" I love you ."
" I love you too ."
Seorang pria bertubuh kekar ( Bramastyo Diwangkara ), pria yang berumur 35 tahun sedang bersama sang istri tercinta ( Anggun Dwi lestari ) wanita cantik nan seksi berumur 25 tahun yang mampu membuat bramastyo tergila-gila padanya. Namun keseksiannya tak terlihat lagi sejak kehamilannya berumur 7 bulan.
Keduanya hidup rukun dan damai penuh cinta, segala kebutuhan mereka terpenuhi tanpa kekurangan suatu apapun.
Bramastyo Diwangkara menjabat sebagai CEO di perusahaan terbesar PT. Pertamina persero. Perusahaan ini merupakan perusahaan terbesar di indonesia dengan pendapatan RP 820.659 triliun, dengan laba bersih RP 29.191 triliun.
Di dalam kehidupan serba mewah serta memiliki istri yang cantik membuat Bramastyo sangat menikmati hidupnya.
" Aku ingin hidup seribu tahun lagi bersamamu." ucap Bramastyo kepada Anggun yang saat itu sedang hamil besar.
" My Queen ." lanjut Bramastyo mengecup kening sang istri.
Panggilan My Queen adalah panggilan kesayangan untuk sang istri, yang merupakan satu-satunya istri dalam hidupnya.
" Aku juga tak ingin berpisah darimu My king." jawab Anggun memeluk erat sang suami.
My Queen dan My King panggilan sehari-hari mereka untuk mengungkapkan besarnya rasa cinta dan kasih sayang mereka.
" Aww... " Anggun mengeluh saat tiba-tiba si jabang bayi menendang perutnya.
" Rupanya My baby juga merasakan kebahagiaan kita." Bramastyo mengelus perut istrinya yang telah membuncit.
Lagi-lagi si jabang bayi merespon, menendang perut ibunya dengan lebih kuat.
Anggun tidak tahan lagi menahan rasa ngilu di perutnya titik air mata mulai menetes di sudut matanya. Membuat Bramastyo tidak tega melihatnya.
" Andai saja bisa ku ganti posisi mu, pasti kau akan merasa lebih tenang." ucap Bramastyo penuh rasa iba.
" Ini kan akibat ulah mu My king." Anggun menarik hidung suaminya dengan manja, meninggalkan jejak merah di sana.
" Tapi kau juga menikmatinya bukan ?"
" Ya... saking nikmatnya sampai-sampai aku kekenyangan." ucap Anggun sambil meraba perutnya.
Keduanya tertawa bahagia.
Hari-hari mereka jalani penuh kebahagiaan. Mereka hanya tinggal berdua di rumah mewah yang sangat luas tentunya dengan beberapa pembantu dan seorang baby sitter.
Walau belum melahirkan Anggun telah mempekerjakan seorang baby sitter untuk berjaga-jaga jika dirinya melahirkan secara mendadak. Mengingat usia kandungannya yang telah menginjak 9 bulan.
" My king..." panggil Anggun dengan manja.
" Hhmmm" Bramastyo hanya menjawab dengan berdehem.
" Kamu mau berjanji padaku ?" Anggun menatap sang suami penuh harap.
" Kau tidak akan berpaling dariku." ucapnya lagi.
" Mengapa kau bertanya seperti itu ?" Bramastyo mengerutkan dahinya.
" Karna diriku sudah tak seksi lagi." jawab Anggun menunduk. Hatinya merasa gelisah.
Bramastyo meraih wajah sang istri, membuat kedua mata mereka saling beradu.
" Bagiku kau wanita paling seksi di dunia, percayalah cinta dan kesetiaan ku hanya untukmu." Bramastyo mencoba menenangkan hati istrinya.
" Benarkah ?"
" Aku janji."
" Oh, My king... I love you.."
" I love you too My Queen."
Kata-kata cinta serta ungkapan kasih sayang menyertai hari-hari mereka. Seperti tak pernah bosan mereka mengucapkan kata-kata itu, membuat para pembantu mereka menggigit jari melihat adegan mesra yang selalu mereka tampilkan tanpa ada rasa malu.
Bramastyo sengaja dalam sebulan kedepan cuti dari kantor perusahaannya. Ia ingin menemani hari-hari sang istri agar tidak merasa jenuh dengan kehamilannya.
Bramastyo sangat memanjakan anggun, sejak diketahui istrinya hamil, bramastyo lah yang selalu menyiapkan semua kebutuhan Anggun.
Apalagi saat ini Anggun merasa kerepotan untuk memakai pakaian sendiri karna perutnya yang semakin membesar. Dengan senang hati Bramastyo membantu istrinya memakaikan pakaiannya.
" Ini sudah tak muat lagi." ucap Anggun melepaskan pakaian yang hendak di pakainya.
" Kalau begitu tidak usah memakainya, aku lah yang akan menghangatkanmu." goda Bramastyo, saat itu mereka sedang berada di dalam kamar karna merasa sesak Anggun ingin mengganti bajunya, namun tak satupun di antara baju-bajunya yang mampu membuatnya nyaman.
" Kalau aku tidak pakai baju, itu mu akan selalu berdiri dan tidak mau di tidurkan, maka akulah nantinya yang akan kerepotan." ucap Anggun dengan bibir mengkerucut.
Bramastyo tertawa melihat ekspresi wajah sang istri.
" Sebentar akan aku datangkan butik paling top untukmu." ucap Bramastyo lalu mengambil ponselnya, menghubungi si pemilik butik.
Walaupun sedang hamil Anggun tidak pernah memakai baju hamil atau daster. Ia sangat memperhatikan penampilannya dengan selalu memakai tunik atau dress bermerk. Menampilkan postur tubuhnya dengan perut yang membuncit.
Sejak kehamilannya Anggun menjadi wanita yang sangat manja, apapun yang menjadi keinginannya harus terpenuhi. Bramastyo melayaninya dengan penuh cinta dan kasih sayang.
Baginya pengorbanan sang istri yang telah rela mengandung keturunannya tidak sebanding dengan apapun yang ia berikan padanya.
Pengorbanan yang cukup besar dan nyawa menjadi taruhannya.
Sebuah mobil mewah dengan sarat muatan sedang memasuki area perumahan elit di jakarta timur tepatnya di daerah cililitan.
Jl. agen properti RT 013/RW 004 no 11.
Di alamat itulah mobil mewah tersebut berhenti di tempat parkiran.
Empat orang pria bertubuh tegap turun dari mobil dengan membawa beberapa paket besar dalam jumlah yang cukup banyak.
" Tuan, paketnya sudah datang ." ucap kepala pelayan memberitahukan pada Bramastyo bahwa pesanannya sudah datang.
Paket yang baru beberapa jam yang lalu ia pesan melalui internet.
" Ya, katakan pada mereka sebentar lagi kami turun." jawab Bramastyo.
" Baik tuan." kepala pelayan tersebut pergi menuju ruang tamu.
" Paket apakah itu, suamiku ?" tanya Anggun.Saat itu mereka sedang bersantai. Anggun turun dari pangkuan suaminya.
" Paket untukmu ." jawab Bramastyo.
" Ayo kita ke bawah." Bramastyo bangkit dari duduknya, lalu mengulurkan tangan berniat membantu Anggun yang sedang kesusahan untuk berdiri.
Perlahan-lahan Anggun berjalan menuju ruang tamu, Bramastyo selalu setia mendampinginya, ia merasa khawatir takut istrinya terjatuh.
" Sebanyak ini paketnya ? ini baju-baju ku semua ?" tanya Anggun setengah terkejut melihat paket berukuran besar begitu banyak. Sekitar lima puluh paket.
" Tidak semuanya istriku, yang itu ... " Bramastyo menunjuk beberapa paket berukuran besar terletak agak jauh dari paket yang lebih kecil.
" Itu perlengkapan untuk My Baby." lanjutnya.
" Oh My king, Thankyou.. mmuaah." Anggun mencium pipi suaminya.
Para pelayan yang melihatnya menjadi malu sendiri, beruntung saat itu petugas yang mengantarkan paket sudah pergi. Karna pembayaran paketnya telah di lakukan melalui via transfer. Sedangkan kepala pelayan yang menandatangani formulir tanda terimanya.
Anggun memberi perintah kepada para pelayannya agar memindahkan paket khusus untuknya ke kamar utama sedangkan paket khusus untuk bayinya di pindahkan ke kamar yang telah tersedia memang khusus bayi.
Di kamar.
Secara bergantian anggun mencoba pakaian-pakaian tersebut.
Dalam sekejap kamar itu telah di sulap layaknya seperti sebuah butik, pakaian beraneka merk berhamburan memenuhi rauangan tersebut.
" Semua nya bagus-bagus, merk nya terkenal lagi." ucap anggun berdecak kagum mencoba pakaian barunya.
" Kamu suka ?" tanya bramastyo, ia memang telah menduga sebelumnya kalau brand pakaian pilihannya pasti akan langsung di sukai oleh sang istri. Bagaimana tidak semua pakaian itu ia pilih dari brand termahal di dunia.
Louis vuitton, Christian dior, Versace dan Channel. Semua brand tersebut adalah brand termahal dan paling ngetop di dunia. Bahkan harganya mencapai puluhan juta Rupiah.
Anggun memakai tunik bermerk Louis vuitton selain bahannya bagus desainnya pun elegan membuat ia merasa nyaman memakainya.
Maklum lah anggun sangat memperhatikan penampilannya karna sebelum menikah ia adalah seorang modeling terkenal bahkan berkali-kali menjalani kontrak di luar negri. Namun ketika menikah ia di larang menjalani profesinya sebagai model, karna bramastyo menginginkan dirinya menjadi seorang istri seutuhnya tanpa memikirkan hal yang lainnya.
" My King..." bisik anggun dengan manja.
Bramastyo yang sedang memainkan ponselnya menghentikan gerakannya.
" Ada yang kurang ?" bramastyo bertanya. Ia berpikir telah membeli semua kebutuhan sang istri mulai dari dalaman segitiga, bra dan lain-lainnya.
Anggun menggelengkan kepala.
" Aku hanya ingin berbagi dengan para pelayan kita, terutama kanaya." ucap anggun.
" Memangnya kenapa dengan kanaya ?" bramastyo merasa heran karna tiba-tiba sang istri menyebut nama si Babysitter. Padahal telah dua minggu kanaya kerja di rumah mereka dan baru kali ini anggun menyebut namanya.
" Kasihan suamiku, sepertinya dia tidak akan mampu membeli baju semahal ini, bukankah nanti kalau baby kita lahir, dia akan sering ikut dengan kita untuk menghadiri suatu acara." ucap anggun sambil memilah beberapa pakaian yang akan ia berikan pada para pelayannya.
" Terserah kau saja, selagi itu mampu membuat mu bahagia." ucap bramastyo.
Anggun menelfon kepala pelayannya memberi perintah agar mereka semua menemui dirinya di kamar utama.
" Ada yang bisa kami bantu nyonya ?" tanya kepala pelayan saat ia dan teman-temannya berada di depan pintu yang terbuka.
" Kemarilah." anggun melambaikan tangannya. memberi isyarat agar mereka semua mendekat.
Dengan langkah bingung para pelayannya mendekat.
" Ini, untuk kalian semua." anggun menyerahkan dua buah kardus yang tadinya adalah bungkus paket.
Dengan mata membelalak kepala pelayan menerima pemberian majikannya.
" Tapi nyonya, ap ini tidak terlalu berlebihan." ucap kepala pelayan.
" Sudah terimalah, di pakai jika ada acara tertentu ya..." pesan anggun yang kemudian di angguki oleh para pelayannya.
"Terima kasih nyonya, semoga nyonya di berikan umur panjang, rizki yang berlimpah dan anak yang sholeh." kepala pelayan mendoakan anggun, majikannya.
" Ok thankyou, sekarang kalian boleh kembali ke tempat masing-masing." perintah anggun.
" Kanaya kamu tetap disini." anggun menghentikan langkah kanaya yang hendak pergi.
" Baik nyonya." jawab kanaya dengan patuh.
" Duduklah bersamaku." perintah anggun. Saat itu bramastyo hanya memandang keduanya dengan heran sambil memainkan ponselnya.
" Baik nyonya." kanaya mematuhi perintah majikannya.
" Tolong pijatkan kaki ku rasanya pegal sekali." ucap anggun seraya melonjorkan kedua kakinya yang sudah membengkak, karna mendekati hari persalinan.
Tanpa banyak bicara kanaya mengoleskan lotion yang tersedia di tepi ranjang. Posisinya ia berada di bawah sedangkan anggun duduk di atas ranjangnya. Kanaya mulai menggerakkan kedua tangannya dengan lembut.
" Waw... pijatanmu lihai sekali, mulai sekarang kau hanya boleh mengerjakan pekerjaan yang berhubungan denganku." anggun merasa puas dengan pijatan tangan kanaya.
Semua itu tidak luput dari pandangan bramastyo, ia merasa cukup senang melihat istrinya bahagia dan kanaya yang selalu mematuhi perintahnya.
Kanaya adalah seorang gadis cantik yang polos, ia terpaksa bekerja sebagai seorang BabysiTTer demi kelangsungan hidupnya karna kanaya tidak memiliki sanak ataupun saudara.
Dalam usianya yang masih sangat muda, saat ini ia baru saja berusia 20 tahun, ia harus mampu berdiri di atas kakinya sendiri karna tak ada seorang pun yang peduli akan dirinya.
Kanaya menemukan lowongan pekerjaan sebagai BabysiTTer karna dirinya masuk dalam yayasan tempat para ART. Di situlah ketua yasasan yang menyarankan dirinya agar mendaftarkan diri.Akhirnya dari sekian banyak para ART yang mendaftar, hanya dirinyalah yang di terima bekerja di keluarga Bramastyo Diwangkara tentunya dengan beberapa pertimbangan. Karna baik anggun maupun bramastyo tidak ingin salah mempekerjakan seseorang di kediaman mereka.
" Saya senang jika nyonya menyukai pekerjaan saya." tutur kanaya dengan sopan, ia tidak pernah berani menatap mata majikannya secara langsung, oleh karena itu ia selalu menundukkan kepala.
" Cukup." anggun menurunkan kedua kakinya setelah merasa pegalnya mulai hilang.
" Sekarang kamu pilih pakaian yang kamu suka." anggun menunjukkan beberapa pakaian yang berhamburan di atas ranjangnya.
" Tapi nyonya..."
" Jangan menolak, aku tidak suka penolakan dengan alasan apapun." anggun memotong ucapan kanaya.
" Duh... kalo di suruh milih ....ya.. aku pilih semua deh, semua-muanya aku suka." kanaya membatin, tapi kedua matanya liar menatap seluruh pakaian yang berserakan. Maklum seumur hidupnya baru sekarang ia melihat pakaian mewah dan mahal.
Melihat kanaya yang terdiam, bramastyo segera meraih dua potong pakaian dan memberikannya pada si BabysiTTer nya.
" Ambillah, ini untukmu." ucap bramastyo pada kanaya.
" Terimakasih tuan." masih dengan kepala menunduk. Hingga sampai saat ini kanaya belum pernah melihat secara langsung wajah bramastyo yang tergolong tampan mirip artis korea.
" Kau boleh kembali ke tempatmu, dan... sampaikan pada yang lainnya besok kalian harus mempersiapkan kamar Baby dan mendekornya dengan sebaik mungkin." perintah bramastyo.
" Baik tuan, nyonya... saya permisi dulu." dengan membawa pakaian yang di berikan padanya, kanaya keluar dari kamar itu.
" Kenapa suamiku ? kau tidak suka padanya ?" tanya anggun karena tiba-tiba bramastyo mencampuri urusannya dengan kanaya.
" Kalau tidak begitu mau di apakan lagi, gadis polos sepertinya tidak akan pernah mengambil sesuatu yang di berikan padanya kalau tidak di sodorkan." jawab bramastyo.
" Lagi pula aku ingin menghabiskan hari ini bersamamu." bramastyo melingkarkan kedua tangannya di pinggang anggun yang sudah tak muat lagi.
" My king, kau tidak lihat ini ?" anggun menunjuk perut buncitnya.
Bramastyo berjongkok mengelus perut istrinya seraya berkata.
" My Baby, kau tidak keberatan kan, kalau papa menjenguk mama mu sebentar."
Reflek sebuah tendangan dari dalam perut yang begitu kencang hingga membuat perut bulat itu sedikit mengguncang.
" Tuh si Baby saja tidak keberatan." bramastyo tersenyum senang.
" Itu sih akal-akalan kamu saja." ucap anggun merasa geli dengan tingkah suaminya.
" Bukan akal-akalan My Queen, tapi ingat kata dokter, hubungan itu akan mempermudah jalan lahirnya baby kita nanti."
" Terserah lah, aku tidak mau berdebat denganmu." ucap anggun pasrah, sebab bramastyo tidak akan pernah membiarkannya menikmati hidup sebelum suaminya itu puas menikmati dirinya.
Merasa menang bramastyo tidak menunda lagi, ia segera melancarkan aksinya, aksi yang sangat menguras tenaganya.
*
*
*
Di kamar kanaya.
Kanaya menatap dirinya di cermin, ia terlihat cantik dengan dress ketat dan sedikit terbuka di bagian dadanya.
" Kau sangat cantik nay." gumam kanaya pada dirinya sendiri.
Kanaya memang cantik dan manis tapi semua itu tidak pernah ia perlihatkan, dalam kesehariannya ia tidak pernah berdandan. Hanya dengan menyisir rambutnya ia lalui hari-harinya.
Kanaya melenggak-lenggokkan tubuhnya ke kanan dan kekiri.
" Andai saja aku memiliki seseorang yang bisa mencintaiku apa adanya."
Pikiran kanaya berkabut, ia mulai menginginkan seseorang yang benar-benar mencintainya padahal pada kenyataannya ia tak pernah berhubungan dengan siapapun.
Selama ini jangankan untuk memacarinya, untuk sekedar berkenalan saja ia tak pernah mengalaminya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!