NovelToon NovelToon

My First Love

Prolog

Yasmin Anindiya Febriana 22 tahun, seorang gadis cantik lulusan S1 ilmu komputer. Dia adalah anak tunggal dari pasangan Aji Darmawan dan Nunik Indirawati. Mereka termasuk salah satu keluarga berada yang tinggal di komplek perumahan mewah dan elit dikotanya.

Yasmin memiliki paras yang sangat cantik. Namun sayangnya dia sedikit cuek dan terkesan tidak terlalu peduli dengan penampilanya. Dia tidak suka tampil feminim, apalagi memakai make up seperti teman-temanya.

Setiap orang yang melihat Yasmin, pasti mengira kalau dia adalah gadis cantik yang angkuh dan sombong, padahal sebenarnya tidak. Dia hanya tidak bisa berbasa-basi dengan orang yang baru dia jumpai atau dia kenal. Tapi bagi orang yang sudah sangat mengenalnya, Yasmin adalah pribadi yang menyenangkan, baik hati, pintar dan humoris.

Banyak laki-laki yang menyukainya, tapi satupun tak ada yang membuatnya tertarik atau jatuh cinta seperti Evan, pria yang dia sukai sejak kecil sampai sekarang.

***

Evan Kane Wijaya, 27 tahun seorang Ceo muda yang sangat tampan. Sama seperti Yasmin, Evan juga anak tunggal dari pasangan Heru Wijaya dan Mariska Kristina. Evan dan Yasmin memang sudah saling mengenal sejak kecil, karena kedua orang tua mereka berteman baik, dan juga bertetangga.

Evan adalah seorang Ceo disalah satu perusahaan pak Heru. Evan dan ayahnya bekerja di perusahaan yang berbeda, atau dengan kata lain mereka tidak sekantor

Wajah tampan, dan juga badan proposional yang di miliki Evan selalu berhasil membuat para gadis tak berkedip saat melihatnya. Beberapa agency bahkan sering menawarinya untuk menjadi seorang model, tapi dia tolak, karena sejak Evan duduk di bangku SMU, ayahnya mengatakan kelak dirinya harus membantu papanya mengelola perusahaan.

.....

Malam ini terasa begitu indah bagi Yasmin. Bukan karena bulan purnama atau bintang yang bertaburan dilangit, karena jelas-jelas saat ini sedang turun hujan. Semua keindahan yang dirasakan, karena Yasmin sangat bahagia, setelah mendengar perbincangan kedua orang tuanya dengan pak Heru dan bu Mariska, orang tua Evan, juga pak Imam, kakek Evan. Mereka membicarakan tentang perjodohan dirinya dengan Evan.

Yasmin benar-benar tidak menyangka orang tua mereka telah menjodohkan dirinya dengan lelaki yang dia sukai sejak dulu. Evan.....ya, dia sangat menyukai Evan sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. Evan yang memiliki wajah tampan sejak kecil telah berhasil merebut hati Yasmin.

Sejak dulu bahkan sampai saat ini, dia sangat mengagumi Evan. Evan yang tumbuh dewasa, semakin hari semakin terlihat tampan dan mempesona. Hampir setiap pagi, diam-diam Yasmin selalu mencuri pandang saat dia melihat Evan dari jendela kamarnya. Atau saat mereka berpapasan.

Yasmin adalah adik kelas Evan, yang terpaut selisih umur lima tahun. Saat mereka masih kecil, keduanya sering bermain bersama, baik itu dirumah Evan atau di rumah Yasmin.

Kedua orang tua Evan memang menyukai dan menginginkan Yasmin menjadi menantunya. Itu terbukti dari permintaan mereka pada kedua orang tua Yasmin yang ingin segera menikahkan anak mereka.

Yasmin bersorak kegirangan dikamarnya. Saking bahagianya dia sampai loncat-loncat di atas tempat tidur seperti anak kecil.

Karena rencana perjodohan itu, Yasmin mengurungkan niatnya untuk melanjutkan studi S2-nya. Baginya cita-cita terbesar dalam hidupnya sebentar lagi akan terwujud. Impiannya sejak kecil akan menjadi kenyataan. Dia akan menikah dengan pria pujaannya, tidak ada hal yang lebih penting dan membuatnya lebih bahagia dibandingkan dengan semua ini.

Dirumah Evan.

"Evan cucuku. Ada yang mau kami sampaikan sama kamu, nak." Kata kakek Imam.

"Apa itu kek?." Tanya Evan.

"Biar papa kamu saja yang bicara." Sahut kakek Imam.

"Ada apa pah?." Tanya Evan penasaran.

"Jadi gini Van, Papa, mama, sama kakekmu ingin kamu segera menikah." Ujar Pak Heru.

"Apaa?? Menikah?. Papa bercanda kan?."Tanya Evan.

"Tidak!! Papa serius. Kami ingin secepatnya kamu menikah." Jawab sang Ayah.

"Tapi pah, aku belum mau menikah. Aku masih ingin menikmati masa mudaku. Aku tidak ingin terikat dengan siapapun, apalagi menikah. Lagipula aku tidak punya pacar yang bisa kunikahi." Jelas Evan.

"Masa muda apanya. Kamu itu sudah dua puluh tujuh tahun Evan, sudah cukup untuk menikah. Dan baguslah kalau kamu gak punya pacar, karena kami sudah punya calon untuk kamu." Jelas pak Heru.

"Calon? Siapa?." Tanya Evan.

"Yasmin." Jawab pak Heru.

"Apaaa??. Yasmin?." Evan sangat terkejut." Maksud papa Yasmin anaknya om Aji, tetangga kita?."

"Iya. Dia. Gimana kamu setuju kan?. Papa tahu kok kalian udah deket. Dan papa yakin kamu juga suka kan sama Yasmin?. Dia itu cantik, baik, pinter pokoknya cocok sama kamu." Ujar pak Heru.

"Enggak pah, papa salah. Aku sama sekali gak suka sama dia. Iya papa benar, dia memang cantik, tapi aku gak pernah menyukai atau tertarik sama dia. Selama ini aku hanya menganggapnya sebagai adik."Jelas Evan.

"Apapun yang kamu katakan, papa nggak peduli. Pokoknya papa sama mama mau kamu menikah dengan Yasmin, titik. Kalau kamu nggak mau, silahkan kamu pergi dari sini, dan jangan pernah anggap kami sebagai orang tua atau keluarga kamu lagi." Ancam pak Heru, lalu meninggalkan Evan yang diam terpaku di tempatnya.

"Sebaiknya turuttin aja keinginan papa kamu, daripada kamu dapet masalah. Kamu tahu sendiri kan, gimana papa kamu." Ujar bu Mariska, membuat Evan semakin kesal, apalagi setelah mendengar ucapan kakeknya. "Kakek harap kamu mau menuruti keinginan kami. Kakek ingin secepatnya melihat anak kamu, sebelum kakek dipanggil Tuhan." Ujar kakek Imam, membuat Evan semakin kesal maksimal. Kakek yang selalu membelanya, juga sama sekali tidak membelanya.

Apa?. Anak?. Menikah saja aku belum siap, apalagi punya anak. Apalagi anak dari Yasmin. Ih enggak deh, makasih. Batin Evan.

Evan lalu masuk ke kamar, menghempaskan tubuhnya dengan kasar ke atas tempat tidur. Dia menghela nafas panjang lalu menutup kedua matanya. Apa yang dikatakan pak Heru tadi benar-benar membuatnya tidak tenang. Dia ingin Evan menikah dengan Yasmin, gadis yang sama sekali jauh dari kriteria idamannya.

Evan akui Yasmin memang cantik, tapi menurutnya, Yasmin itu hanyalah seorang gadis kecil dan manja yang tidak bisa melakukan apapun selain menghamburkan uang orang tuanya. Selain itu dia juga tengil, receh dan pecicilan. Tidak ada sedikitpun kesan anggun dalam diri Yasmin. Intinya, dia tidak mencintai gadis bernama Yasmin itu.

Kepribadian Yasmin sangat bertolak belakang dengan Helen, gadis cantik yang telah menjadi pacar Evan sejak satu tahun terakhir. Hubungan cinta Evan dan Helen memang sedang hangat-hangatnya. Cinta Evan untuk Helen ibarat bunga yang sedang mekar-mekarnya, jadi mana mungkin dia mau menikah dengan gadis lain.

Evan tidak atau belum mengatakan hubungannya dengan Helen pada keluarganya karena dia memang belum siap menikah. Dengan mengatakan kalau dia tidak punya pacar, tadinya Evan fikir pak Heru tidak akan memaksanya untuk segera menikah, tapi ternyata dia malah menjodohkanya dengan Yasmin.

"Enggak!! Gue gak mau nikah sama dia. Gue gak cinta sama dia, lagipula gue gak mau nyakitin Helen. Apa gue ceritain aja hubungan gue ama Helen ke papa?. Ah iya bener, gue harus ceritain semuanya ke papa." Gumam Evan dikamarnya.

🌻🌻🌻

Aku Tidak Mencintainya

Paginya, saat sarapan Evan mengatakan hubungan asmaranya dengan Helen pada pak Heru dan bu Mariska.

"Bukankah tadi malam kamu sendiri yang mengatakan kalau kamu tidak punya pacar?. Lalu kenapa tiba-tiba sekarang kamu bilang kamu punya pacar?." Tanya pak Heru.

"Aku tidak mengatakannya, karena aku belum siap menikah."Jawab Evan.

"Oh, jadi maksud kamu, sekarang kamu siap, gitu?."

"Bukan gitu pah, maksudku...."

"Oke kalau gitu. Malam minggu ini kita pergi ke rumah om Aji. Kita tentuin tanggal pernikahan kalian."

"Tapi pah aku...."

"Nggak ada tapi-tapian. Pokoknya papa ingin kalian segera menikah." Pungkas pak Heru lalu berangkat ke kantor.

Evan dan bu Mariska saling pandang, tapi Evan segera mengalihkan pandanganya karena dia tahu mamanya pasti tidak akan membelanya.

"Udah lah Van, turutin aja kemauan papa kamu. Lagian menurut mama, kamu dan Yasmin sangat cocok. Dia cantik dan kamu juga ganteng." Ujar bu Mariska.

"Tapi mah, aku gak cinta sama dia, aku mencintai gadis lain."

"Mama ngerti, tapi kamu tahu sendiri kan gimana papa kamu. Sebaiknya kamu bicara baik-baik dan akhiri hubungan kamu dengan gadis itu sebelum terlambat." Ujar bu Mariska.

Evan sungguh merasa kesal pada kedua orangtuanya yang memaksakan kehendak mereka seenaknya tanpa memikirkan perasaanya. Pagi itu dia berangkat ke kantor dengan perasaan dongkol. Raut wajahnya terlihat masam dan dingin, bahkan saat para karyawan menyapanya, dia sama sekali tidak menghiraukan.

Evan kini sudah berada di ruangannya, berkutat dengan pekerjaan yang sudah menumpuk di mejanya. Tidak seperti biasanya, hari itu Evan lebih membutuhkan banyak waktu untuk menyelesaikan pekerjaannya karena tidak bisa berkonsentrasi.

Tok ..tok...tok .... "Masuk.!!

Pintu pun terbuka, bersamaan dengan munculnya seorang gadis cantik dengan senyum manis yang tersungging dibibir berwarna merah muda yang terlihat sedikit basah dan segar, karena lip glos yang dia aplikasikan di bibirnya.

"Hay!! Sapanya pada Ervan, dengan nada sedikit manja.

"Hay sayang!! Kamu kenapa gak ngabarin aku kalau mau kesini?." Tanya Evan yang terkejut sekaligus senang dengan kehadiran kekasihnya, Helen.

"Hehe...maaf!! Aku juga tadinya gak mau kesini, tapi jadwal pemotretan ku di undur, jadi daripada boring, aku pikir mending kesini nemuin kamu. Apa aku ganggu?" Jawab sekaligus tanya Helen.

"Tentu saja enggak sayang. Aku malah seneng kamu datang kesini." Jawab Evan.

Dia tentu saja sangat senang dengan kedatangan kekasihnya, apalagi siang itu Helen terlihat sangat cantik dengan dress panjang berwarna putih polos yang dikenakannya. Capek dan penat yang Evan rasakan sirna seketika, melihat wajah cantik dan senyum manis Helen. Tak hanya itu, kehadiran Helen juga mampu membuatnya lupa tentang rencana perjodohan itu.

Tapi itu tak berlangsung lama, karena setelah Helen meninggalkan kantornya, Evan kembali teringat rencana perjodohan nya dengan Yasmin, dan itu membuatnya sangat kesal.

"Enggak!! Gue gak mungkin ninggalin Helen demi gadis lain apalagi demi Yasmin. Gue harus tegas. Gue harus tolak perjodohan terkutuk itu." Gumam Evan.

...

Besok malamnya, Evan mengatakan sekali lagi dihadapan kedua orang tua dan kakeknya kalau dia tidak mau dijodohkan apalagi menikah dengan Yasmin karena dia mencintai kekasihnya.

"Papa sama mama kamu dulu juga dijodohkan. Kami nggak saling cinta, tapi kamu lihat sekarang kan?. Rumah tangga kami baik-baik aja. Papa sama mama kamu hidup bahagia dan malah makin cinta." Sahut pak Heru.

"Dulu dan sekarang itu beda pah. Sekarang udah gak jaman lagi jodoh-jodohin anak. Kami berhak menentukan sendiri pasangan kami." Balas Evan.

"Dengar Evan!! Pokoknya kami mau kamu menikah dengan Yasmin. Kalau kamu menolak, silahkan kamu pergi dari rumah ini, dan jangan pernah bawa apapun dari sini. Mengerti?. Aku tidak akan pernah merestui hubungan kamu dengan gadis manapun, kecuali dengan Yasmin." Ancam pak Heru.

"Baik pah. Aku akan pergi dari sini." Jawab Evan, membuat pak Heru dan bu Mariska terkejut.

"Apa yang kamu katakan Evan?. Kamu sadar kan dengan ucapan kamu tadi?." Timpal bu Mariska.

"Aku sadar mah. Lebih baik aku pergi, daripada harus menikah dengan gadis yang tidak aku cintai." Jawab Evan.

"Bagus!! Mau jadi anak durhaka kamu Evan?." Sergah pak Heru.

"Maafkan aku pah!! Aku tidak bermaksud jadi anak durhaka, tapi aku benar-benar tidak mau dijodohkan dengan Yasmin atau siapapun. Aku hanya mencintai Helen." Tegas Evan.

"Kamu." Sergah pak Heru emosi.

"Cukup!! Hentikan!! Timpal kakek Imam, sambil memegang dadanya, dia merintih kesakitan. Badannya tiba-tiba limbung, hilang keseimbangan. Hampir saja dia terjatuh kalau Evan dan pak Heru tidak segera menangkapnya. Semuanya panik, terutama Evan. Dia pikir mungkin saja kakeknya terkena serangan jantung

Evan membawa kakek Imam ke rumah sakit, dan langsung dimasukkan ke igd. Dugaan Evan benar, kakeknya terkena serangan jantung ringan. Untung saja mereka cepat membawanya ke rumah sakit, kalau tidak kemungkinan terburuk bisa saja terjadi.

Kakek Imam dirawat selama tiga hari di rumah sakit. Selama kakeknya dirawat, Evan terlihat begitu cemas dan takut terjadi hal yang buruk pada kakeknya itu. Dan jujur, dalam hatinya dia juga merasa bersalah pada kakeknya. Evan merasa sudah menjadi penyebab kakeknya masuk rumah sakit.

"Evan." Panggil kakek Imam.

"Iya kek!! Kakek mau apa? Makan?." Tanya Evan, kakek Imam menggelengkan kepalanya.

"Minum?." Tanya Evan lagi. Kakek Imam masih menggelengkan kepala.

"Kalau gitu buah ya kek?. Aku kupasin ya kek!!. Ujar Evan lalu mengambil pisau dan buah apel, lalu mulai mengupasnya.

"Evan. Umur kakek di dunia ini mungkin tidak akan lama lagi. Kakek harap kamu mau mengabulkan keinginan terbesar kakek. Menikahlah dengan Yasmin." Pinta kakek Imam. Evan yang sedang mengupas buah apel menghentikan aktifitasnya, menutup mata mencoba meredam rasa kesal dan tidak nyaman mendengar permintaan kakeknya.

"Tapi kek, kenapa harus Evan yang menikah dengan Yasmin. Cucu kakek bukan hanya Evan kan?." Jawab sekaligus tanya Evan.

"Karena kakek rasa hanya kamu yang pantas dan cocok menikah dengan Yasmin." Jawab kakek Imam. Evan diam.

Uhuk...uhuk....Kakek Imam tiba-tiba batuk. Evan bergegas mengambilkan air minum, dan membantu kakeknya minum. Tiba-tiba kakek Imam memegang tangan Evan," Kamu mau nurutin keinginan kakek kan Van?." Tanyanya penuh harap.

Melihat tatapan kakeknya seperti itu, Evan tidak tega mengatakan tidak. Tapi dia tidak juga mau mengatakan iya.

"Baik kek. Evan akan pikirkan!! Beri Evan waktu." Jawab Evan, membuat kakek Imam senang.

"Tentu!! Kakek yakin kamu dan Yasmin akan bahagia kalau kalian menikah."

"Kalau Evan boleh tahu, kenapa kakek ingin Evan menikah dengan Yasmin?. Kenapa tidak dengan yang lain?. Maura, Sofi, atau Elvira misalnya."

"Karena hanya Yasmin yang kakek suka dan cocok jadi istri kamu." Jawab Kakek Imam.

Evan pamit dan kembali ke kantor.

🌻🌻🌻🌻🌻

Bagaikan Buah Simalamakama

Di mobil Evan

"Gimana keadaan kakek lo?. Tanya Hadi, sepupu, sekaligus asisten pribadi Evan.( Sepupu dari mamanya).

"Udah mendingan." Jawab Evan.

"Sukur deh kalo gitu. Terus kenapa muka lo masih keliatan cemas gitu Van?. Lo baik-baik aja kan?." Tanya Hadi lagi.

"Menurut lo?." Evan balik bertanya.

"Ada apa sih?. Lo nggak mau cerita ama gue?. Apa ini tentang perusahaan?."Tanya Hadi.

"Bukan?." Jawab Evan, sambil mengusap wajahnya dengan gusar.

Evan lalu menceritakan tentang rencana perjodohan dirinya dan Yasmin pada Hadi.

"Oooh, jadi itu masalahnya. Kalau menurut gue sih, mending lo turutin aja kemauan bokap lo." Saran Hadi.

"Gila lo!! Gue udah bilang, gue gak cinta sama dia. Cinta gue hanya untuk Helen." Sahut Evan.

"Dengerin gue Van. Kalau gue bilang sih, Lo nikahin aja gadis pilihan bokap lo itu, daripada lo diusir atau gak dianggap anak lagi. Lo gak mau kan jadi anak durhaka?." Ujar Hadi.

"Tapi gue gak mau nikah sama gadis itu. Gue juga gak mau nyakitin Helen. Lo ngerti gak sih?." Sahut Evan.

"Hemm, rumit memang. Bagaikan buah simalakama." Balas Hadi. "Tapi kalau gue jadi elo sih, gue tetep bakal nurutin bokap gue. Gue nikahin tuh gadis pilihanya.Terserah nanti deh mau langgeng apa enggak nya, yang penting gue udah nurutin kemauan bokap gue."Ujar Hadi. Evan menoleh ke arahnya.

"Nah kalau urusan Helen, gue bakal kasih pengertian sama dia, kalau dia beneran cinta sama elo, dia pasti ngerti, dan gue yakin jodoh gak akan kemana. Kalau lo ama Helen berjodoh, gue yakin pasti lo berdua bakal bersatu." Imbuh Hadi.

Evan nampak serius mendengar ucapan Hadi. Dia pikir apa yang dikatakan asistennya itu ada benarnya. "Atau lo nikah kontrak aja, kayak di novel-novel." Ucap Hadi memberi saran.

"Nikah kontrak?."

"Hooh!!

Evan nampak berpikir, lalu kemudian Senyumnya mengembang saat sebuah ide melintas dipikirannya.

"Thanks Had." Ucapnya.

....

"Apa? Kamu mau nikah?." Tanya Helen terkejut.

"Iya. Orang tuaku menjodohkan aku dengan gadis pilihan mereka. Dan aku terpaksa menurutinya."Jawab Evan.

"Jadi kamu ngajak aku ketemu, karena ingin mengakhiri hubungan kita?." Tanya Helen.

"Enggak sayang, bukan itu maksudku. Aku memang akan menikahi gadis itu, tapi pernikahan ini tidak akan berlangsung lama. Aku akan segera menceraikannya. Kamu mau kan nunggu aku?."

"Nunggu apa maksud kamu?." Tanya Helen tak mengerti.

"Dengar sayang, aku gak mau hubungan kita berakhir walaupun aku nikah sama gadis itu. Aku janji, setelah aku bercerai dengannya aku akan nikahin kamu."

"Apaa?? Kamu jangan gila Evan. Kamu pikir aku apa?. Enggak, aku bukan perempuan seperti itu. Aku nggak mau dicap perempuan pengganggu rumah tangga orang. Kalau kamu mau nikah dengan gadis itu, silahkan saja. Tapi maaf, hubungan kita harus berakhir sampai disini. Aku nggak mau menunggu laki-laki yang sudah menjadi suami orang."Tegas Helen, lalu melangkah pergi, tapi Evan mencekal tangannya.

"Apa kamu tidak mencintaiku lagi Helen?."Tanya Evan.

"Ini bukan lagi masalah cinta. Kamu akan segera menjadi milik wanita lain, aku tidak lagi berhak mengharapkan mu." Jawab Helen.

"Tapi aku tidak mencintainya Helen, aku hanya mencintai kamu. Lagipula dia juga tidak mencintaiku. Kami berdua tidak saling mencintai." Ucap Evan, lirih.

"Sekarang kamu bilang hanya mencintai aku, esok atau lusa siapa yang tahu." Sahut Helen, lalu benar-benar meninggalkan Evan yang mematung ditempatnya. Hatinya sakit karena hubungannya dengan wanita yang dia cintai harus berakhir karena rencana perjodohan itu.

Saat ini dia benar-benar merasa kesal dan sedikit membenci orangtuanya, terutama pak Heru. Dia ingin sekali menolak perjodohan itu, tapi dia tidak sanggup melawan atau menentang keinginan papa, apalagi kakeknya.

Malam minggu di rumah Yasmin.

Keluarga Evan dan keluarga Yasmin telah sepakat menentukan tanggal pernikahan anak-anak mereka. Mereka tersenyum bahagia dan saling mengucap selamat sambil berpelukan.

Senyum bahagia juga terlihat di wajah Yasmin, saat pak Heru mengatakan kalau pernikahannya dan Evan akan dilaksanakan bulan depan. Tidak ada acara lamaran atau tunangan. Menikah langsung, itu lebih baik, kata pak Heru.

Namun senyum di wajah Yasmin sedikit memudar, saat dia melihat raut wajah Evan yang sepertinya tidak senang dengan rencana pernikahan mereka. Dia terus menatapnya untuk meyakinkan dirinya, namun tiba-tiba Evan menoleh dan tersenyum kepadanya, membuat Yasmin sedikit malu dan salah tingkah.

Kedua orang tua Yasmin dan Evan, masih betah berbincang di ruang keluarga. Sedangkan Evan, dia benar-benar merasa muak dan ingin segera pergi dari sana. Dia meminta ijin untuk pamit lebih dulu. Evan mengajak Yasmin agar papanya mau mengijinkan dia pergi. Dan benar, pak Heru langsung mengiyakan saat Evan mengatakan kalau dirinya akan mengajak Yasmin pergi.

"Kita mau kemana kak?." Tanya Yasmin pada Evan.

"Nanti kamu juga tahu." Jawab Evan.

Tak lama kemudian mereka berdua sampai disebuah kafe. Evan membawa Yasmin ke lantai dua, duduk di balkon kafe tersebut. Mereka memesan minuman dan makanan kecil. Sambil menunggu pesanan, Evan mulai membuka percakapan.

"Kamu denger sendiri kan tadi, kalau pernikahan kita hanya tinggal satu bulan lagi?." Tanya Evan. Yasmin mengangguk.

"Sebenarnya aku tidak setuju dengan perjodohan ini, dan aku yakin kamu juga sama, tidak setuju dengan perjodohan kita." Ujar Evan. Degggg...Yasmin sangat terkejut mendengar ucapan Evan. Ternyata apa yang dia rasakan tadi memang benar adanya. Evan memang tidak senang dengan rencana perjodohan dan pernikahan mereka.

"Dengerin aku Yas, aku terpaksa menerima rencana mereka, karena papa mengancam ku. Aku sudah memiliki kekasih, dan aku sangat mencintai dia." Ujar Ervan.

Bagai disayat-sayat pisau berkarat, hati Yasmin begitu sakit mendengar ucapan Evan. Lelaki yang selalu dia kagumi dan puja-puja, ternyata mencintai gadis lain. Selama ini Yasmin tidak pernah mendengar atau melihat Evan dekat, atau membawa seorang gadis, jadi Yasmin pikir Evan memang tidak punya kekasih, apalagi pak Heru sendiri mengatakan kalau anaknya memang tidak mempunyai kekasih. Bagaimana mungkin lelaki yang begitu tampan dan nyaris sempurna tidak memiliki kekasih. Bodoh. Maki Yasmin dalam hati.

"Lalu apa rencana kak Evan sekarang?. Apa kak Evan mau aku menolak perjodohan ini?."Tanya Yasmin seolah dia baik-baik saja.

"Tidak!! Orang tua kita sudah menentukan tanggal pernikahan kita. Jadi aku, ataupun kamu tidak akan bisa menolaknya." Jawab Evan

"Lalu apa yang akan kak Evan lakukan?."Tanya Yasmin.

"Kita akan tetap menikah, tapi pernikahan kita tidak akan berlangsung lama. Dan aku mau minta bantuan kamu."

"Bantuan?. Bantuan apa?." Tanya Yasmin.

"Setelah menikah nanti, aku mau kamu dan aku bersandiwara seolah-olah pernikahan kita tidak bahagia. Kita akan sering bertengkar dan pura-pura tidak cocok, hingga akhirnya kita akan bercerai. Kamu mau kan?." Tanya Evan.

"Astagfirullah, kak Evan.!! Kakak sadar gak sih dengan apa yang kakak katakan barusan?." Tanya Yasmin.

"Tentu saja aku sadar. Kamu tenang Yas, aku tidak akan menyentuhmu, walaupun kita sudah resmi menjadi suami istri. Jadi kalau nanti kita bercerai dan kamu menikah dengan lelaki yang kamu cintai, kamu masih tetap suci."

Ya Allah ka Evan. Kok bisa sih sampai berpikir kayak gitu. Batin Yasmin.

"Tapi lelaki yang aku cintai kan emang kak Evan." Ujar Yasmin dengan senyum di bibirnya.

"Kamu jangan bercanda Yas, aku sedang serius." Sahut Evan, yang menganggap kalau Yasmin sedang bercanda.

"Aku serius kok. Aku memang mencintai kak Evan. Lagian, kalau kak Evan memang gak mau nikah sama aku, sebaiknya kak Evan ngomong langsung sama om Heru dan tante Mariska."

"Sudah kubilang, aku gak bisa menentang keinginan papa."

"Ya udah kalau gitu sebentar lagi kita bakal jadi suami istri." Ujar Yasmin seraya memaksakan senyumnya, mencoba menutupi rasa tidak nyaman dalam hatinya, tapi Evan tidak menanggapi ucapan Yasmin.

🌻🌻🌻🌻

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!