NovelToon NovelToon

Jadi Istri Ustadz, Bejo?

Namannya

Seorang gadis tengah mendengarkan para temannya yang bergosip, membicarakan sang ustadz baru yang mengajar mereka semalam.

Maura merasa jengah karena diamana mana ia berada terus saja mendengarkan cerita para santri yang menganggambarkan betapa tampannya Sang Ustadz.

Meskipun ia jengah tetap saja rasa kekepoannya juga meronta ingin informasi lebih lanjut, bukan tentang paras tampan saja terus yang di bicarakan oleh para santri.

Siti Maura Mubatokah, seorang gadis berusia dua puluh tahun, yang mengabdikan dirinya di pesantren Al Hikmah Surabaya, dia gadis yang cukup cerdas daalm nilai akademik. dia juga rajin karena itu ia di tunjuk sebagai pengurus pondok dalam bidang kebersiahan.

Parasnya yang cantik membuat semua orang suka berlama lama memandanginya, tetapi tidak berani terang terangan karena sikap Maura tidak lah secantik dan se anggun parasnya.

dia lebih suka blak blakan saat berbicara, juga sedikit jutek. Maura kuliah masih semester dua, meskipun begitu ia sudah sangat hafal dengan dunia kampus di pesantren nya ini, karena ia sudah hampir delapan tahun menjadi santri di Al Hikmah.

"Kenapa wajahnya di tekuk Ra, kayak baju belom di setrika kucel." Ejek Amel teman satu kamar Maura sekaligus satu kampus denganya.

"Ck, aku merasa bosan aja, semuanya pada ngomongin si ustadz baru, katanya Ganteng banget emang iya?" tanya Maura yang penasaran karena ia semalam ketiduran sehingga tidak ikut mangaji malam.

"Hahaha, makanya jangan jadi tukang tidur kamu, ketinggalan berita kan, beh kalau kamu tahu gantengnya tuh, artis Indonesia lewat semua." Cerita Amel yang bersemangat.

"Heh, Maemunah, aku ketiduran juga gegara ape, bersih bersih sendirian, satu pondok kagak ada yang becus ngurusin kamarnya sendiri. aneh aku, masak bersihin kamar aja masak aku yang harus turun tangan. sukurin tuh bajunya pada aku buangin, kesel kesel deh, masa bodoh." Maura bermuka kesal mengingat kejadian kemarin sore saat berkunjung ke lantai tiga dimana kamar tersebut tempat dulu ia bermalam saat masih jadi santri baru.

memang dasar Maura yang super bersih, melihat baju berserakan, bungkus jajan dimana mana, langsung aja sikat, ada beberapa barang yang ia masukkan ke lemari razia, dan jika pemiliknya ingin barangnya kembali maka ia harus menebus barang tersebut. itulah peraturan yang di buat di asrama putri Alhikmah ini agar semua santri menjadi rajin.

"Gak kira kira kamu Ra, masak kamar lain aja kamu sikat juga, mending kamar kita aja yang kamu bersihin, udah gak perlu ke yang lain kan kamu sendiri yang capek." Saran Amel yang kini tengah fokus dengan setrikaannya.

"Hello, kamar kita yang di lantai satu ini, sudah bersih Mel, mau dibersihkan seperti apa lagi, mau aku buang semua nih lemarai kasur bantal dan rak rak buku ini, biar sekalian aja bersih gak ada apa apanya."

"Lah, bisa di amuk anak seasrama kamu nanti Ra, nagdi ngadi kamu."

"Habisnya kamu yang ngadi ngadi, kamar kita tuh akan selalu bersih selagi aku masih ada, awas aja kalau aku tinggal jadi berantakan, aku sumpahin jadi gembel penghuninya." Omel Maura kesal.

"Sudah gak usah emosi, iya Miss Clean, kita akan tetap bersih kok." Sahut Nada yang baru datang dan duduk di samping Maura.

"Ih, Nada kamu bau banget sih, mandi sono, mentang mentang hari libur males malesan kamu ya." Maura menutupi hidungnya karena tertusuk mau asam.

"Ck, padahal aku udah mandi loh Ra, kamu itu ya, jan tenan kok,"

"Apa tuh artinya jangan ngatain aku pakai bahasa jawa aku gak ngerti."

"Is, bukan apa apa artinya mah kagak ada, udah ah, aku cuma mau sebar gosip kalau nanti malam Ustadz Bejo bakalan ngajar lagi, ih senenga nya aku gak sabar nunggu nanti malam." Nada tersenyum dengan mengedip ngedipkan matanya merasa sangat senang.

Maura melirik Amel, yang tidak bergeming dan menanggapi info dari Nada. kemungkinannya Amel sudah mengetahui onfo ini, Maura pun juga sama.

"Tapi tunggu deh, Ustadz itu katanya kan ganteng, kenapa namanya bejo sih, kayak gak pantes aja gitu," Maura bertanya sembari membayangkan.

"Hais namanya itu bagus tahu gak sih, Ra. Bejo itukan kalau diartikan untung, jadi orang tuanya mungkin menginginkan dia menjadi orang yang selalu beruntung." Sahut Nada yang terlihat tidak terima dengan pendapat Maura.

"Betul itu, Suka suka Maknya dong kasih nama apa. lagi pula aku denger denger itu bukan nama Aslinya dia." sahut Amel.

"Nama gadungan maksud kamu?" celetuk Maura yang langsung mendapat tatapan mematikan dari dua temannya itu.

merek bertiga melanjutkan obrolan kesana kemari, berbagai topik mereka bicarakan, hingga Amel selesai menyetrika dan giliran Maura yang menyetrika bajunya.

jika di hari libur maka mereka akan di bebaskan menggunakan setrika untuk meperlicin bajunya, dan kini giliran Nada yang tengah antri, di susul dengan santri santri lain yang satu kamar dengan mereka.

pondok pesantren Al hikmah ini terdapat empat lantai dengan sembilan kamar, sembilan kamar itu diperuntukkan para santru, sementara lantai atas atau lantai empat di gunakan sebagai jemuran.

Di asrama putra juga sama berlantai Empat dimana bangunanya berada di sebelah kiri bangunan asrama putri.

Disinilah Sang Ustad baru yang menjadi populer dalam semalam di kalangan santri putri. Meskipun ia sudah ada sekitar dua mingguan di asrama putra memang baru semalam ia menerima tugas untuk mengajar santri putri.

Dialah ustadz Bejo, yang dalam arti Indonesia Ustadz Untung, parasnya yang blasteran Indonesian korea membuat semua santri puntri tersem sem pada pandangan pertama.

Dia memiliki nama asli Baek joong oh, karena kakeknya kesusahan dalam penyebutan namanya dengan asal Kakeknya itu memanggilnya Bejo. hingga saat ini ia di panggil Bejo.

tidak ada rasa malu baginya menggunakan nama itu karena ia merasa suka dengan arti namanya itu, ya itu untung, selalu ia berharap setiap langkahnya membawa keberuntungan.

"Hai, rajin amat sih Pak, jam segini udah baca buku." Sapa Ahmat teman sekamar Bejo. sama sama Ustadz di pesantren Al Hikmah.

"Iya, Nanti malam aku ada jam ngajar ngaji lagi di santri putri, maklum lah aku kan sudah lama gak buka kitab kuningku, selama di Seol, yah hanya Al Qurana saja yang sering ku baca, jadinya butuh buka lagi dan mempelajari nya."

"Hem, betul juga sih, santri putri kan kritis banget, apa apa di tanyakan, aku sampai bingung jawabnya." Ahmad mangut mangut tanda setuju dengan tindakan Bejo, karean ia juga mendapat jadwal mengajar santri putri juga.

"Iya, sampai yang gak penting pun juga di tanyakan, membuatku pusing." Keluh Bejo mengingat reaksi para santri putri semalam.

Usia Ustad Bejo baru beranjak dua puluh sembilan tahun, tetapi karena wajahnya yang baby face, umurnya pun tertutupi, banyak yang menebak jika umurnya masih berkisar dua puluh tigaan.

TERJEBAK

Pria yang usianya tidak renaja lagi ini tengah fokus dengan kitabnya selepas peninggalnya Ahmad sang teman.

Bejo atau Ustadz bejo sapaanya, sangat serius dengan kitab kuning yang ia pelajari.

"Yah ada hikmahnya juga aku di suruh pulang ke Indonesia dan di suruh menetap di pesantren ini sementara waktu, jika bukan paman yang meminta tolong mungkin aku tidak akan pernah lagi kembali ke sini," Gumam Bejo yang hanya bisa di dengaroleh dirinya sendiri karena hanya dirinya sendiri di dalam kamar itu.

Flas Back On.

"Bagaimana bisa paman malah menyuruhku datang ke situ, sementara aku disini banyak yang harus aku kerjakan Paman." Keluh Bejo yang tengah mendapat telpon dari sang paman, adik satu satunya sang Mama.

"Baiklah, aku akan kesana carikan aku istri yang cantik kalau sebagai gantinya." Canda Bejo yang di sambut tawa oleh sang Paman.

Ibu kandung bejo telah meninggal karena penyakit asma, asmanya kambuh saat rumahnya mengalami ke bakaran di jakarta, Bejo masih dalam usia sepuluh tahunan.

kemudian ia ikut sang paman yang ada saat itu baru saja menikah dan belum di karuniai anak, hingga usianya sembilan belas tahun, Ia pergi ke korea, ketempat sang ayah yang sudah pindah duluan setelah kepergian sang Ibu,

Bejo sempat di masuk kan ke pesantren saat di Indonesian, begitu lulus ia langsung kuliah di korea. dan menetap disana.

datang ke Indonesia karean permintaan sang paman yang sudah seperti ayah kandungnya sendiri, Sang paman menerima tawaran nengajar di sebuah fakultas di daerah Surabaya, Paman dan istrinya menetap di Surabaya sepeninggal Bejo, menemani sang kakek yang memang asli Surabaya.

banyaknya jadwal sang paman kuwalahan sehingga memiliki ide, menyuruh keponakan nya yang palng ganteng itu menggantikanya.

sang paman merasa tidak enak untuk melepas begitu saja tanggung jawab mengajar ngaji di pesantren Al Hikmah dimana ia menimba ilmu dulu, karena itu Sang paman mengalihkan tanggung jawabnya pada Bejo sekaligus Bejo bisa pindah ke Indonesia lagi.

tanpa sadar waktu sudah berjalan cepat, waktu Dhuhur sudah tiba tetapi masjid pesantren belum ada yang mengadzani.

dwngan hati tulus, hanya mengharap ridho Allah, Bejo melangkahkan kakinya menuju Masjid mengambil air wudhu kemudian mengumandangkan Adzan.

"Allahu Akbar Allahu Akbar... "

"Allahu Akbar Allahu Akbar... "

"Eh ini suara siapa, Masya Allah merdu sekali, dengernya." Maura yang memangenunggu suara adzan pun terkesima saat mendengarkan suara Bejo adzan.

"Eh, iya suara siapa nih, tumben enak banget, bianya cempreng tuh Adzan." Sahut Nada yang bangun dari tidurannya.

"Kamu udah wudhu Ra, tungguin ya, aku mau wudhu dulu, kita jamaah." Nada langsung melesat ke tempat wudhu.

sementara yang lainya masih pada molor siang, yah maklum hari libur waktunya hari bebas, tidak ada jadwal sehari penuh, kecuali habis magrib dan isya'.

Maura yang sudah siap mengenakan Mukena, duduk bersila di atas sajadahnya menunggu Nada selesai wudhu serta menikmati alunan Adzan yang sangat halus di telinganya.

"Jadi pengen bisa punya suami yang bersuara indah begini, di adzanin tiap hari kagak pernah nolak." Batin Maura mulai berkhayal.

setelah selesai adzan Maura melaksanakan shalat Dhuhur berjamaah bersama Nada, di ikuti oleh santri lainya yang juga ingin berjamaah.

"Paman gak kira suara mu tambah bagus, paman kira udah rusak tuh." Sang paman yang ikut jamaah di Masjid memuji suara Bejo.

"Paman, masak lupa aku kan juara satu lomba adzan tingakat dasr dulu. hehe." cengir Bejo yang memutar kenangan masa SDnya dulu.

"Iya iya, Paman ingat. Oh iya paman mau bicara nih agak serius, kerumah paman ya. nanti jam limaan."

"Ada apa Paman?" tanya Bejo penasaran.

"Udah datanga aja, ya." Tidak bisa menolak, Bejo menganggukkan kepalanya.

Di asrama putri Maura memejamkan mata nya begitu selesai denggan ibadah Dhuhur.

"Istirahat, tidur yang nyenyak supaya nanti bisa ikut ngaji, penasaran banget sama si ustadz Baru, seganteng apa dia." Batin Maura sebelum terlelap ke alam mimpi.

Cukup lama Maura tertidur hingga asyar pun hampir habis baru lah dia terbangun, sekitar dua jam lebih dia tertidur.

ia sampat menyemprot Nada dan Amel yang tidak mau membangunkan dirinya, sampai sekarang pun ia masih kesal pada dua teman nya itu.

"Jangan marah lagi, besok kita bangunin deh, lagian aku gak bangunin tuh karena lihat kamu pules banget, mungkin kecapekan jadinya aku dan Amel gak tega banguninnya." Bujuk Nada pada Maura agar tidak marah lagi.

"Hem, iya lagian siapa yang marah, aku gak marah ya cuma kesel aja, udah lah buruan wudhu nya, antri panjang noh di belakang."

"Iya iaya. sabar."

semua santri shalat magrib berjamaah, kemudian mereka mengaji al-Quran masing masing, dengan saling samak pada teman lainya.

begitu shalat isya' tiba semuanya langsung berhamburan ke musolla, untuk berjamaah.

Maura sampai tertabrak tabrak, karean banyak santri yang lari larian menuju musolla.

"Pada kesambet apa coba, semangat banget solatnya, biasanya aja nunggu di gedor gedor dulu baru berabgkat ke musholla," ucap Maura ngedumel sendiri.

"Ck, kamu nih Ra, lupa apa kalau habis ini ngajinya Ustadz Bejo, ya pastilah mereka semangat," balas Nada.

"Iya, merka kan kesambet ketampanan ustdaz Bejo jadinya begitoh." Sambung Amel.

Membuat Maura geleng geleng kepala.

"Dasar lebay." Maura menyebikkan bibirnya, lalu ia mengambil barisan paling belakang.

Usai sholat Isya'semua santri putri berbondong bondong tac up, mereka berdandan secantik mungkin demi bertemu sang idola.

asrama menjadi heboh karena hal itu, sementara itu Maura yang masih melanjutkan dhikirnya di datangi oleh sang empunya pesantren. Bunyai yang paling cantik seksi dan bahenol.

"Ikut saya ya, Maura, Saya mau minta tolong." Tuturnya halus sembari berjalan melewati Maura.

Bunyai yang masih muda, usianya baru menginjak tiga puluh tahun itu penampilanya masih seperti remaja, suaranya sangat halus, sikapnya pun terkadang masih seperti kanak kanak,

Ia bernama, Sofia, Nyai Sofia itulah panggilannya, istri ke dua Pakyai, setelah istri pertamanya meninggal dunia.

karean kecantikan dan kelemah lembutanya Pakyai mau menikahinya.

"Iya Nyai," jawab Maura kemudian melepas mukenanya lalu memakai hijabnya.

Seluruh santri putri sudah berada di aula pesantren dimana pengajian nya di laksanakan, sementara itu Maura malah tengah terjebak bersama Bunyai.

pukul sembilan tiga puluh menit pengajian kitab kuning telah usai, sementara Maura malah asyik berspa ria di kamar Bunyai.

sampai pukul sepuluh kurang seperampat, Mau ra keluar dengan menenteng sebuah tong sampah dari kamar Bunyai, dengan hati dongkol Maura berjalan bak raksasa yang menggemparkan bumi.

"Astagfirullah, Ra, kanap kamu jalan kayak gitu di hentak hentakin, kmu kemana aja sih, katanya mau ikut ngaji, lihat ustadz ganteng malah ngilang." Nada yang kebetulan lewat juga pun menegurnya.

"Awas minggir, aku mau buang sampah, gak lihat mata kamu," jawab Maura ketus. sementara itu Nada hanya menggeleng gelengkan kepalanya.

"Kenapa tuh anak, kayak orang kesurupan, di tanya baik baik malah, begitu," gerutu Nada yang kemudian masuk ke dalam kamar.

Dedemit Bar Bar

POV MAURA

aku sangat kesal sudah menanti dari pagi, siang hingga sore malah kejebak sama ratu pengausa pesantren, malang banget sih, aku kan cuma penasaran seberapa ganteng tuh ustadz sampai semua temen temen pada ghibahin setiap menit.

gagal deh, rasa penasaran ku kan jadi bertambah kalau begini, mana selesai selesai di kasih hadiah tong sampah.

tahu aja kalau ini ember kebesan ku, ck dengan terpaksa aku membuangya ke tempat sampah. dimana tempat sampah tersrbut berada tepat di samping asrama putra, terdapat lorong yang lumayan gelap karean hanya ada penerangan di tempat pembuangan sapah saja.

aku yang terus mengomel tidak peduli dengan sekitar dan...

"Aaaaa... " Teriak ku sembari melotot hingga mataku akan copot.

Aku masih tidak percaya dengan apa yang aku lihat, jantungku berdegub dengan sangat kencang, bak di sinetron sinetron aku menabrak seoerang laki laki yang wajahnya sangat putih kayak fampir, posisi badan ku ini yang tidak menguatkan, dengan lutut terpasang kuda kuda kepala hingga pinggang berdoyong kebelakang, tuh laki laki mendekap pinggang ku seraya mengomel.

"Astagfirullah, kalau jalan lihat lihat dong, jangan asal aja, jadi nabrak orang kan. terus ngapain pakai teriak nih kuping bisa pecah nanti."

"Yang ada kmu tuh yang harusnya kalau jalan lihat lihat, ini tuh tempat pembuangan sampah wajar aja kalau aku gak lihat ada orang yang lewat, aku kan lagi buang sampah, masak di suruh celingak celinguk di kira maling dong saya. lagian situ ngapain harus lewat sini, ini tuh jalan khusus santri putri, oh apa jangan jangan kamu santri mesum yang suka ngintipin santri putri ya," Ruduh ku yang merasa takin jika dia orang yang jahat.

"Sembarangan kalau ngomong, minggi saya mau lewat, bau tahu lama lama disini." laki laki itu melweati ku dengan menutupi hodungnya.

"Dasar bodoh, tentu saja bau ini kan tempat sampah." Teriak ku. yang di balas olehnya dengan menyebutku kewek sampah.

badan ku memanas serta hati ku juga, aku marah, dan tidak terima di katai cewek sampah, aku sumpahin dia biarAllah menjodohkan dia dengan cewek bau sampah.

aku yang sudah kesal di tambahin kesal lagi dengan laki laki yang tiba tiba muncul seperti hantu. tapi di pikir pikir emang dia kayak fampir sih, jangan jangan dia itu... ihhh... aku langsung bergegas mengambil tong sampah dan membawanya masuk ke asrama putr Uh dan mengembalikan tong sampah tersebut pada tempatnya.

Tapi Maura mukannya kamu juga bau sampah jangan jangan jodoh tuh.

Sementara Maura mengembalikan tong sampah, Nada dan Amel sudah ada di depan pintu kamar merwka menunggui Maura ubtuk di introgasi kemana perginya tadi.

"Eh, Mel tuh anaknya nongol. byuh baunya sampah banget sih." Nada menutup hidungnya dengan menjapitnya menggunakan jari sementara Amrl mengibas ngibaskan tanganya ke udara agar bau sampah itu tidak masuk ke dalam hidungnya.

"Minggir kalian aku mau ambil baju, mau ganti." Maura berkata dengan nada Ketusmya.

"Stop, lebih baik kamu disitu aja, biar aku yang ambilkan baju kamu buat ganti, kamu bau tahu gak sih Ra," ucap Nada yang langsung pergi ke lemari Maura untuk mengambil baju ganti.

"Ck, oon kali ya dia, kalau wangi mah mana ada aku ambil baju ganti, ck bikin makin tambah kesel aja." Maura memasang wajah yang super juteknya. Emosinya masih belum reda, Amel yang gak mau mendapat semprot hanya diam saja di depan pintu seperti penjaga yang diabaikan.

Beberapa menit kemudian.

"Nih, baju kamu, buruan ganti jangan lupa mandi yang wangi ya." Perintah Nada seraya menyodorkan baju Maura. Maura hanya memandangnya dengan tatapan yang tajam serta ucapan yang dingin.

"Terimakasih." Maura pun kemudian berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

"Duh merinding deng, tuh anak pas di lahirin musim kutup kali ya, dingin banget." Nada mendekap tubuhnya sendiri yang mana merasa merinding setelah mendengar ucapan Maura.

"Udah gak usah ngomel mulu, yuk kita tunggi dia di dalam, mandi dia gak hanya satu jam bakalan lama tuh bisa berjam jam," ucap Amel yang sudah hafal tabiat mandi Maura.

Sementara itu di Asrama Putra, Bejo juga masih merasa kesal dan merasa berdosa kerena sudah memeluk lawan jenisnya terus beristigfar.

"Kenapa Jo, kok komat kamit kayak habis ketemu dedemit aja." tanya Ahmat.

"Oh, emang habis ketemu tuh di pembuangan sampah, sayangnya Dedemitnya cantik tapi bar bar." Jelas Bejo yang langsung membuat Ahmad terkekeh sambil menggeleng kan kepala.

"Bisa aja kamu, palingan santri putri yang lagi buang sampah." tebak Ahmad. tapi Bejo hanya mengedik kan bahunya tidak peduli.

"Aku mau ganti baju dulu, lalu pamit ya, kayaknya aku mau nginap di tempat paman, sore tadi aku gak sempet kesana padahal di mintanya sore tadi."

"Oh pantes tadi pas aku mintai tolong untuk semak anak hafalan kamu kayak ragu begitu, ya sudah sonoh berangkat, sorry dan makasih dah bantuin tadi." Ungkap Ahmat dengan senyuman yang tulus.

"Iya gak masalah, aku tadi sudah kirim pesan kok kalau ke rumah pamannya habis ngisi ngaji kita di asrama putri." Bejo menyambar peci hitamnya yang selama di pesantren ini tidak pernah ia tinggalkan kecuali kaau tidur.

"Salam ke Ustadz Zainal ya, dari Ahmat yang ganteng." selorohnya tetapi di angguki serius oleh Bejo.

Bejo berjalan kaki menuju rumah pamannya karena rumahnya tid ask lah jauh dari pesantren, banyak yang menyapa dirinya saat ia melewati beberapa kamar santri, dengan ramah ia menganggukkan kela serta tersenyum.

tidak ada dua puluh menit Bejo sudah sampai di rumah pamannya.

"Assalamualaikum, Paman, Bibi. ini Aku Bejo." Teriak Bejo sedikit lantang kemudian ada sahutan dari dalam, lalu terbukalah pintu yang tadi Bejo ketuk.

"Paman kita kamu gak jadi datang Jo, ayo masuk, Bibi mu dah menyiapkan kerupuk upil kesukaan kamu gak lupa tuh, sambal petisnya." Pamanlah yang membuka pintu dengan ramah ia menyambut ke datangan sang keponakan.

"Tahu aja, Bibik kalau aku lagi pengen ini, " ucap Beho yang langsung duduk di depan tv di mana kerupuk dan sambal berada, tentunya setelah salim pada Paman dan bibiknya.

"Enak banget ini, besok aku voleh bawa ke asrama gak bik. lumayan bisa cemil cemil kalau pas longgar gak ada jadwal."

"Iya bisa, tuh Bibik udah belikan satu keresek merah besar, hehehe kamu gak malu bawanya nanti. kamu kan ustadz ganteng masak nenteng nenteng kerupuk, upil pulak."

"Hahahaha." Aku dan paman ku beesamaan tertawa mendengar pernyataan Bibik.

"Buat apa malu Buk, kalau itu hal yang masih halal, kalau hal yang haram tuh baru malu. lagi pula kamu bisa tuh bisnis kerupuk upil, siapa tahu bisa jadi juragan kerupuk," kelakar Paman yang menurutku bagus juga.

"Kamu ini Pak, ngajarin tuh yang mewah dikit kenapa, juragan kerupuk, juragan emas kek. ck ganteng ganteng kok ya cocoknya juragan emas, apa mobil gitu." Protes Bibik.

Bejo hanya tersenyum mendengar perdebatan Paman dan Bibinya ia lebih asyik makan kerupuk Ulilnya serta menonton comedy.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!