NovelToon NovelToon

Mafia Order System

Menjadi Kambing Hitam

Hari semakin gelap dan matahari mulai bersembunyi di balik cakrawala. Bulan purnama menggantikan peran matahari, menyinari Bumi dengan sinar miliknya yang redup.

Di sebuah gedung perkantoran Amerika, suara ketikan keyboard terdengar dari satu ruangan gelap dan terlihat jika seorang pria berusia 23 tahun sedang sibuk bekerja.

"Hah... Sampai kapan ini akan selesai, aku sudah membuat janji dengan Roxy untuk bertemu." Nathan menghela nafas panjang dan terlihat bosan harus menatap monitor selama seharian penuh.

Hari ini merupakan momen penting bagi Nathan dimana ia akan melamar Roxy kekasihnya yang sudah menjalin hubungan asmara dengan dirinya selama lebih dari 5 tahun.

Ada alasan khusus mengapa Nathan ingin segera menikahi wanita yang sudah menemaninya sejak sekolah menengah atas. Roxy saat ini mengandung anak mereka dan tentu Nathan merasa sangat senang.

Belakangan ini Nathan sengaja menyibukkan diri dengan bekerja mengumpulkan uang. Tabungan di rekeningnya sekarang sudah menyentuh angka 1 Juta Dollar yang akan digunakan untuk kebutuhan anaknya kelak dimasa depan.

"Aku sudah tidak sabar menyambutmu." Nathan tersenyum bahagia sambil memperhatikan hasil USG Roxy Bulan lalu. Jika dihitung usia kandungan kekasihnya sekarang sudah 2 Bulan.

Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Nathan yang sudah menyelesaikan pekerjaan kemudian bergegas turun dari lantai 14 menggunakan lift.

Sudah 10 menit Nathan membuat Roxy menunggu di restoran favorit mereka, dan ia tidak ingin sampai kekasihnya menunggu dirinya terlalu lama di hari sepesial ini.

Begitu sampai di lantai satu Nathan langsung berlari menuju pintu keluar. Tetapi suara seseorang yang memanggilnya membuat langkah Nathan terhenti.

"Tunggu sebentar, Nathan. Bisakah aku meminta bantuanmu?" Tanya seorang pria berusia 30 tahunan yang berdiri didepan meja resepsionis.

Nathan berbalik dan menemukan pria yang memanggilnya adalah Alex. Pria berusia 30 tahunan itu sendiri merupakan CEO di tempatnya bekerja, yang tidak lain adalah Bos nya sendiri.

"Iya apa hal yang bisa saya bantu, Pak?" Nathan berjalan menghampiri Alex dengan gugup. Sebagai seorang kutu buku Nathan sendiri sedikit bingung jika harus mengobrol bersama orang lain, terutama Bos nya sendiri.

Alex tersenyum dan mengeluarkan sebuah kunci mobil dari dalam balik jas, kemudian memberikan kunci tersebut kepada Nathan yang tampaknya tidak bisa menolak jika di mintai bantuan.

"Tolong antarkan beberapa komputer yang rusak ke teknisi." Ucap Alex seraya memberikan kunci mobil Van dan secarik kertas berisi alamat tempat perbaikan komputer.

Tempat Nathan bekerja merupakan salah satu pialang saham di Amerika Serikat. Kebutuhan akan perangkat seperti komputer tentunya sangat tinggi, mengingat pekerjaan ini membuat mereka setiap saat harus menghadap layar monitor untuk melakukan analisis.

Nathan yang tidak bisa menolak akhirnya menerima pekerjaan tambahan dari Alex. Dia kemudian segera pamit dan menuju parkiran tempat dimana mobil Van berada.

Begitu Nathan keluar dari kantor, senyuman tipis terukir di wajah Alex. Tampak jelas bahwa di balik senyuman pria tersebut menganggap banyak arti entah itu baik atau buruk.

"Silahkan nikmati saja waktumu sebaik mungkin menghirup udara di Dunia luar, Nathan..." Gumam Alex sebelum pergi meninggalkan kantor.

Disisi lain Nathan sudah menemukan mobil Van yang dia cari. Tanpa mengecek terlebih dulu barang yang harus dia antar, pria itu langsung mengemudikan mobil.

Mobil Van yang dikendarai Nathan mulai membelah jalanan di Kota New York. Meski sudah malam, jalan raya masih saja ramai dengan kendaraan yang berlalu-lalang.

Saat berhenti di sebuah lampu merah, Nathan mengeluarkan ponsel dan mengirim pesan kepada Roxy untuk meminta maaf karena tidak bisa menemuinya di restauran malam ini.

Hanya kurang dari 5 menit pesan yang Nathan kirim, langsung di balas oleh Roxy. Wanita itu tidak marah dan memakluminya, dia juga memberitahu kepada Nathan jika sekarang sedang berkumpul di restauran itu bersama teman-temannya karena paham pria tersebut pasti sangat sibuk.

Nathan merasa senang saat membaca pesan yang di kirim oleh Roxy. Dia kemudian memutuskan untuk membelikan Kue kesukaan kekasihnya itu sebelum kembali ke apartemen.

Rencana untuk melamar Roxy dengan cara romantis di restauran mungkin sudah gagal. Tetapi Nathan tetap akan melamar kekasihnya tersebut saat sampai di apartemen dengan cincin yang sudah dia persiapkan.

Nathan kemudian melanjutkan perjalanan saat melihat lampu sudah berubah menjadi hijau. Melihat ada toko yang menjual kue di pinggir jalan, dia memutuskan untuk menepikan mobil dan melanjutkan perjalanan setelah membeli roti.

Lonceng berbunyi saat Nathan membuka pintu toko. Pria itu kemudian segera menuju meja kasir. Pilihan Nathan tertuju pada roti red velvet yang sangat di sukai oleh Roxy.

Setelah membeli roti seharga 15 Dollar itu, Nathan segera keluar dari toko dan menuju mobil Van. Tetapi sebelum masuk kedalam mobil, Nathan melihat seorang pria berusia 65 tahun berlari menembus keramaian pejalan kaki.

Kondisi pria itu sendiri terlihat cukup buruk dimana sebagian wajahnya tertutup darah dan mengenakan pakaian putih yang cukup kotor dengan bercak darah.

Melihat kondisi pria itu jelas membuat Nathan dan para pejalan kaki yang lain merasa terkejut. Beberapa orang mulai menjauh menyadari jika pria itu terlibat dengan masalah besar.

Pandangan pria itu kemudian tertuju kearah Nathan. Tanpa memberi peringatan pria itu langsung menyuntikkan semacam serum berwarna biru di pinggang Nathan.

Pria itu kemudian mendorong Nathan kesamping sampai menabrak badan mobil, dan berlari menjauh secepat mungkin dari tempat tersebut.

Nathan meringis kesakitan dan mencabut alat injeksi yang menancap di bagian pinggangnya. Melihat tabung penyimpanan pada alat injeksi sudah kosong, Nathan hanya bisa mengumpat khawatir jika dia sudah diracun oleh pria asing tadi.

"Sialan!" Nathan membuang alat injeksi tersebut sampai masuk ke dalam gorong-gorong. Dia kemudian masuk kedalam mobil dan pergi meninggalkan tempat tersebut.

Saat sedang menyetir Nathan hanya bisa berdecak kesal merasakan panas pada bagian pinggangnya. Rasa panas itu perlahan menjalar ke area perut yang membuat Nathan merasa seolah-olah sedang dibakar hidup-hidup.

Nathan terus melanjutkan perjalanan menuju alamat yang diberikan oleh Alex sebelumnya sambil menahan rasa sakit. Begitu sampai ke alamat yang dituju, pria itu merasa heran melihat jika dia mulai memasuki distrik sepi yang beberapa gedung sedang dalam masa perbaikan.

"Apa dia tak memberikan alamat yang salah?" Nathan mengecek kembali alamat di tangannya dan memang benar kawasan tersebut sesuai dengan yang tertera di sana.

Suara Helikopter mulai terdengar dari kejauhan. Awalnya Nathan mengira jika itu merupakan Helikopter biasa yang membawa seorang pasien ke rumah sakit.

Tetapi suara Helikopter tersebut semakin mendekat dan tak lama tiba di lokasi Nathan berada. Lampu sorot kemudian dari Helikopter diarahkan ke mobil Van milik Nathan.

Tak berselang lama banyak mobil polisi mulai berdatangan dan menghadang mobil Van yang di kendarai oleh Nathan. Beberapa anggota kepolisian serta agen seperti FBI dan DEA mulai mengarahkan senjata api kepada Nathan.

Pada awalnya Nathan mengira semua ini hanya aksi Prank yang biasa di lakukan oleh para Vloger. Dia kemudian menurut saja keluar dari mobil dan mengangkat tangan.

Tetapi begitu Nathan keluar beberapa anggota kepolisian yang menggunakan pelindung lengkap, langsung menjatuhkan dirinya dengan paksa sampai membuatnya hampir mencium permukaan aspal.

"Hei! Apa-apaan ini?!" Nathan meronta untuk melepaskan diri saat beberapa anggota kepolisian mulai mengamankan dirinya seperti seorang buronan paling dicari.

Beberapa anggota kepolisian mulai menggeledah mobil Van yang di kendarai oleh Nathan, dan menemukan paket morfin dalam jumlah besar tersimpan di dalam kardus di bagasi mobil.

"Sayang sekali usahamu gagal, keparat!" Seorang komandan polisi menunjukkan satu paket dihadapan Nathan dan memukul pria tersebut sampai pingsan.

Kenyataan Pahit

Nathan yang tidak sadarkan diri kemudian dibangunkan secara paksa oleh seorang anggota kepolisian menggunakan ember berisi air es. Tentu di musim dingin dan bersalju Nathan akan merasa sangat kedinginan setelah disiram menggunakan air es.

Nafas Nathan menjadi terengah-engah dan dia terkejut menemukan bahwa dirinya sekarang berada di sebuah ruang interogasi. Saat mencoba bergerak ia terkejut menemukan kedua tangan dan kakinya sudah terkunci pada sebuah kursi.

"Lihat pangeran tidur kita yang sudah bangun ini..." Suara seorang pria yang terdengar sangat familiar membuat Nathan mencoba memfokuskan matanya yang rabun kearah pria tersebut.

Nathan langsung terkejut saat menemukan Alex dan Roxy berada diruangan interogasi bersama beberapa pihak berwajib seperti polisi, FBI, sampai agen DEA yang mengawasi peredaran obat-obatan terlarang.

"Bos? Roxy? Sebenarnya apa yang sedang terjadi disini. Mengapa aku ditahan seperti seorang kriminal? Apa ini semacam acara reality show?"

Nathan mencoba untuk tetap berpikiran positif dan tidak ingin menganggap jika dua orang yang sudah sangat dia percaya tenyata telah menjebaknya.

Hari ini sendiri merupakan tanggal kelahiran Nathan yang membuat pria itu berpikir jika semua orang pasti hanya ingin membuat kejutan pesta ulang tahun untuk dirinya.

Semua orang yang berpakaian seperti anggota kepolisian, FBI, dan DEA dianggap Nathan hanya sebagai pemeran pendukung untuk membantu kejutan yang dibuat oleh Alex serta Roxy.

Tiba-tiba seorang anggota kepolisian mengeluarkan sebuah kamera dan mulai merekam Nathan. Hal ini jelas membuat Nathan merasa heran mengapa orang itu merekam dirinya sebelum acara dimulai.

"Bisakah kita mulai saja, Tuan Nathan? Saya harap Anda mau bekerjasama agar interogasi malam ini bisa segera selesai tanpa kekerasan. Anda mengerti bukan apa yang saya maksud?"

Seorang anggota DEA terlihat duduk berhadapan dengan Nathan dan hanya dipisahkan oleh sebuah meja. Wanita itu mengeluarkan sebuah catatan serta pena saat akan mulai menginterogasi Nathan.

Mendengar pertanyaan dari pemeran yang menjadi petugas DEA, tentu saja Nathan merasa heran apalagi saat melihat semua orang yang ada di dalam ruangan tersebut tampak serius, hingga membuat suasana menjadi cukup tegang.

Nathan melihat kearah dinding kaca hitam dan dia menyadari jika masih ada banyak orang yang saat ini sedang mengawasi jalannya interogasi.

Melihat betapa seriusnya semua orang, Nathan mulai berpikir kembali apakah semua ini hanya acara kejutan ulang tahunnya atau justru dia memang benar sedang di interogasi.

"Maaf aku tidak paham dengan apa yang kau maksud, Nyonya. Dan memangnya apa yang sebenarnya terjadi?" Nathan mengalihkan pandangan kearah agen DEA yang menatapnya seperti seekor kelinci kecil.

Nathan mulai merasakan perasaan tidak nyaman di dalam hati saat mendapat tatapan sinis dari semua orang yang ada di ruangan tersebut.

Margareth mengeluarkan satu paket morfin dan meletakkannya di atas meja. "Kami menemukan lebih dari 50 paket morfin di dalam mobilmu. Sekarang kau memiliki dua pilihan, yaitu membuat mengaku bahwa kau terlibat dalam peredaran obat-obatan terlarang atau besok kau tidak akan bisa lagi melihat matahari."

Perkataan Margareth terdengar penuh keseriusan dan tidak ada tanda-tanda keraguan, seakan dia merupakan malaikat maut yang bisa mencabut nyawa Nathan kapan saja hanya dengan sekali ucapan.

Melihat satu paket morfin seberat 2 kilogram di atas meja, Nathan yang tidak pernah memiliki barang terlarang seperti itu tentu saja mengelak saat dituduh membawa paket morfin.

"Kalian semua pasti salah menangkap orang. Aku bukan orang yang memiliki barang itu. Kalian bisa mengecek apakah ada sidik jariku di sana atau tidak."

Nathan menggelengkan kepala dan tidak mau mengakui sesuatu hal yang bukan miliknya, apalagi benda terlarang seperti morfin yang biasa digunakan oleh para pecandu obat-obatan.

Margareth kemudian memberikan kode kepada beberapa petugas kepolisian untuk memaksa Nathan menyentuh beberapa paket morfin yang mereka temukan.

Nathan berusaha untuk memberontak saat beberapa anggota kepolisian yang memiliki postur tubuh lebih besar darinya, mulai memaksanya menyentuh paket-paket morfin untuk mendapatkan sidik jarinya.

Tetapi sekuat apapun Nathan mencoba memberontak dia tetap kalah, dan berakhir dengan menyentuh semua paket morfin yang ada di ruangan tersebut.

Nathan kemudian mengalihkan pandangan ke arah Alex yang tampak tersenyum licik. Dia juga melihat pria itu tampak sangat dekat dengan Roxy yang merupakan kekasihnya.

"Apa kalian semua menjebakku?!" Nathan mengeratkan gigi saat melihat Alex dan Roxy yang sedang menatapnya seolah dirinya merupakan sebuah hama.

Alex dan Roxy tidak menjawab pertanyaan dari Nathan melainkan tertawa. Hal ini membuat Nathan semakin curiga jika dia sedang dijebak, apalagi saat melihat sikap yang ditunjukkan oleh semua orang disana kepada dirinya.

Margareth kemudian kembali meminta Nathan untuk mengakui kepemilikan 50 paket morfin, yang sebenarnya sengaja dipersiapkan untuk menjebak dirinya.

Nathan tetap bersikeras tidak mengakui kepemilikan 50 paket morfin tersebut, dan memberitahu jika dirinya sudah dijebak oleh Alex yang sebelumnya menyuruh dirinya untuk mengirimkan beberapa perangkat komputer yang rusak.

Sayangnya Nathan saat ini bertemu dengan pihak-pihak yang salah. Bukannya mendapat pembelaan pria itu justru langsung dihajar oleh beberapa anggota kepolisian.

Nathan jatuh ke lantai dengan posisi masih terkunci di kursi. Dia kemudian diinjak-injak oleh beberapa orang dan Alex juga ikut melakukan penganiayaan kepada dirinya.

Semua anggota badan Nathan dihajar habis-habisan sampai membuatnya mendapat luka cukup serius. Beberapa tulang rusuknya dan juga sejumlah jarinya patah.

Hanya anggota bagian wajah dan kepala Nathan saja yang dibiarkan tetap mulus oleh semua orang, agar tidak menimbulkan kecurigaan dari banyak pihak saat mereka merekam pengakuan Nathan untuk dijadikan bukti jika pria itu memang bersalah.

Semua orang termasuk para petugas disana hanyalah segelintir penegak keadilan yang korup dan menggunakan Nathan sebagai kambing hitam.

Selain mendapat banyak uang dari 50 paket morfin itu mereka pastinya juga akan mendapat penghargaan dan dinaikkan jabatan setelah menangkap salah satu penyelundup obat-obatan terlarang.

Posisi Nathan kemudian di dudukan kembali menghadap Margareth agen dari kesatuan DAE. Kondisi pria itu tampak cukup memprihatinkan dan beberapa kali muntah darah.

"Bisakah kau mengaku sekarang atau ingin melanjutkan permainannya?" Margareth menyeringai melihat Nathan sambil memainkan pena ditangannya.

Juru kamera sekali lagi mempersiapkan diri untuk merekam bukti pengakuan kepemilikan 50 paket morfin dari mulut Nathan langsung, supaya mereka memiliki bukti jika harus maju ke pengadilan.

Tetapi bukan pengakuan yang diberikan Nathan kepada Margareth. Pria itu justru meludahi wajah wanita tersebut menggunakan darah kemudian balik menyeringai.

Nathan kemudian mengalihkan pandangan ke arah Roxy yang tampak mesra dengan Alex. "Apakah ini yang kau harapkan dariku, Roxy? Bagaimana dengan anak kita yang ada di dalam kandunganmu?"

"Anak kita? Asal kau tau saja Nathan. Setelah mengetahui aku hamil anakmu, aku langsung menggugurkannya. Sekarang lebih baik kau mengaku dan tanda tangani ini."

Roxy mengeluarkan beberapa dokumen berisi pengalihan hak waris Nathan mulai dari tabungan, asuransi, sampai apartemen yang sudah mereka tempati selama beberapa tahun ini berdua.

Mendengar jika Roxy sudah menggugurkan kandungannya satu bulan yang lalu, Nathan jelas terkejut. Pria itu tidak menyangka wanita yang sudah dia kencani semenjak masih di bangku sekolah menengah atas sekarang berselingkuh dengan atasannya sendiri, dan yang paling parah adalah menggugurkan buah hati mereka sendiri.

Alcatraz 2

Interogasi singkat dan penuh dengan sandiwara busuk yang dibuat oleh beberapa pihak berwenang hanya untuk memenuhi ambisi pribadi mereka dalam mendapatkan kursi kekuasaan berakhir.

Rekaman pengakuan Nathan sudah mereka dapatkan dan bisa digunakan esok hari untuk membuat berita dengan headline penangkapan salah satu penyelundup obat-obatan terlarang dari Mexico.

Untuk mendapatkan bukti rekaman pengakuan Nathan tentu saja tidak mudah. Para oknum pihak berwenang harus menyiksa terlebih dulu pria tersebut tapi dengan batasan tidak melukai wajahnya.

Nathan mendapat beberapa pukulan cukup fatal di tubuhnya, tendangan, siraman air dingin, dan yang paling parah bagian lengan sampai lehernya dililitkan kabel tembaga beraliran listrik.

Sudah bisa dibayangkan bagaimana tersiksanya pria kutu buku yang selalu menghindari tindakan kriminal sepanjang hidupnya, tetapi namanya langsung ternodai begitu saja dan sekarang dicap sebagai kriminal kelas kakap tanpa pernah terpikirkan sepanjang hidupnya.

Dengan pakaian tahanan berwarna oranye dan borgol di kedua tangan serta kaki, Nathan dibawa menggunakan mobil tahanan menuju sebuah fasilitas penjara yang terkenal sebagai Alcatraz ke-dua.

Nathan menggigil kedinginan meski sudah menggunakan pakaian cukup tebal, hal ini dikarenakan tubuhnya masih basah kuyup setelah disiksa oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

Hanya satu kebaikan yang Nathan terima dari mereka sebelumnya, yaitu obat untuk meredakan rasa sakit yang saat ini dia derita paska penyiksaan.

Meski wajah Nathan masih tampak baik-baik saja, tetapi anggota badannya jauh dari kata baik. Semuanya babak belur dan beberapa tulangnya patah.

Hal yang paling mencolok dari luka ditubuh Nathan yaitu bekas lilitan kabel tembaga bertegangan aliran listrik tinggi. Luka tersebut menjalar dari lengan sampai leher seperti urat yang melintang keluar.

Tetapi bedanya di dalam urat tersebut terdapat air yang jika dipecahkan Nathan akan merasakan panas sama seperti luka bakar melepuh.

Raut wajah Nathan tampak pucat pasi karena ketakutan. Bahkan kacamata retak miliknya bergetar akibat dari tubuhnya yang terus menggigil kedinginan.

Bibir Nathan juga terlihat pecah-pecah akibat selama introgasi sama sekali tidak diberikan minum oleh para petugas.

Sementara itu para petugas yang berada satu mobil dengan Nathan menertawakan pria itu, saat melihat matanya yang sembab setelah menangis kencang selama penyiksaan.

1 Jam kemudian mobil tahanan yang membawa Nathan sampai di sebuah fasilitas penjara tempat para kriminal kelas kakap dari beberapa negara bagian ditahan.

Penjara tersebut memiliki keamanan ketat dengan lebih dari 2400 kamera pengawas, 100 sniper, dan 10.000 petugas kepolisian yang siap menyiksa para tahanan di dalam penjara.

Nathan kemudian di foto dengan latar belakang pengukur tinggi badan sambil membawa sebuah papan berisi nomor tahanannya serta sel tempatnya akan menghabiskan sisa hidupnya.

Pria itu sendiri didakwa atas tindak penyelundupan obat-obatan terlarang dalam jumlah besar dengan hukuman 100 tahun penjara tanpa bebas bersyarat.

Tentu saja dakwaan tersebut hanyalah alibi oleh para oknum agar aksi mereka tindak terendus oleh pihak berwenang. Bahkan untuk menutup rapat-rapat kejahatan ini, mereka sudah menyiapkan hadiah khusus untuk Nathan di dalam penjara.

Nathan kemudian dibawa oleh beberapa dua orang sipir penjara menuju selnya yang sudah ada beberapa fasilitas seperti kasur, shower, kloset, yang akan membuatnya tidak akan memiliki alasan untuk keluar dari sel.

Fasilitas penjara yang Nathan dapatkan tentu saja sama dengan para tahanan lain. Bahkan mereka hanya diizinkan keluar untuk melihat matahari selama 1 jam setiap harinya.

Beberapa tahanan mulai menggoda Nathan saat berjalan melewati sel mereka. Para tahanan itu tentu ingin melepaskan hasrat mereka kepada Nathan meski sama-sama lelaki.

Hal ini sendiri sudah menjadi rahasia umum di dalam penjara, jadi jangan pernah mengambilkan sabun yang terjatuh saat sedang berada di dalam kamar mandi jika tidak ingin hal buruk terjadi.

Nathan kemudian dimasukkan ke dalam sebuah sel yang paling dalam dimana tetangganya mulai sekarang adalah para penjahat kelas kakap dari yang paling kakap.

Sambil menahan rasa sakit yang mulai menyerangnya kembali, Nathan perlahan membaringkan tubuh lemahnya diatas kasur yang tidak senyaman kasur di rumahnya.

Pria itu mulai merenungkan kembali kejadian yang menimpanya hari ini. Pertama dijebak oleh Bosnya sendiri, kemudian dikhianati oleh kekasihnya yaitu Roxy, kehilangan seluruh aset yang sudah dia kumpulkan dengan keringatnya sendiri, dan dijadikan kambing hitam oleh beberapa oknum tidak bertanggung jawab.

Hal yang paling menyakitkan bagi Nathan adalah saat mendengar calon anaknya kelak ternyata sudah digugurkan oleh kekasihnya sendiri.

Nathan tidak habis pikir apa yang membuat Roxy berubah menjadi sangat liar, padahal dulu wanita itu sangat baik dan memiliki hati selembut malaikat.

"Apa semua ini hanya karena uang?" Nathan memukul dinding sel yang terbuat dari baja setebal 5 sentimeter dengan keras untuk melupakan semua emosinya.

Rencana Nathan untuk membuat keluarga kecil bahagia bersama kekasihnya sekarang gagal total dan dia sekarang terjebak di dalam akhir kehidupan yang sangat menyakitkan.

Nathan kemudian mengingat kembali masa lalunya yang hidup sebagai seorang putra pemilik perusahaan tekstil cukup besar di Amerika.

Kehidupannya sangat jauh dari kata kemiskinan dan selalu dikelilingi oleh orang-orang berwawasan tinggi. Tetapi semuanya berubah saat ayahnya dijebak oleh salah satu koleganya, yang membuat perusahaan keluarga mereka bangkrut.

Tak lama Ibunya meninggal karena jatuh sakit dan membuat ayahnya menjadi seorang pemabuk berat. Kehidupan mereka langsung jatuh dalam kemiskinan dan terlilit hutang besar.

Nathan yang berusia 18 tahun saat itu akhirnya memutuskan keluar dari rumah karena merasa kecewa dengan sikap ayahnya yang menjadi sangat kasar.

Mulai dari usia 18 tahun Nathan sudah mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, mulai dari pencuci mobil, pramusaji, sampai pada akhirnya menjadi seorang pegawai disebuah perusahaan real estate milik Alex.

"Bisakah kau diam anak muda? Ini sudah malam dan simpan kesedihanmu itu untuk dirimu sendiri. Mengganggu orang yang sedang membaca saja."

Seorang tahanan yang ada disamping sel Nathan merasa terganggu saat pemuda itu memukul dinding dan terisak seperti seorang anak kecil.

Nathan tidak menjawab perkataan pria itu dan memilih untuk tidur. Karir yang sudah dia bangun dengan keringatnya sendiri selama bertahun-tahun sekarang sudah hancur, dan hanya tinggal menunggu waktu sampai dia membusuk di dalam penjara.

Sebenarnya Nathan sudah menyadari jika para oknum itu tidak akan melepaskannya begitu saja meski telah berhasil menjebloskan dirinya kedalam penjara.

Nathan bukan orang bodoh dan menyadari jika akan ada beberapa tahanan yang akan disiapkan untuk menghabisinya esok hari.

Meski mengetahui akhir hidupnya sudah semakin dekat. Nathan tetap tidak akan mungkin melawan mereka mengingat kondisi tubuhnya sendiri sangat memprihatinkan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!