NovelToon NovelToon

Ketika Keinginanku Tak Sejalan Dengan Takdirku

bagian 1

"Ica! kamu sudah siap?"

tanya Mama

"Ma, bisa nggak sih di cancel aja."

"Nggak bisa sayang! ini sudah keputusan mama sama papa. Dan ini juga sudah menjadi kesepakatan kita kan, jadi kamu harus mau, nggak ada cancel cancel an."

kata Mama.

"tapi kan Icha nggak mau mah, Icha masih mau sekolah. Icha nggak mau ke pesantren

keluhnya lagi.

"Icha . "

mata Mama menatap wajah Icha dengan penuh keseriusan.

melihat tatapan itu, ica seakan tak berdaya iya hanya bisa terdiam dan memalingkan wajahnya.

"ayo! papa sudah menunggu di depan. "

ajak mama

tak punya pilihan lain, Icha terpaksa mengikuti permintaan kedua orang tuanya.

dengan wajah yang menyimpan banyak kekesalan, Icha berjalan ke depan mengikuti ibunya yang sudah ditunggu oleh papa di dalam mobil.

"Icha! ayo masuk. "

kata Mama.

Icha pun masuk ke dalam mobil di bangku belakang setelah semuanya siap, mobil melaju perlahan keluar dari pekarangan rumah.

hening......

hanya ada keheningan dalam mobil itu, tak ada satupun yang mau memulai pembicaraan apalagi Icha. pandangan matanya tak sedikitpun melihat ke arah depan, ia hanya memandangi kaca mobil yang di sebelahnya.

Annisa as syadzi sering disapa Icha, seorang remaja labil yang masih berumur 17 tahun titik iya memiliki kehidupan yang sangat berkecukupan titik semua yang diinginkannya pasti bisa ia dapatkan. harta berlimpah, paras yang indah dan prestasi gemilang. membuat siapa saja kagum dengannya. tapi meskipun Icha hidup dengan materi yang berkecukupan, itu sama sekali tidak membuat hidupnya bahagia tanpa ada kasih sayang yang utuh dari kedua orang tuanya.

mama dan papa Icha adalah orang tua yang sangat sibuk dengan pekerjaan, sampai untuk mengurus satu anak pun tidak ada waktu banyak untuk dirinya sejak kecil, Icha sudah diasuh oleh baby sitternya yang sudah dianggapnya sebagai orang tuanya sendiri di sekolah, Icha juga terkenal sebagai siswi yang berprestasi kebanggaan guru, dan orang tuanya. namun, semua itu hilang, Icha kehilangan semuanya, karena dirinya pernah berbuat satu kesalahan fatal hingga membuatnya diskors dari sekolah, kedua orang tua Icha merasa malu, dan berpikir untuk menari Icha dari sekolah.

mereka tak ingin anak tunggalnya bernasib buruk di masa depan, makanya kedua orang tua Icha berniat memasukkan Icha ke pesantren agar Icha bisa belajar menjadi lebih baik lagi dan tidak mengulangi kesalahannya untuk yang kesekian kalinya.

kedua orang tua Icha pernah dipanggil menghadap kepala sekolah untuk menyelesaikan permasalahan Icha dengan temannya. dari kesalahan itulah, Icha pernah berjanji tidak akan mengulanginya untuk yang kedua kali, jika ia mengingkari maka orang tuanya sendiri yang bertindak tegas padanya.

dan kini tindakan itu berlaku padanya. Icha ditarik dari sekolah dan akan dikirimkan ke pesantren untuk melanjutkan pendidikannya.

"Icha nggak butuh harta yang berlimpah, dan materi yang berkecukupan, Icha hanya butuh kehadiran kalian di samping Icha, di saat Icha lemah di saat Icha terjatuh dan di saat Icha sendiri. Icha nggak bisa hidup hanya dengan materi. lebih baik Icha hidup sederhana, tapi kalian ada selalu untuk Icha. daripada Icha hidup kaya tapi seperti sebatang kara. "

3 jam kemudian.

mobil pun sampai di depan gerbang pesantren.

"Icha! ayo keluar, kita sudah sampai nak. "

ajak ibunya yang sudah keluar dari mobil dengan membawa barang-barangnya.

Icha pun keluar dari mobilnya dengan penampilan jilbabnya yang berantakan.

"lo, kok berantakan sih jilbabnya, sini mama benerin. "

kata ibunya, sambil merapikan jilbab Icha.

"nah gini kan rapi."

"ayo sayang kita masuk!" ajak ibunya.

tak terlihat sedikit senyum pun yang terpancar dari wajah cantik Icha, ia hanya diam dengan wajah kesalnya.

kaki mereka melangkah perlahan memasuki kawasan pesantren yang terlihat ramai dengan para santriwan dan santriwati pada saat itu.

"em..... maaf dek, kami mau ketemu sama pimpinan pesantren ini. di mana ya? "

tanya papa Icha pada salah satu santriwan yang berpapasan dengan mereka.

"oh.... iya Pak. mari saya antar kebetulan sekarang Abuya lagi ada di pesantren."

jawab santriwan itu.

kedua orang tua Icha dan juga dirinya mengikuti santriwan tadi menuju rumah kyai yang ada di kawasan pesantren.

dalam perjalanannya, pesona Icha menarik perhatian para santriwan dan santriwati, pandangan mereka semua tertuju pada Icha.

"Masya Allah, Ayu ne....... sopo to iku. "

salah satu santriwan memuji Icha pada temannya.

"heh..... istighfar kwe Ki, nggak pantes laki-laki mandang perempuan berlebihan seperti itu."

kata temannya.

"oh. ya astaghfirullahaladzim . "

ucapnya.

mereka pun kembali berjalan menuju asrama.

"assalamualaikum." ucap kedua orang tua Icha saat tiba di depan rumah kyai.

"waalaikumsalam wr.wb "jawab kyai yang ternyata sudah menunggu di depan.

papa Icha pun mengeluarkan tangannya bersalaman dengan sang pemimpin pesantren.

"Masya Allah, akhirnya yang ditunggu datang juga mari masuk, kita bicarakan di dalam saja."

kata kyai dengan senyuman ramahnya.

kedua orang tua Icha mengikuti kyai dari belakang dan memasuki rumah beliau.

"Icha ! ayo!. "ajak mama.

"sudah mah, biarkan saja Ica di luar. "kata papa sedikit membela Icha.

setelah orang tuanya masuk, Icha mengambil posisinya duduk di kursi yang sudah tersedia di teras rumah kyai sembari membuka ponselnya.

"17 panggilan tak terjawab siapa ya? "

tanya Icha pada dirinya.

dari kemarin, Icha memang belum ada membuka ponselnya, dan baru kali ini ia membukanya sudah ada 17 panggilan yang terlewatkan olehnya.

"Arli....... "kata Icha.

Icha langsung menutup kembali ponselnya.

arliansyah seorang lelaki yang pernah mengisi ruang hatinya, kenangan manis bersama dirinya masih tersimpan dalam ingatan Icha. saat-saat mereka menghabiskan waktu bersama dalam suasana suka maupun duka. tapi sayangnya itu semua hanya bisa dikenang dan tak bisa lagi terulang, Icha harus rela kehilangan cinta pertamanya, lalu melupakan semua itu dalam hidupnya.

beberapa saat kemudian, kedua orang tua Icha pun keluar bersama kyai.

Icha langsung berdiri dari duduknya dan menyimpan ponselnya kembali dalam tas ranselnya.

"ya sudah kyai, kalau gitu kami pamit pulang dulu, kami titipkan anak kami di sini semoga saja beliau ini bisa berubah jadi yang lebih baik lagi." kata papa yang menitipkan pesan pada kyai.

"insya Allah, dia akan berubah jadi yang lebih baik lagi. "sahut kyai.

"terima kasih kyai." kami pamit dulu.

"assalamualaikum."

"waalaikumsalam wr.wb." jawab kyai dengan senyumannya.

pandangan wajah mama beralih pada Icha.

iya memandang wajah anaknya itu dengan penuh Iba.

"Icha, Mama sama papa titipkan kamu di sini, jaga diri kamu baik-baik ya nak. belajar untuk jadi diri Icha yang lebih baik lagi. mama sama papa melakukan ini karena sayang sama Icha bukan mama sama papa nggak peduli pada Icha. iya sayang. "

pesan Mama Icha.

Mama memeluk Icha dengan penuh kehangatan.

"udah lama, Icha merindukan pelukan ini ma. "batinnya.

Icha tak bisa berkata apapun ia hanya diam dengan pandangannya yang sayu di hadapan mama.

"Mama pulang ya nak." kata Mama.

"papa juga." sambung papa sembari mengusap kepala Icha.

"assalamualaikum." ucap mereka.

"waalaikumsalam." jawab Icha dengan lembutnya.

setelah berpamitan kedua orang tuanya pun masuk ke dalam mobil dan berlalu pergi meninggalkan Icha. bersama dengan teman-teman barunya nanti.

mobil mereka telah berlalu, tapi Icha masih berdiri di depan gerbang pesantren.

"Icha, ayo masuk nak, Abuya sudah ada teman baru untuk Icha." kata kyai dari balik gerbang.

Icha mengusap air matanya, dan berjalan masuk dalam kawasan pesantren.

"zizi, kamu tolong arahkan dia ya." perintah kyai.

"iya Abuya."sahutnya dengan lembut.

Zidni Ilma, salah satu santriwati yang memegang kepercayaan kyai. dia juga sebagai pendamping dan pengarah para santriwati di bawah ustadzah.

namanya sudah disegani oleh para santri, wajahnya yang cantik, tegas juga tutur katanya yang lembut dan menjaga sopan santun pada siapapun membuat para guru, santriwan dan santriwati bahkan kyai kagum dengan dirinya.

"biar Zizi bantu ya membawakan barangnya. "

kata Zizi dengan membawa koper Icha.

mereka berjalan beriringan menuju asrama di sela-sela perjalanannya Zizi mencoba untuk membuka pembicaraan pada Icha.

"oh ya. kita belum kenalan kan titik nama kamu siapa?. "tanya Zizi.

"Icha." jawabnya singkat.

Zizi menganggukkan kepalanya.

"namaku Zidni Ilma, panggil aja Zizi. "

Zizi memperkenalkan dirinya.

Icha masih saja diam, tapi Zizi mencoba untuk mengajaknya bicara lagi.

"kamu kok diam aja sih, kamu masih sedih ya udah tenang aja, di sini kita sama-sama kok, kita satu perjuangan, kita belajar untuk hidup mandiri, belajar untuk jadi orang yang lebih baik lagi, iya kan.

seperti itu kan pesan orang tua kamu tadi. "kata Zizi.

Icha sekilas memandang wajah Zizi tanpa berkata apapun.

"kita belok kiri ya, kalau ke kanan asrama putra." beritanya saat berada di persimpangan.

sampai sudah masuk kawasan asrama pun Icha masih juga diam, karena merasa dirinya terlalu banyak bicara ikut diam hingga tiba di pintu depan kamar mereka.

"assalamualaikum." ucap Zizi.

"waalaikumsalam." sahut mereka yang ada di dalam kamar, tanpa melihat ke arah Zizi.

"kalian lagi ngapain sih." yang menghampiri.

"ini loh z, kami lagi ada tugas kerja kelompok dari ustadzah. "jawab salah satu temannya.

"penting banget ya, sampai ngeliat Zizi sebentar aja nggak bisa kayaknya." sendirinya.

" Nggak kok sih, bisa bisa. "kata temannya.

mereka pun mengangkat pandangannya dari buku dan melihat Zizi bersama dengan Icha.

"sopo Zi?. "

"santri baru?"

siapa namanya. "

mereka bertanya satu persatu.

"iya, ini santri baru, namanya Icha. "jawab Zizi.

"Icha to"tanya Dina. teman Zizi.

"nanya nama lengkapnya nanti aja soalnya dia masih sedih." kata Zizi berbisik pada Dina.

"cantik...... nya. " Masya Allah. "puji Ika.

"11,12 sama Kak Anna. "sambungnya lagi. semuanya tertawa.

" and. ada saingan nih. "ledek Dina.

"Ana hanya tersenyum.

"aku capek, boleh istirahat nggak. "tanya Icha tiba-tiba.

"oh..... boleh, boleh, silakan. ayo biar tak siapkan tempat tidurnya. "kata Dina yang mempersilahkan.

2.mulai bersahabat dengan mereka

suasana di pesantren itu memang membawa ketenangan, di sini para santri belajar ilmu akhirat dan dunia. belajar Alquran dan menghafalnya, saling peduli dengan sesama, berbagi suka dan duka bersama serta saling memahami satu sama lain.

semua Santri di sini datang dari berbagai tempat daerah di Indonesia mereka bersatu dalam satu perjuangan, seperti Zizi dan para teman-temannya.

mereka tinggal dalam satu kamar bersama dengan 4 orang, termasuk juga Icha si santri baru.

ada Madinatul Munawaroh (Dina) yang berasal dari solo, Dina terkenal dengan bahasa Jawanya dalam berbicara juga kecerewetannya, Dina sering dijuluki sebagai kakak ustadzah karena kerisauannya dan perhatiannya kepada para santri.

ada juga arifah mana Wa Salwa si cantik dari Aceh (Anna).

Anna Ana terkenal dengan lemah lembutnya dalam berbicara tapi kalau lagi marah, semua bahasa Aceh bisa ya lampiaskan kepada orang yang dimarahinya.

sampai yang mendengarnya menjadi bingung karena tidak mengerti.

ada juga satu lagi, Rifka Qonita si manis manja dari Makassar. namanya sering disapa Ika, karena umurnya yang paling muda di antara mereka, maka Ika sering bertingkah manja pada atasannya.

Ika juga terkenal dengan perilakunya yang ceria tidak pernah sedikitpun Ika mengalami kesedihan dalam hidupnya, meskipun pernah, Ika selalu bersikap dewasa dan menutupi kesedihannya dengan wajahnya yang ceria.

"Icha.... bangun yuk, salat subuh dulu. "Zizi membangunkan Icha dari tidur pulasnya.

"Cha..... bangun ca. "kata Zizi lagi.

"sepertinya Kak Ica nggak pernah salat subuh deh."

"susah banget banguninnya." kata Ika.

"Ika nggak boleh seperti itu titik Icha itu karena kelelahan makanya dia susah bangunnya." sahut Zizi.

"udah kalian cepat ke masjid sana ntar masbuk subuhnya. "kata Zizi kepada Ika dan Anna.

"iya Kak. ayo Kak an kita pergi. "sahut Ika.

mereka pun keluar dari kamar dan pergi ke masjid untuk salat subuh berjamaah.

"oh ya, Kak Dina mana? "tanya Zizi sebelum Ika keluar.

"Kak Dina lagi halangan, tuh lagi tidur." sahut Ika sembari menghentikan langkahnya.

"assalamualaikum." ucap mereka dan berlalu pergi.

"waalaikumsalam." jawab Zizi dari dalam.

Zizi kemudian kembali membangunkan Icha yang masih juga pulas dengan tidurnya.

"Icha bangun.... "kata Zizi yang membangunkan Icha sambil mendudukkannya.

"jam berapa sih, kok udah bangunin Icha." tanyanya dengan mata yang masih tertutup.

"Icha salat subuh, udah jam 05.00 ini." jawab Zizi.

"ih..... cepet banget sih bangunin Icha jam segini, Icha nggak pernah salat subuh ntar aja banguninnya, Icha masih ngantuk. "keluhnya lagi sembari akan membaringkan tubuhnya lagi.

"Icha, kamu nggak boleh tinggal salat nanti Allah marah sama kamu, ayo ca bangun 2 rokaat aj, Icha......"Zizi menepuk-nepuk pipi Icha.

"uuh....... iya-iya. Icha bangun. "kata Icha dengan matanya yang masih sayu.

Icha bangkit dari tempat tidurnya.berjalan perlahan menuju kamar mandi. Zizi yang masih di tempat itu, ia membereskan sedikit tempat tidur Icha dan juga yang lainnya, karena kebetulan Zizi sedang berhalangan untuk salat.

"saat membuka bantal Icha Zizi menemukan sesuatu yang membuatnya sedikit terkejut.

"HP?" kata Zizi sembari mengambil barang itu.

"jadi, suara tadi malam berasal dari HP Icha." kata Zizi pada dirinya.

tak selang beberapa lama, Icha pun kembali dari kamar mandi titik Zizi langsung menyembunyikan HP tadi di dalam saku bajunya.

"kamu ngapain masih duduk di sini?" tanyanya.

Zizi hanya tersenyum, sedikit agak gugup Saat ditanya oleh Icha.

"emangnya kamu nggak salat?" tanya Icha lagi.

"em. enggak, aku lagi a b c. "jawabnya.

"apaan tuh."

"Allah beri cuti." katanya dengan senyuman.

"oh...... "Icha seakan mengerti.

"ya udah, aku mau ke kamar mandi dulu ya." kata Zizi yang hendak akan pergi.

"eh.... tunggu dulu, em...... salat subuh berapa rakaat? "tanya Icha.

"loh, emang bener ya kamu nggak pernah salat subuh." Zizi balik nanya.

Icha hanya menggangguk.

"pernah sih, tapi 10 tahun yang lalu."

Zizi langsung menganga mendengar jawaban Icha.

"cuma salat subuh aja yang nggak tahu rakaatnya? . "

"salat lainnya gimana?" tanya Zizi.

"em.... gimana ya, kayaknya Icha lupa karena salat Ica bolong-bolong. nggak pernah full. "jawabnya.

"ya udah deh, Zizi kasih tahu ya. salat subuh 2 rakaat, dzuhur, ashar dan isya 4 rakaat, lalu magrib 3 rakaat. "kata Zizi menjelaskan.

Icha sejenak diam dan berpikir.

"maaf ya Cha, emangnya orang tua kamu nggak pernah ngajarin kamu salat ya." Zizi mencoba bertanya.

"ntar aja ya, Icha mau salat subuh dulu." kata Icha yang belum memberi jawaban dari pertanyaan Zizi tadi.

Zizi mengganggu mengiyakan dengan senyumannya.

" niat salat sama bacaan salatnya kamu masih ingat? "bisik Zizi sebelum dirinya pergi.

Icha mengangguk sebelum mengangkat tangannya untuk takbir

"sedikit." katanya.

Zizi tersenyum dan langsung berlalu pergi meninggalkan Icha salat subuh sendiri.

"ternyata Icha tidak seburuk yang aku pikirkan Icha memiliki kemauan yang besar untuk berubah jadi orang yang lebih baik." batinnya.

Zizi mengeluarkan HP Ica dari saku bajunya sembari memandanginya, lalu memasukkannya lagi ke dalam saku bajunya.

"apa yang harus aku lakukan dengan HP ini, apa aku langsung kasih sama Abuya saja titik tapi kasihan Icha, dia pasti nanti bakalan kecarian. "kata Zizi.

**************

waktu subuh kini telah usai, hari sudah menjelang pagi. langit tampak sudah sedikit terangan dengan sinar mentari yang akan segera terbit dari ufuk timur.

usai melaksanakan salat Subuh di masjid, Zain sebagai anak marbot masjid menggantikan sejenak pekerjaan ayahnya, karena orang yang ia sayangi itu sedang terbaring lemah di tempat tidurnya.

"Zain...... "salah satu pengurus masjid menyapanya.

"iya Pak . "sahut Zain dengan menundukkan sedikit kepalanya.

"sudah selesai?" tanya Bapak itu.

"belum Pak, sebentar lagi hanya tinggal menyapu sedikit saja." jawabnya dengan suara yang lembut.

Pak Farhan tersenyum dan mengangguk.

"Pak Farhan mau ke mana?" tanya Zain sembari menghentikan pekerjaannya yang sudah selesai.

"saya rencananya mau ke rumah kamu, mau jenguk Pak Ilham. gimana keadaan beliau. "

Pak Farhan menanyakan keadaan orang tua Zain.

"Alhamdulillah Pak titik sudah ada perkembangan tinggal nunggu pulihnya saja." jawabnya.

"syukur alhamdulillah, saya juga senang mendengarnya. "ucap beliau.

"ya sudah Pak, kalau Bapak mau jenguk Bapak saya, ayo. silakan saya juga mau pulang karena sudah selesai membersihkan masjid. "ajak Zain kepada Pak Farhan.

"oh iya ayo, saya juga tidak sabar melihat keadaan beliau." sahut Pak Farhan.

Zain dan Pak Farhan pun pergi dari area masjid menuju rumah Zain untuk menjenguk keadaan teman akrab beliau.

Muhammad Zainal adnani adalah alumni pesantren Muhajirin Al Jannah sebelum keluar dari pesantrennya Zain meninggalkan banyak kenangan baik di sana titik semua orang di pesantren itu begitu mengagumi Zain, bahkan kyai pun tidak merelakan dirinya untuk pergi dari pesantren itu titik karena kebijakannya, keikhlasannya, kebaikan akhlaknya juga kecerdasannya membuat kyai tak ingin kehilangan santri seperti dirinya.

setelah selesai wisuda beberapa bulan yang lalu, Zain kini hanya tinggal di rumah bersama dengan kedua orang tua dan seorang adik perempuannya. sebenarnya Zain ingin sekali melanjutkan pendidikannya kuliah ke kardoba Spanyol, namun uang tabungannya masih belum mencukupi.

ditambah lagi dengan keadaan ayahnya yang sedang sakit karena kecelakaan dan membutuhkan banyak uang, karena terhambat biaya Zain harus merelakan uang tabungannya terpakai untuk biaya pengobatan ayahnya yang habis dengan banyak uang.

semua takdir itu diterima Zain dengan keikhlasannya. iya sama sekali tidak mengeluh dengan keadaan hidupnya saat ini titik menurutnya hidup sederhana itu lebih indah bila dijalani dengan keluarga tercinta apapun keadaannya.

beberapa hari yang lalu, kyai Mahmud pernah menghubunginya dan memintanya untuk kembali ke pesantren, berkhidmat pada beliau dan membantu mengajar di sana. Zain pun menerimanya, lusa mungkin Zain akan berangkat dan kembali ke pesantren.

mohon maaf sahabat fillaah.....

ini karya pertamaku......

mohon sarannya.....😊🤭🤭

3. Muhammad Zainal Adnani

"Kak Ana, liat buku Ika nggak?" tanya Ika yang kebingungan.

"nggak!" jawab Anna.

"emangnya kamu letak di mana kak?" tanya Anna.

"Ika lupa seingat Ika, Ika letak di tas Ika tapi kok sekarang nggak ada ya. "jawabnya yang masih diliputi kebingungan.

"ini toh bukune." Dina datang membawa buku pelajaran fiqih kepada Ika.

"eh titik iya ini buku Ika titik makasih ya Kak Din." ucapnya.

"makanya jadi orang ojo sembrono." kata Dina dengan logat Jawanya.

"memangnya Kakak dapat dari mana buku fiqih Ika." tanya Ika dengan wajah polosnya.

"dari kamar mandi, Untung aja nggak masuk comberan." jawab Dina sedikit ngegas.

"iya, jangan ngegas dong! namanya juga Ika lupa titik seingat Ika kan, buku fiqihnya Ika letak di tas Ika. maaf ya Kak Dina. "kata Ika dengan suara merendah.

"jangan ngegas dong ngomongnya, Kak Dina kan orang Jawa yang terkenal dengan kelembutannya . "ngomongnya nggak boleh ngegas-ngegas ntar, nggak diakui sama orang Jawa lagi loh ya Kak Dina yang manis." canda Ika sembari tersenyum lebar.

"huh....... "Dina menghembuskan nafas kekesalannya.

"ya udah Kak, ayo kita sarapan keburu telat ntar masuk kelasnya." ajak Ika.

"oh ya..... Zizi sama santri baru itu mana? "tanya Ana.

"santri baru yang ke ana maksud itu siapa? Kak Icha? Ika balik bertanya. Ana mengganggu.

"nggak tahu, sepertinya mereka sudah keluar duluan." jawab Dina.

"yah titik kok nggak ngajak-ngajak sih." kata Ika sedikit kesal.

"ya udahlah nggak usah manja gitu, tinggal disusulin aja kok susah." Ana menyahuti perkataan Ika.

"sudahlah ayo kita ke sana." aja Ika lagi sembari bangun dari tempat duduknya.

mereka bertiga pun keluar dari kamar dengan membawa perlengkapan belajar, terlebih dahulu mereka sarapan di dapur pesantren sebelum masuk ke dalam kelasnya masing-masing.

ternyata dugaan Dina benar, sudah ada Zizi dan Icha di sana titik mereka masih duduk tanpa ada hidangan di depan mereka, karena Zizi dan Icha masih menunggu ketiga temannya lagi.

"assalamualaikum." ucap mereka bertiga yang baru datang.

"waalaikumsalam." jawab Icha dan Zizi.

"lah kan bener mereka udah di sini duluan. "kata Dina sembari duduk bersama mereka.

"maaf ya, tadi kita nggak ngomong sama kalian dulu kalau mau ke sini." ucap Zizi.

"ya udah tidak mengapa, sekarang kita udah di sini semua, ayo kita makan." sahut Dina.

"oke! biar Ika sama Kak Ana yang siapkan, ayo Kak an."

Ika mengajukan diri sembari bangkit dari duduknya dan menarik tangan anna.

"mereka akrab banget ya." kata Icha.

"iya! kalau lagi dekat, seperti pulpen sama buku." tapi kalau udah marahan, jauhnya seperti Sabang sampai Merauke. "dan Dina sembari tersenyum. mereka semua tertawa.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

"assalamualaikum." Zain mengetuk pintu rumahnya.

"waalaikumsalam." jawab seseorang dari dalam rumah.

"Mas Zain, Pak Farhan." sapa asma sembari membuka pintu.

melihat abangnya sudah pulang, asma pun menyalami tangan Zain dan juga Pak Farhan.

"silakan masuk Pak Farhan." asma mempersilahkannya.

Pak Farhan pun masuk ke dalam rumah Zain.

"ibu, mana as?. "tanya Zain pada adiknya.

"ibu, ada di kamar Mas, lagi nyuapin Bapak makan." jawab adiknya.

"ya sudah, ayo pak. bapak ada di kamar." ajak Zain kepada Pak Farhan.

"oh..... iya.... iya. "sahut Pak Farhan yang mengikuti Zain menuju kamar orang tuanya.

di rumah yang sederhana inilah Zain tinggal bersama dengan keluarga kecilnya. rumah yang sudah berpuluh puluhan tahun berdiri ini, menyimpan banyak kenangan untuk Zain dan juga adiknya. kedua orang tuanya yang sudah mewariskan rumah mereka ini kepada Zain dan berharap agar dirinya bisa menjaga rumah ini sampai kapanpun.

di dalam kamar yang sederhana itu, sudah ada ibu yang menemani Bapak makan menyuapkan nasi sedikit demi sedikit untuk memulihkan kembali tenaga beliau.

"assalamualaikum." ucap asma.

"waalaikumsalam." jawab ibu dari dalam.

"Bu Mas Zain sudah pulang, ada Pak Farhan juga Bu, yang mau jenguk Bapak." kata asma yang masuk menghampiri kedua orang tuanya.

"oh. iya, silakan masuk Pak." ibu mempersilahkannya.

"assalamualaikum." Pak Ilham, ucap pak Farhan.

"waalaikumsalam." jawab Pak Ilham dengan suara yang masih lemah.

"Pak Farhan pun duduk di samping Pak Ilham dengan kursi yang sudah disediakan oleh asma sebelumnya.

"gimana keadaannya Pak." tanya Pak Farhan yang menatap iba sahabatnya itu.

"Alhamdulillah Pak. sudah agak mendingan. "sahut beliau. Pak Farhan dan Pak Ilham adalah sahabat yang begitu dekat dari dulu, mereka sama-sama mengurus masjid yang sudah mereka bangun bersama dulu titik melewati pahit manisnya kehidupan, saat mereka sama-sama dijatuhkan dan tidak dihargai sama sekali oleh orang-orang di sekitarnya, Pak Farhan selalu menyemangati Pak Ilham dan keluarganya. meskipun materi kehidupan mereka berbeda, Pak Farhan yang memang sebagai orang kaya begitu dermawannya, bersahabat dengan Pak Ilham yang sederhana.

kecelakaan yang dialami Pak Ilham diakibatkan dari pekerjaan beliau yang sebagai kuli bangunan titik karena ingin menyelamatkan nyawa orang lain Pak Ilham mengorbankan dirinya tertimpa puing yang jatuh dari atas hingga membuat beliau harus dilarikan ke rumah sakit.

"Alhamdulillah Pak Farhan sekarang beliau ini sudah bisa jalan perlahan demi perlahan. "beritahu ibu.

"syukur alhamdulillah, saya juga lega mendengarnya. maaf ya Pak Ilham karena baru sekarang saya bisa datang ke sini, sebelumnya saya terlalu sibuk dengan pekerjaan di kantor. "kata Pak Farhan.

"iya Pak titik tidak mengapa, saya senang Bapak sudah mau ke sini jengukin saya." sahut Pak Ilham.

"diminum dulu Pak tehnya." asma dengan membawakan segelas teh hangat.

"iya terima kasih nak asma." ucap beliau.

"sama-sama Pak." sahutnya.

"kalau gitu saya keluar dulu silakan lanjutkan ngobrolnya." kata ibu yang hendak akan pergi.

"oh iya Bu..... maaf sudah mengganggu. "

"tidak kok pak. sama sekali tidak mengganggu." kata ibu.

ibu dan asma pun keluar dari kamar.

"mas mu ndi, ndok?"tanya ibu pada asma.

"ndak tahu Bu sepertinya tadi Mas ada di ruang tengah." jawab asma.

ibu mengintip sedikit ke ruangan tengah, dan benar di sana sudah ada Zain yang duduk sendiri, ibu dan asma pun datang menghampirinya.

"Zain....."panggil ibunya yang sudah ada di sampingnya.

"eh.... ibu. "Zain tersadar dari lamunannya.

"ada apa toh Zain, lagi ngelamunin apa? "tanya ibu sambil menepuk bahunya.

" ndak Bu, ndak ada apa-apa. "jawabnya dengan senyuman.

"loh, ibu kok udah keluar bukannya tadi masih nemenin Bapak di kamar." tanya Zain mengalihkan pembicaraan.

"yah kan tadi, sekarang sudah ada teman bapak ya ibu keluar toh le segen, nggak sopan. "sahut ibu.

Zain tersenyum.

"gimana Zain, lusa jadi toh balik ke pesantren." tanya ibu membahas pembicaraan yang kemarin.

"Zain terdiam sejenak.

"Zain juga nggak tahu Bu, sebenarnya Zain juga ingin ke sana lagi tapi kan Bapak belum sembuh." kata Zain.

"loh gimana toh Zain kok nggak tahu titik itu kan permintaan kyai gurumu loh ndak enak kalau ditolak. nggak usah mikirin Bapak, kan ada ibu yang masih bisa merawat bapak. "

ibu memberi pendapatnya.

"iya mas, mas balik aja ke pesantren kan masih ada asma di sini, asma bakal jagain Bapak sama ibu kok." asma memberi usul.

"ndak bisa juga toh nduk, dirimu kan juga harus balik ke pesantren." cegah ibu.

"tapi kan Bu...... "ucapan asma terputus.

"as, apapun keadaannya kamu juga harus balik ke pesantren. quranmu kan belum selesai toh, masalah biaya nggak usah pikirin Mas nanti yang bantu. "tegas Zain.

asma terdiam.

"kamu yang paling utama harus balik ke pesantren, Mas nggak ridho kalau kamu nggak balik ke pesantren." sambung Zain lagi.

"dengar tuh nduk mas mu ngomong."

"iya Bu asma dengar, nanti asma duluan yang balik sebelum Mas Zain." sahut asma.

"iya biar mas langsung nanti yang ngantar kamu sampai ke pesantren." sambung Zain.

"udah, kalian berdua tuh memang harus balik ke pesantren nggak usah mikirin Bapak titik biar ibu yang jagain, nggak usah mikirin ibu juga, masih ada Allah yang akan jagain ibu dan juga bapak ya Zain, asma kalian berdua itu kebanggaan ibu sama Bapak.jadi, apapun keadaannya kalian harus tetap melanjutkan belajar kalian sampai selesai ya. "kata ibu sembari merangkul kedua anak kesayangannya itu.

terima kasih...

sahabat Fillah🥰🥰🥰

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!