NovelToon NovelToon

Cinta Si Gigi Bungsu

Jatuh Cinta

Langit yang cerah, cuaca yang bagus. Sungguh hari yang sempurna untuk seorang gadis bernama Rara. Rara berdiri di depan pintu gerbang kampus sambil menghela nafas berat. Hari ini dirinya berencana untuk membuat misi menyatakan cinta kepada siapapun meski bukan orang yang dicintai. Misinya kali ini ialah menjadi perantara bagi orang orang yang ingin menyatakan cinta.

Rara berjalan memasuki gerbang kampus yang bertuliskan fakultas kedokteran gigi. Terlihat segerombolan mahasiswa tengah meniupkan balon warna-warni dan mengikatkan balon ke sebuah tali kecil. Seorang mahasiswi yang merupakan junior Rara menghampirinya.

"Kak Rara, kejutannya akan segera dimulai." kata junior itu.

"Benarkah? siapa?" tanya Rara.

" Mahasiswa kedokteran akan menyatakan cinta pada mahasiswi kedokteran gigi". jawab junior itu.

"Dimana tempatnya?" tanya Rara

Junior itu menyuruh Rara mengikutinya. Lalu salah satu Junior yang lain meminta Rara untuk membawakan balon. Rara mengambil semua balon itu. dan berjalan mengikuti arah junior tadi. Dan sampailah Rara di lapangan basket, Rara melihat sekitar tidak ada orang di sana. Hanya Rara seorang yang ditemani balon warna-warni yang dipeganginya.

Tiba-tiba datang beberapa orang sambil memegang balon yang sama. Mereka semua mengelilingi Rara, membuat Rara tak bisa melihat sekitarnya. Rara merasa bingung dengan apa yang terjadi. Lalu seseorang datang menyentuh kedua pundaknya kemudian mencium keningnya. Orang-orang itu berteriak bahagia dan melepaskan balon terbang ke langit.

Satu tahun yang lalu..

Rara berdiri sambil memandang kearah baliho yang menuliskan perayaan Hari Valentine 2021. Dengan kacamata besar yang dipakai bahkan behel yang menempel di giginya, dia terlihat tak begitu menyukainya. dia melihat mahasiswa lain tengah sibuk menyiapkan perayaan valentine.

" Aku benci acara ini". ucap Rara dalam hati.

Acara yang berlangsung hampir setiap tahunnya, membuat Rara tak menyukainya apalagi ada mahasiswa yang menyatakan perasaan cinta kepada orang yang dicintai.

Saat Rara berdiri melihat orang-orang di sekitarnya, seseorang junior menghampirinya.

"Kak, mengapa malah berdiri disini? Siapkan kejutan untuk selanjutnya. Ayo!" kata Junior itu sambil menarik tangan Rara.

Rara berdiri ditengah Aula. Acara Valentine ini diadakan bagi orang-orang yang tidak berani menyatakan cintanya. Mereka akan meminta bantuan kepada panitia untuk menyediakan kejutan spesial bagi orang-orang yang ingin menyatakan cinta sesuai dengan tema yang mereka inginkan. Dan Rara merupakan orang yang juga ikut membantu mensukseskan acara tersebut. Mungkin bagi semua orang acara ini sangatlah bagus. Namun, tidak bagi Rara. Rara masuk ke dalam komunitas ini dikarenakan desakan dari seniornya. Jika tidak didesak mungkin Rara tidak akan ingin menjadi anggota komunitas itu.

Rara berdiri ditengah Aula, di depannya sudah ada pasangan. Dari sisi kanan si cowok datang membawakan bunga diiringi dengan teman cowoknya. Begitu pula dari sisi kiri sang gadis ditutup matanya dengan kain lalu diiringi dengan beberapa temannya. Rara yang berdiri terlihat sangat kesal.

Saat pasangan itu berdiri, sang gadis dibuka penutup matanya. Musik romantis pun diputar. Si cowok dengan bunga ditangannya, kemudian menyanyikan sebuah lagu romantis.

"Huh! merinding!" kata Rara kesal dalam hati.

Melihat adegan romantis di depannya. Rara kepikiran jika dirinya tidak pernah berkesempatan merasakan hal sama yang seperti itu dalam hidupnya. Bagi Rara, dirinya seperti gigi geraham paling dalam, paling belakang. Mungkin orang berfikir jika gigi itu kuat. Ternyata tidak, gigi itu hidup dibawah gusi. Yang hanya menunggu waktu menjadi gigi bungsu, gigi itu akan tumbuh tanpa lawannya. Rara menjadi orang yang tidak berguna, yang hanya menunggu untuk dicabut. Bagi Rara dirinya tidak berharga. Teman saja tidak punya apalagi seorang kekasih. Rara merasa kesal, kenapa saudaranya tidak membagikan ketampanan serta kepintarannya untuk adiknya ini.

Rara mengingat kembali kenangan saat SMA, saat dirinya tidak sengaja mendengar teman kelasnya mengatakan bahwa mereka tidak menemukan hal baik yang ada pada diri Rara dibandingkan dengan saudaranya. Bahkan mereka tak segan memuji saudaranya itu seorang yang menawan. Itulah yang menjadi alasan Rara tidak mau memiliki teman. Bagi Rara, dirinya hanya sebagai lelucon untuk teman sekelasnya. Teman sekelasnya bahkan membicarakan hal buruk tentang dirinya. Bahkan banyak dari mereka mendekati Rara, karenakan Rara baik terhadap mereka dan memiliki saudara yang tampan. Sebagian dari mereka mendekati Rara hanya karena memanfaatkan kepintaran Rara. Hal itu membuat Rara emosi dan bertengkar dengan teman sekelasnya. Alasan itulah membuat Rara tak memahami cara bersosialisasi. Bahkan dengan jahatnya teman sekelasnya mengatakan bahwa Rara adalah seseorang yang buruk dan kerap melakukan hal-hal aneh. Yang membuat sakit hati saat mereka mengatakan jika Rara tidak ada yang baik dalam hidupnya, kecuali saudaranya.

Apa yang terjadi di masa SMA mengubah hidup Rara. Rara tidak percaya lagi dengan orang-orang di sekitarnya. Bahkan dipikiran Rara senyuman yang mereka berikan hanyalah senyuman palsu. Bahkan Rara takut menunjukan perasaan yang sebenarnya, bahkan saat dirinya menginginkan cinta, pertemanan dan dukungan dari orang lain.

Dramatis sekali! begitulah yang difikirkan Rara akan kisah hidupnya. Rara masih berdiri melihat adegan romantis di depan.

" Ck! kejutan dan lagu yang romantis". kata Rara kesal dalam hati.

Bahkan ada adegan dimana orang yang mengiri sang gadis mulai menaburkan kelopak bunga mawar ke arah mereka.

"Ck! kenapa gak menikah saja si mereka! menyebalkan!" kata Rara dengan nada tak suka.

Rara memilih meninggal aula, dari pada harus berlama-lama melihat drama romantis di depannya. Rara berniat mau pulang, namun hujan turun dengan deras. Terpaksa Rara harus tetap berdiri di depan pintu masuk aula.

"Hujan di bulan februari? segalanya sudah gila! bagaimana bisa aku mendapatkan payung untuk pulang?" kata Rara kesal.

Yang paling menyebalkan saat dirinya berdiri menunggu hujan reda, beberapa orang dengan berpasangan melewatinya dengan menerobos hujan dengan satu payung berdua. Melihat itu Rara kesal, dan ingin mendorong mereka jatuh ke tanah. Rara menadahkan tangan ke air hujan lalu melihat ke atas.

"Sinar matahari sudah mulai terlihat. Hujannya mungkin akan berhenti sebentar lagi". Kata Rara untuk dirinya sendiri.

Namun, sudah satu jam hujan tak kunjung berhenti. Rara tidak bisa menyembunyikan wajah kesalnya.

" Hei, jangan hujan-hujanan!" kata seorang cowok dari belakang.

Rara menoleh dengan cepat, tak sadar kacamatanya jatuh. Cowok itu menghampirinya dengan membawakan sebuah payung. Cowok itu mengambil kacamata Rara yang terjatuh dan memakaikan ke Rara. Membuat Rara melihat jelas wajah cowok dihadapannya itu.

"Kamu bisa sakit." kata cowok itu dihadapannya.

Rara melihat dengan jelas senyuman manis cowok itu untuknya. Membuat Rara salah tingkah.

"Mau pulang ya?" tanya cowok itu.

"Aku anterin kamu ke tempat pemberhentian bus ya". Kata cowok itu lagi.

Kata-kata itu terngiang di telinga Rara, membuat Rara terus menatap wajah cowok dihadapannya itu. Cowok itu membukakan payung, lalu menarik Rara dekat dengannya.

"Ayo!" kata cowok itu.

Hal itu membuat hati Rara berdegup kencang.

Sesampai di pemberhentian bus, hujan sudah reda.

"Aku.. aku... berterima kasih". kata Rara tersenyum malu.

"Sama-sama". kata cowok tersebut.

Lalu cowok tersebut mengambil stiker love di saku celananya. kemudian menempelkan stiker itu di baju Rara.

"Selamat hari Valentine". kata cowok tersebut.

"Baiklah aku harus pergi, sampai ketemu lagi". Kata cowok itu sambil tersenyum dan berjalan meninggalkan Rara.

Rara hanya tersenyum.

"Jadi seperti ini rasanya jatuh cinta pada pandangan pertama".

Satria!!

Rara masih berdiri di pemberhentian bus sambil memegang dadanya. Tidak disangka ada sebuah motor yang melaju kencang di jalan, membuat air hujan yang tergenang di jalan terciprat ke wajah Rara. Rara belum menyadari bahkan dalam hatinya mengatakan orang yang sedang jatuh cinta merasakan senang dan bersemangat. Bahkan ada sebuah motor datang dan kembali wajah Rara terkena air. Lagi-lagi Rara malah berkata dalam hati jika dirinya baru saja mandi dengan air suci. Begitulah jatuh cinta, terkena cipratan air hujan pun tak masalah. Hingga tak terasa dirinya sudah basah kuyup. Lalu Rara menyadari kebodohannya.

"Rara, kamu sudah pulang?" teriak mama Rara dari luar kamar Rara.

"Iya ma". jawab Rara

" Kamu pergi kemana? kamu tidak makan malam dulu?" tanya mama Rara.

"Aku sudah kenyang ma". jawab Rara.

"Kenyang gimana?"

"Aku sudah kenyang akan cinta ma".

"Apa?"

"Bukan apa-apa ma".

"Apa yang terjadi padamu?" tanya mama Rara sembari meninggalkan pintu kamar Rara.

Di dalam kamar Rara menempel stiker pemberian cowok tadi di kaca riasnya sambil tersenyum. Rara lalu ke kamar mandi untuk menyikat gigi.

Hari ini, Rara pertama kalinya bisa berbicara dengan orang yang selama ini dia sukai. Namanya Bima, Rara tahu sebab baru saja dia mencari akun media sosial cowok yang bertemu dengannya tadi siang. Mendengar nama Bima membuat Rara ingin segera pergi menuju galaksi Bima sakti (haha).

Setelah kejadian di hari valentine, Rara sudah mencari tahu cowok yang membantunya itu.

Nama cowok itu adalah Bima Pratama, mahasiswa semester 3 fakulitas kedokteran. Terkadang Rara berkunjung ke fakulitas kedokteran untuk sekedar melihat Bima. Bagi Rara semakin menatap Bima, semakin menggemaskan Bima di matanya. Bahkan Rara menjuluki Bima sebagai bintang yang ingin digapai oleh semua orang. Setiap yang dilakukan Bima, terlihat menawan di mata Rara. Rara juga mengetahui jika Bima sangat menyukai roti isi coklat.

"Aduh! dia begitu menggemaskan!" kata Rara sambil mengintip Bima yang sedang menyantap roti isi coklat kesukaannya.

Rara juga suka mengecek status di media sosial Bima. Seperti saat ini Bima membuat status hari ini panas, bagi Rara itu terlihat menggemaskan. Namun tak disangka, saat Rara membaca semua komen di status media sosial Bima. Ada satu komentar yang membuat Rara terlihat tak begitu menyukai komentar dari orang itu.

"Lagi-lagi kamu, Satria!" kata Rara kesal.

Selama ini, bahkan hampir berbulan-bulan Rara mengikuti Bima. Rara selalu melihat Satria itu bersama Bima. Karena sudah sering mengikuti kegiatan Bima, Rara sering melihat Satria yang terus menempel pada Bima. Hal itu membuat Rara tidak begitu menyukai Satria, karena Satria selalu menggangu aktifitas Rara untuk dekat dengan Bima. Rara menganggap jika Satria adalah benalu yang terus mengganggunya untuk mendekati bima. Setiap Rara ingin mendekati Bima, Satria selalu muncul duluan.

"Mengapa cowok itu selalu nempel sama Bima?" kata Rara kesal saat melihat Satria memanggil Bima.

Saat Rara mengikuti Bima yang sedang makan dengan Satria. Rara berdoa jika cowok yang duduk dekat dengan Bima itu tersedak dari minumannya. Saat pertandingan basket, Rara benar-benar merasa kesal. Saat Rara hendak membawa minuman untuk Bima, malah justru keduluan oleh Satria.

"Dasar pengacau!". teriak Rara di kamar mandi.

Diluar kamar mandi terdengar suara yang berteriak.

"Mengapa kau berteriak seperti itu? dasar berisik!"

Teriakan itu merupakan suara dari kakak keduanya Rara yang bernama Raden. Yang dikagumi teman sekelas Rara karena tampangnya yang tampan.

"Ada masalah apa si! Aku mau buang air malah gak jadi " tanya Raden.

"Tidak ada apa-apa". jawab Rara.

" Tidak ada apa-apanya gimana? Bahkan aku sering melihat kamu menggerutu di depan ponselmu."

"Terserah Rara! yang jelas itu bukan urusan Abang. Sekarang Abang masuk ke kamar mandi dan lanjutkan kegiatan abang". kata Rara hendak pergi.

" Kau bertindak seolah menghindar, ini pasti urusan percintaan". Kata Raden menebak setelah gejala yang dialami Rara.

Rara terdiam saat Raden mengatakan hal itu.

"Kau pasti sedang menyukai orang secara diam-diam kan?" tanya Raden.

"Hmm..biar aku tebak, Bima kan?" tanya Raden lagi.

Mendengar nama Bima, Rara langsung menoleh ke arah abangnya itu.

"Bagaimana Abang tahu?" tanya Rara.

"Bagaimana aku tidak tahu? aku ini abang mu, jelas aku sangat mengenalimu". kata Raden sambil mengedipkan sebelah mata.

"Hmm.. teriakan tadi pasti sebuah kekesalan karena kau punya saingan, kan? dan bahkan sekarang kau merasa khawatir karena tidak bisa sedekat itu dengan Bima." Kata Raden.

Menurut Raden, adiknya itu tidak akan bisa dekat dengan Bima, karena adiknya seorang anti-sosial dan tidak pernah keluar rumah kecuali kegiatan kuliah. Bahkan Rara tidak mahir berolahraga, apapun jenis olahraga.

"Dasar payah!" begitulah ucapan yang selalu Raden layangkan ke adiknya itu.

"Sudah cukup bang! Abang ini tidak membantuku sama sekali!" ucap Rara kesal pergi meninggalkan abangnya.

Rara berniat untuk membelikan roti isi coklat kesukaan Bima. Rara berlatih berbicara saat nanti bertemu dengan Bima. Seolah dia sudah ada persiapan, untuk berkomunikasi dengan cowok yang disukainya itu. Saat Rara sedang berlatih, tiba-tiba dari belakang seorang cowok berteriak tepat di samping telinga kanan Rara.

"Aku tahu kau menyukainya. makanya aku mencurinya untukku." kata cowok itu yang ternyata adalah Satria.

Rara kaget dan menoleh, tak disangka roti yang dibawanya terjatuh berhamburan di lantai.

"Sial! Apa yang kau lakukan?" teriak Rara.

"Maaf." jawab Satria.

Rara berdecak kesal. Saat Rara hendak mengambil rotinya, Satria justru juga menunduk kesamping yang membuat hidung Satria bersentuhan dengan pipi Rara. Lagi-lagi saat sedang mencoba kembali mengambil rotinya, wajah Satri kembali bersentuhan dengan pipi Rara. Rara kaget dan terjatuh ke lantai hingga membuat tangan Rara menyentuh roti itu hingga lembek.

"Aku minta maaf. Aku akan belikan satu kotak roti isi coklat yang baru" kata Satria.

Rara menghiraukan perkataan Satria.

"Hari ini aku benar-benar kacau! rotinya hancur dan tanganku kotor" kata Rara kesal.

Satria menarik tangan kotor Rara dan mengelapkan dengan sapu tangan.

"Tadi itu aku tidak sengaja. Namun untuk yang ini aku memang sengaja." kata Satria.

"Kau membelinya dari toko yang dekat kampus kan? aku akan memberikanmu sekotak yang baru lagi" kata Satria.

"Tidak perlu, aku bisa membelinya sendiri." kata Rara pergi meninggalkan Satria.

Rara telat masuk kelas, karena hari ini ada mata kuliah yang dimana mahasiswa bergabung dengan beberapa mahasiswa dari fakulitas kedokteran. Rara masuk ke kelas pelan-pelan dan duduk di samping Bima.

"Hai Bima." sapa Rara.

"Hai Ra." jawab Bima.

"Kamu tahu namaku?" tanya Rara.

"Tentu. Saat dihari Valentine kita satu payung berdua, kamu saat itu mengenakan tanda pengenal di sana tertulis Rara." Jawab Bima.

Rara tersenyum mendengarnya.

"Dia bukan hanya menggemaskan tetapi juga perhatian terhadap hal-hal kecil." kata Rara dalam hati.

Tiba-tiba terdengar suara helaan nafas yang keras dari arah samping. Dan ternyata itu adalah Satria.

"Kenapa sih kamu!" tanya Rara kesal.

"Aku hanya menghela nafas. apa salahnya?" kata Satria.

Rara sangat kesal dengan Satria.

"Mahasiswi yang baru saja masuk, kamu dari fakulitas mana?" tanya dosen.

Rara lalu berdiri.

"Dari fakulitas kedokteran gigi pak." jawab Rara.

"Baiklah. sudah lengkap semua." kata dosen.

Dosen lalu bertanya kepada Rara. Namun, Rara menjawabnya dengan terbata-bata. Rara tak tahu jawabannya apa.

"Ada yang bisa bantu menjawab?" tanya dosen kepada mahasiswa lainnya.

Satria berdiri lalu menjawab pertanyaan dari dosen.

"Jawabanmu benar Satria. Dan kamu Rara harus belajar banyak dari Satria. semuanya tepuk tangan buat Satria." Kata dosen.

"Kamu pintar sekali. aku bahkan tidak tahu jawabannya." kata Bima memuji Satria.

"Bisakah nanti saat mata kuliah selanjutnya aku duduk di sampingmu?" tanya Bima.

"Tentu saja boleh." jawab Satria.

Rara menatap Satria kesal.

"Dasar cowok sok pintar, sok ramah!" kesal Rara dalam hati.

Terlihat tidak menarik

Mata kuliah gabungan telah selesai, Rara memasukan bukunya ke dalam tas. Rara melihat ke arah Satria yang juga melakukan hal yang sama dengannya. Rara lalu berdiri di samping Satria.

"Heh!" kata Rara dengan menunjukkan wajah judesnya.

"Kamu pikir kamu begitu cerdas, hah!" kata Rara.

"Satria." jawab Satria.

"Bodoh amat, sok pintar banget kamu. Pertanyaan itu untuk anak semester atas bukan semester rendah kaya kamu! Jangan-jangan kamu membaca buku kakak tingkat, hah!" kata Rara kesal.

Dikarenakan Rara menggunakan behel gigi. Omongan Rara terlihat aneh di pendengaran Satria.

"Kamu tak perlu bersuara seperti itu saat berbicara. Emang kamu gak terganggu dengan suara aneh mu itu." kata Satria mengambil tas dan hendak pergi.

Namun dengan sengaja Satria menginjak kaki Rara.

"Auw! Kamu sengaja menginjak kaki ku ya!" Kata Rara marah dan menarik kearah baju Satria.

"Kamu ingin mencari masalah dengan ku! hah!" kata Rara lagi.

"Kalian berdua sedang apa?" tanya Bima yang berdiri di pintu kelas.

"Gak ada, aku sedang membersihkan bajunya yang kotor." Kata Rara sambil tersenyum.

Tangan Rara yang berada di kerak baju kini berpindah, berpura-pura menepuk baju Satria.

"Lain kali hati-hati ya, agar bajumu tidak kotor." kata Rara kesal dan berpura-pura tersenyum.

Sedangkan Satria hanya terdiam melihat tingkah Rara dihadapannya.

"Satria!" panggil Bima.

Satria lalu menoleh ke arah Bima.

"Ke kantin yuk?" tanya Bima.

"Ya." jawab Satria.

"Kalau begitu aku tunggu kamu di luar." kata Bima pergi meninggalkan mereka berdua.

Rara yang berada disitu merasa cemburu dengan Satria yang selalu bisa dekat dengan Bima.

"Kamu mau ikut ke kantin bersama kami?" tanya Satria kepada Rara.

"Gak! Aku gak mau!." teriak Rara kesal.

"Baiklah. Kalau begitu kita berdua saja disini." kata Satria.

"Bangsat kau! Pergi sana!" kata Rara.

Namun, Satria tetap tidak beranjak dari hadapan Rara.

"Mengapa kamu belum pergi si!?" tanya Rara.

"Aku tidak bisa. Karena kamu menghalangi jalanku. Akui saja jika kamu ingin berduaan denganku di sini. " kata Satria.

Rara yang menyadari itu, langsung pergi keluar dari ruangan kelas.

Rara duduk di kantin, makanan yang ada di depannya membuatnya tak berselera untuk makan. Perasaan kesal terhadap Satria terus menghantui dirinya. Rara mengambil ponsel, dan mengetik sebuah pesan.

"Jika Bima tidak menghentikan ku, aku mungkin sudah menghajarnya." ketik Rara lalu kirimkan kepada akun yang bertulis Setia

" Siapa yang akan mempercayai hal itu?" balas akun itu.

Rara memiliki satu teman yang di media sosialnya bernama "Setia". Yang juga satu kampus. Meskipun begitu mereka tidak pernah bertemu. Kata Setia dia berasal dari fakulitas yang dekat dengan fakultas Rara. Namun, tidak ada niatan bagi Rara untuk bertemu dengan teman onlinenya itu.

"Ayolah.. bagaimana bisa aku tidak terlihat menarik di depannya? Jelas-jelas aku cewek sedang dia cowok" Tanya Rara kepada setia.

"Mengapa Bima memilih pergi dengannya, tidak denganku? tanya Rara lagi.

"Kamu benar-benar ingin tahu alasannya? kamu mempunyai beberapa masalah" tanya setia.

"Apa?" tanya Rara.

"Yang pertama, kacamata mu terlalu tebal. Kedua, kawat gigi yang membuat suaramu tidak jelas saat berbicara. Tiga, kamu tidak percaya. Bahkan dirimu selalu jalan menunduk. Empat, kamu itu mudah takut... hm... yang ke sepuluh, kamu terlalu kutu buku dan tidak punya banyak teman." Balas Setia.

"Sudah cukup! apa aku seburuk itu?" tanya Rara.

"Gak kok. justru aku mengatakan kelebihan mu." balas Setia.

"Gak usah memujiku setelah kau menghinaku." ketik Rara.

"Kamu bilang aku hanya punya sedikit masalah. jelas-jelas baru saja kamu membalas hampir belasan pesan tentang masalahku. Sudahlah, aku tak mau mengobrol denganmu lagi." ketik Rara kesal.

Rara meletakkan ponselnya di meja lalu melanjutkan makan dengan keadaan kesal. Rara mengingat balasan Setia mengenai dirinya yang memiliki banyak masalah. Bagi Rara itu terdengar begitu menyakitkan.

Rara baru saja tiba di rumah. Saat memasuki kamar, Raden sudah menunggunya. Rara tidak memperdulikan saudara itu.

"Rara, kamu ada masalah apa?" tanya Raden.

"Tidak ada." jawab Rara singkat.

"Jika tidak ada, kenapa wajah terlihat seperti orang yang sedang ingin buang air besar." Kata Raden.

"Aku baik-baik saja bang. biarkan aku sendiri." kata Rara.

"Hm.. kamu terlihat berbohong padaku." kata Raden.

Rara lalu duduk ke kasurnya sambil menghela nafas berat. Seolah-olah dirinya baru saja tertimpa masalah yang berat. Raden menarik kursi yang di didudukinya agar bisa duduk berhadapan dengan sang adik.

"Kamu tidak mau menceritakannya padaku,hm?" tanya Raden lagi.

" Sudah ku bilang aku tidak ada apa-apa untuk diceritakan, bang." Jawab Rara.

"Baiklah kalau masih belum menjawabnya." kata Raden.

Raden lalu mengangkat tangan kirinya ke atas dan tangan kanan digunakan untuk menarik kepala adiknya mendekat ke keteknya.

"Apa yang Abang mau lakukan?" teriak Rara.

"Kamu mau cerita atau ku paksa cium aroma ketek ku, hm?" kata Raden.

"Bang, hentikan! aku akan ceritakan sekarang!" teriak Rara yang berusaha agar kepala tak mengenai ketek saudaranya itu.

"Oke." jawab Raden lalu melepaskan Rara.

Rara lalu menarik nafasnya pelan.

"Hm.. apa Abang pernah menyukai seseorang?" tanya Rara.

"Iya, tentu. bahkan tiap hari. apalagi di kampus banyak cewek cantik. Lalu apa masalahmu?" kata Raden.

"Bagaimana caramu mengetahui mereka masih lajang atau sudah memiliki pacar?" tanya Rara.

"Kamu ini punya mulut, kan? Tanyakan saja. Bagaimana seorang kedokteran gigi begitu bodoh seperti ini" jawab Raden.

"Tidak ada kaitannya dengan hal itu. Tapi apa yang dikatakan Abang benar. Aku gak akan pernah tahu jika aku gak bertanya." kata Rara.

"Tapi, nanti dia akan tahu jika aku melakukan hal itu." kata Rara.

" Itu mah mudah. katakan saja jika temanmu ingin tahu." kata Raden.

" Tetapi, aku gak punya teman." Kata Rara.

"Aduh! kasihan sekali adik kecilku ini." kata Raden.

Raden lalu menepuk paha adiknya.

"Aku akan berkata jujur padamu. Meskipun hal ini membuat mu sakit hati, tapi aku akan tetap katakan. Lihatlah dirimu. kacamata tebal dan rambut yang berantakan. bicaramu gak jelas. Gayamu yang terlalu culun. cowok diluar sana menyukai cewek yang terlihat menarik. Jika kamu gak pernah berpikir untuk berubah, jangan berharap cowok untuk suka padamu, dik." kata Raden.

"Tetapi bang, saat Abang menyukai seseorang. Abang harus menyukai dia apa adanya." kata Rara.

Raden lalu berdiri dari kursinya.

"Ayolah dik, jangan terlalu optimis. bahkan jika kamu menjadi orang yang menarik pun, cowok akan tetap menganggap first impresion itu penting." kata Raden padanya.

"Iya,iya. aku gak akan berdebat mengenai hal ini, bang. Namun, saat kamu mencintai seseorang kamu juga harus menerima dia apa adanya." Kata Rara.

Raden menghela nafas, seolah dirinya capek berdebat dengan adiknya itu.

"Terserah kamu dik. suatu saat kamu akan memahami hal ini." kata Raden sambil menepuk pundak adiknya.

Raden lalu pergi meninggalkan Rara di kamar. Di atas kasur, Rara mengingat perkataan kakaknya. Mungkin apa yang dikatakan kakaknya benar. Dirinya tidak menarik, itu sebabnya Bima tidak menyukainya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!