NovelToon NovelToon

Sasha Alison

Ep. 1

Sasha terbangun karena alarm yang berbunyi tepat jam 5 pagi. Dia meregangkan badannya sebelum beranjak keluar kamar. Masuk kedalam kamar anak laki laki nya yang berusia 5 tahun. Anak itu terlihat masih tertidur pulas. Dengan pelan Sasha menutup kembali pintu kamar anaknya.

Setelah mandi dan memakai setelan kerja, dia pergi ke dapur, membuat roti panggang untuk dirinya. Sambil menunggu bibi Anne, pengasuh putranya yang bernama Rainer. Sasha adalah ibu tunggal. Dia membesarkan Rainer seorang diri tanpa sosok suami yang mendampinginya. Maka dari itu dia harus tetap bekerja untuk bisa menghidupi putranya.

Bibi Anne adalah seorang wanita paruh baya yang Sasha temui ketika dia baru pindah dari kota kelahirannya sekaligus kota dengan sejuta kenangan pahit yang ingin ia lupakan, Chicago menuju kota besar New York City. Saat ini, Sasha bekerja sebagai manager pemasaran di sebuah perusahaan besar di kota yang tidak pernah tidur itu.

Suara pintu terbuka, bibi Anne masuk dengan kedua tangan membawa kantong berisi bahan makanan.

"Pagi sayang, apa pria tampan ku belum bangun?" Bibi Anne langsung menata barang belanjaannya di dapur.

"Pagi bibi Anne, " Sapa Sasha, "Rainer masih tertidur pulas. Maafkan aku karena menyuruhmu datang sepagi ini. Ada sesuatu yang harus aku kerjakan di kantor, jadi aku harus datang lebih pagi."

"Its ok, sweetheart. Pergilah," Bibi Anne tersenyum hangat.

"Apa kau sudah sarapan Sasha? Mau ku buatkan sesuatu?"

"Tidak perlu bibi Anne, Terima kasih. Aku sudah sarapan roti tadi. Kalau begitu aku pergi dulu. Bye."

"Bye. Hati hati sayang."

Sasha masuk ke dalam taxi yang sudah menunggu nya di depan apartemennya. Dalam perjalanan menuju kantor, grup chat kantornya sedang ramai membicarakan tentang pergantian CEO perusahaannya. Sasha tidak pernah sekalipun tertarik untuk ikut bergosip di grup chat itu. Dia hanya akan ikut bicara ketika obrolannya seputar pekerjaan dan urusan kantor. Sasha hanya melihat lihat obrolan para rekan kerja nya itu.

Tapi tiba tiba jarinya berhenti scroll saat Daniel, rekan kerja dari tim bagian keuangan mengirim sebuah foto dengan caption 'Wajah CEO baru kita'.

Tidak mungkin.

Mata Sasha melebar melihat foto CEO barunya adalah Jean Synder, pria yang pernah menjadi kekasihnya 7 tahun silam. Sasha menghela nafas frustasi. Kebetulan macam apa ini. Dari sekian banyak tempat di belahan dunia ini, kenapa Sasha bisa bertemu lagi dengan Jean. Pria yang paling Sasha hindari. Pria yang sudah memberinya seorang anak. Pria yang tidak pernah bisa ia lupakan.

...~•~...

Sasha baru duduk dan menyalakan komputernya, saat Kimberly, rekan Sasha di tim pemasaran, menggeser kursinya ke samping meja Sasha.

"Sasha, kau melihat foto CEO kita yang Daniel kirim tadi?" Dengan senyum seperti remaja labil yang jatuh cinta, Kimberly menatap Sasha menunggu jawaban.

"Ya, aku melihatnya." Jawab Sasha singkat.

"He is very hot right? Aku dengar dia sudah menikah. Pasti istrinya juga tidak kalah good looking. Kau tahu, aku sudah tidak sabar untuk melihatnya. Pasti dia sangat tampan bila dilihat langsung."

Kimberly bicara panjang lebar yang membuat kepala Sasha semakin pusing.

"Kim, please, bisakah kau memberiku waktu untuk menyelesaikan pekerjaanku? Aku harus menyelesaikannya dan membawa laporannya saat rapat nanti."

"Aku sangat iri padamu, kau bisa langsung bertemu dengannya nanti. Kenapa hanya manager tim saja yang harus menghadiri rapat itu."

Justru aku yang iri padamu karena tidak harus bertemu dengannya.

Sasha menghela nafas frustasi. Sungguh rasanya dia ingin masuk ke lubang terdalam dan bersembunyi di dalam nya, alih-alih bertemu dengan Jean lagi.

5 tahun yang lalu...

"Maafkan aku Sasha, aku harus kembali ke Berlin. Ayahku mengancam akan benar benar mencoret namaku sebagai pewaris nya jika aku tidak kembali."

Jean terlihat sibuk mengemasi barang barang nya dan memasukannya ke dalam koper. Terlalu sibuk sampai tidak melihat raut wajah kekasihnya yang sedih.

"Apa kau akan meninggalkanku disini?" Sasha duduk di tepi ranjang, menatap sendu Jean yang akan pergi entah berapa lama.

"Aku akan secepat mungkin menyelesaikan urusanku di Berlin, dan akan kembali untuk menjemputmu."

Jean tersenyum mengusap pelan pipi Sasha dan mengecup bibirnya. Lalu dengan terburu buru meraih kopernya dan pergi meninggalkan Sasha.

Dan kenyataannya, berminggu minggu Jean tidak ada kabar sama sekali. Sasha sendiri pun takut untuk menghubungi Jean terlebih dahulu. Hingga 2 bulan kemudian, Sasha menyadari bahwa dirinya tengah hamil.

Sasha memberanikan diri untuk menghubungi Jean, ingin memberitahukan kabar gembira ini. Tapi kenyataan pahit yang ia dapat. Seorang wanita yang menjawab telpon Jean.

"Halo."

"Ha..halo..apa aku bisa bicara dengan Jean."

Suara Sasha bergetar menahan sakit hati. Otaknya memaksa agar terus berfikir positif.

"Jean sedang mandi, dan dengan siapa ini? Biasanya kalau untuk urusan pekerjaan melalui Dylan."

Nada suara wanita itu terdengar tidak senang.

"Aku temannya. Ada hal yg ingin aku sampaikan padanya bisa kau sambungkan aku dengan Jean."

"Kau bisa menyampaikan padaku, aku tunangan Jean. Aku akan menyampaikannya pada Jean nanti."

Hati Sasha bagaikan di remas dan hancur. Tangannya mencengkram kuat ponsel di tangannya. Suaranya tercekat menahan tangis.

"Suatu hari, aku harap kau melihat kembali apa yang kita miliki, dan menyesali setiap hal yang kamu lakukan untuk membuatnya berakhir. Tolong sampaikan itu pada Jean."

Tanpa menunggu jawaban wanita itu, Sasha menutup telponnya dan menangis keras.

Hidupnya hancur, ia tidak tahu harus menyalahkan siapa. Sasha dan Jean sudah hidup bersama selama 2 tahun. Sasha yakin mereka saling mencintai, lalu sekarang baru beberapa bulan dan Jean sudah dengan mudahnya menjalin hubungan lagi dengan wanita lain. Dan parahnya mereka akan menikah.

Bisa saja Sasha pergi menemui Jean di Berlin, tapi ia tidak mau melakukan nya. Banyak pertimbangan yang membuat Sasha untuk memilih berjuang seorang diri untuk anaknya.

Sasha tersentak saat Daniel menepuk pundaknya. Membuatnya kembali sadar dari flashback masa lalunya.

"Ayo Sasha, semua sudah berkumpul di ruang rapat."

Sasha mengangguk dan buru buru meraih ipadnya dan mengikuti Daniel masuk ke ruang rapat.

Sasha memilih duduk di bangku paling ujung yang jauh dari tempat duduk CEO. Sasha yakin hatinya belum siap untuk berhadapan langsung dengan Jean.

Tidak lama pintu ruang rapat terbuka, semua mata menatap penasaran siapa CEO baru yang akan memimpin perusahaan tempat mereka bekerja. Terkecuali Sasha yang terus menunduk enggan melihat pria yang sudah duduk di tempat duduk CEO.

"Aku yakin kalian semua sudah mencari tahu siapa aku."

Deg

Jantung Sasha seperti berhenti berdetak. Suara yang familiar. Suara yang sangat ia rindukan.

"Aku tidak perlu memperkenal kan diriku lagi. Aku yakin kalian sudah mencari tahu tentangku. Sebalik nya, aku ingin mengenal kalian, silakkan perkenalkan diri kalian."

Satu persatu manager dari setiap divisi memperkenalkan diri. Sampai tiba saatnya Sasha memperkenalkan diri. Dia menarik nafas pelan lalu berdiri. Tubuhnya membungkuk hormat dan menatap tajam Jean.

"Saya Sasha Alison, Manager tim Pemasaran."

Sedetik Sasha melihat Jean seperti terkejut, tapi detik berikutnya dengan wajah datar tanpa ekspresi Jean mengangguk.

Sasha pikir dirinya akan baik baik saja jika suatu saat bertemu dengan Jean kembali. Selama 5 tahun Sasha terus memaksa dirinya agar melupakan Jean, dan fokus dengan Rainer putranya. Tapi Tuhan dengan tidak adilnya memberi wajah putranya yang sangat mirip dengan Jean. Membuatnya selalu teringat dengan Jean setiap kali menatap wajah putranya.

Nyatanya kini, luka yang susah payah ia sembuhkan, kembali terasa sakit hanya dengan menatap wajah Jean. Sasha berusaha untuk fokus selama rapat berlangsung. Karir yang sudah ia bangun sampai ia berada di posisi sekarang, tidak akan ia biarkan hancur hanya dengan bertemunya kembali ia dengan Jean.

"Kita akhiri rapat ini. Aku ingin setiap divisi memberikan laporan yang aku minta."

Jean berdiri dari duduknya dan berjalan keluar. Sasha masih diam di tempatnya. Menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Menenangkan dirinya yang sangat kacau hari ini karena pertemuannya dengan Jean. 10 menit kemudian Sasha keluar dari ruang rapat dan kembali ke divisinya.

Saat kembali semua rekan timnya langsung mengelilingi mejanya dengan raut wajah ingin tahu.

"Sasha bagaimana rapat tadi?" Tanya Rose yang termuda di tim ini.

"Lebih tepatnya bagaimana Jean Synder CEO baru kita? Dia sangat tampan kan?" Kali ini Kim yang bertanya dan menjawab sendiri.

"Hei beri Sasha ruang, apa kau tidak melihat wajahnya yang tertekan itu? Aku yakin rapat tadi tidak berjalan lancar." Jack satu satu nya pria yang ada di tim pemasaran menatap Sasha iba.

Sasha tersenyum melihat antusias para rekannya kepada Jean. Tidak seperti dirinya.

"Rapat tadi berjalan lancar Jack, tidak ada masalah. Aku hanya sedikit lelah akhir akhir ini. Dan kau benar Kim, CEO baru kita sangat tampan."

Sasha tidak memungkiri ketampanan Jean dan tubuhnya yang sempurna. Sasha yakin sudah banyak wanita yang jatuh ke pelukannya. Termasuk dirinya 5 tahun yang lalu. Keempat rekan tersebut saling mengobrol sampai telpon di meja Sasha berbunyi.

"Halo."

"Nona Alison, kau diminta menemui tuan Synder sekarang." kata wanita yang Sasha yakini adalah sekretaris Jean.

"Oh oke, aku akan segera kesana."

Sasha menutup telponnya dan bersiap ke ruangan CEO menemui Jean.

"Kau mau kemana?" Tanya Jack.

"Aku harus ke ruangan tuan Synder sekarang. Mulailah bekerja tanpa aku."

Sasha berjalan keluar menuju ruangan Jean yang berada di lantai paling atas. Hatinya terus bertanya ada apa Jean memanggilnya? Untuk laporan dari setiap divisi yang dia minta, biasanya hanya akan dikirim melalui email.

Sasha berdiri di depan pintu ruangan Jean, menarik nafas panjang lalu mengetuk pintu.

Tok tok tok

"Masuk."

Terdengar suara bariton dari dalam untuk mempersilakan Sasha masuk. Sasha melangkahkan kakinya masuk kedalam ruangan. Jean sedang berdiri di depan jendela kaca besar yang langsung memperlihatkan jalanan kota New york yg padat.

"Anda memanggil saya tuan Synder?"

Sasha berdiri di tengah ruangan, menatap punggung Jean yang tegap dan atletis. Menunggu pria yang menjadi bos nya ini bicara.

Jean membalikkan badan dan menatap Sasha cukup lama.

"Apa kabar Sasha?" Jean bertanya sambil berjalan mendekat. Lalu berdiri cukup dekat di depan Sasha. "Aku merindukanmu."

Harusnya Sasha mundur menjauh dari Jean, atau lebih baik keluar dari ruangan pria ini. Tapi entah kenapa kakinya tidak bisa di gerakkan. Tubuhnya seolah membeku. Matanya lurus menatap mata Jean.

"Aku berhutang banyak penjelasan padamu sayang. Aku..."

Plak

Sebuah tamparan melayang ke pipi Jean. Emosi Sasha membuncah saat Jean dengan mudahnya memanggilnya dengan sebutan sayang.

"Aku berdiri disini sebagai Sasha Alison. Wanita yang kau campakkan 5 tahun yang lalu." Nafas Sasha memburu menahan emosi. "Kau tahu Jean, saat ini rasanya aku ingin menendang wajah aroganmu itu. Dasar kau bajingan. Brengsek. Kenapa kau harus muncul lagi di hadapanku!!"

Jean mengusap pelan pipinya. Bukannya marah, ia malah tersenyum.

"Tuhan masih ingin kita berhubungan, maka dari itu Dia mempertemukan kita kembali."

Jean berkata santai, seolah olah kemarahan Sasha adalah hal sepele.

Sasha sendiri sampai tidak bisa berkata kata. Dadanya sesak karena emosi. Bagaimana bisa dia bersikap santai setelah apa yang dia perbuat di hidup orang lain.

"Duduklah, banyak hal yang harus kita bicarakan." Jean meraih tangan Sasha untuk mengajaknya duduk di sofa, tapi Sasha langsung menyentak dengan keras. Mundur beberapa langkah menjauh.

"Dengar Jean, diantara kita sudah selesai 5 tahun yang lalu. Aku tidak pernah ada keinginan untuk berdamai lagi denganmu. Jadi aku harap kita hanya berhubungan sebatas pekerjaan. Jangan pernah memperlihatkan bahwa kita saling mengenal. Kau sudah menjadi orang asing bagiku."

Sasha berbalik dan keluar dari ruangan Jean. Sasha pikir dia akan menangis saat suatu hari nanti ia bertemu lagi dengan Jean. Nyatanya entah kemana perginya air mata itu. Yang ada kemarahan yang rasanya ingin meledakkan kepalanya. Melihat Jean yang menganggap sepele hubungannya membuat Sasha sangat marah.

Ep. 2

Sasha pulang ke apartemennya dengan keletihan yang teramat sangat. Tapi saat ia pulang dan disambut oleh senyuman putranya, rasa letih yang mendera tubuhnya seketika menguap.

"Mommy."

Rainer berlari memeluk Sasha dengan senyum mengembang.

"Hai sayang, mommy sangat merindukanmu." Sasha mengecup kedua pipi Rainer gemas.

"Kita hanya berpisah beberapa jam saja mommy. Kau terlalu berlebihan."

Rainer terkikik karena ucapan Sasha yang berlebihan.

Rainer memang anak yang cerdas. Umurnya baru 5 tahun, tapi dia sudah banyak mengerti akan berbagai hal. Caranya berbicara pun jauh lebih dewasa dari anak seusianya.

"Mommy tidak berlebihan sayang. Satu jam saja mommy tidak bertemu denganmu, mommy pasti rindu."

Sasha dan Rainer sedang duduk di sofa. Rainer sangat semangat menceritakan harinya di sekolah.

"Mommy, tadi miss Sofia menyuruh kita untuk bercerita tentang keluarga."

"Oh ya, lalu bagaimana putra kesayangan mommy ini bercerita tentang keluarganya?"

"Aku bilang kepada miss Sofia, kalau aku tidak memiliki keluarga yang lengkap seperti teman teman yang lain. Tapi mommy selalu memberikanku kasih sayang melebihi siapa pun. Aku tidak memiliki ayah, tapi mommy saja sudah cukup untukku."

Sasha terpaku dengan kata kata Rainer. Ia tidak menyangka kata kata seperti itu akan diucapkan oleh putrannya. Tidak terasa setetes air mata turun membasahi pipinya.

"Mommy kenapa menangis?" Rainer menatap wajah Sasha sedih.

"Mommy bangga sama kamu nak, putra mommy yang pintar, mommy sangaaat menyayangimu."

Sasha memeluk erat putranya. Mengecup puncak kepalanya. Entah kenapa setelah bertemu kembali dengan Jean, kini luka hati itu berkali lipat sakitnya.

"Mommy, besok akhir pekan. Mommy sudah berjanji kita akan jalan jalan. Mommy tidak lupa kan?"

"Tentu saja sayang, besok kita pergi ke pantai bagaimana?"

"Mau mau. Asiiik."

Rainer melompat dari pangkuan Sasha lalu lompat lompat kegirangan.

Mommy sangat mencintaimu Rainer. Mommy akan selalu menjagamu, membuatmu bahagia. Sekalipun tidak ada sosok ayah di hidupmu, mommy akan selalu membuatmu menjadi anak paling bahagia di dunia ini.

...~•~...

Sasha sedang menyiapkan beberapa perlengkapan untuk pergi ke pantai bersama putra nya. Setelah selesai dia bergegas ke kamar putranya untuk membangunkannya.

"Sayang, kita akan sampai terlalu siang kalau kau masih belum bangun."

Sasha menepuk pelan pipi Rainer. Tubuh Rainer menggeliat lalu menguap.

"Oke mommy."

"Ayo mommy bantu bersiap."

Setelah selesai dengan persiapan dirumah, Sasha dan Rainer menuju pantai yang jaraknya kurang lebih memakan waktu 2 jam. Rainer terlihat sangat senang saat melihat hamparan pasir putih dan laut yang berwarna biru karena cuaca yang sangat cerah.

"Mommy kenapa bibi Anne tidak ikut? Pasti seru kalau ada bibi Anne."

Sasha mengoleskan sunscreen di wajah putih Rainer.

"Bibi Anne sedang sakit sayang."

"Kalau begitu pulangnya bisakan kita mampir ke rumah bibi Anne?"

"Tentu sayang. Kita akan menjenguk bibi Anne nanti."

Sasha begitu menikmati waktunya bersama putranya. Mereka menghabiskan waktu seharian dengan bermain air. Saat waktu menjelang sore, Sasha sudah bersiap pulang. Dia menggendong Rainer yang tidur karena kelelahan menuju mobilnya. Menidurkannya di bangku depan.

Tepat saat menutup pintu mobil, seseorang memanggilnya. Dan Sasha tahu siapa orang itu.

"Sasha." Panggil pria itu.

Untuk sesaat Sasha diam terpaku. Jantungnya berdetak cepat karena ketakutan. Lalu dia berbalik, memasang wajah senormal mungkin.

"Halo tuan Synder." Sasha mengangguk hormat.

"Aku pikir kau tipe orang yang senang dirumah. Aku tidak menyangka bertemu denganmu disini."

"Yah, aku sedang ingin melihat pantai hari ini. Lalu disinilah aku."

Lalu seorang wanita keluar dari mobil Jean. Wanita yang luar biasa cantik. Dengan senyum ramah dia mengangguk menyapa Sasha.

"Siapa dia Jean? Kau tidak ingin mengenalkannya padaku?"

"Masuklah dulu Julia, aku ada perlu sebentar."

Jawab Jean mengacuhkan pertanyaan wanita yang tidak lain adalah kakak Jean.

"Baiklah. Jangan terlalu lama, papa menunggu di dalam." Julia tersenyum keapada Sasha lalu berjalan masuk kedalam restoran mewah.

"Sepertinya anda sedang sibuk tuan Synder, kalau begitu saya permisi dulu."

Sebelum Sasha pergi, Jean berdiri menghalangi jalan.

"Ayo kita bicara."

"Kita bisa bicara tentang pekerjaan di kantor tuan."

"Sasha aku ingin bicara masalah kita."

"Maaf tuan, saya buru buru. Tolong minggir."

"Tidak. Aku ingin kita bicara sekarang. Banyak hal yang ingin aku bicarakan denganmu."

"Tapi, saya tidak ada yang ingin di bicarakan dengan anda." Jawab Sasha tajam.

Lalu suara ketukan di kaca mobil menarik perhatian keduanya. Wajah Rainer yang imut dan menggemaskan muncul di jendela.

"Mommy."

Sasha terlihat panik, lalu dengan cepat dia berdiri menutupi Rainer.

"Saya sedang buru buru tuan. Jika ada sesuatu yang ingin dibicarakan, kita bisa bertemu dikantor senin nanti."

Jean menatap Sasha dengan wajah yang sulit diartikan. Lalu tiba tiba dia mengambil ponsel dari kantong celananya dan memberikan kepada Sasha.

"Kalau begitu beritahu aku nomermu."

"Saya rasa kita tidak sedekat itu untuk bertukar nomer ponsel."

"Bukankah wajar seorang bos memiliki nomer karyawannya?"

Sasha menggigit bibir bawahnya kesal. Orang ini selalu bisa membuat alasan yang tidak bisa di tolak. Dengan enggan Sasha mengetikkan sebuah nomer di ponsel Jean.

Jean langsung melakukan panggilan di nomer Sasha. Ponsel Sasha berdering di kantong celananya.

"Hanya memeriksa. Apa kau benar memberiku nomermu atau tidak." Jean tersenyum yang membuat ketampanannya meningkat berkali lipat. "Maaf sudah menahanmu, hati hati berkendara, hari sudah akan gelap."

"Terima kasih tuan sudah mengkhawatirkan saya. Saya permisi." Dengan cepat Sasha berjalan melewati Jean dan masuk kebalik kemudi.

Saat mobil sudah akan melaju, Rainer kembali muncul di kaca jendela mobil. Tersenyum lebar dan melambaikan tangannya yg kecil kepada Jean.

"Daaaah uncle."

Jean menatap kepergian mobil Sasha. Ada sesuatu yang mengusik di hati nya. Sudah jelas status Sasha adalah single, di profil Sasha yang Jean dapat di kantor. Siapa anak kecil yang memanggilnya mommy?

Jean menelpon Dylan, asisten pribadinya.

"Cari tahu semuanya tentang Sasha Alison. Latar belakang, keluarganya, teman temannya, semuanya. Jangan ada yang terlewat."

"Baik tuan."

"Kirimkan padaku secepatnya."

Jean memasukan ponselnya ke saku celananya dan berbalik untuk menemui keluarganya.

...~•●•~...

Sasha mencengkram keras kemudinya. Pikirannya kacau. Pemikiran bahwa Jean melihat dan mendengar Rainer memanggilnya mommy, membuatnya takut. Takut Jean akan mencari tahu tentang hidupnya. Mencari tahu tentang putranya.

Sasha menatap putranya yang sedang asik dengan mainan dinosaurusnya, siapapun yang melihatnya akan langsung mengenali bahwa Rainer adalah putra Jean. Sasha tahu betul dia tidak akan bisa melawan Jean jika Jean menuntutnya. Sasha tidak punya kekuatan.

Apa aku pergi saja??

Lalu Sasha menghela nafas berat. Tidak mungkin dia meninggalkan kehidupannya disini. Sasha ingat betul kesulitan yang ia hadapi saat memutuskan untuk pindah ke New York. Dari mencari tempat tinggal sampai mencari pekerjaan, semuanya begitu sulit saat itu.

Dan sekarang dia sudah hidup berkecukupan. Mempunyai karir yang bagus. Rainer bisa hidup tanpa kekurangan seperti anak anak lain. Sasha tidak sanggup jika harus kembali memulainya dari awal lagi.

Apa yang harus aku lakukan?

Usapan lembut di pahanya membuatnya tersadar dan menatap putranya.

"Apa Mommy lelah? Kita bisa istirahat sebentar."

Mata Rainer menatap ibunya dengan ekspresi sedih. Seperti mengerti bahwa ibunya sedang memikirkan sesuatu yang berat.

"Mommy baik baik saja sayang."

Sasha tersenyum mengusap pelan kepala putranya.

"Mommy siapa paman tadi?"

Sasha menatap terkejut putranya yang tiba tiba menanyakan Jean.

"Paman tadi rekan kerja mommy. Kenapa kamu bertanya?"

"Aku berharap bisa bertemu lagi dengannya."

Rainer menjawab dengan senyum polos. Hati Sasha merasa terusik. Mungkinkah karena ikatan darah. Apa aku egois jika aku menyembunyikan Rainer dari ayah kandungnya?

Setelah hubungannya dengan Jean berakhir, tidak sekalipun Sasha berhubungan dengan pria lagi. Hidupnya hanya seputar bekerja dan putranya. Bagi Sasha kehadiran putranya sudah cukup untuknya. Dia tidak membutuhkan pria dalam hidupnya.

Beberapa pria berusaha mendekati Sasha, tetapi Sasha selalu membuat batasan. Sasha tidak mau memperumit hidupnya dengan kehadiran seorang pria.

Akhirnya mobil Sasha berhenti di basement apartementnya. Sasha menggandeng Rainer menuju lift. Saat menunggu lift, tiba tiba seseorang meraih tas besar yang ia bawa.

"Tanganmu terlalu kecil untuk membawa tas sebesar ini."

"Jack. Astaga apa yang sedang kau lakukan disini?"

Sasha terkejut mendapati Jack, Rekan satu divisinya berada di kawasan apartement nya.

"Aku pindah kemari hari ini." Jawab Jack tersenyum. Lalu tatapannya pindah menatap Rainer. "Halo boy, kau pasti pangeran kecil yang selalu menelpon Sasha setiap jam makan siang."

Rainer tidak menjawab. Dia malah menyembunyikan wajahnya di belakang tubuh Sasha.

"Dia putraku. Namanya Rainer." Jelas Sasha singkat.

Lalu pintu lift terbuka dan mereka masuk.

"Dilantai berapa unitmu?"

"15."

Jack menekan tombol 15. Sasha menunggu Jack menekan lantai unitnya tapi Jack tidak melakukannya.

"Di lantai berapa unit mu Jack?" Tanya Sasha penasaran.

"Kita tinggal di lantai yg sama ternyata."

"Apa kau yang akan tinggal di depan unit ku? Kemarin aku dengar pasangan suami istri yg tinggal di depanku akan pindah."

Jack mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Sasha.

"Jadi kita akan bertetangga mulai sekarang. Mohon bantuannya ya tetangga." Gurau Jack yang membuat Sasha tertawa.

Ting

Pintu lift terbuka dan mereka keluar. Dilantai 15 hanya terdapat 2 unit. Jack mengantar Sasha sampai ke depan pintu.

"Terima kasih sudah membantuku membawa tasnya. Kalau butuh bantuan, jangan sungkan untuk mengetuk pintu rumahku."

"Tentu saja, sepetinya aku akan banyak merepotkanmu nanti."

"Kalau begitu, aku masuk dulu. Sampai jumpa Jack."

Jack tetap berdiri walau pintu rumah Sasha sudah tertutup di depannya. Sebuah senyuman mengembang di wajahnya.

"Aku pasti bisa mendapatkan hatimu."

Gumam Jack. Lalu berbalik dan masuk ke dalam rumahnya.

Ep. 3

Seperti Biasa Sasha berdiri di loby apartement nya untuk menunggu taxi. Tiba tiba sebuah mobil audi berwarna grey berhenti di depan nya. Saat kaca mobil diturunkan, Jack tersenyum sambil melepas kacamata hitamnya.

"Masuklah, kita bisa ke kantor bersama."

Sasha berjalan mendekat dan menyentuh pintu mobil Jack.

"Wahh Jack, aku tidak tahu kau punya mobil se mewah ini. Apa kau benar Jack yang ku kenal?"

Jack tertawa mendengar kata kata Sasha.

"Masuklah. Aku akan mengantarmu dengan mobil mewah ini." Jawab Jack sombong, yang tentu saja hanya bercanda.

"Hahaha astaga Jack, kau sudah membuatku tertawa di pagi hari ini. Tapi terima kasih untuk tawaranmu, aku sudah memesan taxi online."

"Oh ayolah kau bisa membatalkannya dan ikut bersamaku. Aku lebih senang berangkat ke kantor jika ada yang menemani."

"Tidak perlu Jack sungguh. Aku naik taksi saja."

Tin tin tin

Suara klakson mobil di belakang mobil Jack mengalihkan perhatian Sasha. Ternyata itu taksi online yang dia pesan.

"Lihat, taksi ku sudah datang."

Jack keluar dari mobil dan berjalan menghampiri supir taksi itu. Terlihat Jack mengeluarkan beberapa lembar uang yang jumlahnya cukup banyak dan menyerahkan ke supir taksi itu. Lalu taksi itu pun pergi. Sasha terlihat bingung menatap Jack.

"Apa yg kau lakukan Jack? Kau menyuruh taksi ku pergi?"

Jack membuka pintu mobilnya untuk Sasha.

"Aku hanya ingin kita bisa berangkat bersama."

"Tapi tetap saja, astaga Jack kau bahkan memberikan uang terlalu banyak kepada supir taksi itu."

"Sudahlah, cepat masuk. Kita bisa terlambat ke kantor."

Dengan terpaksa Sasha masuk ke dalam mobil Jack diikuti senyum kemenangan Jack.

Dalam perjalanan menuju kantor mereka banyak bicara mengenai proyek yang sedang mereka kerjakan. Tim pemasaran sedang mengerjakan proyek untuk brand ambassador perusahaan. Mauren group adalah perusahaan besar yang identik dengan industri perbankan dan finansial. Perusahaan ini juga menaungi salah satu e-commerce terbesar di eropa. Kantor pusatnya berada di New York, Amerika Serikat.

Perusahaan multinasional ini memiliki nilai kapitalisasi pasar Rp1,2 triliun dengan keuntungan Rp2,53 triliun. Sasha benar benar merasa beruntung bisa menjadi salah satu bagian dari perusahaan besar ini.

"Aku sudah membuat proposal untuk proyek kita. Kau tahu aktris Alexa Olivia? Aku rasa dia pantas menjadi brand ambassador kita tahun ini." Sasha mulai mendiskusikan tentang pekerjaan.

"Bukankah dia sangat sulit untuk di temui. Kau akan kesulitan membuat janji temu dengannya."

"Kita tidak tahu sebelum mencobanya."

"Aku menyukai semangatmu. Ajak aku saat kau mau menemuinya."

"Apa ini? Apa kau salah satu penggemarnya?"

Sasha tertawa membayangkan seorang pria dewasa seperti Jack menggemari gadis 20 an. Agak kurang pas dengan image nya.

"Karena aku bisa membantumu untuk bertemu dengannya."

Mereka berbincang dan sesekali tertawa karena lelucon yang Jack katakan. Padahal ini kali pertama Sasha dan Jack bisa berbincang panjang kali lebar berdua. Biasanya mereka selalu berempat dan hanya mengobrol saat di kantor saja. Tapi Sasha merasa Jack orang yang cukup nyaman untuk Sasha jadikan teman.

Mobil Jack berhenti di parkiran. Jack turun dan membukakan pintu untuk Sasha.

"Terima kasih Jack."

Sasha turun dari mobil. Mereka jalan berdua memasuki gedung kantor Mauren group.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Jean menatap ipad di tangannya dengan geram. Jadi Sasha sudah memiliki seorang putra?? Jean memperbesar foto Rainer yang tengah tersenyum menggemaskan. Tapi anak kecil ini terasa familiar. Apa mereka pernah bertemu sebelumnya??

Disini tidak ada informasi apapun tentang ayah anak Sasha. Apa Sasha hamil di luar nikah?

Sasha tinggal di Regatta Terrace. Salah satu apartement kalangan menengah di New York. Bersama dengan seorang putra bernama Rainer Alison. Dan juga ada seorang asistant rumah tangga bernama Anne. Orang tua Sasha berada di Chicago.

Sasha pindah dari Chicago ke New York City 5 tahun yang lalu. Dan tidak lama mulai bekerja di Mauren group.

"Hanya ini? Kenapa hanya sedikit sekali informasi tentang Sasha."

Perhatian Jean beralih ketika bunyi email masuk. Jean membuka email yang ternyata dari manager tim marketing, Sasha Alison.

"Kebetulan sekali, aku ingin bertemu dengannya."

Jean tersenyum melihat proposal yang Sasha kirim. Ini bisa di jadikan alasan agar Sasha mau bertemu dengannya. Karena dari semalam telepon atau chat dari Jean semua diabaikan oleh wanita itu.

Jean menekan intercom, menyuruh sekretarisnya agar memberitahu Sasha untuk menemuinya jam makan siang nanti.

Di ruangan tim marketing,

Sasha meremas kertas dihadapannya menjadi bola tidak berbentuk. Barusan dia menerima telepon dari sekretaris Jean, menyampaikan agar ia ke ruangan Jean jam makan siang nanti.

Sasha akan menerima jika itu berkaitan dengan pekerjaannya. Tapi jika dia membual lagi tentang hubungan mereka, Sasha akan menjambak rambutnya dan menendang wajahnya, yang tentu saja hanya bisa dilakukan dalam mimpinya.

Mau bagaimanapun hubungannya dengan Jean, mereka tetap bos dan karyawan di kantor. Sasha akan bersikap profesional sekarang. Kejadian saat Sasha menampar Jean, itu karena dia tidak bisa berfikir jernih. Dia terlalu terkejut dengan pertemuan pertama mereka.

Saat jam makan siang,

"Ada restoran jepang baru di persimpangan. Bagaimana kalau kita makan siang disana?"

Kimberly sudah bersiap dan tidak sabar untuk pergi ke restoran itu.

"Setuju, aku dengar tempatnya nyaman, makanan nya juga enak." Rose mengangguk setuju.

"Jack?" Tanya Kim menatap pria yang masih saja mengerjakan sesuatu di laptopnya.

"Aku ikut saja."

"Good. Bagaimana denganmu Sasha?"

"Maafkan aku. Aku ingin sekali ikut dengan kalian, tapi aku tidak bisa. Aku harus menemui direktur kita." Sasha membereskan beberap berkas yang akan ia bawa.

"Apa ada masalah?" Tanya Jack.

"Entahlah. Mungkin ada yang salah dengan proposal yang aku ajukan. Aku pergi dulu." Sasha berdiri lalu berjalan keluar.

Saat di lift, tak hentinya dia berfikir bagaian mana dari proposalnya yg salah. Sebelum memberikannya pada direktur utama, Sasha sudah terlebih dahulu memberikannya kepada manager umum untuk di evaluasi. Dan semuanya bagus.

Ting

Pintu lift terbuka. Sasha berjalan menuju satu satunya ruangan di lantai paling atas gedung ini. Lantai direktur utama. Langkah Sasha berhenti didepan meja sekretaris Jean.

"Nona Alison, silakan masuk. Tuan Synder sudah menunggu anda." Dengan senyum ramah dan sopan sekretaris itu mempersilakan Sasha masuk.

"Terima kasih." Jawab Sasha ramah.

Sasha mengetuk pintu dulu, menunggu jawaban.

"Masuk."

Sasha membuka pintu dan masuk. Jean terlihat masih sibuk dengan laptop di depannya. Sasha berdiri di depan meja Jean.

"Anda memanggil saya tuan?" Tanya Sasha langsung. Dia hanya ingin cepat menyelesaikan urusannya disini.

Jean melepas kacamatanya lalu menatap Sasha.

"Kau sudah makan siang?" Bukannya menjawab pertanyaan Sasha, pria itu malah balik bertanya.

"Saya langsung kesini karena tuan ingin bertemu dengan saya."

"Baiklah. Ayo." Jean berdiri meraih jas nya lalu berjalan keluar.

Sasha dibuat bingung dengan Jean yang sudah terlebih dahulu keluar ruangan. Dengan cepat Sasha berjalan mengejar Jean yang sudah berdiri di depan lift.

"Tuan, anda belum mengatakan alasan anda memanggil saya. Apa tentang proposal yang saya kirim?" Tanya Sasha menatap bingung bosnya ini.

"Kita bicara sambil makan. Aku sangat lapar."

Ting

Pintu lift terbuka. Jean melangkah masuk, namun Sasha tetap berdiri di tempatnya. Jean menahan pintu lift yang sudah akan tertutup.

"Ada apa lagi? Cepat masuk."

Sasha ragu sejenak. Pasalnya, mau sepenting apapun, dia tidak pernah yang namanya membahas pekerjaan dengan atasan sambil makan bersama. Apalagi ini hanya berdua.

"Anda bisa makan dengan nyaman tuan. Saya akan kembali setelah anda selesai makan siang."

Jean menatap Sasha sebentar, lalu kakinya maju selangkah. Dengan cepat tangannya meraih pinggang ramping Sasha dan menariknya kedalam lift.

"Astaga Jean, apa yang kau lakukan." Bisik Sasha takut suaranya terdengar Sekretaris Jean yang Sasha yakini melihat adegan tadi.

"Aku bilang sangat lapar. Kau malah membuang waktuku dengan memberi alasan konyol." Jean menjawab cuek.

"Kita tidak bisa makan siang bersama. Sudah pasti akan beredar gosip aneh kalau ada yang melihat kita makan siang bersama."

Jean mengedikkan bahunya tanda tidak peduli.

"Dengar Jean, seburuk apapun hubungan kita, jika di kantor kau tetap bosku dan aku karyawanmu. Yang sudah sewajarnya menjaga jarak. Sekarang katakan padaku alasanmu memanggilku."

"Hubungan kita tidak buruk. Tidak sampai saat nanti kau mendengar penjelasanku."

Ting

Pintu lift terbuka. Jean meraih tangan Sasha dan menggandengnya keluar menuju loby. Dengan panik Sasha berusaha melepas genggaman Jean.

"Jean apa kau sudah gila. Cepat lepaskan tanganku." bisik Sasha.

Jean tidak menjawab dan tidak melepaskan genggaman tangannya. Dia terus berjalan menggandeng tangan Sasha sampai mereka masuk ke dalam mobil Jean. Tentu saja dengan beberapa pasang mata yang terkejut melihat pemandangan itu.

"Jangan lakukan itu lagi."

Sasha berkata kesal. Matanya enggan menatap Jean, dia terus melihat keluar jendela selama perjalanan menuju tempat makan bos nya ini.

"Kau tidak merindukanku?" Tanya Jean lembut.

Sasha memejamkan matanya merasa muak dengan sikap Jean.

"Apa kau tahu, sikapmu akan membuatku sulit. Bisakah kita pura pura tidak saling kenal? Oh bila perlu kita lupakan kalau kita pernah saling mengenal."

Sasha menatap tajam Pria yang pernah menjadi cinta pertamanya ini.

"Maafkan aku." Kata Jean tulus.

Sasha diam menatap wajah Jean. Terlihat ketulusan terpancar dari tatapan matanya.

"Aku mencarimu 3 tahun yang lalu. Aku menemui orang tuamu. Tapi mereka tidak mau memberitahuku dimana kau berada. Mereka menyuruhku melupakanmu dan jangan mencarimu."

Sasha memang berpesan kepada orang tuanya sebelum pergi meninggalkan chicago. Jika suatu hari Jean datang mencarinya, jangan pernah memberitahu keberadaannya.

"Aku bersalah padamu. Aku bersalah karena 2 tahun tanpa kabar, dan saat kembali kau sudah benar benar pergi meninggalkanku."

Tenggorokan Sasha tercekat tanpa bisa mengatakan apapun.

"Pernikahanku tidak nyata Sasha. Tidak bagiku."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!