Prank!!
Suara nyaring memekakkan telinga terdengar di ruang makan keluarga kecil yang baru 1 Minggu terbentuk.
"Aku sudah katakan pada mu! aku tidak mau memakan apapun yang kamu masak. Melihat wajah mu saja aku sudah jijik!" setelah mengucapkan bentakan itu, terdengar pula suara nyaring dari hempasan mangkuk kaca yang berderai di lantai.
"Huh, bikin mood orang jelek saja"
Nayara menatap kosong pada masakan yang sudah ia masak dengan penuh kasih sayang.
"Kau boleh membenci ku, tapi kau tidak boleh membuang makanan!" ucap Nayara dengan suara datar.
Andre yang mendengar ucapan Nayara, langsung membalikkan tubuh nya menghadap pada wanita itu.
"Apa kau bilang? membuang makanan? harus nya kau yang sadar! sudah jelas aku tidak mau memakan makanan mu! malah kau masak!" lalu Andre melenggang pergi meninggalkan Nayara dengan ekspresi datar nya.
Setelah kepergian Andre, barulah Nayara ambruk dan menangisi semuanya.
"Kenapa kau selalu membenci ku? apa kesalahan ku? aku sudah melakukan segalanya, tapi kau masih membenci ku. Hiks...Hiks..."
...----------------...
Nayara Ilhamiyah, wanita berumur 22 tahun yang terpaksa menerima perjodohan dari sang majikan.
Nayara adalah seorang yatim piatu, lalu dirinya di angkat menjadi anak oleh asisten rumah tangga milik keluarga kaya.
Wajah Nayara terdapat luka bakar, dan luka bakar itu ia dapatkan ketika kecelakaan mobil yang melenyapkan orang tua angkatnya.
Karena alasan pengabdian terhadap kebaikan keluarga Bagas Andara dan Relaina Andara Naraya terpaksa menerima saat majikan nya meminta Nara menjadi istri dari putra mereka.
Awal nya Nara menolak, ia merasa tidak pantas menjadi istri dari Andre Andara. Tapi, majikan nya yang baik hati mengatakan bahwa dirinya pantas dan cocok menjadi menantu keluarga nya.
Andre Andara, pria 30 tahun itu tentu tidak menerima ide konyol kedua orang tua nya.
Andre menolak mentah mentah perjodohan ini, tapi papa nya malah mengancam nya tidak akan memberikan warisan sepersen pun pada nya jika tidak mau menikah dengan Naraya.
Karena itulah Naraya dan Andre akhirnya menikah dan memutuskan untuk tinggal di apartemen.
Nayara adalah gadis yang baik, dirinya selalu ramah dan baik hati kepada semua orang. Bahkan dirinya selalu menuruti apapun kemauan Andre.
Namun sejak menikah dengan Andre, sikap Nayara jadi berubah kepada pria itu.
Dulunya, Nara selalu ramah dan mencoba berkomunikasi dengan Andre meskipun balasan pria itu jutek.
Nara selalu mendekati Andre saat di rumah, bersikap selayaknya wanita polos yang selalu mencoba membuat Andre tersenyum.
Kapan pun Andre membutuhkan nya, Nayara selalu ada. Meskipun kadang Andre memaki dan mencacinya.
...----------------...
Andre, seorang CEO yang kejam. Seorang pria yang pecinta dunia malam. Berganti ganti pasangan hanya untuk memuaskan nafsunya semata.
Setelah pulang kerja, Andre akan selalu pergi ke bar untuk menghabiskan waktunya, bersenang senang dengan wanita **** di sana, lalu berakhir di atas ranjang.
Kedua orang tua nya sudah tidak bisa mengendalikan pria itu. Mereka hanya bisa menunggu saat saat putra nya sadar dan berubah.
Andre memiliki seorang sahabat bernama Dika, mereka sudah bersama sejak lama.
Dika tahu semua tentang Andre. Bahkan Dika juga tahu tentang Nara, mereka juga sedikit dekat.
Terkadang, melihat perlakuan Andre terhadap Nara membuat Dika kasihan.
"Cobalah untuk melihat nya Andre, apa kau tidak punya hati?" kalimat itu lah yang selalu Dika ucapkan pada sahabat nya.
Namun, Andre selalu mengabaikan nya dan malah semakin menjadi jadi.
Bagaimana kisah mereka????
Yuk, simak sampai Akhir 😘😘😘 Jangan lupa, like, komen ,dan share yah ke teman teman kalian. Agar aku semakin semangat nulisnya.
love you guys😘
Nara berjalan cepat menuju ke sebuah ruangan, ia memberi hormat saat bertemu dengan salah satu pengawal yang berdiri di depan pintu ruangan menuju ke kamar majikan nya.
"Maaf pak, saya di minta oleh nyonya ke kamar nya" kata Nara pada pengawal itu.
"Sebentar yah, saya hubungi nyonya dulu"
"Baik pak"
Nara berdiri di depan pengawal yang langsung menghubungi majikan nya. Ia memberitahu bahwa Nara sudah berada di depan.
Setelah mendapatkan persetujuan, pengawal itu langsung menyuruh Nara masuk ke dalam, nyonya sudah menunggu dirinya.
"Silahkan masuk, nyonya sudah menunggu kamu"
"Terimakasih pak!"
Nara masuk ke dalam kamar, ia tersenyum pada nyonya yang menyambut nya dengan senyum hangat juga.
"Selamat siang nyonya, tumben memanggil saya"
Relaina tersenyum, "saya merindukan mu"
Sontak Nara langsung mendekat dan memeluk majikan nya.
Jangan heran, Relaina sudah menganggap Nara seperti putrinya sendiri.
Ketulusan hati Nara saat bekerja untuk keluarga nya, membuat jarak di antara dirinya dan majikan nya menjadi dekat. Nara tidak segan segan bermanja-manja pada majikan nya seperti pada ibunya sendiri.
"Saya juga kangen nyonya, sejak nyonya sakit. Kita jadi jarang bertemu"
Reilana menatap gadis manis itu, salah satu tangan nya terangkat, mengusap pipi Nara yang terdapat luka bakar.
"Jika kamu mau, saya bisa membuat kamu kembali cantik"
Nara menggeleng. "Saya tidak mau nyonya, ini adalah saksi di mana cinta saya pergi"
"Orang tua kamu pasti akan senang jika kamu kembali cantik"
Lagi lagi Nara menggeleng, ia sangat menyayangi luka nya ini. Meskipun orang orang memandang nya dengan jijik, tetap saja Nara tidak merasa malu.
Dengan luka ini, Nara bisa tahu mana orang yang tulus dan tidak tulus.
"Nyonya, apa anda sudah minum obat?" Nara berusaha mengalihkan pembicaraan.
Relaina yang mengerti Nara sedang mengalihkan pembicaraan, hanya bisa menghela nafas.
Sudah untuk kesekian kali nya Relaina menawarkan untuk mengobati luka bakar di wajah Nara. Tapi, tetap saja gadis itu tidak mau.
"Saya sudah minum obat Nara, kamu tidak perlu khawatir"
"Bagaimana saya tidak khawatir? nyonya sudah sakit 1 bulan. Saya sangat takut, kehilangan untuk kedua kali nya" suara Nara terdengar sendu. Ia teringat dengan kedua orang tua angkat nya yang meninggal di dalam pangkuan nya.
"Nara" panggil Relaina.
Nara mendongak, menatap wajah pucat sang majikan.
"Jika saya sudah tidak ada nanti, apa kamu mau memenuhi permintaan saya?"
"Nyonya jangan berkata seperti itu, saya semakin takut!" ucap Nara panik, air mata segera mengumpul di sudut matanya.
"Saya serius Nara, kamu harus berjanji untuk mengabulkan permintaan saya"
"Nyonya....Hiks..."
"Jika saya sudah tidak ada nanti, berjanjilah untuk tetap menjaga keluarga ini dengan baik. Terutama Andre, dia pria bodoh, dia sangat mudah di tipu oleh wanita"
"Nyonya, ada atau tidak ada nyonya. Saya pasti akan tetap mengabdi pada keluarga ini. Meskipun nanti saya sudah menikah" kata Nara.
Relaina terdiam, mendengar kata menikah dari mulut Nara membuatnya sedikit khawatir.
"Nara, aku ingin kau menikah dengan putra ku"
Deg.
Ceklek.
Nara dan Relaina menoleh kearah pintu kamar Relaina yang terbuka.
Bagas masuk, ia tersenyum pada kedua wanita itu.
"Hei manis, ternyata kau di sini"
"Hei tuan " balas Nara menghapus cepat air matanya.
Bagas mendekati mereka, menatap Nara dan istri nya penuh curiga.
"Apa kalian baru saja menangis?" tanya Bagas.
Nara dan Relaina menggeleng cepat. Lalu menjawab dengan serempak.
"Tidak!"
"Tidak"
"Wahh, kalian sangat kompak yah" sindir Bagas.
"Tuan, saya akan keluar sekarang " pamit Nara , ia merasa tidak enak berada di kamar majikan nya yang mungkin ingin beristirahat.
"Kenapa terburu buru Nara? apa kau memiliki acara lain?"
Nara menggeleng.
"Lalu, apa karena kau tidak suka padaku? sehingga kau pergi saat aku datang?"
Nara kembali menggeleng, tapi kali ini lebih cepat.
"Jangan salah paham tuan, aku tidak bermaksud begitu" jelas Nara panik.
Relaina mengulum senyum, suaminya selalu saja senang mengerjai anak art nya ini.
"Ahahah....Saya bercanda Nara. Kembali duduk lah" Bagas menepuk kursi yang ada di samping ranjang nya, tempat Nara duduk tadi.
"Tapi.." Nara ragu ragu.
"Duduk lah sayang, aku memiliki sesuatu untuk di bicarakan dengan mu"
Mau tidak mau, Nara kembali duduk di kursi itu. Menatap sang majikan yang duduk di ranjang.
Relaina memeluk suaminya, sedangkan suaminya tampak ragu dan terdiam memikirkan kata kata yang akan ia katakan pada Nara.
Bagas menatap sebentar pada istri nya, setelah melihat istrinya mengangguk pelan, barulah Bagas menatap Nara dan mulai berbicara.
"Kami berencana ingin menikahkan kamu dengan Andre!"
Deg!.
Tubuh Nara seketika membeku, ia tidak menyangka pembicaraan tuan besar nya sama seperti yang baru saja istri tuan besar nya katakan.
"Maaf tuan, tapi saya tidak bisa. Tuan muda bukanlah sandingan saya" tolak Nara.
"Nara, siapapun bisa menjadi pasangan Andre. Tidak menutup kemungkinan orang itu adalah kamu" kata Bagas.
"Iya Nara, kami hanya percaya sama kamu. Hati kamu begitu tulus merawat keluarga kami."
Nara tidak bisa berpikir, ini sungguh di luar nalarnya. Seumur hidup Nara tidak pernah berpikir akan menikah dengan anak majikan nya sendiri.
"Nara, saya tahu. Kamu menyukai Andre kan?"
Nara menatap nyonya nya, bagaimana nyonya besar bisa tahu jika dirinya menyukai putranya sendiri.
"Kamu tidak perlu terkejut Nara, pengorbanan kamu kepada Andre sudah membuktikan betapa besar rasa cinta kamu pada nya" sambung Relaina.
"Tapi nyonya, saya tidak pantas. Tuan muda pasti tidak akan mau menerima ini. Apalagi wajah saya yang begitu jelek"
"Kamu bisa kok, operasi luka kamu itu, kamu akan kembali cantik dan imut lagi"
Nara menghela nafas, ia tidak mau mengoperasi wajahnya. Setidaknya tidak untuk saat ini.
"Nyonya, saya tidak mau melakukan itu. Saya ingin menemukan orang yang tulus mencintai saya, baru saya ingin menyembuhkan ini" lirih Nara.
Bagas dan Relaina mengerti maksud Nara, mereka tidak akan memaksa, tapi soal pernikahan Nara dengan Andre, mereka akan memaksanya.
"Bagaimana Nara? apa kamu mau menikah dengan Andre?" tanya Bagas lagi.
"Jika bukan karena rasa cinta, anggap saja sebagai rasa pengabdian kamu pada kami!" sambung Relaina, ia terpaksa menggunakan cara ini Agara Nara bersedia.
Nara malah bingung, ia tidak tahu harus berkata apa. Memang, dirinya menyukai Andre, sangat malah. Tapi, ia juga tahu bahwa Andre sangat tidak suka padanya. Apalagi sejak wajahnya yang jelek ini.
"Aku akan menerima nya Nyonya, tuan. Tapi, saya yakin tuan muda akan menolak"
"Itu kamu tidak perlu memikirkan nya. Saya yang akan mengurusnya". Bagas dan istri nya saling menatap bahagia, Nara menerima lamaran mereka. Sekarang hanya tersisa bagaimana mengatakan nya pada putra mereka.
"Baiklah, sekarang kamu boleh kembali ke kamar kamu. Besok kita akan membicarakan hal ini lagi" kata Bagas.
Nara mengangguk pelan, sungguh di hatinya terasa banyak keraguan dan di dalam pikiran nya terdapat banyak kemungkinan.
"Saya keluar dulu tuan, nyonya. Selamat beristirahat"
Nara keluar dari kamar itu, lalu kembali ke kamarnya dengan hati gunda gulana.
Nara melewati ruang tangah rumah besar milik keluarga Andara.
Saat di depan tangga, tidak sengaja Nara berpapasan dengan Andre. Cepat cepat gadis itu berhenti dan menunduk memberikan hormat pada pria itu.
Dengan begitu, Nara bisa menutup luka bakar di wajahnya dan selain itu Nara juga terhindar dari tatapan mematikan dari Andre.
"Dasar wanita jelek!" dengus Andre ketika melewati Nara.
Pria itu naik menuju ke kamar kedua orang tuanya.
Sejak ia kembali ke negara ini, Andre memutuskan untuk tinggal sendiri di apartemen. Menurutnya itu jauh lebih tenang dan bebas .
Nara kembali melanjutkan langkahnya yang hendak keluar rumah. Tadi Nara sudah berjanji akan menemani kepala dapur untuk berbelanja ke pasar.
Karena ada sesuatu yang terlupakan, Nara meminta kepala dapur menunggu nya di depan saja.
...----------------...
"Selamat siang Tuan"
"Siang. Apa papa dan mama ada di dalam?" tanya Andre dengan ekspresi datar nya.
"Sebentar tuan, saya akan menghubungi nyonya dulu"
"Ah lama!"Andre langsung menerobos masuk ke dalam ruangan itu, lalu masuk ke dalam kamar orang tuanya.
Pengawal itu hanya bisa menghela nafas dan menatap nanar tuan muda nya.
"Mama, papa! apa maksud dari perintah yang mama papa berikan pada pak Jordan!"
Relaina yang sedang bermanja-manja dengan suaminya menatap kesal pada putra mereka.
"Sejak kapan kamu tidak sopan seperti ini Andre!" tegas Bagas.
"Sejak papa dan mama mengirim perintah itu!" Andre menatap kedua orang yang sangat ia sayangi, tapi tidak pernah ia perlihatkan.
Relaina turun dari ranjang, wajah pucat nya menunjukkan bahwa dirinya masih dalam keadaan sakit.
"Nak, kamu duduk dulu yah"
"Gak ma, Andre butuh penjelasan mama sama papa sekarang juga!"
Andre menolak saat Relaina membawanya ke sofa, ia malah memberi jarak diantara dirinya dan juga mamanya.
"Apa yang kamu ingin dengar lagi? semuanya sudah jelas!"
"Pa, ma. Kalian bercanda kan? ngasih perintah ke pak Jordan, mengalihkan pewaris harta warisan ke Naraya? "
"Tidak Andre, semua itu benar dan serius"
Andre melongo di buatnya, papa mama nya benar benar sudah gila menurutnya.
Masa, wanita yang bukan siapa siapa dan hanya seorang pembantu di rumahnya mendapat semua harta warisan milik keluarga nya.
"Pa, gak usah bercanda deh. Wanita itu hanya pembantu, kenapa bisa dia menjadi pewaris"
"Jaga ucapan kamu Andre, Naraya itu anak baik, dia juga akan menjadi menantu mama" sela Relaina, ia tidak suka ketika putra nya mengatai Naraya seperti itu.
Andre kembali di buat tercengang oleh ucapan mama nya. Ia sudah biasa mendengar pembelaan dari mama nya untuk Nara, ia juga sudah biasa melihat kedekatan mamanya dengan anak pembantu itu.
Tapi, tidak dengan satu kata dalam semua kalimat mamanya.
"Menantu?" ulang Andre.
Relaina kembali mendekati suaminya, duduk sembari memeluk lengan suaminya yang duduk di tepi ranjang nya.
"Iya Andre, jika kamu ingin mendapatkan warisan dari mama papa, maka kamu harus menikah dengan Nayara" jelas Bagas.
"Tidak! itu tidak mungkin. Aku tidak mungkin menikahi gadis jelek itu"
"Ya sudah, Bersiaplah kamu menjadi gelandangan" sahut Bagas.
Andre terdiam, ia tahu bagaimana sikap keras papa nya. Mau bersujud bertahun tahun pun, papa nya tetap tidak akan mengubah keputusan nya.
"Berpikir lah Andre, Nayara adalah wanita yang tepat untuk kamu. Dia baik, sopan, bisa merawat mu dengan tulus. Tidak seperti wanita wanita murah yang kau nikmati di atas ranjang kotor mu itu!"
"Mama ngomong apa sih" sela Andre.
"Cih, kamu tidak usah mengelak Andre. Mama sudah tahu apa yang kamu lakukan di luar sana, mabuk mabukan, bermain di ranjang! bersyukur belum ada wanita yang menuntut pertanggung jawaban kamu ke rumah " omel Relaina.
"Aku selalu memakai pengaman!" sahut Andre dengan nada kesal.
"Bagus jika kamu masih memiliki otak" sela Bagas yang sejak tadi diam, membiarkan istrinya menasehati putranya.
"Tapi, menikah dengan Naraya juga bukan ide yang bagus pa, ma! aku gak cinta sama dia, aku gak mau menikah dua atau tiga kali ma pa!" ucap Andre dengan nada memohon.Ia tidak mungkin menikahi Nara.
Bagas menghela nafas berat, ia berdiri dan menghampiri putranya. Memegang bahu Andre ,dan menatap nya lekat.
"Soal cinta, itu akan tumbuh dengan seiringnya waktu nak. Yang penting itu, kamu bersama orang yang tepat!"
"Apalagi, mama sama papa sudah tua Andre. Setelah kami tidak ada nanti, siapa yang akan menjaga kamu dengan tulus?" sambung Relaina.
"Tapi, gak harus Nara juga ma. Andre punya pacar yang lebih cantik, dan akan menikahinya"
"Tidak! Nara yah tetap Nara. Hanya dia wanita yang akan menikah dengan kamu!" tegas Relaina mulai marah.
"Jika kamu tidak mau, maka bersiaplah jadi gelandangan!" sambung Bagas. Ia menggandeng tangan istri nya kembali duduk di atas ranjang. Lalu bersiap untuk beristirahat.
"Keluarlah, pikirkan apa yang harus kamu lakukan. Warisan itu tetap akan jatuh ke tangan Nara. Kamu bisa mengunakan nya apabila kamu menikah dengan nya"
Andre terpukul, ucapan papa nya barusan seakan memberi peringatan dan paksaan. Tidak ada pilihan dari ucapan papanya itu.
Andre tidak tahan lagi, ia keluar dari kamar papa dan mama nya dengan hati yang marah.
...----------------...
"Nara!!!!"
"Nara!!"
Andre mencari keberadaan wanita itu, ia akan memberi wanita itu pelajaran.
"Di mana Nara?" tanya Andre tegas pada salah satu pelayan yang sedang membersihkan ruangan tengah.
Dengan takut takut, wanita itu menjawab.
"Maaf tuan muda, tadi Nara baru saja keluar bersama kepala dapur. Mereka pergi ke pasar"
"Sial!" umpat Andre, emosi nya benar benar memuncak saat ini.
Andre berpikir jika Nara sudah menghasut kedua orang tua nya agar dirinya bisa menikahi nya.
"Awas saja kalau kau sudah pulang!" gumam Andre pelan, namun masih bisa terdengar oleh pelayan itu.
Andre pergi ke kamar nya, tubuh nya mendadak terasa capek setelah perdebatan dengan kedua orang tuanya.
"Aduh, masalah apa lagi yang Nara buat dengan tuan muda. Iss...Gadis itu tidak pernah jera berurusan dengan iblis kejam itu" gumam pelayan khawatir. Cepat cepat ia kembali ke dapur dan berusaha menghubungi Nara.
...----------------...
Sedangkan di pasar, Nara tampak santai dan tenang. Ia membantu kepala dapur memilih dan memberi pendapat saat kepala dapur menanyai nya soal sayur apa yang enak.
"Menurut mu, apa tuan muda mau menerima ku Nani?" tanya Nara sambil memilih milih tomat.
Wanita paru baya yang di panggilnya dengan panggilan Nani itu hanya bisa menahan nafas. Sejak tadi Nara sudah menjelaskan situasi yang akan ia hadapi di masa depan.
"Kau bertanya, padahal kau sudah tahu jawaban nya Nara"
"Umm...Kau benar Nani, tapi aku hanya takut"
Nani menatap Nara, ia merasa kasihan dengan gadis ini. Menikah dengan Andre bukan lah suatu hal yang baik untuk Nara.
"Jika tuan tau apa pengorbanan diri mu dalam hidupnya, mungkin dia akan menerima mu, dan berlaku baik kepada mu" kata Nani.
Nara tersenyum, " Sudahlah, jangan bahas itu lagi"
"Cih, bocah ini!" Nani berdecih menatap Nara dengan kesal.
Di dala hati, Nara terus bergumam dan berharap jika suatu hari nanti Andre akan baik padanya dan menerima kehadirannya. Apalagi sebentar lagi mereka akan menikah, seperti yang majikan nya inginkan.
"Apakah nyonya sudah berbicara dengan tuan muda?" tanya Nara dalam hati, ia sangat penasaran bagaimana reaksi Andre.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!