NovelToon NovelToon

Sistem Kuadrilliun Imigran Gelap

Pelarian

"Tidak!! 

Hentikan!!" Teriakan Arga dari luar pintu saat dia menyaksikan ibunya di tikam berkali-kali hingga bersimbah darah dan kehilangan nyawa. 

Teriakan Arga dari luar pintu mengejutkan pelaku pembunuh ibunya. Arga yang dapat melihat jelas bagaimana ibunya di tikam hingga tewas dari kaca yang berada di pintu. Wajah pelaku pembunuhan yang di tutup dengan topeng, membuat Arga tidak mengetahui dengan jelas siapa pembunuh tersebut. 

Melihat beberapa pelaku pembunuhan menuju ke pintu untuk menangkap Arga yang berada di balik pintu, Arga bergegas berlari menyelamatkan diri. Rumah yang berada di pinggiran kota dan berdekatan dengan hutan membuat Arga tidak dapat memilih jalur yang lebih baik selain berlari ke arah hutan. Tanpa menoleh ke belakang, Arga terus berlari. Dia sadar jika dirinya yang menjadi saksi pembunuhan yang merupakan anak dari korban, akan menjadi sasaran pembunuhan berikutnya. 

Hal yang tidak pernah di fikirkan oleh arga, bahwa hidupnya akan benar-benar kacau. Hidup tanpa ayah, ibu seorang Imigran gelap, membuat dirinya benar-benar dalam situasi sulit. Jika melapor ke polisi, dia pasti akan tertangkap dan dipenjara karena akan terbongkar identitas aslinya yang merupakan Imigran gelap. 

Tanpa ingin banyak berfikir lagi, Arga terus berlari semakin ke dalam hutan. Berharap pelariannya tidak dapat di ikuti oleh para pembunuh. Dalam suatu kesempatan, Arga menoleh ke arah rumahnya. Sungguh mengejutkan ketika Arga menoleh ke arah tempat tinggal yang selama ini dia sebut rumah. Terlihat asap membumbung tinggi dari arah rumahnya. 

Melihat asap hitam membumbung tinggi dari arah rumahnya berada, tangisan Arga yang dari tadi tertahan oleh ketakutannya kini mulai pecah. Air mata membasahi kedua mata dan pipinya. Hilang semua bukti pembunuhan yang menimpa ibunya, dengan sedikit keberanian yang ada dalam dirinya, Arga berdiam diri di tempatnya saat ini. 

Arga berbaring di bawah semak-semak dan berharap dapat mengetahui identitas pelaku pembunuh ibunya. Dengan menutupi dirinya dengan daun kering, Arga berbaring di bawah semak-semak. Benar saja, tidak butuh waktu lama terdengar suara langkah kaki berlari menuju tempat Arga berada. Saat beberapa meter dari tempat Arga berada suara tebasan terdengar sedang membabat semak-semak di sekitar yang memang terlihat tidak ada jalan selain harus menerobos semak-semak. 

"Hentikan!! Tidak mungkin dia melewati tempat ini. Kita hanya akan membuang waktu dan dia pasti sudah lari lewat jalur yang lain." Salah satu pembunuh berbicara kepada pembunuh yang lain. Setelah salah satu dari mereka berbicara, mereka berdua berlari ke arah yang lain untuk mencari keberadaan Arga. 

Sedangkan Arga tidak memiliki waktu banyak untuk melihat wajah dari kedua pelaku pembunuh ibunya. Arga hanya dapat mengingat suara kedua pelaku pembunuh ibunya. Memiliki kesempatan emas, Arga merangkak lewat bawah semak-semak dan berharap bisa selamat hingga suatu saat dapat membalaskan kematian ibunya. Beberapa puluh meter Arga terus merangkak hingga Arga sudah cukup lelah untuk merangkak di bawah semak-semak. 

Kini kulit Arga di penuhi dengan luka lecet dan sayatan-sayatan kecil yang di akibatkan oleh tajamnya duri maupun ranting kering. Ketika Arga mendapati sebuah celah, Arga mencoba untuk bangkit dan keluar dari semak-semak tersebut. Dengan sekuat tenaga, Arga berlari lagi menjauh dan sejauh kakinya dapat berlari dan melangkah. Perih di kaki dan sekujur tubuhnya tidak dapat mengalahkan perih yang ada pada hatinya karena baru saja kehilangan ibu yang selama ini hampir sendiri membesarkannya. 

****

Arga adalah anak dari Imigran gelap, ibu berasal dari Mexico dan ayah dari Venezuela. Kedua orang tuanya sama-sama seorang imigran gelap yang bertaruh nasib di San Diego USA. Hanya saja, Arga dari kecil jarang bertemu dengan ayahnya. Hal itu di sebabkan sang ayah merupakan seorang buronan asal Venezuela yang melarikan diri ke San Diego. Tidak lama saat Arga lahir, ayah Arga tertangkap oleh pihak imigrasi. Saat Arga remaja, dia bertemu kembali oleh sang ayah. Tetapi pertemuan itu tidak berlangsung lama, hanya beberapa minggu saja dan ayah Arga kembali di tangkap. 

Arga di USA dapat bersekolah karena mendapatkan identitas setelah majikan ibunya memasukkan nama Arga sebagai anak angkat. Bukan mendapat identitas secara gratis, Arga harus membantu bekerja setiap hari tanpa mendapatkan upah. 

****

Arga terus berlari hingga keluar hutan di pinggiran terusan Tijuana River. Tujuan pertamanya yaitu segera sampai di San Diego lalu menemui kekasihnya dan meminta bantuannya. Perjalanan yang tidak mudah bagi anak muda tanpa identitas dengan kulit sawo matang melintas di jalanan yang hanya berjarak puluhan kilo meter dari perbatasan antar negara. Menghindari jalanan ramai agar tidak mengundang kecurigaan warga sekitar yang akan melaporkannya karena di anggap seorang imigran gelap. 

Perut yang sudah tidak dapat menahan lapar lagi, memaksa Arga untuk menguntit roti dari sopir truck yang sedang berhenti untuk buang air kecil. Bukannya berhasil, Arga malah mendapatkan bogem mentah di wajahnya setelah tubuh kurusnya di balik oleh sang sopir truck yang menganggap Arga seorang pencuri truck. Bukan hanya pukulan tapi juga tendangan di dapatkan oleh Arga, tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama ketika sang sopir menyadari bahwa Arga bukanlah pencuri truck. Setelah keduanya cukup lama berbincang, sang sopir meminta maaf dan memberikannya roti juga tumpangan untuk sampai di San Diego lebih cepat. 

Tentu saja Arga tidak menceritakan tentang yang sebenarnya yang baru saja dia alami. Sebab dia tidak mengenal dengan sang sopir truck. Perjalanan Arga kini terasa ringan karena Arga akan semakin cepat sampai pada tujuannya yaitu kekasih yang selalu dapat dia percaya. 

"Hai nak, bersantailah… Anggap saja saat ini kamu sedang dalam perjalanan VIP. Sebab aku tidak pernah memberikan tumpangan kepada siapapu selama aku mengemudikan truck." Dengan menepuk pundak Arga yang terlihat tegang duduk di samping kursi pengemudi. Sedangkan Arga hanya menanggapi dengan senyuman. Dengan berharap di dalam hati agar semua ini hanyalah mimpi.

**** 

"Hai nak…Apakah tidurmu menyenangkan…? Sepertinya kita harus berpisah di sini jika kamu akan ke San Diego State University." Sang sopir truck berbicara dengan mengagetkan Arga yang kelelahan. Perlahan Arga turun dari truck dan tidak lupa mengucapkan terimakasih. Meski sang sopir terasa kasar, tapi dia sudah membantu memangkas waktunya. Saat akan menutup pintu truck, sang sopir memanggil Arga dan menanyakan apakah dia akan pergi ke San Diego State University dengan berjalan kaki. Dengan santai Arga menjawab pertanyaan sang sopir dengan anggukan layu. Dengan menggelengkan kepala sang sopir melemparkan gulungan kertas yang ternyata sebuah uang dan meminta Arga untuk naik taksi dan membeli satu stel pakaian. 

Setelah sang sopir dengan penuh perhatian melemparkan uang kepada Arga, sang sopir meminta Arga untuk cepat pergi dan menutup pintu kanan trucknya. Setelah pintu tertutup, tanpa basa basi lagi sang supir melajukan truknya dengan santai. 

Dalam keramaian jalan, Arga menghentikan sebuah taxi dan memintanya untuk diantarkan ke toko pakaian. Karena memang Arga harus mengganti pakaiannya supaya tidak menjadi perhatian banyak orang. Arga juga akan ke rumah sang kekasih yang sudah empat hari tidak ia temui. Terlebih handphone Arga juga hilang, hanya menemui satu-satunya cara agar Arga dapat berkomunikasi kepada kekasihnya serta meminta sedikit bantuannya. 

Setelah Arga membeli pakaian, Arga meminta sang supir taxi untuk mengantarnya ke daerah San Diego State University. Sesampai di San Diego State University, Arga menuju ke salah satu gedung apartemen lumayan mewah. Sebelum sampai Arga menuju gedung apartemen kekasihnya, Arga melihat kekasihnya duduk di sebuah taman apartemen. Tanpa banyak berfikir, Arga menuju ke tempat kekasihnya berada. 

Separuh kursi taman tertutup oleh tanaman, sehingga Arga tidak mengetahui kekasihnya sedang duduk dengan siapa. Hanya terlihat sebuah tangan sedang merangkul pundak kekasihnya. Tanpa ingin memikirkan hal yang negatif, Arga terus berjalan mendekat ke arah Efely kekasihnya. Saat Arga sudah sampai di samping kekasihnya, baru terlihat siapa pria yang duduk di sebelah Efely. 

"Efely, apa yang kamu lakukan di sini dengan… Laki-laki ini!!" Arga yang cukup terkejut dengan laki-laki yang berada di sebelah Efely dia adalah sahabat dari saudara angkat Arga. 

"Seharusnya aku yang bertanya kepadamu, mengapa kamu tiba-tiba ada di sini tanpa memberi kabar terlebih dahulu. Lagi pula aku sudah mengirim pesan Whatsapp kepadamu jika kita mulai hari ini putus. Kita mulai saat ini jalan sendiri-sendiri dengan pilihan masing-masing."

Di Luar Nalar

"Apa maksudmu? Bukankah hubungan kita baik-baik saja selama ini?" Arga berusaha meyakinkan Efely agar mereka tetap bersama. Akan tetapi, bukannya Efely yang menjawab perkataan Arga, melainkan pria di sebelah Efely kekasih Arga. 

"Kau seorang imigran gelap. Mana mungkin semua baik-baik saja? Jangan membohongi diri sendiri. Bagaimana caramu membahagiakan wanita secantik Efely?" Pria yang sebelumnya duduk di sebelah Efely kini berdiri di depan Arga dan berbicara dengan suara keras sehingga banyak orang yang memperhatikan mereka. Sebagian terkejut dengan pernyataan bahwa Arga seorang imigran gelap, sebagian tertarik memperhatikan karena menganggap sebentar lagi akan ada tontotan perkelahian. 

Mendengar perkataan Sein, Arga terdiam memikirkan sesuatu dan berusaha mencerna meskipun pahit. Cukup lama Arga terdiam, saat Arga akan menjawab perkataan Sein. Dengan cepat Sein berbicara kembali dengan perkataan yang lebih menjengkelkan menurut Arga. 

"Apakah wanita secantik Efely akan kamu bahagiakan dengan cinta saja? Hei bung, wanita secantik Efely membutuhkan perawatan tubuh yang terbaik. Dan aku yakin kamu tidak akan dapat melakukannya." Sein mendahului berbicara sebelum Arga berbicara. Sein juga berbicara dengan menunjuk wajah Arga. 

"Efely juga membutuhkan rumah mewah, pakaian bermerek yang mahal, aksesoris dari desainer ternama. Apa kamu bisa memenuhi hal itu!!" Dengan nada membentak Sein berbicara kepada Arga yang hanya diam seribu bahasa. 

"Satu lagi, Efely juga membutuhkan pria yang dapat memuaskan di ranjang. Tidak sepertimu! Bahkan merayunya untuk dapat tidur dengannya saja kau tidak bisa. Aku sudah memesan kamar di Hard Rock Hotel Valet Stand, apa kau mengerti dengan hotel tersebut? Mungkin hanya untuk membeli makanan sisa di sana kamu tidak akan mampu. Aku juga akan bercinta dengan Efely di sana." Sein berbicara kembali tetapi kini dengan berbisik dengan suara pelan dan sedikit mendekatkan ke telinga Arga. Setelah berbisik pelan, Sein mundur setengah langkah dan tertawa dengan sangat kencang di depan wajah Arga yang terlihat memerah. 

Arga melihat Efely dengan pandangan harapan. Sebab Arga memang berharap banyak kepada Efely setelah Arga mengalami hal buruk sepanjang hari. Mulai melihat ibunya di bunuh dengan di gorok di leher, rumah yang selama ini dia tinggali juga di bakar, serta nyaris menjadi korban pembunuhan. Mendapati tatapan dari Arga, Efely memalingkan wajah seolah sangat jijik kepada Arga. 

Melihat hal yang tidak dapat dia terima di depan matanya, di tambah hari yang sangat berat bagi Arga bahkan siapapun ketika berada pada kondisi Arga saat ini. Arga tidak dapat menahan emosi lagi, Arga mengepalkan tangannya dan melayangkan pukulan yang mengarah kepada Sein yang sedang tertawa puas melihat wajah Arga yang semakin memerah. 

Sein yang seorang laki-laki bertubuh atletis karena Sein seorang guru beladiri, dengan mudah mematahkan serangan tinju yang dilesakkan oleh Arga. Tidak hanya menangkis pukulan Arga yang secara tiba-tiba, Sein juga dengan sigap membanting Arga ke lantai. Tubuh Arga yang bisa di bilang kurus, dengan mudah di jatuhkan oleh Sein yang merupakan guru beladiri. Setelah tubuh Arga di banting, Arga juga mendapat pukulan di dekat telinga. Pandangan Arga mulai gelap saat mendapat bantingan dan pukulan di sekitar rahang dan telinga.

Saat Arga membuka matanya serta merasakan pusing di kepala, Arga sudah berada di pelayanan kesehatan daerah. 

Saat Arga akan bangun dari tempat dia berbaring. Terdengar suara di kepalanya. 

(System Kuadrilliun di verifikasi.) 

(System Kuadrilliun di aktifkan.) 

Setelah suara tersebut keluar dari kepala Arga. Ruangan yang sebelumnya merupakan ruangan pelayanan kesehatan, berubah menjadi kamar super mewah di mana Arga berbaring di tempat tidur. 

Belum sampai Arga dapat mencerna dengan apa yang dia lihat, seorang wanita cantik dengan kulit bersih bersinar datang menghampirinya dengan membawa sebuah benda yang terlihat seperti kaca persegi empat. Lalu wanita tersebut menempelkan kaca tersebut di depan mata dan wajah Arga, lalu kaca berbentuk persegi mengeluarkan suara. 

(Verifikasi mata dan wajah selesai.) 

Lalu wanita tersebut mengangkat kedua tangan Arga hingga jari dan tangan Arga menempel di kaca tersebut. Suara dari kaca tersebut kembali berbicara. 

(Verifikasi sidik jari selesai.) 

Lalu wanita tersebut meminta Arga mengatakan satu kata.

Tidak mengerti dengan maksud wanita tersebut, Arga menanyakan dengan kata-kata "siapa kamu."

(Verifikasi suara selesai.) 

Tanpa berkata apapun, wanita tersebut meninggalkan Arga dan keluar dari kamar. Bersamaan dengan wanita tersebut keluar, ruangan yang sebelumnya terlihat kamar super mewah kembali menjadi ruangan pelayanan kesehatan daerah. Arga sangat bingung dengan apa yang terjadi. Belum selesai dengan kebingungan yang baru saja Arga alami, suara di kepala Arga kembali berbicara. 

(System Kuadrilliun telah aktif.) 

(Anda memiliki system kekayaan senilai $ 1.000.000.000.000.000 yang dapat di akses di semua bank.) 

(Pengguna system Kuadrilliun, Arga Litohu. Usia 19 tahun.) 

(Penggunaan dapat dilakukan dengan sidik jari, kornea mata, pengenalan wajah atau suara.) 

(Setiap penggunaan $ 10.000.000 akan mendapatkan 1 poin skil yang dapat ditambahkan untuk pengembangan diri. Aturan yang harus ditaati dan tidak boleh dilanggar, setiap membeli apapun dan melakukan pembayaran apapun, tidak di perbolehkan menawar.) 

(Skill saat ini) 

(Fisik 22) 

(Kecerdasan 15) 

(Kecepatan 11) 

(Kekuatan otot 17) 

(Akurasi 19) 

(Semua skill dapat ditingkatkan setelah mendapatkan poin tambahan) 

(Misi tambahan untuk mendapatkan poin skill akan diberitahukan nanti.) 

Secara tiba-tiba suara di kepala Arga seolah menghilang tanpa jejak. Arga hanya menganggap suara tersebut karena efek benturan di kepala. Arga tidak menanggapi suara tersebut dengan serius. 

Seorang perawat datang menghampirinya dan memberikan beberapa obat untuk di minum. Setelah Arga menerima obat tersebut, Arga diperbolehkan meninggalkan pelayanan kesehatan jika sudah kuat untuk berjalan. 

Karena tidak ingin ada tambahan biaya perawatan, Arga segera meninggalkan layanan kesehatan tanpa mengetahui siapa yang membayar tagihan sebelumnya. Setelah Arga keluar dari tempat pelayanan kesehatan, Arga baru mengetahui jika tempat layanan kesehatan tersebut berada di seberang jalan taman. Di mana taman tersebut adalah tempat di mana Arga bertemu Efely dan Sein. 

Saat Arga menyusuri jalan tanpa tujuan, Arga melewati sebuah mesin minuman. Dengan tatapan tajam ke dalam mesin minuman, Arga merogoh kantongnya dan berharap ada sisa uang yang dapat dia gunakan untuk membeli minuman. Tetapi Arga tidak mendapati uang sama sekali di kantongnya. Mesin tersebut juga menerima pembayaran dari segala bank dan juga menyediakan pembayaran dengan verifikasi wajah dan sidik jari untuk memotong langsung saldo pengguna mesin minuman. 

Terbesit di pikiran Arga untuk mencoba hal yang menurutnya sangat mustahil dan tidak dapat di Terima logika. Dengan sangat ragu, Arga memilih minuman yang dia inginkan dan memilih pembayaran dengan sidik jari. Saat jari Arga menyentuh layar pembaca sidik jari, minuman yang di inginkan Arga dengan segera keluar dari mesin. 

Hal yang sangat tidak masuk akal bagi Arga. Meski Arga tidak dapat menerima apa yang baru saja terjadi karena hal tersebut benar-benar di luar nalar, Arga tetap tersenyum dengan lebar menandakan kepuasan sangat mendalam. 

(Baru saja melakukan pembayaran di mesin minuman dengan tagihan $3. Saldo anda saat ini tersisa $999.999.999.999.997) 

Suara yang tadi tiba-tiba muncul di kepala Arga, kini kembali berbicara dan semakin meyakinkan Arga bahwa dirinya memiliki sebuah kekayaan yang belum pernah terbayangkan sebelumnya. 

Deposit

Dengan segala pemikiran di kepalanya, Arga meminum minumannya dan sesekali tersenyum sendiri dengan apa yang sudah dia dapatkan. "Kekayaan super, 1 Kuadriliun? Hal yang sangat tidak masuk akal. Tetapi ini benar-benar nyata dan aku memiliki kekayaan tersebut."

Setelah Arga menghabiskan minumannya, dengan lamunan atas segala hal yang sudah dia pikirkan atas kekayaan barunya.

"Ha.. Ha.. Ha.." Arga tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. 

"Sistem Kuadriliun ini benar adanya. Kalau begitu, sekarang aku orang terkaya dari yang terkaya dari siapapun di dunia. Kalian semua tidak memiliki banyak nol, bahkan jika kekayaan kalian di gabungkan. Mulai sekarang aku Arga Litohu akan mengubah cara hidupku dan akan membalaskan kematian ibuku." 

"Aku telah menderita selama 19 tahun semenjak aku lahir. Aku ingin mengubah hidupku dengan cemerlang dan mengubah cara hidupku. Aku juga akan membalas orang-orang yang selama ini meremehkanku." Arga berbicara sendiri hingga beberapa orang memperhatikannya dan menganggap Arga adalah orang yang aneh. 

Perut Arga kini terasa lapar dan menginginkan suatu makanan untuk dapat mengenyangkan perutnya. Tetapi dengan kekayaannya sekarang, Arga tidak ingin sekedar mengisi perutnya. Arga menginginkan makanan super mahal yang masuk ke dalam perutnya. 

Teringat dalam pikiran Arga atas perkataan yang sangat menyakitkan dan terucap dari mulut Sein. 

("Bahkan untuk membeli makan sisanya kamu tidak akan mampu") Kalimat yang sangat melekat di pikiran Arga. Bahkan Arga sangat mengingat betul tiap kata di tiap perkataan sein. Arga bertekad untuk membalas tindakan Sein dengan hal yang akan membuatnya malu. 

"Hard Rock Hotel Valet Stand, ya… Itu nama hotelnya. Aku akan ke sana sekarang." Setelah berbicara sendiri di dalam hatinya, Arga memanggil sebuah taxi yang kebetulan sedang melintas. 

"Antarkan aku ke Hard Rock Hotel Valet Stand." Arga memulai pembicaraan dengan sopir taxi sebelum sang sopir menanyakan tujuannya. Terlihat raut wajah keheranan dari sang sopir taxi tersebut, tetapi sang sopir tidak berani untuk bertanya kepada Arga yang menjadi penumpangnya. 

Arga menyandarkan punggung dan kepalanya sambil memejamkan mata karena beban pikirannya yang sangat berat terus membayanginya. Bayangan atas kematian ibunya yang secara jelas dia melihat ibunya terbunuh tetapi tidak dapat berbuat apa-apa saat itu. Dengan tekad membalas dendam, beserta dukungan kekayaan yang kini ia miliki, seakan pembalasan atas kematian ibunya mendapat dukungan Tuhan. 

"Tuan, kita sudah sampai lobby hotel." Ucapan sopir taxi yang membuyarkan lamunan Arga yang sedang melamun dengan memejamkan mata. 

Mendengar ucapan dari sopir taxi tersebut, Arga membuka mata sambil kebingungan. Sebab Arga sangat yakin jika perjalanan mereka tidak sampai 2 menit. Arga yang tidak percaya jika dirinya sudah sampai, memperjelas perkataan Arga bahwa dirinya akan pergi menuju Hard Rock Hotel Valet Stand. Mendapati hal tersebut, sopir taxi membenarkan jika mereka telah benar-benar tiba di lobby Hard Rock Hotel Valet Stand. Sang sopir taxi juga menyampaikan jika Arga sebelumnya hanya menaiki taxi dari seberang lampu pemberhentian di seberang jalan. 

Mendapati penjelasan sang sopir, Arga tersenyum sendiri dengan mengumpat di dalam hati karena terlihat sangat bodoh. Arga mencoba membayar tagihan taxi dengan pengenalan wajah dan berhasil melakukan pembayaran.

(Baru saja melakukan pembayaran transportasi dengan tagihan $11. Sisa saldo $999.999.999.999.986.) 

"Jadi, informasi saldo terpotong dan sisa saldo akan langsung berada di kepalaku ya. Ok, aku semakin mengerti sekarang." Dengan langkah meyakinkan berjalan meninggalkan taxi lalu masuk ke dalam hotel dan menuju ke meja receptionist. 

Kini semua mata di ruangan sekitar tertuju kepada Arga, hal itu disebabkan penampilan Arga seakan seperti orang yang sedang acak-acak di mata mereka. Meski terkadang orang kaya datang ke hotel tersebut menggunakan baju sederhana, tetapi setidaknya mereka tidak kusut dan bersih. Sedangkan Arga, yang terlihat dengan baju murah, baju Arga juga sedikit lusuh dan kotor karena baru mengalami hal buruk dengan Sein. 

"Ada yang bisa saya bantu tuan?" Meski petugas receptionist tidak suka dengan kedatangan Arga yang tidak terlihat seperti orang kaya, petugas receptionist tersebut berusaha bekerja dengan profesional dan menanyakan kepentingan Arga dengan sangat sopan. 

"Aku mau makan di sini." Dengan singkat Arga menjawab pertanyaan receptionist. 

"Makanan di restoran hotel ini sangat mahal tuan, karena kami menggunakan bahan terbaik dari penjuru dunia. Apakah tuan sanggup membayarnya jika kami menghidangkan makanan ke meja tuan?" Tanpa menanyakan nama Arga, petugas receptionist berbicara dengan nada merendahkan Arga yang sangat tidak terlihat sebagai orang yang mampu membayar di restoran hotel tersebut. 

"Aku ingin makanan terbaik di meja VVIP." Mendapati perkataan dari receptionist yang kurang mengenakkan, Arga menjawab dengan jawaban sangat menohok tetapi terdengar seperti lelucon bagi petugas receptionist. Jawaban Arga mengundang perhatian dari petugas receptionist lain yang juga berada di sana dan melayani tamu lain. 

"Tuan, jika anda ingin makan di meja VIP di restoran hotel ini. Maka anda harus mendaftar sebagai anggota terlebih dahulu, dengan biaya pendaftaran $100.000 dan juga harus melakukan deposit dengan minimal deposit $1.000.000 untuk kartu anggota VIP 2. Biaya pendaftaran $500.000 dan deposit dengan minimal deposit $5.000.000 untuk kartu anggota VIP 1. Biaya pendaftaran $1.000.000 dan deposit dengan minimal $10.000.000 untuk kartu anggota VVIP. Jika anda tidak sanggup menjadi anggota, anda bisa makan di restoran tamu hotel yang berada di sebelah, anda cukup menginap di salah satu kamar di hotel ini dengan biaya kamar terendah $1450." Dengan nada tampak mengejek, receptionist tetap menjelaskan meski sangat yakin bahwa tamu yang berada di depannya tidak akan mampu membayar depositnya. Bahkan sekedar melakukan pendaftaran, receptionist tersebut sangat yakin tamu yang berada di depannya tidak akan sanggup membayar. 

"Bagaimana jika aku deposit $100.000.000." Dengan santai Arga berucap meski dia tau dari nada petugas receptionist tersebut sedang merendahkannya. 

"Tunggu sebentar tuan, saya akan memanggil manager saya untuk mengurus hal ini. Sebab dengan top up sebanyak itu, hanya manager yang dapat melayani." Petugas receptionist yang sudah muak dengan kepura-puraan tamu yang berada di depannya, dia menelpon manager hotel agar dapat bertindak lebih sopan serta tidak mengganggu keberadaan tamu yang lain jika terjadi keributan. Karena biasanya, manager akan membawa tamu yang berpotensi untuk melakukan onar, agar melakukan transaksi di dalam. Hal antisipasi jika pihak keamanan harus bertindak mengusir, maka kenyamanan tamu yang lain tidak terusik. 

Tidak lama kemudian datang seorang wanita cantik dengan tinggi 170 cm dengan tubuh langsing dan kulit putih bersih. Sang manager yang sudah mendapatkan informasi dari petugas receptionist tentang hal-hal yang sudah mereka bicarakan sebelumnya melalui sambungan telepon. Pandangan sangat ramah ditunjukkan oleh sang manager meski di dalam hatinya sudah menebak bahwa Arga adalah seorang penipu dan berniat melakukan onar di hotel yang dia pimpin. 

"Tuan, perkenalkan saya Siska. Saya manager Hard Rock Hotel Valet Stand. Saya sudah mendengar semua maksud dan tujuan tuan dari receptionist. Apakah benar tuan akan melakukan top up sebesar Seratus Juta Dolar?" Dengan suara sopan, manager perempuan tersebut berbicara kepada Arga. Terlihat, manager tersebut melakukan percakapan dengan profesional. Meski di dalam hatinya dia juga tidak percaya dengan apa yang akan Arga lakukan, yaitu melakukan top up sebesar $100.000.000.

"Ya, saya ingin menjadi tamu VVIP di hotel ini." Dengan senyum terkagum dengan kecantikan wanita yang sekarang berada di depannya. 

"Jika demikian, mari tuan mengikuti saya ke dalam. Dengan top up sebesar itu, maka kami hanya dapat melakukannya di dalam tuan." Manager tersebut mempersilahkan Arga untuk mengikutinya ke dalam kantor hotel. Meski sebenarnya semua transaksi dapat di lakukan di meja receptionist, tetapi sang manager tidak ingin menanggung resiko jika tamu yang saat ini dia layani ternyata seorang penipu dan terpaksa harus dia usir dengan memanggil keamanan hotel. 

Dengan santai Arga mengikuti sang manager hotel. Sesampai di ruang kantor hotel yang di dalamnya ada beberapa meja karyawan dan satu ruangan lagi yang merupakan ruangan khusus sang manager. Arga dipersilahkan menunggu di salah satu kursi yang memang disediakan untuk para tamu dan di minta untuk memberikan kartu identitasnya. Mendapatkan kartu Identitas Arga, sang manager memulai proses untuk pendaftaran anggota tamu VVIP dan juga untuk melakukan deposit. 

"Sebentar lagi jika kamu tidak dapat membayarnya. Lihat saja, aku bukan hanya akan mengusirmu. Tapi juga akan memenjarakanmu." Siska berbicara di dalam hatinya ketika Siska menginput data-data yang diperlukan untuk melakukan registrasi anggota. 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!