NovelToon NovelToon

PERPISAHAN YANG DIPILIH

Hancur

...Happy reading...

Memiliki Suami yang selalu setia dan mencintai istrinya adalah idaman setiap wanita di muka bumi ini, selalu dimanja, selalu menuruti perintah istri, tidak pernah menuntut sang istri untuk melakukan ini dan itu. Sangat bahagia bukan memiliki keluarga seperti ini? Terlihat harmonis.

Salah satu wanita yang beruntung mendapati keluarga harmonis ialah Revalina Azalia dia sangat beruntung diperistri oleh Wirawan Indra, pria yang selama 4 tahun ini setia menemaninya tanpa mengeluh apapun, selalu mengerti Reva.

Selama pernikahan berjalan, tidak sekalipun Awan melakukan kesalahan walau secuil, bahkan pria itu sangat romantis pada Reva istrinya. Perlakuannya sangat lembut tidak pernah kasar, jangankan bersikap kasar, membentak Reva pun Awan tak pernah, semua Apa yang Reva mau selalu terpenuhi oleh Awan, selagi Awan mampu.

Hingga datang dimana masa yang tak pernah Reva Bayangkan sebelumnya, Hari yang Tak Pernah Reva Harapkan Tanpa Reva duga. Sebenarnya Apa yang ada dibenak Awan saat itu, tepat dimana Reva akan melahirkan calon Anak mereka, tinggal menunggu Reva bersalin, Bahkan Reva sudah berada di ruang persalinan, Awan mengatakan hal yang sangat menghantam Hatinya.

Awan mengelus perut Reva untuk mengurangi rasa mules Reva.

"Pasti sakit ya?"Tanya Awan

Reva tersenyum"Kata mama, Rasa sakit ini Akan tergantikan setelah anak kita lahir sayang"

Awan membisu, ia genggam tangan Reva erat².

"Reva"

"Iya?"

"Apa kau selama ini bahagia hidup bersama ku?"

"Kenapa bertanya seperti itu sekarang? Jelas aku bahagia sayang"kekeh Reva.

"Pernahkah kamu merasa bosan hidup bersama ku?"

"Tidak sayang, aku nggak pernah bosan sama suamiku yang tampan ini, apa jangan-jangan kamu yang bosan sama aku?"Reva mengelus Pipi Awan.

Awan tersenyum tipis"tidak juga, aku tak pernah bosan dengan mu Reva"

"Tapi kenapa sikapmu hari ini Sedikit aneh"

"Iya kah?"

"Iya, coba katakan ada apa?"

Awan ragu, ia ragu untuk membicarakan ini dengan keadaan Reva saat ini.

"Ayo bicara sayang!"Desak Reva.

Awan menghela nafas sejenak.

"Aku akan menikah lagi"

Degg!!!

Jantung Reva seakan berhenti sementara saat itu juga, jelas pendengaran Reva masih berfungsi dengan baik, ia tidak mungkin salah dengar.

"Co..b..ba...coba kau katakan sekali lagi"Ucap Reva terbatah karena mengatur nafas nya yang tersengal, perutnya kembali Mules.

"Aku akan menikah lagi"

"Apa kamu sedang bercanda?"

"Tidak Reva, aku sangat serius"Ucap Awan serius.

Reva meringis, merintih sambil memegangi perut besarnya, baby-nya mungkin sudah tidak sabar untuk keluar dan segera memukul Papanya, disaat Reva akan mempertaruhkan nyawanya demi melahirkan sang calon Anak, suaminya malah ingin menikah lagi? Konyol! Awan sangat konyol!.

"Apa kamu gila hah!?aku sebentar lagi akan melahirkan anak mu! Kau tidak liat!!"teriak Reva sambil meringis.

"Maafkan aku Reva, aku mohon kau ijin kan aku menikah lagi"Awan mempererat genggaman tangannya pada tangan Reva.

Reva menepis tangan Awan dengan kasar meskipun dalam kesakitan.

"Apa yang membuat mu melakukan ini ? Apa selama ini aku kurang Dimata mu?"air mata Reva merembes keluar dari mata, mengalir deras.

Awan menggeleng"tidak, kamu tidak kurang sayang"

"Lalu kenapa kamu ingin menikah lagi?"

"Ak..aku mencintai wanita lain"Awan menunduk.

Reva menatap Awan tak percaya, dia Bilang apa? Mencintai wanita lain? Kenyataan pait apa ini yang Reva dapatkan.

"Apa selama ini kamu tidak mencintai ku?"

"Aku cinta kamu Reva, sangat mencintai mu"

"Jadi maksud mu, kamu mencintai dua wanita sekaligus? Begitu?"

"Maaf Reva"Awan lagi lagi menunduk.

Reva tersenyum miris, takdir memang tidak pernah bisa di baca, Reva yakin ini pasti hanya mimpi.

"Lalu sekarang bagaimana mau mu?"

Awan kembali menatap Reva"ijinkan aku menikah lagi, selama ini aku tidak pernah meminta apapun dari mu kan? Saat ini aku mohon padamu, tolong ijinkan permintaan ku untuk menikah lagi"

"Kalau gitu ceraikan aku dulu, talak aku! Setelah itu terserah kamu mau menikah lagi atau nggak"

"Tidak, aku tidak akan pernah menceraikan mu Reva"

"Bukankah kau ingin menikah lagi? Apa mau mu memiliki istri dua? Iya?"

Perut Reva semakin sakit, Awan berusaha untuk mendekati Reva, tapi selalu Reva tolak.

"Aku mencintaimu dan juga mencintai nya Reva"

"Kau gila Awan!!"

"Maaf"

"Pergilah"usir Reva.

"Tidak, aku akan disini, melihat anakku lahir!"

Reva tersenyum sinis"kamu tidak pantas menjadi Papa dari anakku, jadi pergilah"

"Aku akan tetap disini!!"

"Anakku nggak butuh Papa seperti mu, pergi! Akan aku urus perceraian kita setelah anak ku lahir"

"Nggak Reva! Jangan usir aku"

"Bukankah kau ingin menikah lagi? Untuk apa kau disini? Cepat pergi!!!!"teriak Reva.

Semakin lama semakin Reva rasakan sakit perut nya, bahkan bukan hanya perut, hatinya pun ikut sakit.

"Sakit sekali rasanya"

Mau tak mau Awan keluar dari ruang persalinan Reva, Dokter pun masuk mendengar teriakkan Reva.

Awan berjalan menyusuri koridor rumah sakit, ia berjalan menuju Parkiran, Wajah nya kusut, wajah nya nampak murung. Setelah sampai di parkiran, Awan memasuki mobilnya lalu menjalankan nya menuju suatu tempat.

...*********...

Mobil Awan berhenti di sebuah rumah, disana sudah banyak orang yang datang dengan wajah gembira menyambut kedatangan Awan dirumah itu.

"Datang juga akhirnya kamu sayang" datanglah seorang wanita bergaun pengantin keluar dari dalam rumah dengan wajah sumringah.

Sudah bisa ditebak akan ada acara apa hari itu.

Awan mencoba untuk tersenyum lalu menghampiri wanita itu.

"Maaf ya lama"

"Apa sudah mendapatkan ijin?" Awan mengangguk.

"Sudah Anye"

"Kalau begitu ayo kita mulai acara nya"Anye menarik tangan Awan memasuki rumah nya.

Semua sudah siap, Awan pun tak perlu mengganti baju lagi, karena pakaian saat ini jas berwarna hitam dan kemeja putih.

Keduanya duduk di depan penghulu, Awan menjabat tangan penghulu.

"Saudara Wirawan Indra, saya nikahkan dan kawin kan engkau dengan Saudari Anye Prawitasari binti Wahyu Pramana dengan mas kawin berupa uang tunai sebesar 500juta dibayar tunai!!!"

"Saya terima nikahnya Anye Prawitasari binti Wahyu Pramana dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!!!"

"Bagaimana para saksi?"

"SAH"

"SAH"

semua, termasuk pasangan pengantin bersama sama merapalkan doa, dan secara bersamaan, dirumah sakit tepatnya diruang persalinan.

Reva mengejan, susuai arah dokter, agar bayinya keluar.

"Ayo buk! Terus! Dorong yang kuat"

"ENGKKKK!!! AKKKKK!!!!"

"Terus buk! Kepala nya udah kelihatan!"

Reva mengatur nafas nya, dengan sekali dorongan yang kuat, bayinya pun berhasil keluar.

"OEEEEEEK,OEEEEEEK, OEEEEEEK"

Reva merasa lega, bayinya dapat keluar dengan selamat.

Bayinya pun dibersihkan oleh suster, lalu digendong sang dokter untuk diberikan kepada Reva.

"Selamat y buk bayinya laki laki sangat tampan seperti Papanya, berat badan bagus, dan juga sehat"ucap Dokter memberikan Bayi mungil itu pada ibunya.

Reva terenyuh menatap sang anak, air mata mengalir deras, perasaannya bercampur aduk, Reva mengelus lembut pipi Bayinya.

"Anak mama, selamat datang di dunia nak, mama janji, meski nanti kamu tidak hidup bersama Papamu, Mama akan jamin kebahagiaan mu, sehat selalu ya sayang, tetep  selalu jadi kebahagiaan mama"

Reva mencium dahi anaknya dengan air mata yang masih mengalir.

...To be continued....

komen, like and share y

terima kasih udah mampir, kasih hadiah juga y, karena hadiah dukungan dari kalian semua, author jadi semangat Nulis, jangan sungkan sungkan...

siapa dia?

...Happy reading...

usai melaksanakan acara pernikahan, dua sejoli itu tengah merengkuh kenikmatan di dalam kamar pengantin. Awan lupa diri akan Revalina yang Mungkin saat ini sudah melahirkan Darah daging nya dirumah sakit.

MALAM PUN TIBA.....

Setelah puas bermain, Anye memeluk erat tubuh sang suami dan enggan melepaskan, seakan-akan takut Awan pergi meninggalkannya.

Awan membalas pelukan Anye dengan mengecup ujung Rambut wanita itu.

"Aku bahagia mas, Akhirnya kita bisa bersatu"

"Iya sayang, mas juga bahagia bisa bersama mu"

"Entah bagaimana dengan Reva disana"

Anye mendongak menatap Awan yang melamun.

"Kenapa sayang?"

Awan tersadar akan sentuhan tangan Anye.

"Tidak papa sayang"

"...yang bener"Ucap Anye manja.

Awan tidak tahan, Anye begitu menggoda, dihadapan Anye Awan bertekuk lutut, Awan pria normal, ia tidak munafik bila ia tergoda oleh anye.

Bukannya Awan ingin membanding-bandingkan Anye

dan Revalina, tapi urusan ranjang, Anye sangat menguasai, Awan bahkan begitu ketagihan dan merasa terpuaskan. Awan menangkup kedua pipi Anye lalu menyerobot mengecup gemas bibir nya, terulang lah kembali adegan panas tadi.

Satu kata untuk Awan?....

...**********...

Sudah satu Minggu berlalu, Reva diperbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit, dengan menggendong putranya Reva keluar dari rumah sakit seorang diri, malang sekali emang, padahal dirinya memiliki Suami, tapi sudah bisa Reva tebak, saat ini suaminya pasti sedang dirumah wanitanya yang lain.

Reva masih tidak percaya, laki laki setia seperti Awan bisa tega menyakiti Reva dengan berkata mencintai wanita lain saat Awan sendiri juga mencintai Reva.

Reva berjalan di pinggir trotoar menggunakan payung agar putra nya tidar kepanasan, ia pandangi baby yang satu Minggu lalu ia lahir kan.

"Kamu imut banget sih sayang"Reva mengelus lembut pipi Bayinya.

"Kamu harus jadi anak yang kuat dan sehat, janji sama mama ya, tumbuhlah jadi anak yang berbakti, setelah dewasa nanti."gumam Reva mencium anaknya.

Reva memberhentikan taksi, lalu masuk, sang sopir pun siap mengantar kemana Reva pergi.

1jam kemudian, taksi yang Reva tumpangi terhenti didepan rumah minimalis namun terkesan mewah, Reva turun bersama sang anak, ia tatap halaman rumah nya.

Reva sudah lama tidak pulang kesini, ini adalah rumah pertama Reva saat dulu Reva berhasil membangun perusahaan meneruskan perusahaan sang Ayah. Reva adalah wanita cerdas, sebelum menikah Reva sosok pembisnis perempuan yang sukses, bahkan cabang perusahaannya ada dimana mana. Reva menekuni dunia bisnis oleh perintah ayahnya, Reva dituntut untuk tidak boleh jadi wanita lemah, meskipun Reva perempuan. Kata sang Ayah, Reva harus punya pegangan sendiri, jangan terlalu tergantung pada laki laki, dalam arti lain, Reva harus punya dana untuk kehidupannya sendiri, jangan terlalu mengandalkan kekayaannya suaminya.

Sejak menikah Reva tidak lagi ke perusahaan, perusahaan Reva percayakan pada orang yang benar² dia percaya, Reva sengaja Tidak membolehkan Awan memegang perusahaan, banyak kasus, istri dibuang setelah suami merebut kekayaannya, Reva hanya berjaga jaga saja.

Reva masuk kedalam rumah, rumahnya tampak selalu bersih, karena Reva secara khusus memperkerjakan art untuk bersih bersih rumah lamanya, walaupun tidak Reva tempati.

"Selamat datang kembali nyonya"sambut bi Imey, asisten rumah tangga Reva.

"Hay bi, gimana kabar bibi" Reva duduk disofa melepaskan gendongan Bayinya pelan pelan.

"Saya baik nyonya, ah apakah dia anak anda nyonya? Tuan muda kecil?"Bi Imey antusias menatap baby mungil itu.

Reva tersenyum"iya, ini dia anakku, tampan bukan?"

"Iya dia sangat tampan, namanya siapa?"

"Entah, aku belum kepikiran buat namanya, apa bibi ada saran?"

"Saya mana tau nyonya, nanti yang ada namanya kuno"

Reva terkekeh geli, Reva berfikir, nama apa yang cocok untuk putra nya.

"Bagaimana kalau Daffion?"ucap Reva tiba²

"Daffion? Wah itu bagus nyonya"

"Baiklah, sudah ku putuskan, nama anakku adalah Daffion Alrezka"

...************...

Satu tahun telah terlewati, status Reva masih istri sah Awan, Awan kekeh tidak tidak mau bercerai, dan Daffion Alrezka, kini menjelma menjadi baby gembul super aktif. Reva kadang kewalahan menghadapi Tingkah Daffion, kalau tidak dibantu oleh bibi Imey, Reva pasti sudah menyerah.

Pagi itu yang biasanya damai, mendadak riuh dikediaman Reva, Reva dilanda panik, Daffion jatuh keningnya mengeluarkan banyak darah. Saat Daffion ditinggal oleh Reva ke toilet, Daffion jatuh dari tempat tidur dan menghantam dinding kamar, Untung saja bibi Imey liat.

Reva lemas juga panik membawa Daffion kerumah sakit terdekat bersama bibi Imey.

Sesampainya di rumah sakit, Reva berlari sambil menggendong Daffin, Reva menangis mencari dokter dan suster, Akhirnya setelah mendapat pertolongan, Daffion dibawa keruang pemeriksaan.

15 menit menunggu, dokter pun keluar.

"Bagaimana dok?"tanya Reva cemas.

"Begini Bu, anak ibu butuh donor darah secepatnya, kebetulan stok darah golongan darah anak ibu habis dan termasuk langka, apakah pihak keluarga ada yang golongan nya sama, atau papa si bayi?"tanya dokter.

golongan darah Reva adalah A+ sedangkan Awan AB-, lalu Daffion juga AB-, Reva langsung menelfon Awan.

Tut....

"Hallo?"

Suara wanita? Itu pasti istri baru Awan.

"Awannya Ada?"

"Oh mas Awan? Dia lagi sibuk buat persiapan Kelahiran anak kami, tolong jangan diganggu ya!"

Reva semakin sakit mendengar nya, suami nya akan punya anak dari wanita itu.

"Ini penting, anaknya mas Awan masuk rumah sakit, dia butuh darah mas Awan."

"Urus sendiri bisa kan? Emang pihak rumah sakit nggak punya? Darah yang sama punya orang lain bisa kan? Jangan menganggu mas Awan!!!"

Tut.....

telfon dimatikan, Reva menghela nafas, mencoba untuk tidak emosi, gimana sekarang Ia akan mencari pendonor untuk Daffion.

"Permisi? Apa anda yang tadi butuh donor darah?"

Reva berbalik dan melihat ada sosok laki laki didepan nya.

"Iya, apa golongan darah mu AB-?"tanya Reva.

"Bukan aku, tapi bos ku, beliau tadi tidak sengaja mendengar ucapan dokter dengan anda, dan sekarang beliau ada didalam, untuk melakukan donor darah."

Mata Reva berkaca kaca menatap haru, orang baik mana yang telah membatu nya, Reva bisa duduk lega menunggu jalanan nya transfusi darah.

satu jam sudah berjalan

Suara derap langkah sepatu terdengar mendekati Reva, Reva sudah hafal siapa ini, tercium dari bau parfum nya.

Reva pun menatap malas orang itu.

"Kenapa kesini?"

"Daffin bagaimana? Apakah baik baik saja?"tanya Awan khawatir.

Reva tersenyum sinis"bukanya kau lagi sibuk mengurus perlengkapan calon anak mu mas?"

"Ya, tapi setelah aku dengar Daffin masuk rumah sakit, aku langsung kesini"

"Jadi bagaimana keadaannya?"Awan berusaha untuk memegang tangan Reva, namun segera Reva tepiskan.

"Dia masih ada di dalam"

Cklekkk....

Pintu ruangannya terbuka, dokter keluar dari dalam.

"Bagaimana dok?"tanya Reva tak sabaran, begitu juga dengan Awan.

" transfusi darah nya berjalan dengan lancar, dan Daffin akan segera di pindahkan ke kamar inap"

"Syukurlah, tapi orang yang mendonor dok, dimana dia?"

"Itu....."

Belum sempat dokter berbicara, keluar lah laki laki dari belakang dokter.

...To be continued.........

komen, like and share y

terima kasih udah mampir, kasih hadiah juga y, karena hadiah dukungan dari kalian semua, author jadi semangat Nulis, jangan sungkan sungkan...

Dhizar

...Happy reading...

"Tuan, anda harus dirawat setelah ini!" Gio, assisten pribadi Dhizar, sekaligus sekertaris nya dikantor, mendekati Sang Bos dengan raut wajah khawatir.

"CK, kau ini cerewet sekali"kesal Dhizar.

Dhizar menatap sekeliling, ia lihat Reva juga suaminya, Awan.

"Jadi, anda yang telah mendonor kan darah untuk anak saya?"tanya Reva.

"Hmm"Dhizar mengangguk.

"Terimakasih atas bantuannya tuan, saya tidak tau harus bagaimana membalas kebaikan anda" ucap Reva.

"Sesama manusia harus saling menolong"

Deg!

Awan seperti tercubit akan kata kata Dhizar, dia yang Ayah dari Daffion malah tidak bisa memberikan darahnya untuk putra nya sendiri, justru orang lain yang rela mendonorkan darah nya, apa masih bisa disebut seorang Ayah?.

"Kalau boleh tau nama anda siapa tuan?"tanya Awan.

"Dhizar"

"terima kasih sudah membatu putra saya tuan"

Dhizar mengangguk paham.

"Gio, apa mobil sudah di siapkan?"tanya Dhizar melirik gio.

"Sudah tuan"

"Bagus"

"Saya masih ada urusan lain, saya permisi"Dhizar pamit pada Awan dan Reva untuk meninggalkan rumah sakit, diikuti oleh Sang assisten.

"Reva"panggil Awan.

"Apa"

"Maafkan aku rev, aku nggak bisa donorin darah ku buat Anak kita"sesal Awan.

Kalau saja tadi Anye tidak merengek meminta pergi ke mall, mungkin ia masih bisa mendonorkan darah nya, Awan sangat menyesal.

"Tidak perlu meminta maaf, Karena kau memang tidak layak menjadi Ayah Daffion."

"Apa maksud mu Reva, sampai kapanpun Akulah Ayahnya!"

"Cih,"Reva berdecih.

"Reva"

"Mari kita bercerai Awan, ini terakhir kalinya aku memohon padamu, Tolong lepaskan aku dan Daffion"

Awan menggeram "jangan harap Aku akan mengabulkan permintaan mu itu!!"

"Kenapa? Kenapa kau tak mau melepaskan aku, kenapa!!!"geram Reva.

"Reva, mengerti lah, aku sangat mencintaimu dan Daffion"Awan menyentuh Pipi Reva.

"Cih, cinta?"Reva menepis tangan Awan.

"Kau bukan cinta pada ku Awan, kau hanya terobsesi, bukan benar benar mencintai ku, kau sudah berubah Awan."

Awan menggeleng,"itu tidak benar Reva, aku sangat mencintaimu, Daffion, juga Anye."

Reva tertawa sinis"bahkan kau menyebutkan Wanita itu, Awan"

"Bila matipun, aku nggak akan pernah menceraikan mu Reva."

"Kau tidak lelah Awan, seperti ini terus-menerus?"

"Reva..."

Mata Reva berkaca kaca ingin menangis"aku lelah Awan, Tolong lepaskan kami, aku ingin hidup tenang bersama Daffion, ku mohon Awan, tolong!!"Reva memohon kepada Awan, berharap pria itu mau mendengarkan.

Awan membisu dibuatnya, Awan dilanda bingung, Awan begitu cinta pada Reva dan sang Anak, tapi ia juga mencintai Anye, Awan tak mungkin mau melepaskan salah satunya, sungguh pria yang egois.

"Mas Awan!!!"panggil Anye.

Wanita dengan perut besarnya, berjalan tergesa-gesa menuju Ke tempat Awan dan Reva berdiri.

"Anye"

"Wanita itu"batin Reva.

"Mas, kenapa kamu kesini, bukanya pulang!"kesal Anye.

Pulang tadi, Anye kira Awan Sudah dirumah duluan karena pulang lebih dulu, sedangkan Anye pergi bertemu teman-teman nya, Rupanya malah kesini, untung Anye memasang alat pelacak dimobil Awan.

"Aku lagi jenguk putra ku dirumah sakit, kalau Reva tidak SMS, aku tidak akan tau kalau dia tadi telfon, Apa kau berusaha menyembunyikannya dariku"Awan menatap tajam Anye.

Anye gelagapan, gugup karena takut pada Awan.

"Mmmmm....itu......"

"Sudahlah sana kamu pulang mas, Sama istrimu, biar Daffion aku yang jaga" Ucap Reva mengusir Awan dan Anye.

"Aku akan ikut kamu menjaga putra kita"

Mata Anye melotot hampir keluar dari tempatnya.

"Maksud mu apa mas? Kau ingin aku dan Calon Anak kita sendirian dirumah? Kamu nggak mikir nanti anak kamu kesepian sama aku?mas, Ada Reva yang jaga Daffion, kamu juga harus mikir Calon Anak kamu yang lagi aku kandung dong!!!"Anye tak terima kalau Awan akan menemani istri tuanya dirumah sakit.

antensi orang disekitar mereka bertiga tertuju pada tiga orang itu, Kepala Awan berdenyut, beginilah resiko punya Dua istri.

"Sudahlah mas, mata istri kamu udah melotot, kamu pulang saja sama istri kamu, aku nggak mau ada keributan di rumah sakit ini"Reva lebih baik mengalah, daripada timbul keributan.

Awan pun menarik tangan Anye pergi, Anye bikin malu!, Awan sangat malu akan kelakuan Anye. Kalau bikin malu, kenapa dinikahi bang? Herman kadang kadang.

...***********...

Dhizar baru saja sampai di rumah, disofa, sang mommy tengah duduk, menanti kepulangan sang Anak.

"Lama sekali"

"Tadi ada urusan sebentar mom"

Dhizar melepaskan jas hitamnya lalu duduk disamping sang Mommy, Owh iya, Dhizar adalah anak pertama dari dua bersaudara, Dhizar punya adik laki laki, dan sekarang sudah kuliah di luar kota, Awalnya Dhizar ingin sang adik bisa kuliah di luar negri, tapi adiknya tidak mau, alasan nya nggak mau jauh dari keluarga, takut Mommy nya hanya sendiri, Dhizar orang yang sibuk dan belum tentu pulang tiap hari jadi tidak bisa menemani Mommy, terlebih sejak kepergian sang Daddy, Mommy Dhizar hidup seorang diri menjanda.

"Dhizar"

"Hmmm"

"Kapan kamu akan menikah nak?"

Dhizar memutar malas kedua matanya, lantaran jengah.

"Sudah 1347 kali Mommy katakan, dan jawaban ku tetap sama mom"

"Dhizar, mommy dah tua loh, carilah Wanita yang baik, tidak peduli dengan status nya, yang penting kamu suka dan cinta, mommy pasti merestui mu."

Tiba tiba Dhizar teringat akan wanita yang anaknya ia donorkan Darah, Seketika Itu Dhizar menggeleng.

"Jangan konyol Dhizar, dia sudah bersuami"

"Zar..."

"Mom, bersabarlah, aku pasti akan memberikan mu menantu"

"Ck, itu terus yang kau ucapkan setiap kali Mommy singgung kapan nikah, tapi mana? Sampai sekarang belum kamu wujudkan"ketus sang Mommy.

Dhizar terkekeh kecil, ia memeluk erat tubuh ibu yang melahirkannya itu.

"Sabar mom, apa mommy mau kalau aku terburu buru nanti aku tidak bahagia gimana? Mommy mau itu?"

"Ya, carinya yang bener dong!"

"Makanya mommy harus sabar, pasti ada kok waktunya untuk Dhizar menikah"

"Keburu mommy makin tua Dhizar!"

"Siapa bilang mommy tua? Mommy selalu cantik Dimata Dhizar kok"

"Bisa aja nyenengin hati Mommy"Sang Mommy mengecup rambut Dhizar.

Sebesar apapun Anak nya sekarang, bagi Aliana, Dhizar tetap putra kecil yang masih suka merengek Dimata nya.

Aliana bersyukur mendapatkan kedua putra yang begitu menyayanginya.

"Fioz, andaikan kamu masih hidup, kamu pasti akan bangga pada kedua putra mu itu, putra yang dulu selalu kau gendong gendong karena merengek menangis, kini dia sudah beranjak dewasa, menjadi sosok pria tampan, kau pasti akan cemburu bila tau ketampanan mereka berdua, karena kau kalah tampan"

Aliana teringat mendiang suaminya.

......to be continued......

komen, like and share y

terima kasih udah mampir, kasih hadiah juga y, karena hadiah dukungan dari kalian semua, author jadi semangat Nulis, jangan sungkan sungkan...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!