NovelToon NovelToon

Binar Senja

Tentang Binar

Binar Senja Prajaya, gadis manis yang selalu ceria. Saat ini, Binar duduk di bangku kuliah semester lima di salah satu universitas terbaik di Kota Gudeg. Ia adalah putri tunggal dari pasangan muda yang nyentrik dan asik. Ayahnya seorang pengusaha (read: bukan CEO-CEO kaya raya seperti dalam cerita lain yang hartanya tidak habis tujuh turunan juga, ya. hihihi) dan ibunya seorang ibu rumah tangga yang merangkap menjadi mak othor platform pernovelan online.

Pagi ini, Binar bangun dengan wajah yang berseri-seri. Setelah terbangun dari mimpi indah bertemu sang pujaan hati. Siapa lagi kalau bukan cinta pertamanya, mantan kekasihnya saat SMA dulu. Meskipun Binar termasuk dalam jejeran gadis cantik dan manis, ia juga termasuk dalam golongan kaum gagal move on yang belakangan ini semakin merajalela. (Apa hubungannya? Entahlah). Sebenarnya banyak laki-laki yang mencoba mendekati Binar, namun gadis itu masih saja menutup pintu hatinya untuk lelaki manapun, selain untuk mantan kekasihnya tentunya.

Setelah bersiap, Binar datang menghampiri kedua orang tuanya di meja makan.

''Ma, nanti aku pulang malam ya, ada acara di kampus.'' kata Binar.

''Iya. Jangan pulang terlalu larut, uang saku minta papa kamu ya, mama lagi bokek nih belum cair tunjangan dari papa kamu.'' jawab mama Sari.

''Iya, nanti papa transfer.'' balas ayah Binar yang masih fokus dengan kopinya.

''Makasih, papa ganteng deh.'' Balas Binar sambil mencium pipi ayahnya.

''Hei, itu ayang beb mama, jangan sembarangan cium-cium lah kamu!'' teriak mama Sari.

''Yaelah ma, sama anak sendiri juga. Mama tuh pa, bucin abis.'' Ucap Binar yang masih saja heran dengan tingkah ibunya yang seperti abege sedang kasmaran. Namun, itu semua tentu saja menunjukkan keromantisan orang tuanya.

''Udah sana cepetan berangkat, keburu terlambat kamu nanti.'' kata mama Sari.

''Iya iya. Binar berangkat dulu ya pa, ma.'' jawab Binar.

''Eh, sarapan dulu, Bi. Kebiasaan deh kamu.'' teriak mama Sari.

''Ga keburu, Ma. Nanti saja di kampus. Assalamualaikum.'' jawab Binar sambil berlalu.

''Waalaikumsalam.'' jawab papa Ardi dan mama Sari.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 30 menit Binar sampai di kampusnya. Ia memarkirkan kendaraan roda empatnya di tempat biasa Ia parkir.

''Pagi mbak Binar, tumben gak telat.'' sapa pak satpam penjaga parkiran kampus.

''Pagi juga Pak Suga, masih ada lima menit lagi, amanlah.'' jawabnya sambil merapikan hijab yang ia kenakan.

''Nama saya Agus mbak, bukan Suga.'' jawab Pak satpam yang bernama Agus.

''Kalau dibalik kan jadi Suga pak.'' lanjutnya sambil cekikikan.

''Kalau dibalik ya tumpah to mbak.'' balas Pak Agus.

''Iya juga ya, yaudah saya duluan ya pak.'' balas Binar sambil berlalu.

''Mangga, mbak.'' jawab Pak Satpam.

''Semangat pagi dayang-dayangku, udah kangen aku belum nih?'' sapa Binar pada kedua sahabatnya.

''Dih, apaan sih.'' jawab Ara.

''Mulai kambuh nih anak.'' balas Lila.

Ara dan Lila adalah sahabat Binar. Mereka mulai bersahabat sejak pertama kali masuk bangku kuliah hingga sekarang.

Ara adalah gadis cantik yang cukup aduhai hingga membuat banyak mata lelaki tak kuasa menolak pesonanya. Banyak lelaki yang mencoba menggoda Ara, namun sayangnya Ara sudah bucin abis dengan kekasihnya yang sebentar lagi akan bertunangan dengannya. (Jodoh orang kok gampang banget sih yaa dapetinnya).

Sedangkan Lila, lebih kalem dan tenang, biasanya menjadi penengah jika Binar dan Ara sedang berdebat. Eits, Lila juga sudah punya kekasih. Lila dan kekasihnya berhubungan jarak jauh Jogjakarta-Ibu kota dan mereka sudah berpacaran sejak SMA.

Dan diantara mereka bertiga, hanya Binar yang masih saja menyabet gelar jomblo gagal move on. Bahkan, oleh teman-teman sekampusnya Binar sampai diberikan predikat sebagai ketua sebuah himpunan, apalagi kalau bukan HIMAJO (Himpunan Mahasiswa Jomblo). Gelar yang sangat membanggakan bukan? Ck.

''Ntar malam jadi kan kita nonton pertunjukkan teaternya?'' Tanya Lila.

''Jadi yuk, mumpung kosong nih jadwal.'' Jawab Ara.

''Jadilah, ada ayang beb tampil tau.'' Jawab Binar bersemangat.

''Dih, move on lah Bi, bangga amat sih lu gagal move on.'' balas Ara.

''Ntar lah, kalo udah capek.'' jawab Binar dengan gaya selengekannya.

Ya, mantan kekasih Binar adalah kakak tingkat dimana Binar duduk di bangku kuliah sekarang namun mereka berbeda jurusan. Binar dan Dani berpacaran saat Binar masih kelas XI SMA dan Dani kelas XII. Hubungan mereka berjalan kurang lebih satu tahun. Sampai pada akhirnya jalinan kasih mereka harus kandas saat Dani mulai fokus pada ujian akhir sekolah. (Salah satu senjata buat mutusin pacarnya, mau fokus belajar dulu. Ah.. basi gak sih?). Dan sialnya, saat ini Binar kembali satu almamater dengan dengan Dani. Karena ditinggal pas lagi sayang-sayangnya, Binar menjadi gagal move on, ditambah dengan intensitas seringnya mereka bertemu dalam beberapa kesempatan, menjadikan Ia semakin gagal move on saja.

Malam harinya, setelah rutinitas kampus yang cukup menguras tenaga. Binar dan kedua sahabatnya sudah nangkring di kursi penonton untuk menyaksikan pertunjukan drama andalan kampus mereka. Dani, mantan kekasih Binar adalah salah satu aktor dalam teater tersebut.

Alunan musik mulai dimainkan. Pelakon pertunjukan silih berganti memainkan peran. Tiba saatnya tirai diturunkan disertai gemuruh tepuk tangan penonton mewarnai gedung teater pertanda pertunjukkan selesai dimainkan. Para penonton mulai meninggalkan stage disertai dengan decak kagum atas pertunjukan yang baru saja mereka saksikan.

Binar, Ara, dan Lila pun beranjak dari tempat itu.

Sesaat sampai di pintu keluar gedung pertunjukan.

''Bi, kamu nonton juga. Makasih ya.'' kata Dani kepada Binar saat mereka berpapasan.

''Eh iya kak, keren seperti biasanya.'' balas Binar dengan senyum termanisnya.

''Makasih ya, Bi udah nonton tadi.'' balas Dani.

Belum sempat Binar menjawab, tangan Dani ditarik oleh seorang perempuan dan dibawa pergi menjauh dari tempat itu.

''Duh potek hati adik bang!'' teriak Binar ala-ala drama Indonesia yang nasib percintaannya berakhir dengan tragis.

''Makanya move on, udah tau Kak Dani banyak ceweknya. Masih aja cinta mati.'' balas Ara.

''Iya Bi, mending kamu move on deh dari Kak Dani. Aku gak tega lihat kamu patah hati terus. Balas Lila dengan bijak.

''Tidak semudah itu, Rosalinda! Udah yuk, cabut. Emak udah telfon mulu nih dari tadi.'' jawab Binar.

''Beneran kamu gak nginep di kos aku aja? Ini udah malam, Bi.'' tanya Lila.

Ara dan Lila mereka tinggal satu kos namun berbeda kamar. Maklumlah, mereka anak perantauan yang menuntut ilmu di kota pelajar.

''Enggaklah, aku balik ya. Takut disusul emak.'' jawab Binar.

''Hati-hati, Bi. Kabarin kalo udah sampai. Bye..'' jawab Ara.

''Yoi, kalian juga. Bye.'' balas Binar sambil berlalu menuju parkiran mobilnya.

Saat Binar sedang mencari kunci mobilnya, tiba-tiba tangannya dicekal seseorang dari belakang.

Calon mantu

''Eh, apaan nih. Lepas!'' teriak Binar.

''Loe jadi cewek ganjen banget sih!'' sentak gadis itu.

''Gimana? Maksudnya apaan?'' sengak Binar.

''Loe nggak usah pura-pura b*go deh. Jadi cewek sok alim banget. Udah sering kan gue bilang, jangan deketin kak Dani. Dia itu cowok gue!'' teriak gadis itu lagi.

''Siapa juga yang ganjen. Kaya enggak ada cowok lain aja.'' balas Binar.

'Eh gue tahu ya, kalau loe itu belum move on dari kak Dani. Jadi, gue peringati sekali lagi sama loe. Jangan coba-coba buat deketin kak Dani lagi. Dia itu enggak tertarik sama cewek modelan kaya loe! Awas aja loe berani kegatelan sama kak Dani!'' maki gadis itu sambil beranjak meninggalkan Binar.

''Amit amit jabang bayi. Buset deh.. Ada ya orang modelan kaya gitu.'' Gerutu Binar sambil melajukan mobilnya.

...ΩΩΩ...

Pagi hari ini, Binar sedang libur kuliah karena hari ini memasuki akhir pekan. Ia pun masih bermalas-malasan di kasur empuknya. Hingga suara menggelegar terasa menyakitkan menusuk telinga.

''Binar Senja Prajaya!'' teriak mama Sari. Jika nama lengkap Binar sudah terlontar dipastikan dunia emak sedang tidak baik-baik saja.

Dengan langkah gontai Binar beranjak dari kasur empuknya menuju lantai bawah.

''Ada apa sih, ma? Teriak-teriak kenceng banget.'' jawab Binar sambil menuruni tangga.

''Kamu tuh ya, anak gadis jam segini masih ngebo. Cepetan mandi, dandan yang cantik setelah ini kita ke rumah temen papa, kamu inget om Tomi kan?'' jawab mama Sari.

''Nggak pake mandi juga udah cantik, Ma.'' balas Binar.

''Iyadong, turunan dari Mama kamu itu cantiknya. Eh, kenapa jadi gini? Udah sana buruan mandi, jam 10.00 kita berangkat.'' seru mama Sari.

''Lagian, kenapa harus sama Binar juga sih, ma?'' tanya Binar.

''Ya pokoknya kamu ikut aja!'' perintah mama Sari.

''Iya, yaudah Binar siap-siap dulu. Naik ke lantai atas lagi ini? Tau gitu, mama aja tadi yang naik ke kamar Binar.'' jawab Binar.

''Ini bocah, sama orang tua juga.'' jawab mama Sari.

Setelah sekitar empat puluh menit menempuh perjalanan, rombongan keluarga Binar sudah sampai di sebuah kompleks perumahan elit di pinggiran kota Yogyakarta. Sesaat, Binar tertegun melihat rumah mewah tersebut. Rumah Binar memang sudah mewah, namun apabila dibandingkan dengan rumah yang saat ini ia pijak, jauh berkali lipat lebih besar dan sangat apik tentunya.

''Rumah siapa ini, ma? Mewah banget, bukan rumahnya sultan kan, ma?'' tanya Binar pada mama Sari.

''Ini rumah masa depan kamu.'' jawab mama Sari sambil merapikan hijabnya.

''Wah.. papa beli rumah baru ya, Ma?'' tanya Binar dengan antusias.

''Tanya aja sama papa kamu.'' balas mama Sari.

Setelah ayah Binar memarkirkan mobilnya, Binar menghampiri ayahnya.

''Pa, papa beli rumah baru? Buat Binar? Wah, papa keren benget!'' seru Binar.

''Enggaklah, papa mana ada uang beli rumah kaya gini.'' jawab ayah Binar santai.

''Papa nih sukanya gitu.'' balas Binar.

Setelah dipersilakan masuk oleh asisten rumah tangga di rumah itu, keluarga Binar sudah berada di ruangan yang cukup luas bernuansa modern minimalis.

Lamunan Binar memudar ketika suara sambutan menyambut kedatangan keluarga Binar.

''Hallo Ardi, apa kabar? Makin tampan saja kamu sekarang. Silahkan duduk.'' seru seorang laki-laki yang sudah berusia sekitar 50 tahunan.

''Mas Tomi bisa saja. Mas Tomi juga makin gagah saja sekarang.'' balas papa Ardi.

''Halo jeng, apa kabar?'' seru kedua ibu-ibu yang masih tetap cantik di usia yang sudah lebih dari kepala empat tersebut.

''Eh, Ini Binar ya, cantik sekali kamu sayang. Bunda sampai pangling.'' seru bunda Dyah.

''Iya tante, tante juga sangat cantik.'' jawab Binar sambil membalas pelukan bu Dyah.

''Panggil bunda sayang, jangan tante lah.'' seru bu Dyah.

''Iya bunda.'' balas Binar.

''Ayo silahkan duduk, silahkan dinikmati, jangan sungkan.'' seru Pak Tomi.

Setelah cukup lama mereka berbincang dan bernostalgia, kini mereka sudah berpindah ke ruang makan untuk melanjutkan makan siang.

''Ya ampun bun, masaknya banyak banget kaya mau hajatan aja ini.'' seru Binar dan semua orang di ruangan itu pun ikut tertawa.

''Iya, sayang. Bunda sengaja masak yang banyak buat menyambut kedatangan calon besan dan calon mantu bunda.'' seru bunda Dyah dengan semangat.

''Siapa yang mau menikah bun? Seingat Binar, mas Ibram masih kuliah di luar negeri kan? Sedangkan Bia masih kelas tiga SMP?'' tanya Binar sungguh-sungguh.

Binar saat ini sudah paham siapa orang yang mereka datangi. Ialah Pak Tomi, sahabat ayahnya dulu sewaktu mereka masih tinggal di kota M. Sebelum ayah Binar memutuskan untuk berhenti bekerja saat Binar masih duduk di kelas 2 sekolah dasar dan memilih menetap di kota gudeg, tempat tinggal nenek Binar.

''Iya nak, Ibrahim yang akan menikah.'' saut Ayah Tomi.

''Oh.'' jawab Binar.

Setelah makan siang selesai, keluarga Binar berpamitan untuk pulang. Binar yang memang mudah akrab dengan siapa saja, juga berpamitan pada Bianca, putri kedua ayah Tomi dan bunda Dyah. Mereka saling berpelukan untuk berpamitan. Binar dan Bia belum pernah bertemu, karena saat keluarga Binar pindah rumah, bunda Dyah sedang hamil besar. Tak lupa mereka bertukar nomer telefon dan akun sosial media.

''Sering-sering main kesini ya, mbak Binar.'' rengek Bia dengan manja.

''Iya cantik, besok mbak aja jalan-jalan deh kemanapun kamu mau.'' jawab Binar.

''Bener ya, mbak. Besok deh aku kabarin lagi, habis kalo sama mas Ibram nggak asik banget. Berasa lagi jalan sama patung. Kulkas banget.'' balas Bia.

''Sst, jangan keras-keras ntar orangnya denger.'' bisik Binar.

''Enggak bakalan mbak, orang mas Ibram baru balik lusa kok.'' jawab Bia.

''Yaudah, mbak pulang dulu ya. Besok kabarin lagi.'' kata Binar.

''Siap, mbak! Hati-hati ya, mbak, om dan tante.'' seru Bia.

''Sip.'' balas Binar disertai dengan acungan jempolnya.

''Kami permisi dulu mas Tomi, mbak Dyah.'' pamit papa Ardi dan mama Sari.

''Binar pamit dulu ya yah, bun.'' Binar berpamitan sambil mencium kedua tangan orang tua itu.

''Iya, sayang. Kamu enggak nitip salam buat Ibram?'' goda bunda Dyah.

''Apa sih, bun.'' jawab Binar dengan salah tingkah.

''Tuh yah, anak kita dapat salam dari gadis cantik, calon mantu.'' jawab bu Dyah sambil berbisik.

''Udah bun, jangan digodain terus jadi malu kan anaknya.'' jawab pak Tomi.

''Assalamualaikum.'' seru Binar, papa Ardi dan Bu Sari sebelum keluar dari pintu rumah.

''Waalaikumsalam.''

Saat papa Ardi mulai melajukan mobilnya untuk meninggalkan kediaman Pak Tomi, mereka berpapasan dengan masuknya sebuah mobil mewah memasuki pekarangan rumah Pak Tomi.

Ternyata oh ternyata

Belum beranjak pak Tomi dan bu Dyah dari balik pintu, terdengar deru kendaraan roda empat terparkir di halaman rumah. Ketiga pasang bola mata di balik pintu ternganga memandang sesosok laki-laki tinggi, tampan turun dari sebuah mobil.

''Ibram! Mas Ibram?'' sorak bunda Dyah dan Bia secara bersamaan.

''Assalamualaikum, yah, bun, dek.'' salam Ibram sembari mencium kedua tangan orang tuanya.

''Waalaikumsalam.'' jawab mereka serentak.

''Kamu kok enggak bilang sih kalau pulang sekarang!'' seru bu Dyah.

''Maaf bun, tadi aku langsung dijemput Nino.'' jawab Ibram. Nino adalah asisten pribadi Ibram.

''Yaudah yuk, masuk dulu. Kamu pasti capek kan.'' tuntun bu Dyah.

Setelah melepas rindu, kini pak Tomi bersama bu Dyah dan Ibrahim yang lebih sering mereka panggil dengan Ibram duduk di ruang tengah.

''Kamu sih, Bram. Enggak ngabarin bunda kalau mau pulang sekarang. Jadi nggak ketemu sama calon mantu bunda kan.'' kata Bu Dyah.

''Hm.'' Bram hanya membalas singkat perkataan bundanya.

Dilain tempat, Binar sedang merebahkan tubuhnya di gazebo belakang rumah. Tempat favorit Binar selain kasur empuknya tentunya. Ia sedang asik berbalas pesan dengan para sahabatnya.

*BURONAN MERTUA💄*

Arabella ✉️ Hai cantik-cantikku

Lila ✉️ Hai sistah, malming pada kemana nih?

Arabella ✉️ Otw kentjan kakak 😉

Lila ✉️ Duh, senengnya yang mau kencan. Dandan cantik say!

Arabella ✉️ Pastinya mak💄

Binar ✉️ Berisik!

Arabella ✉️ Seloow mak, kenapa sih sensi amat?

Lila ✉️ Lagi dapet, neng?

Binar ✉️ Pusing nih

☎️☎️☎️

Ponsel Binar terus bergetar. Ia sengaja mengaktifkan fitur silent dan memilih mengabaikan ponselnya.

Huft. Sejenak ia menghembuskan nafasnya dengan berat sambil merebahkan tubuhnya di kasur lantai yang ada di gazebo belakang rumah. Suara gemericik air kolam buatan dan kilauan bintang tak mampu menenangkan pikirannya yang sejak pembicaraan dengan kedua orang tuanya selepas dari kediaman Pak Tomi terasa berputar-putar di kepala dan seketika menghilangkan nafs* makannya.

*FLASHBACK*

Disepanjang perjalanan setelah meninggalkan kediaman Pak Tomi, Mama Sari terus melontarkan candaan pada Binar.

''Bi, kamu enggak penasaran sama Ibrahim sekarang?'' goda mama Sari.

''Apaan sih, mama enggak jelas banget.'' jawab Binar.

''Beneran nggak penasaran sama Ibrahim? Dia ganteng banget lho sekarang.'' balas mama Sari.

''Mama ini pakai bilang ganteng segala. Nanti papa cemburu lho.'' goda Binar.

''Papa mah enggak akan cemburu, soalnya Ibrahim kan bakalan jadi anak papa juga.'' seru mama Sari.

''Jadi anak papa? Papa mau angkat anak?'' tanya Binar.

''Ya enggaklah, punya anak perempuan satu aja udah ribet hidup mama.'' balas mama Sari.

''Jahatnya, mama.'' akting Binar pura-pura menangis.

''Kalian ini, ribut mulu. Sampai rumah nanti, ada yang ingin papa bicarakan sama kamu, Bi.'' balas papa Ardi.

''Papa apaan sih, serius amat. Kaya mau ijab kabul aja.'' canda Binar.

''Kan sebentar lagi memang mau ijab kabul.'' seru mama Sari.

''Papa mau nikah lagi?'' tanya Binar sambil menggoda mamanya.

''Enak aja kamu, ya enggaklah, awas aja kalau papa berani nikah lagi.'' protes mama Sari sambil menjewer telinga Binar.

''Ampun ma, ampun. Bercanda kali mah. Habis papa sama mama gitu sih.'' rengek Binar.

Setelah sampai di rumah, Papa Ardi dan mama Sari segera mendudukkan diri di ruang keluarga. Binar yang hendak naik ke lantai atas menuju kamarnya pun dicegah olah mama Sari.

''Eh, mau kemana kamu? Sini dulu dong.'' cegah mama Sari.

''Ada apa sih ma? Binar gerah nih mau mandi.'' jawab Binar.

''Bi, papa mau ngomong hal penting sama kamu.'' kata papa Ardy.

''Ada apa, Pah? Dari tadi hal penting mulu.'' jawab Binar.

''Kamu ini, orang tua lagi ngomong sukanya motong pembicaraan.'' kata mama Sari.

''Iya, maaf mama cantik dan papa ganteng.'' rayu Binar.

''Bi, papa ada satu hal penting yang ingin papa bicarakan sama kamu. Dengerin dulu papa bicara sampai selesai, jangan dipotong dulu. Setelah papa selesai bicara, baru kamu boleh bicara.'' jelas papa Ardi.

''Baik, pah.'' jawab Binar yang mulai tidak tenang menerka-nerka arah pembicaraan kedua orang tuanya.

''Jadi gini, Bi. Jeng jeng jeng. Nungguin ya?'' goda mama Sari.

''Mama ih, dasar emak-emak lebay.'' ejek Binar.

''Hmm.'' Papa Ardy pun sampai geleng-geleng kepala melihat tingkah anak dan istirnya.

''Maaf, maaf. Habisnya ngelihat mukanya Binar lucu banget. Tegang amat kaya mau dinikahin sekarang juga.'' jawab mama Sari sambil tertawa.

''Tuh kan, pa. Mama sukanya usil.'' adu Binar pada papa Ardi.

''Jadi gini, Bi. Sebenernya dulu waktu kita masih tinggal di kota M. Pak Tomi pernah mengalami kecelakaan. Saat itu, kebetulan papa sedang melewati lokasi kejadian. Melihat ada korban kecelakaan yang belum ditangani petugas medis, papa inisiatif menolong Pak Tomi yang waktu itu terjepit diantara badan mobil. Sesaat setelah papa berhasil menolong Pak Tomi, mobil Pak Tomi meledak. Beruntung tidak ada korban saat kejadian itu. Semenjak saat itu, hubungan persaudaraan papa dan Pak Tomi menjadi sangat baik. Bahkan, saat itu Pak Tomi juga membantu memberikan modal untuk perusahaan yang baru papa rintis. Tapi, bukan karna hal itu yang mendasari maksud dari apa yang akan papa sampaikan ke kamu.'' tegas papa Ardi.

Binar masih diam memperhatikan setiap runtutan kata yang disampaikan oleh papanya.

''Sebelum papa memutuskan untuk pindah dan menetap tinggal disini, merawat rumah peninggalan kakek dan nenek kamu ini, papa dan Pak Tomi bersepakat untuk mempererat hubungan persaudaraan kami dengan cara saling menjodohkan anak-anak kami.'' jelas papa Ardy.

''Bi, maksud papa dan mama baik. Papa dan mama hanya ingin jodoh yang terbaik untuk kamu. Terlebih kamu adalah anak satu-satunya papa dan mama. Niat kami baik, dan semoga apa yang kami niatkan mendapat ridho dari yang di atas. Terlebih, nantinya kamu sendiri yang akan menjalani mahligai rumah tangga ini bersama Ibrahim.'' terang papa Ardy dengan lugas.

Binar tentu saja terkejut dengan apa yang disampaikan papanya. Ia mencoba mencerna setiap kata dengan baik. Binar ingin menolak, tapi tidak sampai hati ia melukai perasaan kedua orang tuanya. Tapi, untuk menerima begitu saja juga ia masih teramat tidak siap.

''Iya, sayang. Mama dan papa hanya ingin yang terbaik untuk kamu.'' mama Sari berkata sambil memeluk putri semata wayangnya dengan penuh kasih sayang.

''Binar, pikirkan dulu, pah mah. Jujur, Binar belum siap untuk menikah sekarang.'' jawab Binar sambil mencoba merangkai kata sebaik mungkin.

''Iya, sayang. Papa dan mama mengerti.'' jawab papa Ardi.

''Binar ke kamar dulu ya, mau mandi.'' Binar berkata tanpa berani menatap wajah kedua orang tuanya.

''Semoga ini memang yang terbaik ya, mah. Papa percaya anak kita tidak akan macam-macam. Tapi, melihat pergaulan anak muda jaman sekarang yang sudah mengkhawatirkan papa jadi tidak tenang.'' kata Papa Ardy.

''Iya, pah. Semoga saja.'' balas mama Sari.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!