" Mitha, lo jadikan entar malam pergi bareng gue ke pelantikan mahasiswa baru? " tanya Gadis, teman sekamar Mitha.
" Yoi.... "
Paramitha, cewek cantik mahasiswa kedokteran semester lima itu mengangguk sambil mengikat tali sepatunya. " Pagi ini gue ada mata kuliah Orthopedic. Entar siang udah janjian sama Edo, aku mau nganterin dia ke Kampung Melayu, untuk melihat lokasi tempat dia nanti melaksanakan Bina Desa." kata Mitha lagi. Selesai berucap dia kemudian berdiri dan melangkah menuju motor scoopynya.
" Dis, gue pergi dulu " pamitnya pada Gadis
" Oke, hati - hati, jangan lupa entar malam, yah..! " Gadis melambai pada Mitha yang kini sudah melaju dengan scoopy miliknya.
Siang hari, usai kuliah , Mitha langsung mencari keberadaan Edo. Mereka memang sudah janjian mau pergi ke Kampung Melayu hari ini.
Bola matanya yang bulat dan lentik celingukan memindai keberadaan pria itu. Tiba-tiba, matanya yang indah menangkap sesosok tubuh jangkung dengan rambut yang sedikit agak panjang, sedang berjalan menuju ke arahnya.
" Edo..!" panggilnya sambil melambaikan tangan.
Cowok jangkung calon dokter berwajah ganteng itu langsung menoleh ketika mendengar namanya dipanggil.
" Mitha...! " serunya. Segera dia mempercepat langkahnya agar sampai ke tempat cewek bertubuh mungil itu.
" Udah nunggu dari tadi, yah? " tanya Edo sesampainya di hadapan cewek itu.
" Nggak, juga. Barusan setahun, kok." jawab Mitha sambil tersenyum.
Edo tersenyum menanggapi gurauan Mitha. Itulah yang dia suka dari Mitha. Cewek itu selalu ceria dan penuh semangat. Juga penuh dengan canda, sehingga tak ada suasana garing bila berasa di dekat mojang Priangan itu.
"Gimana, kita berangkat sekarang? Entar kemalaman loh, pulangnya. " kata Mitha.
" Oke, cantik. Berangkaaat. " jawab Edo yang dihadiahi cubitan kecil di pinggang cowok ganteng itu.
...-----...
Senja baru saja pamit meninggalkan malam yang mulai hadir memasuki arena perkemahan mahasiswa di kawasan perkemahan Bumi Putra yang terletak tak jauh dari kampus.
Panitia sengaja memilih tempat itu karena letaknya yang strategis dan dekat dengan kampus mereka sehingga gampang diakses oleh adik - adik mahasiswa baru dan juga aman karena letaknya di dalam kota.
Peserta yang hadir cukup banyak. Selain mahasiswa baru yang tentu saja hadir sebagai peserta, juga beberapa alumni kampus dan juga kakak tingkat mereka di semester tujuh.
Setelah keduanya memarkirkan motor di lapangan parkir, Edo pamit pada Mitha buat nyamperin teman - temannya yang lagi ngumpul di posko utama.
"Akhirnya lo nongol juga... " seru Gadis ketika cewek blasteran Jawa - Jambi itu melihat kehadiran Mitha yang datang bersama Edo.
" Kan gue udah bilang, gue pasti dateng, Dis. Cuma,...lantaran gue mau nemenin Edo dulu, makanya gue datang rada telatan dikit. " jelasnya pada Gadis.
" Iya, iya Yang Mulia Nyonya dokter Edo Setiawan yang cantik... " ledek Gadis. Muka Mitha merona merah. Langsung jemarinya yang lentik menghadiahi Gadis cubitan persahabatan. Gadis terpekik menahan sakit di pinggangnya.
" Astaga... tuh kuku apa jari kuntilanak?" ledeknya sambil meringis
" Rasakan, makanya kalo ngomong pake saringan. Kalo kedengaran sama yang empunya nama, bisa berabe, mpok. Bisa - bisa jatuh harga diri akoeh.....!" sembur Mitha yang langsung disambut tawa cekikikan oleh Gadis. Mirip kuntilanak baru keramas. Sampai beberapa mahasiswa yang lain pada menoleh ke arah keduanya. Mitha dan Gadis langsung ngacir ambil langkah seribu. Biar aman...
" Makanya kalo suka, bilang aja, mpok. Jangan malu - malu. Pake dipendem - pendem tuh hati. Entar disangka peyem lagi. " kembali Gadis meledek Mitha yang dia tahu cewek cantik itu menyimpan rasa terhadap Edo. Cowok yang sudah dikenalnya sejak masih SMA dulu.
Namun sahabatnya itu malu untuk mengungkapkan perasaannya pada cowok itu. Mitha lebih suka memilih untuk memendam sendiri perasaannya dari pada malu atau malah malu - maluin, pikirnya.
" Udah, ayo kita gabung sama panitia yang lain. " putusnya pada Gadis yang masih saja tersenyum meledek ke arahnya.
" Loh, nggak nunggu Edo dulu? " tanya Gadis dengan ekspresi tanpa dosa.
" Gadis....! "
" Oh....Wokkey.... " jawab Gadis sambil mengacungkan kedua jempol. Lengannya kemudian menarik lengan Mitha dan membawa cewek keturunan asli Sunda itu bergabung dengan para mahasiswa lain yang merupakan panitia acara tersebut.
Sementara itu, tak jauh dari tempat Mitha dan Gadis tadi ngobrol, beberapa mahasiswa senior sedang duduk bareng sambil curi - curi memperhatikan kedua cewek tadi bicara.
" Lo kenal sama tuh cewek yang barusan ngobrol? " celetuk seseorang cowok yang berwajah kebule - bulean pada teman yang duduk di sebelahnya. Cowok itu bernama Fatan. Dia adalah mahasiswa tingkat tujuh fakultas kedokteran di kampus yang sama.
Fatan adalah putra kedua dari Bramantyo, pemilik Prima Aztra Enterprises. Perusahaan yang bergerak dalam bidang teknologi komunikasi dan juga Software
Siapa yang tak mengenal seorang Bramantyo Sanjaya, yang sosoknya dikenal luas sebagai seorang taipan bisnis yang disegani karena kekuasaan dan kekuatannya dalam dunia bisnis.
" Maksud lo, yang barusan ngobrol tadi , Tan?." tanya Reno, teman cowok yang bernama Fatan itu.
" Iya....yang pake jeans biru dan blezer warna biru napi? " lanjut cowok itu.
" Oh, itu Mitha. Anaknya memang cantik. Bunga kampus kita, anak kedokteran juga, tingkat lima." jawab Reno.
Cowok yang bernama Fatan itu hanya mengangguk saja. Wajahnya datar tanpa ekspresi.
" Lo nanyain Mitha, apa lo jangan - jangan tertarik sama tuh cewek? " tanya Aldo. Dia melirik ke arah Reno dengan memberi kode pake kedipan mata.
" Kayaknya kagak bisa, Do. Soalnya tuh cewek kayaknya gebetannya Edo."
Kening Aldo terangkat naik. " Maksod loh, Edo Setiawan teman kita juga yang wakil ketua BEM itu? "
"Yoi, bro... siapa lagee... "
" Gilee, yah..... diam - diam si Edo ternyata punya juga gebetan cantik, hahahaha.... " seru Reno seraya menepuk pundak Fatan.
"Sabar, bro. Lo belum beruntung kali ini. Eh...tapi lo kaga usah khawatir, masih banyak stok cewek cantik di kampus ini. Lo tinggal tunjuk doang, bro... mereka langsung datang nyerahin diri."
" Hemm.... mereka hanya sekumpulan barbie tanpa otak. Gue kagak tertarik." dengusnya tanpa minat.
" Hahahaha..... cocok, Bro. Gue setuju banget, tuh.... " seru Aldo seraya mengancungkan dua jempol ke arah Fatan.
" Tapi gue ada usul, jika lo mau... " celetuk Reno tiba-tiba.
" Apa...? " tanya Aldo dan Fatan penasaran.
Reno membisikkan sesuatu di telinga Fatan dan juga Aldo. Keduanya langsung berseru kaget.
" Gilaaa... rencana lo gila banget, Reno..... " seru keduanya hampir bersamaan.
" Tidak, kalian sudah gila kalo sampai ngelakuin itu semua. Sudahlah, nggak usah dibahas lagi. Ayo kita ke dalam. Bentar lagi acara bakalan dimulai." ajak Fatan kepada kedua orang temannya yang sedikit rada gila itu.
...----...
Acara pelantikan mahasiswa baru fakultas kedokteran itu berlangsung meriah. Meraka saling berinteraksi hingga sampailah pada puncak acara, yaitu pelantikan secara simbolis mahasiswa baru yang baru saja resmi sebagai mahasiswa kedokteran di kampus ini
Pelantikan secara simbolis itu di lakukan oleh Mitha selaku wakil tingkat lima dan Fatan selaku perwakilan dari tingkat tujuh.
Setelah pelantikan, acara berlanjut ke acara bebas yang diselingi dengan acara makan - makan.
" Hai, nama kamu Mitha, kan..?" sapa Reno. Cowok itu mencoba untuk memperkenalkan diri pada Mitha.
" Gue, Reno. Kita sama satu jurusan. Cuma gue kakak kelas lo. "
Mitha hanya mengangguk mendengar ucapan Reno.
Sesaat Mitha merasa heran. Jujur saja, baru kali ini Reno menyapa dirinya. Walaupun mereka satu kampus, namun kakak tingkatnya itu tak pernah sekalipun menegurnya. Padahal kelas mereka berdekatan. Bagi Mitha, Reno adalah tipe cowok narsis yang hanya bisa pamer kekayaan orang tua saja.
Dia sering melihat Reno nongkrong bersama kedua orang temannya yang juga sama narsisnya dengan Reno.
Cowok - cowok itu sering menjadi buah bibir di seluruh kampus lantaran terkenal ganteng dan tajir. Namun, Mitha tak pernah sedikitpun tertarik pada mereka. Baginya, hanya nama Edo saja yang boleh masuk ke ruang dihatinya. Yang lain hanya lewat, numpang kulo nuwon, istilah dalam bahasa Prancis nya.
" Permisi, gue mau bantuin teman gue dulu."
Mitha berjalan ke arah Gadis yang sedang sibuk menyiapkan snack untuk para mahasiswa.
" Lo kapan, pulang, Dis? " tanya Mitha.
sambil tangannya sibuk bantuin Gadis memasukkan snack ke dalam tas plastik merah besar.
" Gue masih lama. Kalo lo mau pulang, lo pulang aja duluan. Atau lo bisa minta tolong Edo buat nganterin lo. Bukannya tadi kalian perginya sama-sama?" kata Gadis.
" Nggak mau,. .Lagian Edo dari tadi menghilang entah kemana. Gue pulangnya bareng lo aja. " jawab Mitha.
" Ya, udah. Kalo Lo mau, lo bisa tunggu gue. Kita bisa pulang bareng, nanti." tawar Gadis.
Mitha mengangguk tanda mengiyakan usul Gadis.
Setelah membantu Gadis, Mitha duduk di kursi dekat taman, berdekatan dengan kampus yang posisinya berdekatan dengan posko utama. Tangannya sibuk mengutak - atik handphonenya untuk menghubungi Edo. Namun hape cowok itu tak bisa dihubungi, membuat Mitha merasa heran sekaligus kesal kepada Edo.
" Ihh....si Edo kemana, sih?!! " Mitha kesal sambil menghentak kaki.
" Hai, lo masih di sini. Nungguin siapa?" sebuah suara membuat Mitha menoleh sejenak.
Reno, cowok itu tiba-tiba sudah muncul di hadapannya sambil menenteng sebotol air mineral.
" Gue tungguin teman gue. Dia masih sibuk ngebersihin sisa - sisa pelantikan tadi." jawab Mitha sekenanya.
" Oke,... boleh aku temanin? " tanya Reno.
" Hem.... " jawab Mitha yang memilih menjawab dengan deheman saja. Dia sedang malas untuk ngobrol karena masih kesal pada Edo.
" Lo lagi nungguin pacar lo? " tanya Reno.
Mitha mengernyitkan alis. " Pacar? Maksud lo, cowok? "
" Iya, cowok yang tadi pergi bareng lo.. " kata Reno.
Mitha pun paham siapa yang dimaksud Reno.
" Dia bukan cowok gue." jawabnya datar.
Reno menarik napas, lalu mengangguk tanda paham, weh.. tidak... tapi lega. Dia lalu menyodorkan sebotol air mineral ke arah Mitha.
" Nih, minumlah.... barangkali kamu haus."
Awalnya Mitha enggan, namun pada akhirnya dia menerima air juga kemasan itu dan meneguknya beberapa teguk karena dia merasa agak sedikit haus.
"Jadi lo masih single.? " Reno tersenyum ke arah Mitha.
Mitha mengangguk.
Kepala Reno manggut - manggut sambil menatap Mina.
Tiba-tiba, Mitha merasakan pusing.
" Lo kenapa, Mitha. Muka lo pucat banget..?" tanya Reno terlihat khawatir. Padahal sebenarnya hatinya bersorak gembira. Rencana besarnya pasti berhasil kali ini.
" Entahlah..., kepala gue pusing banget. Badan gue lemas banget. Sebaiknya gue pulang saja. Gue mau nyari Gadis, dulu." kata Mitha sambil mencoba untuk berdiri. Tapi mengapa jalanan yang akan dilaluinya terlihat seperti melengkung ke atas dan ke bawah.
Baru saja Mitha hendak melangkah, tubuhnya sudah keburu ambruk. Sigap tangan kekar Reno menyangga tubuh cewek itu dan memapahnya menuju ke sebuah ruangan.
Ruangan yang memang dikhususkan untuk Reno dan kedua sahabatnya untuk menghabiskan waktu jika tak ada mata kuliah.
Maklum saja, Reno adalah anak dari pemilik kampus ini. Jadi dia bisa dengan leluasa melakukan segalanya di kampus ini.
" Sebaiknya lo istirahat di sini aja..! " samar - samar Mitha mendengar suara Reno sebelum akhirnya kesadarannya benar-benar hilang. Tubuhnya serasa ringan melayang ke awang - awang.
...----...
Malam semakin beranjak larut. Di sebuah kamar yang berada di wilayah kampus itu juga, seorang pemuda sedang mengerang nikmat setelah pelepasannya yang entah sudah beberapa kali.
" Akh, kau sungguh nikmat sayang..." desisnya di ujung pelepasannya.
Di bawahnya, terkukung tubuh mungil milik seorang gadis yang terkulai tak sadarkan diri. Setelah mencabut miliknya dari tubuh sang gadis, dia lalu menghempaskan diri di samping tubuh gadis itu. Mengecup sekilas kening gadis itu lantas merebahkan diri di sisinya. Tak lama kemudian, suara dengkuran halus terdengar dari pemuda itu. Di wajahnya terlukis sebuah senyum kepuasan. Puas karena hasratnya sudah tersalurkan.
Keesokan harinya, Mitha, gadis itu terbangun. Alangkah terkejutnya cewek cantik itu, saat mendapati dirinya tanpa sehelai benangpun yang melekat di tubuhnya. Di sampingnya, terbaring seorang cowok yang keadaannya tak jauh berbeda dengan dirinya. Sadarlah Mitha apa yang telah terjadi.
Tangis Mitha pecah. Dia meraung dan menjerit histeris sambil memukuli dadanya. Dia merasa hancur dan juga merasa sangat jijik dengan dirinya sendiri. Mitha sangat terguncang saat mengetahui apa yang telah menimpa dirinya.
Merasa terganggu oleh suara tangisan Mitha, cowok itupun lantas terbangun. Sama halnya dengan Mitha, cowok itu juga sama kagetnya ketika menyadari bahwa tak ada satupun pakaian yang melekat di tubuhnya.
" Kamu.....?" Matanya membulat sempurna ketika menyadari bahwa mereka sama-sama tak berpakaian.
Buru - buru dia memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai dan memakainya.
Keduanya lantas saling berpandangan. "Kita, eh..maksudku" tanya cowok itu. Mitha tak menjawab, hanya tangisnya yang kembali pecah. Cewek itu tak bisa berkata - kata lagi. Dia sungguh terguncang dengan peristiwa yang baru saja menimpa dirinya.
Fatan berusaha menenangkan Mitha. Namun Mitha tak bisa berhenti menangis.Gadis itu sungguh - sungguh merasa sangat hancur.
" Aku minta maaf.....Aku sungguh tak tahu apa yang telah terjadi antara kita berdua semalam.Tapi aku berjanji, bahwa aku akan bertanggung jawab padamu. Kamu bisa memegang kata - kataku. "ujar Fatan dengan terbata - bata dan bingung.
Tangis Mitha sedikit mereda. Namun cewek itu masih belum mau bersuara. Dia kemudian beranjak memunguti pakaiannya kemudian bergegas memakainya, lalu beranjak menuju ke pintu.
" Hei, tunggu dulu..! " Fatan berseru pelan memanggilnya. Mitha menoleh sesaat.
" Namamu, Mitha, kan? Aku Fatan. Kamu bisa mencariku di sini jika kamu memerlukan aku."
Mitha hanya terdiam tak berkata - kata lagi. Dia berlalu dari hadapan Fatan dengan hati yang kacau dan hancur. Cewek cantik bermata bulat itu sudah bisa membayangkan seperti apa masa depannya kelak.
Mitha kembali ke kosan namun dia tak menemukan Gadis di kosan. Mungkin Gadis sudah berangkat kuliah karena sekarang sudah pukul tujuh lewat.
Mitha segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sudah hampir dua jam, Mitha mengguyur tubuhnya dengan air dan menyabuni seluruh bagian tubuhnya. Namun, gadis itu tak juga merasa puas. Air matanya juga tak mau berhenti keluar. Dia merasa jijik dan kotor terhadap tubuhnya. Mengapa semua ini terjadi padaku, Ya Allah. Tangis Mitha dalam hati. Gadis cantik itu benar-benar terpukul.
Dia merasa ingin mati saja. Apa gunanya hidupnya sekarang jika semuanya sudah direnggut paksa oleh pemuda itu. Dunianya seakan hancur. Mendadak, Mitha menjadi sangat membenci pemuda tersebut. Pemuda yang telah merusak hidupnya dan juga masa depannya.
Sempat terbersit dalam otaknya untuk mengakhiri hidup dengan menyilet nadinya.
Namun, sebuah kesadaran datang menggugah hatinya. Kesadaran untuk bersabar dan berserah diri kepada-Nya dan garis takdir yang sudah ditentukan oleh-Nya.
Perlahan, gadis itu bangun dan meraih handuk yang tergantung di kapstok. Dia mengeringkan seluruh tubuhnya dan mengambil pakaian ganti. Lalu berbaring menutupi seluruh tubuhnya. Tak lama kemudian, gadis itu tertidur karena lelah menangis dan juga lelah jiwa.
Sementara itu di rumahnya, Edo kebingungan mencari - cari Mitha. Sejak semalam, dia mencari - cari cewek itu. Parahnya lagi, handphonenya mati sehingga dia tak bisa menghubungi cewek itu. Saat bertemu Gadis, hal yang sama juga dilakukan oleh cewek tomboy itu. Dia juga sedang kebingungan mencari - cari Mitha.
Pagi ini saat membuka hape, puluhan chat dan panggilan tak terjawab dari Mitha memenuhi notifikasi pesan di handphonenya.
Kini, Edo sedang menunggu Mitha di kampus, namun cewek itu tidak menampakan batang hidungnya sama sekali. Hal itu tentu saja membuat Edo merasa keterangan. Kemana Mitha, pikirnya.
...---...
Di tempat lain, di ruangan tempat biasa Fatan dan teman - temannya berkumpul, terlihat cowok itu sedang duduk termenung seorang diri. Otaknya sedang berpikir mengenai kejadian yang baru saja dia alami.
" Ahhh... sial... sial... " makinya kesal.
Dia merutuki kebodohannya sendiri sehingga menyebabkan orang lain yang harus menanggung akibatnya. Cewek lugu yang tak bersalah kini sudah menjadi korban kebiadaban nafsunya.
Andai saja waktu bisa diulang kembali. Maka dia tak akan mau diajak meneguk minuman keras yang disodorkan oleh kedua temannya tadi malam. Dia tak tahu jika di dalam minuman yang dia reguk sudah dibubuhi obat perangsang.
Tadi malam Fatan lepas kendali. Dia tak kuasa menahan hasratnya saat melihat tubuh Mitha yang tergolek tak sadarkan diri di kamar pribadi Reno. Sehingga terjadilah peristiwa itu. Peristiwa yang seumur hidupnya akan dia sesali. Yang merenggut paksa kegadisan Mitha pada malam itu. Dia tahu Mitha masih perawan saat dia melihat bercak darah yang menempel di sprei saat dia akan meninggalkan kamar tadi pagi.
Rasa bersalah kini selalu menghantui dirinya. Dia juga merutuki keisengan temannya, yang membubuhkan obat perangsang itu ke dalam minumannya. Entahlah... semua sepertinya sudah diatur rapi oleh Reno dan Aldo. Dia tak tahu, yang mana dari keduanya yang berperan sebagai dalang dari semua ini, namun satu hal yang pasti dia amat menyesalkan hal tersebut.
" Tumben banget lo sudah nongol, bro. Gimana semalam? Lo dahsyat banget, bro... " seloroh Reno tanpa rasa bersalah.
Seketika darah Fatan mendidih. Benar dugaannya, kedua sahabatnya itulah yang menjadi dalang semua ini.
" Hemm.... jadi itu semua ulah kalian? " tanyanya dengan ekspresi dingin.
" Yoi, bro. Idenya dari Reno. Dia juga yang membubuhkan obat tidur di dalam botol minuman yang dia berikan pada gadis itu. Gue nggak nyangka, pengaruh obat itu segitu dahsyatnya." sahut Aldo menimpali.
Bug....
Bug....
Kedua orang itu jatuh tersungkur ke lantai. Darah segar mengucur dari hidung keduanya. Mereka berdua tak menyangka akan menerima pukulan dari Fatan.
" Gue nggak nyangka, kalian berdua bisa sebejat itu." tunjuk Fatan pada kedua temannya.
Reno bangkit hendak balas menerjang Fatan tapi keburu dicegah oleh Aldo.
" Bro, salah kami apa? " tanya Aldo sambil menyeka hidungnya yang berdarah.
" Lo berdua sudah merusak masa depan seorang gadis yang masih virgin." jelas Fatan dengan emosi.
" Apa kalian tidak pernah memikirkan bagaimana nasib gadis itu. Gue nggak habis pikir, ditaruh di mana otak kalian, Hah! " Serunya lagi sambil menggeleng - gelengkan kepala.
Dia Menatap tajam pada kedua orang temannya yang kini hanya bisa menunduk tak berani menghadapi kemarahan Fatan.
Nafas Fatan memburu menahan emosi. Matanya memerah karena menahan tangis. Kegusaran dan kemarahan terlihat jelas di matanya.
Kedua orang temannya bergerak menghampiri Fatan.
" Sorry, bro. Gue nggak nyangka jika tuh cewek ternyata masih virgin.."
" Iya, gue juga shock mendengarnya. Gue kira tuh cewek sama seperti gladys atau Erika."
Suasana menjadi hening. Ketiganya sama - sama terdiam di sofa.
Fatan bangkit dari sofa dan berjalan keluar. Cowok itu merasa galau sendiri akan dirinya. Tak tahu apa yang mesti dia lakukan. Sebenarnya dia ingin menemui Mitha. Tapi dia tak tahu di mana gadis itu tinggal. Akhirnya Fatan memutuskan untuk kembali ke rumahnya.
...----...
Di tempat kosannya,. Mitha baru saja terbangun dari tidur ketika merasakan tangan Gadis yang mengguncang - guncang tubuhnya.
" Mit... Mitha, bangun, woi...! "
Mitha mengerjab membuka matanya yang terasa sulit untuk dibuka. Kepalanya juga terasa sakit. Dia hanya menggeliat lalu kembali menarik selimut karena merasa tubuhnya menggigil kedinginan.
" Loh, kok malah tidur, sih. Mitha lo kenapa, sih? sakit? "
Tangan Gadis meraba kening Mitha.
" Ya Allah, badan lo panas banget. Mitha, apa yang terjadi? Lo sakit kenapa nggak bilang gue, sih? " seru Gadis gusar.
Dia lalu bergegas mencari obat penurun demam di laci dan bergegas kembali mendatangi Mitha. Tak lupa dia membawa air minum dan sepotong kue.
" Mitha, bangun dulu. Lo makan kue ini dan minum obat, yah. "
Dengan malas, Mitha bangun dan memakan beberapa suapan roti yang dibawa oleh Gadis lantas minum obat yang di sodorkan oleh Gadis.
" Lo dari mana, semalam? Gue nyariin lo, tapi kaga ketemu. Jadi gue pulang ke kosan. Gue pikir lo udah pulang duluan. Tapi pas nyampe disini, lo nya kaga ada. Apa yang terjadi, Mitha? "
Mitha terdiam tak bisa menjawab pertanyaan Gadis. Air matanya kembali tumpah. Kemudian dia mulai terisak.
Gadis menjadi kebingungan melihat Mitha yang menangis tanpa sebab. Kebingungan itu berubah menjadi kepanikan ketika Mitha tiba-tiba histeris sambil memukuli dadanya.
" Gue jijik, Dis. Gue jijik pada diri gue sendiri. Gue mau mati saja!! "
" Tenang, lo tenang dulu, ya Mit. Coba lo ceritain ke gue, apa yang telah terjadi. Mengapa lo sampe begini? " kata Gadis sambil memeluk erat sahabatnya itu.
Mitha masih saja menangis dalam pelukan Gadis untuk beberapa saat lamanya. Barulah setelah tangisnya agak sedikit reda, gadis itu akhirnya melonggarkan sedikit pelukannya.
" Gue diperkosa, Dis." akhirnya Mitha membuka mulut.
Gadis terkesiap mendengar pengakuan Mitha.
" Apa? Lo....." Gadis tercekat tak mampu berkata. Ada kaget dan tak percaya.
Spontan dia langsung memeluk Mitha kembali. " Siapa yang melakukannya, Mit.? Katakan, biar aku yang akan memberinya pelajaran. Lelaki itu harus mempertanggung jawabkan semua perbuatannya. " desis Gadis geram.
Mitha menggeleng lemah.
" Tidak.... lo harus katakan pada gue, siapa bajingan itu. Atau gue akan cari tau sendiri dan akan gue habisi mereka dengan cara gue. Itu yang lo mau? " tanya Gadis dengan berapi-api.
Gadis memang terkenal blak-blakan. Cewek pemegang sabuk hitam karate itu memang sangat menyayangi Mitha. Dia tak rela jika Mitha disakiti. Itulah sebabnya dia menjadi marah saat tahu apa yang menimpa sahabatnya itu.
" Fatan..." lirih suara Mitha menyebutkan sebuah nama.
" Fatan? Maksud lo, Fatan temannya Reno? "
Mitha mengangguk lemah. Air matanya kembali tumpah. Tubuhnya sampai terguncang karena emosi yang menekan dada. Tak kuat menahan emosi, Mitha akhirnya jatuh terkulai. Gadis itu pingsan karena terlalu terguncang.
Dengan panik, Gadis membaringkan tubuh Mitha di tempat tidur dan menyelimutinya setelah sebelumnya mengoleskan minyak kayu putih di dahi dan pelipis Mitha.
Gadis berdiri sambil mengepalkan kedua tangan. " Fatan, akan kucari bajingan itu. Dia harus bertanggung jawab atas semua perbuatannya."
Bug.....
"Bajingan..!"
Bug......
"Cabul..! Ini hadiah dariku karena sudah berani menyakiti sahabatku! "
Bug.....
Fatan, mahasiswa calon dokter berwajah tampan itu, tersuruk beberapa langkah ke belakang setelah mendapat beberapa bogem mentah di wajah, dada, dan perutnya. Tak lupa sebuah tendangan mendarat mulus di pinggangnya, membuat cowok itul tersungkur jatuh mencium lantai.
Kedua orang sahabat Fatan merasa kaget tak percaya sekaligus ngeri terlebih saat melihat 'senjata' milik Fatan juga tak luput dari serangan bertubi -tubi itu.
Mata mereka semakin melotot tak percaya saat melihat siapa yang telah menghajar Fatan, CEWEK!!
Fatan dihajar sampai babak belur oleh seorang cewek yang berpenampilan agak tomboy.
Awalnya tak ada yang menyangka, seorang cewek memakai hoodie hitam yang menutupi rambut bob-nya yang hanya sebatas telinga itu, tanpa terduga langsung menerobos masuk ke ruangan Reno yang saat itu sedang duduk - duduk bareng Fatan dan Aldo.
Cewek tomboi tersebut langsung menghajar Fatan tanpa sempat lagi cowok itu menghindar.
Aldo yang ingin menolong Fatan, ikut - ikutan mendapat bogem mentah dari cewek tersebut. Keduanya dibuat tak berkutik di tangan cewek tersebut
" Kalian sama bejatnya dengan bajingan itu..!! " serunya sambil kembali melayangkan tendangan ke wajah Aldo. Aldo jatuh tersungkur tak berdaya.
Kembali Cewek tersebut menghajar Fatan tanpa memberikan kesempatan bagi Fatan untuk membela diri.
Bahkan Reno yang kini juga turut turun tangan membantu kedua orang sahabatnya, tak berdaya menghadapi kehebatan cewek tersebut.
Cewek tomboi itu bukanlah tandingan ketiga cowok ganteng itu, meskipun ketiga cowok itu terkenal jago berkelahi.
"Hari ini akan kuhabisi kalian. Jangan sebut namaku Gadis jika aku tak bisa menghabisi kalian semua para penjahat mesum..!! " bentaknya.
Tangannya bergerak menarik kerah baju di leher Fatan yang sudah terkulai tak berdaya.
" CUKUP!!! " suara bentakan kasar terdengar dari arah depan pintu masuk membuat perkelahian itu langsung berhenti.
Pak Hermawan, Sang pemilik kampus sudah berdiri sambil berkacak pinggang dengan wajah murka.
Gadis lantas melepaskan tangannya dari kerah baju Fatan yang kini keadaannya sudah babak belur.
Dengan wajah sinis, cewek tersebut melenggang meninggalkan tempat setelah sebelumnya berbisik di telinga Fatan. " Urusan kita belum selesai. Aku pastikan, kalian akan membayar semuanya... " bisiknya lirih nyaris tak terdengar.
Belum lagi tubuh Gadis mencapai pintu.
" TUNGGU..!! Siapa yang mengizinkan kamu untuk keluar dari ruangan ini! " bentak Pak Hermawan pada Gadis.
Gadis berbalik dan menatap tajam ke arah Pak Hermawan.
"Bapak menahan saya? " tanya Gadis dengan tatapan datar.
" Seseorang harus menjelaskan padaku tentang semua ini...!! Sekarang, cepat katakan padaku, siapa kamu dan mengapa kamu berbuat onar di ruangan Reno...?" tanya Pak Hermawan dengan sorot mata tajam ke arah Gadis.
" Nama saya Gadis, saya juga salah satu mahasiswa di kampus ini, Pak. Mengenai alasan saya berbuat begini, lebih baik Bapak tanyakan langsung kepada putra kesayangan Bapak itu. Dia yang seharusnya menjelaskan tentang semua ini. Oh, yah, tolong katakan juga padanya, bahwa dia dan juga kedua orang temannya yang 'banci' itu harus bertanggung jawab atas semua yang sudah mereka lakukan terhadap sahabat saya, atau saya akan datang lagi dan membuat perhitungan dengan mereka. Dan untuk kali berikutnya, saya tidak akan mengampuni mereka semua. Saya tidak pernah main - main dengan ucapanku..! " tandas Gadis dengan tatapan tajam kepada semua orang yang ada di ruangan itu.
Dengan gugup Reno maju mendekati papanya. Sedangkan kedua orang temannya juga sama takutnya memilih menyingkir ke sudut dengan wajah menunduk malu.
Aldo sebenarnya masih sedikit bingung tentang kehadiran cewek tomboy yang tiba-tiba saja masuk dan menyerang mereka.
Namun tidak demikian halnya dengan Fatan. Cowok itu sudah bisa menebak siapa dan apa maksud cewek tomboy itu datang dan langsung menghajar dirinya dan juga kedua temannya.
" Sudah, Pah. Jangan dihiraukan..! Cewek ini sudah gila, pah! Tiba-tiba saja dia masuk dan menghajar Fatan. Maka dari itu kami terpaksa turun tangan untuk membantu Fatan. " kata Reno mencoba menjelaskan kepada papanya.
" Cuih...., sesama penjahat pastinya akan saling melindungi! " ejek Gadis.
Mata Reno langsung membulat seketika saat mendengar ucapan Gadis. Sungguh, rasanya dia ingin membungkam mulut Gadis supaya diam.
Pandangan Pak Hermawan beralih ke arah Reno. Dia menatap tajam ke arah putranya yang kini tampak semakin gugup.
" Reno, apa maksud dari kata - kata cewek itu? Cepat jelaskan pada papa, atau papa akan laporkan masalah ini ke dewan kampus.! Karena sudah melanggar kesopanan dan berbuat keonaran di kampus ini..." bentak Pak Hermawan dengan wajah gusar.
Gadis tersenyum setengah mengejek.
" Silahkan Bapak membawa kasus ini ke dewan kampus. Tapi jika saya menjadi Bapak, saya akan mengecek dulu kebenaran apa yang sedang di sembunyikan oleh anak Bapak. Sebab saya tak tahu, apakah saya bisa menjamin nama dan reputasi kampus ini nggak bakalan hancur saat latar belakang masalah ini terkuak. Terlebih lagi ini menyangkut nama baik kampus ini dan juga keluarga Bapak yang terhormat." kata Gadis dengan lantangnya.
" Apa katamu?! Apa kamu mau mengancamku, Hah? "
" Saya tidak bermaksud untuk mengancam Bapak. Tapi sebelum Bapak melakukan hal itu, ada baiknya Bapak bertanya dulu kepada putra Bapak yang manja itu dan kedua temannya. Karena akibat dari perbuatan bejat mereka, salah satu mahasiswi di kampus ini telah dirusak masa depannya oleh mereka. Tindakan mereka sudah merusak nama baik kampus ini. Apakah Bapak masih mau memperkarakan masalah ini ke dewan kampus? " papar Gadis.
Wajah Pak Hermawan seketika berubah merah, usai mendengar ucapan Gadis. Matanya melotot menahan geram dan amarah yang ditahan.
" RENO....!! "
Reno langsung mengkeret ketakutan.
Wajah ketiga cowok tersebut langsung berubah pucat. Sadarlah mereka kini bahwa masalah baru saja mendatangi ketiganya.
...----...
Ketiga orang sahabat itu kini sudah berada di ruangan Pak Hermawan. Tak ketinggalan juga Papa dan mama dari Fatan dan Aldo. Sedangkan Gadis, cewek yang jago bela diri itu juga berada di sana.
" Nak Gadis, sekarang tolong ceritakan pada kami, bagaimana tentang kronologis kejadian yang menimpa sahabatmu itu secara jelas. Agar kami semua faham duduk perkara yang sebenarnya.! " perintah Pak Hermawan.
Gadis sejenak menarik nafas sebelum mulai bercerita. Dengan tenang Gadis menceritakan semua kepada mereka
tentang semua hal yang dia ketahui berdasarkan cerita Mitha.
Tak ada yang berani bersuara atau menginterupsi saat Gadis bercerita. Hening....
Tiba - tiba, Bramantyo, papa Fatan langsung berdiri dan tanpa di duga dia langsung melayangkan tamparan ke wajah Fatan, dua kali di pipi kanan dan kiri. .
Plak.....
Plak....
" Anak kurang ajar. Kamu sudah mencoreng wajahku. Kamu bikin malu nama keluarga.! Apakah ini hasil kamu belajar selama ini?! "
Fatan langsung berlutut di hadapan papanya. Sedangkan Amelia, maminya Fatan hanya bisa menangis dalam pelukan Melinda, mami Aldo
Fatan merasa sangat bersalah dan menyesal sekali. Sebenarnya, cowok itu juga tak menginginkan semua ini terjadi. Semua ini bukanlah murni kehendaknya. Andai saja bukan karena keisengan temannya.
Namun semua sudah terjadi. Dia juga berniat akan mempertanggung jawabkan semua perbuatannya kepada Mitha.
" Maafkan, Fatan, Om. Sebenarnya ini semua bukanlah salah Fatan sepenuhnya. Kami semua juga turut andil karena kamilah yang telah iseng dan menyebabkan Fatan berbuat diluar kontrol. Kami mohon maaf, Om. Jadi kami mohon jangan lagi menyalahkan Fatan." kata Reno.
" Iya, Om. Kami yang bersalah. Kami tak menyangka jika perbuatan kami akan menimbulkan bencana bagi Fatan dan juga Mitha. Sekali lagi kami mohon, maafkan kami, Om. " timpal Aldo.
"Hmm.....jadi nama gadis itu Mitha?" guman Bramantyo. "Bukan kepadaku seharusnya kalian minta maaf, tetapi kepada cewek yang sudah menjadi korban kejahatan kalian." kata Bramantyo, ayah Fatan.
Gadis langsung mendengus tak suka.
" Kalian enak saja kalian berkata maaf semudah membalikkan telapak tangan. Apa dengan meminta maaf bisa mengembalikan keperawanan Mitha yang telah direnggut secara paksa oleh Fatan?" Tuding Gadis. "Apa dengan meminta maaf, bisa mengembalikan kondisi kejiwaan Mitha yang terpuruk seperti sedia kala? Bisa tidak, kalian membayangkan jika hal ini terjadi juga terhadap adik perempuan kalian atau anak perempuan bapak ibu sekalian. Apa kalian mau terima begitu saja kata maaf dari orang yang telah memperkosa adik atau anak kalian setelah dia berkata maaf ? Apa dengan kata maaf bisa menyelesaikan masalah? " tanya Gadis geram.
Wajah - wajah mereka semua langsung tegang. Semuanya langsung terdiam mendengar ucapan Gadis. Cewek tomboy di hadapan mereka ini sungguh memiliki nyali yang begitu besar sehingga berani berkata demikian. Walaupun geram, diam - diam Bramantyo mengagumi keberanian Gadis dalam membela sahabatnya.
Bramantyo dan Pak Hermawan sama - sama dibuat pusing dengan masalah ini. Pun tak ketinggalan dengan David, papa Aldo. Para pria yang sudah mulai berumur tersebut merasa geram atas ulah putra - putra mereka yang kali ini sudah sangat kelewatan.
" Baiklah, kita tak bisa membiarkan masalah ini berlarut - larut apalagi sampai didengar oleh publik. Kita harus secepatnya bertindak. Cepat hubungi orang tua gadis itu dan segera kita selesaikan masalah ini sebelum bocor ke luar kampus dan jadi santapan pers." kata Pak Hermawan.
Bramantyo dan David langsung menyetujui usulan Pak Hermawan yang mereka anggap sebagai jalan keluar yang terbaik.
" Benar sekali, Pak Hermawan. Masalah ini harus segera diselesaikan. Jangan sampai bocor ke tangan publik. Bisa - bisa kacau dan hancur reputasi kampus kita. " kata David, papa Aldo.
Akhirnya mereka semua sepakat untuk menghubungi kedua orang tua Mitha secepatnya. Masalah anak - anak mereka perlu penanganan yang serius karena sudah menyangkut masalah kehormatan banyak pihak. --
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!