NovelToon NovelToon

Anabelle - Love And Regret

Gavin dan Anabelle

"Kamu jahat, Gav. Kamu jahat!" teriak Anabelle, ia menangis sesegukan. Sungguh ia tidak menyangka, jika pria yang menikahinya satu tahun lalu itu, tega mengkhianatinya, mengkhianati cintanya.

Selama ini, Anabelle sangat mempercayai Gavin, sang suami. Ia juga memberikan kebebasan kepada Gavin. Dia tidak pernah protektif seperti istri di luar sana. Dia percaya, jika Gavin pasti setia dan tidak akan pernah mengkhianati cintanya, mengkhianati pernikahannya.

Tapi kenyataannya, Anabelle mendapatkan fakta yang sangat menyakitkan. Gavin tega menyakiti hatinya, menyakiti perasaannya. Gavin telah menjalin sebuah hubungan dengan Veronica, seorang model yang kini sedang naik daun.

"Maaf, An. Aku melakukan kesalahan." Gavin tidak bisa mengelak lagi, karena Anabelle sudah punya bukti kuat. Gavin tidak menyangka, jika akhirnya kebusukannya diketahui oleh Anabelle.

Padahal dia melakukannya dengan sangat hati-hati. Tapi tetap saja Anabbel tahu. Mungkin Anabelle menyuruh seseorang untuk diam-diam mengikutinya dan mencari tahu tentangnya. Dan ketika orang itu menemukan bukti tentang perselingkuhanya, orang itu langsung memberikan bukti itu ke Anabelle.

Gavin menatap Anabelle yang terus terisak. Sedangkan bukti kecurangan ada di meja, tepat di hadapannya.

Gavin hanya bisa menghela nafas, melihat istrinya yang menangis membuat hatinya sakit dan perih. Dia masih sangat mencintai Anabelle. Hanya saja pada saat ini, hatinya sudah terbagi. Tidak sepenuhnya untuk Anabelle lagi, tetapi juga untuk Veronica yang kini sudah resmi jadi pacarnya.

"Maaf! Apakah kamu pikir, dengan meminta maaf kamu bisa memperbaiki hatiku yang sudah kamu hancurkan? Kenapa, Gav? Kenapa kamu harus menyakitiku? Apa salahku?" tanya Anabelle. Ia menatap wajah suaminya yang tertunduk. Melihat itu, hanya membuat hati Anabelle semakin teriris.

"Kamu seharusnya memberitahuku jika ada sesuatu yang tidak kamu sukai dariku, Gav. Biarkan aku memperbaikinya. Dan jika kamu sudah tidak mencintaiku lagi, kamu ngomong sama aku. Agar aku bisa mundur dari pernikahan ini." Anabelle menurunkan intonasinya. Dia tidak lagi berbicara dengan nada tinggi. Sungguh, jika Gavin memberitahunya dengan baik, mungkin dia akan mundur dari pernikahan ini, dan membiarkan Gavin menikahi Veronica.

Anabelle sadar bahwa cinta tidak bisa dipaksakan. Untuk itu, Annabelle tidak mungkin membiarkan Gavin tetap di sisinya, ketika hatinya tidak lagi untuknya, tetapi untuk wanita lain.

Akan tetapi, kenapa Gavin memilih untuk mengkhianatinya dari pada mengatakan yang sebenarnya. Apakah Gavin lupa, bahwa Anabelle lebih memilih kejujuran, meskipun itu menyakitkan. Dari pada dibohongi dengan kepalsuan. Pada akhirnya juga akan membuat Anabelle semakin sakit.

Mendengar itu, Gavin menggelengkan kepalanya. Dia berlutut di kaki Anabelle. "Maafkan aku, An. Aku sangat menyesali perbuatanku. Beri aku satu kesempatan lagi, kumohon."

Gavin tidak bisa jika harus berpisah dengan Anabelle. Dia tidak bisa membiarkan Anabelle dan Veronica pergi, karena mereka berdua sangat berarti baginya. Mungkin dia egois, tapi dia tidak peduli lagi.

Saat ini, dia harus bisa meluluhkan hati Anabelle, agar bisa memaafkannya. Adapun urusan Veronica, biarlah nanti. Tapi yang jelas, dia tidak akan pernah melepaskan keduanya.

"Tidak ada kesempatan bagi pengkhianat. Apakah kamu lupa, aku benci dua hal dalam pernikahan. Kekerasan dalam rumah tangga dan pengkhianatan. Apakah kamu lupa itu, Gav?" kata Anabelle.

Gavin menggelengkan kepala, dia belum lupa tentang persyaratan yang diajukan Anabelle, saat ia datang ke rumahnya untuk melamarnya. Anabelle tidak minta apa-apa, dia hanya minta dua hal. Yaitu jangan pernah ada pengkhianatn dan kekerasan fisik. Gavin pun menyanggupinya.

Tapi sayangnya, ia terlena dengan kecantikan Veronica, dan diam-diam menjalin hubungan dengan Veronica.

Awalnya hanya sekedar tertarik, namun semakin ke sini, Gavin mulai ada rasa pada Veronica. Bahkan saat ini, Gavin sudah mulai mencintai Veronica sama seperti dia mencintai Anabelle, istrinya.

"Aku ingin mengakhiri pernikahan kita, Gav!" Pada akhirnya, inilah keputusan yang dibuat Anabelle.

Meski berat, Anabelle tak ingin harga dirinya diinjak-injak. Baginya, Gavin tidak hanya mengkhianatinya, tetapi juga menginjak harga dirinya.

Dan Anabelle tidak akan membiarkan Gavin terus menyakiti hati dan perasaannya. Sudah cukup, Gavin membodohinya. Dia tidak lagi terus menjadi mainan Gavin

"Tidak! Aku tidak akan pernah menceraikanmu. Bahkan sampai aku mati, tidak akan ada perceraian di antara kita. Kamu akan tetap menjadi istriku."

"Jangan egois, Gav! Kamulah yang membuatku memutuskan untuk mengakhiri pernikahan ini. Jika kamu tidak selingkuh, aku tidak akan meminta cerai!"

"Aku sudah minta maaf, apa susahnya kamu memaafkanku!"

"Tidak semudah itu, Gav! Jika kamu berada di posisiku, maukah kamu memberiku kesempatan, jika aku selingkuh dengan pria lain?"

Mendengar hal itu, Gavin memilih untuk tetap diam. Karena jika Anabelle berselingkuh, tentu saja dia tidak akan pernah memaafkan Anabelle.

"Kenapa kamu diam? Tidak yakin harus berkata apa? Kamu tahu Gav, aku sangat mencintaimu. Tapi aku juga tidak bisa mempertahankan kamu, jika di hatimu ada wanita lain selain aku. Aku tidak suka sendirian, Gav."

"Aku akan memutuskan Veronica. Tapi aku mohon, tolong jangan tinggalkan aku. Aku berjanji, aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama di masa depan."

Mendengar itu, Anabelle terkekeh. "Sekali dikhianati, nanti pasti akan ada yang kedua dan ketiga. Cukup sekarang aku merasa sakit hati, aku tidak ingin merasakan sakit yang lebih dari ini. Untuk itu, aku akan mundur dari pernikahan ini."

"Jika kamu melakukan itu. Maka kamu akan melihat mayatku."

"Apa maksudmu, Gav?" tanya Anabelle tak percaya dengan ucapan suaminya itu.

"Aku akan mati jika kamu tetap ingin mengakhiri pernikahan ini."

"Kamu gila, Gav!"

"Terserah, kamu bilang aku gila atau apa. Jika kamu ingin bukti, silakan. Dan keesokan harinya, kamu akan melihat mayatku di koran."

Sejujurnya, Anabelle takut mendengar kata-kata Gavin. Tapi logikanya mengatakan, Gavin tidak akan melakukan hal bodoh seperti itu. Dia yakin Gavin hanya membuatnya takut.

"Aku tidak peduli. Bahkan jika kamu mati, itu bukan urusanku!" kata Anabelle sambil pergi dari sana.

Melihat Anabelle pergi, membuat Gavin marah. Dia menghancurkan semua yang ada di sekitarnya. Ia pun merobek-robek bukti perselingkuhannya dengan Veronica.

"Baiklah jika itu yang kamu inginkan, Anabelle. Kau akan melihatku mati besok," geram Gavin. Dia mengambil pecahan kaca, dan mengiris lengannya hingga berdarah.

"Selamat tinggal, Anabelle. Kuharap kematianku membuatmu memaafkanku." Perlahan-lahan, Gavin menutup matanya

Tak Lagi Peduli

Dua jam sejak Anabelle pergi dari sana, Anabel mendapakan telfon dari Bagas, tangan kanan Gavin yang selama ini mengikuti kemanapun Gavin pergi dan juga orang pertama yang di percayai Gavin untuk membantu dia menjalani semua bisnis yang Gavin punya. Anabelle merasa malas untuk mengangkat telfon dari Bagas, bahkan Anabelle juga tidak membuka pesan yang Bagas kirim sedari tadi, bahkan entah sudah berapa pesan yang Bagas kirim, karena dari tadi Hpnya tidak berhenti berbunyi.

Anabelle memilih untuk diam di kamar apartemennya, ia masih memikirkan hubungan dirinya dengan Gavin. Anabelle masih belum percaya jika Gavin akan menghianati dirinya dengan Veronica, gadis yang kini tengah naik daun karena parasnya yang emang cantik dan jago dalam dunia permodelan dan acting.

"Kenapa sih, Gav. Kamu tega banget nyakitin aku," tanya Anabelle dalam hati. Ia mengambil foto dirinya dan sang suami yang ada di meja samping tempat tidur, ia mengelus foto itu dan menatap foto suaminya yang tengah mencium pipinya dengan lembut. Di apartemen ini emang banyak banget foto dirinya dan sang suami, karena Anabelle sangat mencintai Gavin. Bahkan di galeri hpnya pun penuh dengan foto Gavin, karena emang secinta itu Anabelle ke suaminya.

Tapi sayangnya, cinta tulus yang Anabelle berikan buat sang suami, ternyata malah di balas dengan air tuba. Suaminya tega menduakannya dengan wanita lain. Dan kini, Anabelle bahkan bingung harus berbuat apa, dia berada di antara cinta dan benci. Cinta karena memang Gavin adalah cinta pertamanya dan selama ini Gavin selalu memperlakukanya dengan baik, bahkan tak pernah sekalipun Gavin membentak Anabelle dan main fisik alias kasarr. Gavin bahkan selalu menyayangi Anabelle dan menuruti semua kemauan Anabelle. Gavin benar-benar sangat memanjakan Anabelle.

Dan entah setan dari mana yang membut Gavin pada akhirnya malah tega menusuk Anabelle dari belakang. Entah apa yang merasuki laki-laki itu hingga tega menghianati  Anabelle, yang tulus menyayangi dan mencintainya.

Karena Hpnya yang terus berbunyi tanpa mau berhenti, akhirnya Anabelle pun mengangkat telfon dari Bagas.

"Ada apa?" tanya Anabelle ketus.

"Non, Tuan Muda Gavin masuk rumah sakit," ucap Bagas memberitahu.

"Terus?" tanya Anabelle santai.

"Tuan Gavin masuk UGD, Non. Tadi saat Non keluar dari rumah, saya mendengar Tuan membanting semua barang di ruang tamu. Lalu saat saya masuk ke dalam, saya sudah melihat Tuan bersimpah darah banyak. Tuan Muda Gavin menyayat pergelangan tangannya sendiri dan itu hampir membuat Tuan Gavin meninggal karena mengenai pembuluh darahnya." Bagas berusaha menjelaskan namun sayanngya, Anabelle seakan tidak peduli dengan hal itu.

"Kabari aku setelah Tuan Mudamu itu mati," balas Anabelle yang membuat Bagas tersentak kaget. Tak menyangka jika Nona muda yang baru di nikahi satu tahun lalu oleh majikannya itu akan berkata hal demikian.

"Tapi, Non ...." Bagas tidak tau apa yang sudah terjadi di ruang tamu, karena Bagas berjaga di luar sambil mengerjakan pekerjaannya. Dan ketika ia melihat Anabelle pergi dari sana dengan raut wajah marah, perasaan Bagas langsung gak enak, apalagi ketika ia mendengar suara pecah dari dalam. Bagas tanpa membuang waktu, langsung masuk ke dalam dan sudah melihat ruang tamu yang berantakan dan semuanya pada pecah. Ia juga melihat Gavin yang sudah tak sadarkn diri dengan tangan kiri yang terluka bahkan darahnya sangat banyak, membuat Bagas benar-benar schok. Ia langsung mengambil kain dan menekan luka itu agar darahnya tidak terus keluar.

Lalu dengan susah payah, Bagas menggendong Gavin sampai ke parkiran mobil. Untungnya ada Pak Arman, sopir pribadi Gavin yang duduk santai di sana dan sedang main Hp. Bagas langsung minta tolong Pak Arman untuk mengantarkan ke rumah sakit terdekat, sedangkan Bagas duduk di kursi belakang sambil terus menekan luka Gavin yang sudah berwajah pucat.

"Aku sudah tidak mau tau urusan tuanmu, Mas Bagas. Jadi tolong, jangan hubungi aku untuk hal-hal yang tidak penting." Dan setelah itu, Anabelle langsung mematikan hpnya secara sepihak, ia bahkan langsung menon-aktivkan hpnya, agar tidak di ganggu oleh orang lain.

Sejujurnya, ada rasa khawatir dalam diri Anabelle, tapi ia gak mau seperti orang bodoh lagi. Jika dirinya gak datang, masih ada Veronica yang akan merawat dan menjaga Gavin, lalu buat apa dirinya khawatir, jika Gavin mendapatkan pengganti dirinya, jika dirinya gak ada di samping Gavin.

Sedangkan Bagas hanya menatap hpnya yang kini tengah mati, ia benar-benar gak percaya jika Anabelle akan bersikap seperti ini. Karena setau dia, Anabelle adalah orang yang sangat baik, lembut dan penuh perhatian bahkan Anabelle termasuk orang yang sangat bucin terhadap suaminya. Tapi kini, Anabelle bahkan terkesan tidak peduli dan berharap kematian suaminya sendiri.

"Apa yang terjdi dengan Tuan Muda dan Nona Muda?" tanya Bagas dalam hati. Sangat di sayangkan, jika Gavin sampai pisah dengan Anabelle, karena baginya hanya Anabelle yang pantas menjadi nona mudanya, karena selain cantik, Anabelle juga sangat menghargai dirinya ssebagai tangan kanan Gavin. Anabelle juga tidak membeda-bedakan antara majikan dan bawahan. Ia selalu bersikap ramah kepada semua asisten rumah tangganya dan kepada orang-orang di luar sana.

"Atau jangan-jangan Nona Muda tau kedekatan Tuan Muda Gavin dengan Non Vero?" tanya Bagas mencoba untuk menebak-nebak permasalahan mereka. Bagas emang tau jika Gavin dekat dengan Veronica, tapi dia gak tau jika kini Gavin sudah menjalin hubungan dengan artis dan model yang lagi naik daun itu.

Setiap kali Gavin minta izin keluar, ia hanya pamit akan bertemu dengan Vero untuk bahas bisnis, sehingga Bagaslah yang akhirnya menggantikan posisi Gavin untuk memimpin rapat atau  bertemu client di luar sana dengan di temani oleh Sarah, selaku sekertaris Gavin di kantor.

Saat Bagas tengah sibuk memikirkan hubungan Gavin dan Anabelle, pintu ruangan UGD terbuka. Tadi dokter hanya menjelaskan intinya saja, tanpa memberitahu bagaimana kondisi Gavin saat ini.

"Dok, bagaimana kabar Tuan Muda Gavin?" tanya Bagas sopan. Tapi ada raut wajah panik, karena takut jika majikannya itu akan kenapa-napa, terlebih saat ini hanya ada dirinya di samping Gavin. Karena orang tuanya yang memilih menetap di luat kota sedangkan istrinya sekarang sudah pergi dan tak lagi peduli.

"Tuan Gavin sudah baik-baik saja, tapi mungkin ia akan sadar tiga atau empat jam lagi. Dan tolong, ke depannya untuk menjaganya lebih hati-hati lagi, untuk saat ini Tuan Gavin bisa selamat dari kematian, tapi jika ini terulang lagi, saya tidak bisa menjamin jika Tuan Gavin akan baik-baik aja," ujar sang dokter. Dia tidk kenal dengan Gavin, tapi dia tau siapa Gavin, karena wajah Gavin kadang seringkali masuk ke majalah bisnis dan sesekali masuk tivi sebagai pengusaha muda yang tengah di gandrungi para emak-emak dan anak muda lainnya karena selain parasnya yang tampan, Gavin juga terkenal dengan kejeniusannya dalam dunia bisnis. Terbukti dari usianya yang baru saja dua puluh tujuh tahun, Gavin sudah punya perusahaan sendiri yang di beri nama perusahaan GP, yang diambil dari inisialnya sendiri. Gavin Pranata.

Perusaan GP bergerak di bidang makanan dan minuman yang kini sudah tersebar di seluruh Indonesia, bahkan ada yang tembus di beberapa negara. Karena memang harganya yang cukup murah dan rasanya yang bikin nagih di lidah membuatnya mudah tembus di pasaran. Bahkan tak jarang para kalangan atas juga tak malu-malu untuk mencoba makanan dan minuman itiu karena memang ramah di kantong dan bungkusnya pun sangat elegant dan menarik.

"Apakah saya boleh melihatnya?" tanya Bagas, yang ingin melihat langsungkeadaan majikannya itu.

"Nanti ya, setelah di pindahkan ke ruang VVIP," jawab dokter itu dengan ramah. Tentu Bagas memberikan fasilitas yang bagus untuk sang majikan, karena dia tak mungkin mau menempati ruangan yang biasa-biasa aja.

"Baik, Dok." Dan setelah itu, Bagas pun kembali duduk di kursi di depan UGD, sedangkan sang dokter dia kembali ke dalam entah mau ngapain.

PD Tingkat Tinggi

Di apartemen mewahnya, Anabelle menangis sendirian, ia juga menghapus semua foto dirinya dan Gavin di galeri hpnya. Ia menghapus semua foto itu hingga tak menyisakan foto Gavin satupun Ia juga memblokir nomer Gavin dan semua sosial medianya. Setelah itu, ia juga membuang semua yang berkaitan dengan Gavin, ia juga mencopot semua foto yang ada di dinding kamarnya. Dan membakarnya di balkon. Anabel menjaga ketat agar tak sampai terjadi kebakaran, karena ia gak mau ganti rugi apapun.

Setelah puas membakar foto Gavin, Anabelle menelfon pembersih apartemen dan meminta mereka untuk membawa semua barang yang masih bagus, terserah mereka mau di buang, atau mau diambil sendiri. Anabel gak peduli akan hal itu. Setelah itu, Anabelle langsung menangis lagi di atas kasurnya. Semua kenang-kenangan bersama Gavin sudah ia bakar dan sudah ia buang. Namun kenangan yang tersimpan di otaknya, tak bisa di hapus begitu saja, kecuali ia mengalami amnesia.

Karena gak kuat menahan rasa sakit hatinya dan kepalanya yang mulai berdenyut, Anabel memutuskan untuk meminum obat tidur yang ia ambil di laci samping tempat tidurnya. Untunya obat tidur itu masih tersisa lima kapsul, sehingga Anabelle bisa meminumnya satu agar ia bisa tertidur lelap. Dan ia berharap, nantinya rasa sakit itu akan berkurang setelah ia bangun tidur.

Sedangkan di tempat yang beda, Gavin sudah mulai bangun. Ia melihat di sekelilingnya, hanya beberapa detik saja. Ia tau, jika dirinya saat ini tengah di rawat di rumah sakit.

"Anabel," panggilnya dengan suara pelan.

"Tuan, sudah bangun?" tanya Bagas yang sedari tadi mengerjakan pekerjaannya di tab, ia mengerjakan pekerjaannya sambil duduk di sofa yang ada di dekat jendela, sehingga ia bisa melihat pemandangan di luar jendela, setidaknya itu bisa mengurangi rasa lelahnya saat ini. walaupun ia saat ini tengah menunggu bosnya yang tengah berbaring di atas brankar.

"Anabelle mana?" tanyanya dengan saura lemah.

"Dia tidak ada, Tuan."

"Anabell gak datang untuk menjengukku?" tanyanya dan Bagas pun menggelengkan kepalanya

Melihat itu, wajah Gavin mendadak mendung dan kacau. "Apakah kamu tidak memberitahu dia, kalau aku ada di rumah sakit?"

"Sudah, Tuan. Dan Non Anabelle bilang, suruh hubungi dia, jika Tuan sudah meninggal." Sejujurnya, Bagas gak mau ngomong kayak gini, tapi ia juga gak bisa menutupi dari bosnya ini, kan. Bagaimanapun Gavin harus tau, jika saat ini Anabelle tak lagi seperti dulu. Bahkan Anabelle tak lagi peduli padanya, bahkan seperti  mengharapkan kematiannya.

"Dia membenciku, Gas. Dia sudah membenciku." Gavin menangis, membuat Bagas merasa kasihan dan tak tega melihatnya.

"Sebenarnya apa yang terjadi, Tuan? Kenapa Non Anabelle sampai semarah itu?" tanya Bagas penasaran.

"Ini semua karena aku. Aku yang sudah tak menepati janjiku."

"Janji?" ulang Bagas dan Gavin menangguk.

"Saat aku melamarnya, dia memberikan aku dua syarat, tidak ada KDRT dan pengkhianatan. Tapi aku sudah melakukannya, aku sudah mengkhianaati Anabelle. Aku menjalani hubungan dengan Veronica."

'Duarrrr.' Bagas kaget mendengarnya. Jadi Gavin menjalani hubungan dengan Veronica. Ya pantas aja jika Anabelle marah, istri mana yang rela jika dikhianati. Istri mana yang akan diam aja, saat tau jika suaminya sudah mengkhianatinya, menikamnya dari belakang dan menduakannya. Istri mana yang kuat, jika ia tau, kalau suaminya sudah berbagi cintanya dengan wanita lain. Bahkan jika Bagas ada di posisi itu, mungkin Bagas akan membunuhnya. Bukan hanya pergi begitu saja.

"Tapi kenapa, Tuan? Kenapa Tuan tega mengkhianati Non Anabelle? Emang apa yang kurang dari Non Anabelle? Bukankah dia sangat cantik, dia sangat baik, dia juga perhatian, lemah lembut dan sangat menyayangi Tuan. Dia juga dari orang terpandang, lulusan terbaik karena memang otaknya yang sangat cerdas, bahkan jika Non Anabell hamil dan melahirkan, anaknya juga pasti cerdas seperti Ibunya. Apa kekurangan Non Anabelle, hingga Tuan tega mengkhianatinya?" tanya Bagas, ia juga merasa kesal dan geram atas apa yang dilakukan oleh Gavin. Bahkan dia tak lagi merasa kasihan, ia malah bersyukur jika Anabell pergi jauh-jauh dari sini. Karena Anabelle pantas mendapatkan suami yang baik dan setia, bukan seperti Gavin, yang sudah tega menyakitinya.

"Anabelle gak ada yang kurang kok, dia malah sangat sempurna di mata aku. Tapi aku juga gak tau, kenapa aku tertarik sama veronica. Awalnya kagum, tapi lama kelamaan, aku mulai menyukainya, bahkan kini aku sangat mencintainya. Aku mencintai Veronica sama seperti aku mencintai Anabelle," jawabnya yang membuat Bagas merasa geram.

"Pantas aja jika Non Anabelle marah, Tuan."

"Aku harus gimana?"

"Putusin, Non Vero dan coba perbaiki hubungan Anda dengan Non Anabelle."

"Tapi aku gak bisa?"

"Kenapa?"

"Karena aku mencintai mereka berdua dan gak mau kehilangan mereka."

Mendengar hal itu membuat Bagas mengepalkan tangannya, untung Bos. Kalau bukan, sudah ia tonjok dari tadi.

"Terserah Anda, Tuan. Tapi saya cuma mengingatkan, jika penyesalan itu ada di belakang."

"Apa maksud kamu, Bagas!" bentak Gavin tak terima.

"Tuan, saya cuma ingin mengingatkan saja. Bahwa tak ada di dunia ini yang rela cintanya terbagi. Begitupun dengan Non Anabelle. Bahkan saya bisa memastikan, jika Non Anabelle lebih memilih jadi janda ketimbang harus berbagi cinta dan kasih sayang dari orang lain."

"Kurang ajar kamu, Bagas." Gavin tak suka mendengar kata-kata Bagas tadi, karena itu membuat dadanya sesak.

"Coba Anda fikirkan, Tuan. Misal Non Anabelle yang selingkuh, apakah Tuan terima? Apakah Tuan ikhlas berbagi cinta, kasih sayang, perhatian dengan laki-laki lain? Tuan tak bisa bersikap egois. Tuan meminta Non Anabelle untuk mengerti perasaan Tuan. Tapi apakah Tuan juga memikirkan perasaan Non Anabelle yang kini sudah luluh lantak. Apakah Tuan gak mikir betapa terlukanya hati Anabelle saat ini. Bahkan mungkin saat ini, dia tengah  menangis sendirian di tempat lain," tutur Bagas pelan. Ia tak mungkin membentak atau berbicara dengan nada tinggi. Walaupun kini ia tengah emosi atas sikap Gavin yang egois dan mau menang sendiri. Tapi tetap saja, Gavin adalah majikannya, yang membayar gajinya setiap bulannya. Dan ia harus bersikap baik, apapun alasannya. Dan itu sudah tercantum di surat kontrak yang ia tandatangani.

Gavin memikirkan perkataan Bagas. Dan ia tak bisa mengelak karena apa yang dibicarakan oleh Bagas itu benar. Walaupun menyakitkan, tapi ia juga tak bisa bersikap egois yang hanya mementingkan perasaannya sendiri. Ia juga harus memikirkan perasaan Anabelle yang saat ini terluka karenanya.

"Terus aku harus gimana?" tanya Gavin frustasi.

"Ngapain masih bertanya, Tuan. Putuskan hubungan Tuan dengan Non Vero."

"Tapi aku gak bisa. Aku mencintainya"

"Terserah Anda, Tuan. Saya lelah." Bagas memundurkan langkahnya, ia kembali duduk di sofa dan melihat ke luar jendela. Andai Gavin tidak membayarnya dirinya cukup mahal, ia lebih memilih untuk undur diri aja. Ia tak suka punya bos yang egois, suka mempermainkan perasaan wanita terlebih wanita itu istrinya sendiri.

Sekarang Bagas memikirkan kondisi Anabelle saat ini, ia cuma bisa berharap jika Anabelle baik-baik aja di luar sana.

Sedangkan Gavin ia hanya bisa diam merenung. Ia gak mau kehilangan Anabelle, tapi ia juga tak bisa mutusin Veronica. "Kenapa aku harus memilih jika aku bisa mendapatkan semuanya? Mereka pasti cuma butuh waktu terutama Anabelle. Aku harus bisa meyakinkan Anabelle, bahwa semuanya akan baik-baik aja, walaupun nantinya aku menikah dengan Vero. Anabell seperti tadi, karena mungkin dia masih sok dengan fakta yang ada." Gavin berusaha berfikir positif agar tak membuat dirinya semakin kacau.

Gavin sadar, dirinya egois. Tapi bukankah dalam agama Islam, laki-laki boleh menikah lebih dari satu. Asalkan adil. Dan dirinya yakin, bahwa ia bisa adil untuk mereka berdua. Ia bisa mencintai mereka dan akan memberikan mereka nafkah lahir dengan adil seadil-adilnya

Toh dirinya kaya, ia tak akan kehabisan uang buat menyenangkan mereka berdua.

"Anabelle, aku tau ini berat buat kamu. Tapi aku harap, kamu bisa menerima Veronika suatu saat nanti. Aku masih mencintai kamu, walaupun saat ini ciinta itu telah terbagi. Tapi kamu masih merupakan wanita pertama yang akan terus menempati posisi pertama di hati aku." Gavin hanya bisa bermonolog sendiri.

Ia tak mau stres karena memikirkan sikap Anabelle tadi, ia yakin jika Anabelle tak marah lagi, ia pasti akan datang untuk menjenguknya dan meminta maaf padanya. Anabelle sangat mencintai dirinya, jadi tak akan mudah buat dia untuk bisa meninggalkan dirinya gitu aja.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!