliki keluarga yang lengkap meskipun hidup seadanya.

"Sebelum ada aku siapa yang membersihkan kamar Tuan?" tanya Syakila sambil sibuk memilah kertas-kertas itu.

"Aku yang kerjakan tapi hanya sebatas bersih-bersih saja, aku tidak berani menyentuh,, meja kerja Tuan, kertas-kertas dan juga laptop Tuan,," jawab Laras.

"Sudah lama yah kamu kerja disini?" tanya Syakila lagi.

"Semenjak putus sekolah sampai sekarang," jawab Laras.

"Sudah lama juga yah," ucap Syakila.

"Iya," ucap Laras.

"Terus siapa wanita yang di paviliun itu?" tanya Syakila lagi.

Laras langsung menggeser tubuhnya sedikit ke dekat Syakila.

"Namanya Mbak Inka,, dia kakaknya Tuan," ucap Laras.

"Apa dia gila atau depresi?" ucap Syakila lagi.

"Kurang lebih sih seperti itu,, awalnya dia juga ikut mengurus perkebunan ini bersama suaminya,, setelah dia kecelakaan dan lumpuh satu tahun,, dokter mengatakan kalau dia tidak bisa hamil,, suatu hari Mbak Inka memergoki suaminya selingkuh dengan mata kepala Mbak Inka sendiri,, Mbak Inka memergoki suaminya sedang melakukan hubungan terlarang dengan salah satu asisten di perkebunan ini di sebuah kamar dekat gudang, Mbak Inka marah besar dan mengamuk lalu melempar suaminya dengan palu yang besar,, namun yang kena malah selingkuhan suaminya, wanita itu langsung dilarikan ke rumah sakit bahunya retak karena lemparan itu, lalu seminggu setelahnya suami Mbak Inka melayangkan gugatan cerai, kalau tidak mau diceraikan laki-laki itu akan melaporkan Mbak Inka atas kasus penganiayaan," ucap Laras.

"Bukankah itu bisa dilaporkan kembali dengan kasus perzinahan,, kan laki-laki itu terbukti selingkuh?" ucap Syakila lagi.

"Iya bisa tapi Bu Sinta tidak mau kalau kasus itu terlalu bertele-tele,, Bu Sinta memaksa Mbak Inka untuk menyetujui perceraian itu, lagian buat apa juga bertahan dengan suami pengkhianat seperti itu, selingkuhannya juga sudah hamil tiga bulan, namun akhirnya keguguran karena peristiwa itu, pas peristiwa itu pun Tuan Syden tidak di Indonesia,, dia sedang di luar negeri menyelesaikan S2- nya," ucap Laras.

"Berarti nama mamanya Bu Sinta yah?" tanya Syakila lagi.

Laras langsung mengangguk.

"Kapan-kapan kalau Bu Sinta datang kamu kabari aku yah,, Tuan bilang Bu Sinta tidak boleh melihat aku," ucap Syakila lagi.

"Iya,, beliau memang suka kesini seminggu dua kali untuk menjenguk Mbak Inka dan juga mengecek perkebunan," ucap Laras lagi.

"Beliau memangnya tinggal dimana? kok dia tidak tinggal disini?" tanya Syakila.

"Bu Sinta kerja jadi dosen,,, jadi dia tinggal di pusat kota bersama dengan adik laki-laki Tuan yang masih kuliah saat ini,," ucap Laras lagi.

"Oh kira-kira kapan Bu Sinta datang?" tanya Syakila lagi.

"Sepertinya akhir pekan nanti dia datang,, karena kemarin beliau baru datang," jawab Laras.

"Aku sungguh heran mengapa mamanya tidak boleh melihat aku disini? padahal aku juga pekerja disini," ucap Syakila heran.

"Karena Ibu sering memaksa Tuan menikah,, mungkin Tuan takut jika Ibunya nanti salah paham begitu melihat kamu,, karena kamu sangat cantik Syakila," ucap Laras sambil tersenyum.

Gadis berhidung mancung itu tersenyum tipis begitu mendengar pujian Laras,, karena dia tidak merasa cantik sama sekali.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!