Siapa yang tidak terkejut bila dalam hidupmu, muncul hal tak terduga yang tidak dapat diterima oleh akal sehat manusia. Seperti yang dialami gadis remaja bernama Bona Dea. Gadis malang itu, terpaksa harus hidup sebatang kara karena masalah keluarga yang menimpanya. Selain hidup sendiri, ia juga harus mendapat perundungan dari orang-orang disekelilignya dan dikucilkan dari kehidupan masyarakat setempat.
Betapa miris dan mengenaskannya kehidupan yang dijalani Dea. Namun, ia mencoba bertahan agar tetap hidup demi membuktikan bahwa dirinya bukanlah sampah masyarakat seperti yang dituduhkan padanya hanya karena gadis itu adalah putri dari seorang pembunuh.
Karena perlakuan buruk dari para pembenci Dea. Ia berakhir tersesat di hutan rimba. Lebih sialnya lagi, gadis itu di kejar sang raja hutan sehingga ia tak sengaja terperosok masuk ke dalam goa dimana goa tersebut adalah goa tempat seseorang mendapatkan kutukan. Sebenarnya, tidak ada seorangpun yang bisa masuk ke dalam goa kutukan ini dengan mudah karena dilapisi banyak sekali pelindung ajaib, tapi sepertinya takdir berkata lain. Goa tersebut seolah mengizinkan Dea masuk ke dalamnya karena hanya di goa inilah merupakan tempat teraman bagi Dea agar terhindar dari kejaran para binatang buas yang ingin memangsanya hidup-hidup sekaligus tempat yang bisa mengubah garis takdir kehidupan Dea.
Dea juga tak pernah menyangka bahwa kecintaannya terhadap bunga mawar telah membawa takdir hidupnya yang tadinya dipenuhi dengan duka menjadi sebuah anugrah tak terkira. Entah gadis itu sadar atau tidak, ia telah melepas segel kutukan seseorang secara tidak sengaja begitu bunga mawar itu tercabut oleh tangannya dari atas batu besar. Seketika, muncul sosok pemuda tampan bermahkota dan langsung menatap tajam mata Dea.
“Si … siapa kau? A-apa … kau … ha … hantu?” tanya Dea terbata-bata. Tubuhnya sampai gemetar hebat karena ini pertama kali dalam hidupnya ia melihat sosok yang Dea yakini adalah hantu. Hanya saja, hantu tersebut berwajah tampan rupawan dan ia muncul dari bawah batu besar tempat Dea mencabut bunga mawar merah yang ada di tangan kirinya.
Sosok pemuda tampan itu tidak langsung menjawab pertanyaan Dea, sebaliknya … ia mendekatkan wajah rupawannya tepat di atas wajah seorang gadis muda yang sedang memegang setangkai bunga mawar merah dengan tubuh gemetar ketakutan.
“Menikahlah denganku!” tandas pemuda bermahkota itu tanpa dinyana-nyana dengan tatapan mata menakutkan.
Tangan kanan sosok tampan itu ikut memegang setangkai bunga mawar merah berkilau yang ada di tangan kiri Dea. Kedua insan itupun sama-sama saling memegang setangkai bunga mawar merah yang menjadi saksi bisu pertemuan pertama mereka.
Dea tersentak dan melirik tangannya yang bertautan erat dengan tangan si pemuda, semua bulu kuduknya merinding disko ditatap sosok tampan rupawan yang menurutnya adalah hantu gentayangan. Kepala gadis itu keliyengan tatkala mendengar sosok makhluk tampan tersebut langsung mengajaknya menikah tanpa alasan, dan tak lama kemudian, Dea pingsan di tempatnya.
***
Sejak terjaga dari pingsannya beberapa waktu lalu, Bona Dea atau yang biasa dipanggil Dea, terus mengikuti pergerakan seorang pemuda tampan yang tak sengaja ia bebaskan dari segel kutukan dengan mencabut sekuntum mawar merah di atas batu besar. Mata gadis cantik itu tak henti-hentinya menatap pria tampan yang sejak tadi mengumpulkan kayu bakar untuk menghangatkan tubuh keduanya. Dea mengira bahwa pemuda tampan menawan itu adalah hantu gentayangan, dan ternyata benar. Gadis itu benar-benar gemetar ketakutan karena sosok tampan itu melayang.
Astaga, apa benar dia hantu? Aku … bisa melihat hantu? Batin Dea dan pemuda tampan itu langsung meliriknya seolah bisa mendengar suara hati Dea.
Gadis malang itu bingung harus bagaimana. Jika dugaannya benar, artinya secepatnya Dea harus pergi dari sini. Namun ia tidak tahu bagaimana caranya dia keluar. Tidak menuntut kemungkinan, hantu tampan tersebut pasti bisa mengejarnya dengan cepat.
Yang bisa dilakukan Dea sekarang adalah menunggu. Ia menunggu apa yang akan dilakukan hantu gentayangan itu padanya. Dea cuma bisa berharap semoga ia tidak diapa-apakan mengingat dengan siapa ia saat ini.
Berjam-jam lebih telah berlalu dan sosok tampan menawan itu hanya diam diri menatap kobaran api unggun tanpa bergeming sedikitpun dari tempatnya. Dea bahkan tidak habis pikir, bagaimana bisa hanya karena mencabut sekuntum mawar merah di atas batu besar dapat membebaskan sebuah kutukan. Hal itu merupakan suatu hal yang mustahil untuk bisa diterima dengan nalar ataupun akal sehat manusia.
Apalagi, yang dibebaskan Dea adalah makhluk astral yang harusnya tak bisa dilihat oleh kasat mata. Sungguh Dea bingung, sebelumnya ia tak pernah melihat hantu, sangat aneh bila sekarang ia dapat melihat makhluk ghaib menawan seperti pemuda tampan yang ada dihadapan Dea. Berkali-kali gadis itu menepuk-nepuk pipinya berharap ini hanyalah mimpi, namun yang Dea rasakan nyatanya sakit juga. Artinya apa yang dialaminya benar-benar nyata dan bukan khayalan semata.
Pemuda tampan yang masih belum Dea ketahui siapa namanya itu tak mau menjelaskan banyak tentang apa yang terjadi, siapa dia dan darimana asalnya serta bagaimana bisa ia terkurung di dalam goa di tengah hutan ini, tidak ada penjelasan apapun soal itu. Namun, akhirnya Dea memutuskan untuk acuh saja selama ia tak disakiti oleh hantu tampan ini. Gadis itu sudah lelah dengan semua masalah yang menimpanya, dan iapun tak mau ambil pusing. Setidaknya, Dea merasa sedikit bersyukur karena diberi kesempatan bisa bertemu dengan makhluk Tuhan paling tampan yang pernah ada di dunia.
Sayang dia hantu, coba kalau bukan … batin Dea menghibur diri sendiri.
Diluar goa ini, sedang hujan lebat sehingga Dea tidak bisa keluar untuk sementara waktu. Seketika, gadis itu teringat sesuatu sebelum dia pingsan, ia yakin kalau si pemuda ini mengajaknya menikah sesaat sebelum Dea tak sadarkan diri. Hanya saja, gadis itu ragu apakah ajakan sang pemuda tampan ini benar atau tidak, atau itu hanya halusinasi Dea belaka. Ingin sekali gadis itu bertanya tapi ia takut salah bicara mengingat makhluk di depannya bukanlah manusia. Dea juga tidak tahu apakah sosok tersebut adalah sosok yang baik atau jahat. Gadis itu hanya bisa menatap lurus makhluk tampan itu dengan hati was-was tak karuan.
“Kenapa kau menatapku seperti itu?” tanya si pemuda yang merasa rishi ditatap Dea dengan tajam.
Akhirnya, cowok itu mau bicara juga, batin Dea. Sebab, inilah yang sedang ditunggu-tunggu oleh gadis itu sejak tadi.
“Aku yakin … sebelum aku pingsan, kau mengajakku menikah denganmu,” ujar Dea lirih. Sebenarnya, ia agak sedikit malu dan takut juga. Takut kalau ia salah ucap.
Berduaan di dalam goa bersama sosok hantu, sesuatu yang buruk bisa saja terjadi pada Dea. Tapi gadis itu berusaha menyembunyikan ketakutannya agar tidak dianggap lemah. Jikalau ia memang harus mati hari ini, Dea merasa bahwa dirinya sudah siap apalagi jika mati ditangan pria tampan. Dea ikhlas dan rela karena hidupnya sudah tidak ada artinya lagi di dunia ini.
“Kau salah dengar,” terang pemuda tampan itu masih dengan sikap cueknya.
“Tidak! Aku tidak salah dengar, aku yakin kau memintaku menikah denganmu sebelum aku pingsan!” Dea tetap kukuh pada ingatannya sebelum kehilangan kesadaran.
Untuk pertama kalinya setelah Dea terjaga dari pingsannya, pemuda itu baru mau menatap wajah Dea lekat-lekat. Sosok hantu itupun kembali melayang melesat cepat mendekati tempat Dea berada. Sontak, jantung Dea berdetak semakin kencang dari sebelumnya. Siapapun pasti gemetar didekati hantu tampan. Anehnya, Dea malah terbuai dengan suara merdu sang hantu.
“Coba kau pikir Nona, kau tidak tahu aku, akupun tidak tahu siapa kau. Kau dan aku sama-sama terjebak di hutan ini. Bagaimana mungkin aku memintamu menikah denganku? Apa itu mungkin? Kita tidak saling kenal dan tidak ada alasan kenapa aku harus menikah denganmu.” Pemuda tampan itu mendengus kesal. Sepertinya suasana hatinya sedang tidak baik sekarang entah karena apa.
Dea terdiam, yang dikatakan si hantu memang benar. Mereka berdua adalah orang asing beda alam yang tidak saling kenal satu sama lain, bertemupun juga baru kali ini. Mustahil jika pemuda tampan itu langsung mengajaknya menikah dengannya dihari pertama mereka bertemu. Namun, sekuntum bunga mawar merah yang ada di tangan Dea menjadi saksi bisu kisah pertemuan pertama keduanya. Dan karena bunga mawar itulah Dea bisa melihat sosok hantu tampan ini.
Sayangnya, bunga tersebut tidak bisa bicara, seandainya bisa … pastilah bunga mawar merah itu bakal memberitahu segalanya bahwa kenyataanya, si hantu penuh pesona itu memang mengajak Dea menikah begitu keluar dari dalam batu besar dengan cara ekstrem yang tak bisa dijelaskan dengan akal sehat manusia. Tapi, entah kenapa pemuda itu kini malah menyangkalnya, tidak ada yang tahu apa alasannya selain pemuda itu sendiri.
“Sayang sekali,” gumam Dea sedih sambil menatap lurus bunga mawar merah ditangannya. “Padahal hidupku mungkin akan berubah kalau aku punya suami tampan dan keren sepertimu meskipun kau adalah hantu. Orang-orang diluar sana sangat kejam. Tapi aku sadar diri, kau sempurna, sedangkan aku bukan siapa-siapa selain di cap sebagai putri seorang pembunuh. Oke, lupakan saja, aku juga tidak peduli siapa kau dan darimana asalmu, Kau hantu atau bukan, itu juga bukan urusanku.”
Gadis itu mulai pasrah kembali pada garis takdir hidupnya dan langsung memalingkan wajah menyembunyikan kesedihannya. Wanita mana yang tidak jatuh cinta bila bertemu makhluk menawan seperti pria yang Dea tak tahu siapa namanya ini. Namun, Dea sangat tahu diri seperti apa posisinya saat ini dan ia tidak menyalahkan siapapun. Penderitaan yang ia alami telah mengajarkan banyak hal padanya termasuk dipermainkan.
“Kau yakin kau mau menikah dengan hantu sepertiku?” tanya pemuda tampan itu dengan memasang wajah serius.
Dea menghela napas panjang dan entah kenapa ia mulai nyaman mengutarakan apa yang ia rasakan walau awalnya ia ketakutan. Namun, melihat betapa tampannya sosok hantu ini, Dea sudah tidak takut seperti sebelumnya.
“Awalnya aku takut saat menyadari kau bukan manusia. Tapi kau jauh lebih baik dari manusia-manusia yang ada di luar sana. Kau tidak menyakitiku meskipun kita baru beberapa jam bersama, jika kau ingin aku menikah denganmu entah karena apa, aku bersedia. Toh tidak ada bedanya jika aku harus mati sekarang atau nanti.” Dea mengatakan kalimat tersebut tanpa ada keraguan sedikitpun. Ini gila sih, tapi Dea lebih nayaman berada di dalam goa ini bersama hantu ketimbang berada di desa bersama orang-orang yang membencinya hanya karena kesalahan keluarganya.
Sosok hantu tampan itu berdiri tegak menatap lurus wajah Dea. Tidak ada yang tahu seperti apa pikiran si hantu saat ini. Ia pun melayang-layang di udara mengitari ruangan goa sebelum akhirnya ia kembali ke hadapan Dea.
“Tidurlah … wajahmu pucat, besok kau harus kembali ke desamu,” ujar sosok tampan itu dan melesat cepat duduk di depan api unggun sambil menopang dagu seolah sedang memikirkan sesuatu.
BERSAMBUNG
***
Hai-hai akhirnya ... setelah sekian purnama menunggu kisah pangeran D bisa rilis juga. Coba tebak siapa sosok hantu tampan itu? wkwkwk
Dia adalah putra kedua raja dedemit Refald. Kenapa dia bisa jadi hantu? Terus ikutin kisahnya ya ... jangan lupa dukung like dan komentarnya, love youu ...
Bukan tanpa alasan kenapa Dea menyetujui pernikahan yang tidak masuk akal ini. Hanya orang gila yang mau menikah dengan hantu gentayangan dan tak diketahui asal usulnya. Namun, hidup Dea sudah berat, ia hanya sebatang kara dan semua orang membencinya. Hanya pemuda ini yang mau bicara dan bersikap baik padanya sehingga gadis itu merasa bisa mengandalkan sosok hantu ini.
Hati Dea berkata, mungkin kehidupannya bakal lebih baik bila ia ada di dekat sang hantu tampan. Dea sendiri juga tidak tahu kenapa ia memutuskan ingin bersama dengan sosok makhluk astral asing ini, hati dan jiwanya merasa tenang saat Dea ada didekat makhluk tak kasat mata yang bahkan sampai sekarang Dea tidak tahu siapakah makhluk tersebut. Namanyapun gadis itu juga tidak tahu. Sayangnya, Dea merasa kalau pemuda tampan itu menolak kehadirannya dan Dea cuma bisa berharap bahwa dirinya adalah wanita yang ditakdirkan untuk pria tampan yang termenung menatap kobaran api unggun dalam diam.
Sosok pemuda yang ternyata merupakan seorang pangeran dari dunia lain itu terdiam seribu bahasa tanpa bicara sepatah katapun. Sebenarnya, alasan pria itu diam karena ia sudah tak ingin lagi berurusan dengan wanita yang membuatnya mendapat kutukan dan berakhir di dalam goa ini.
Meskipun Dea telah berhasil mematahkan kutukan tersebut, tetap saja, pengeran D, begitulah sebutannya, tak ingin menikahi wanita yang tidak ia cintai. Iapun juga tak ingin menceritakan pada Dea siapakah ia sebenarnya meski terang-terangan gadis itu mau menikah dengannya.
Malam itu … dua insan tak saling kenal dan berbeda dunia terpaksa bermalam di dalam goa sampai hujan disertai badai mereda. Dea memilih tidur dengan memakai jaketnya yang sudah kering. Sebenarnya ia risih karena semua pakaiannya kotor dan dipenuhi dengan lumpur. Namun apa boleh buat, ia tak punya pakaian ganti apalagi sampai membersihkan diri.
Tak berselang lama, Deapun terlelap dalam tidurnya tanpa ia sadari bahwa sepasang mata elang pangeran D sedang menatapnya tajam.
“Pangeran,” ujar sesosok makhluk tak kasat mata yang mendadak hadir dan bersimpuh di hadapan pengeran D tepat setelah Dea pergi ke alam mimpi.
Sosok makhluk tak kasat mata itu biasa dipanggil dengan sebutan pak Po dan menjadi penjaga pengeran D sejak sang pangeran demit dilahirkan. Dan begitu tahu pangerannya terbebas, pak Po langsung bergegas kemari.
“Aku tak bisa menikahi gadis ini pak Po,” ujar pangeran D langsung curhat pada pengasuh ghaibnya. Hantu tampan ini sangat tahu maksud kedatangan pak Po kemari.
Sebenarnya, pak Po ini sudah kangen berat dengan pengerannya, lama juga putra kedua dari raja dedemit Refald terkurung dalam goa akibat kutukan ayahnya sendiri, tapi pocong tampan itu mencoba meredam rasa rindunya setelah melihat kegalauan yang dirasakan oleh sang pangeran demit asuhannya. Tanpa dijelaskanpun, pak Po juga tahu situasi yang terjadi saat ini. Sekilas, pak Po melirik tubuh Dea yang sedang terlelap dalam tidurnya.
“Anda harus menikahinya, Pangeran. Jika tidak … nyawa Anda dalam bahaya.” Sosok demit yang dipanggil pak Po mengingatkan konsekuensi kutukan yang diterima sang pangeran demit. Sebagai abdi setia dari turun temurun, tak ada yang tidak diketahui oleh pak Po dan sudah tugas pak Po pula untuk mengingatkan jika tuannya melakukan kesalahan.
“Tetap saja aku tidak bisa, pak Po. Katakan pada ayahku, si raja kesayanganmu itu, lebih baik aku mati daripada menikah dengan wanita yang tidak aku cintai.”
“Pangeran …”
“Keputusanku sudah bulat pak Po, aku … lebih memilih lenyap dari dunia ini daripada harus menikahi gadis asing itu.”
“Kenapa Pangeran menolaknya? Dia cantik, hatinya juga baik, kurang apalagi? Ehm … agak dekil sedikit sih, tapi gampanglah itu Pangeran, masih bisa dipermak dan dipoles,” ujar pak Po asal jeplak.
“Sudah tidak ada cinta dihatiku, pak Po. Meski aku menikahinya, aku hanya akan menyiksanya karena aku tak bisa mencintai siapapun lagi. Kuharap kau mengerti dan sampaikan keputusanku pada ayah dan ibuku. Pergilah!” keputusan pemuda tampan itu sudah bulat dan meminta salah satu pasukan Raja dedemit dari dunia lain untuk menyampaikan keputusan yang ia buat.
“Baik Pangeran, tapi Anda masih bisa berubah pikiran. Percayalah … gadis itu … sudah ditakdirkan untuk Tuan. Bunga mawar merah itu tidak akan layu selama ada digenggamannya, artinya … gadis itu istimewa. Dialah satu-satunya wanita yang akan mendampingi Anda kelak. Anda akan tahu keistimewaannya begitu Anda menikah dengannya.”
Setelah berucap demikian, pak Po pun akhirnya memilih pamit undur diri. Tentu saja percakapan singkat antara dua penghuni dunia lain ini tak diketahui oleh Dea karena ia tertidur sangat lelap saking lelahnya. Lelah fisik dan lelah hati juga menghadapi hiruk pikuknya dunia fana.
Pangeran D menatap tubuh lemah yang ada didepannya. Ia memikirkan ucapan pengasuh ghaibnya barusan. Sekian lama berada di dalam goa ini, tak satupun orang bisa mencabut mawar merah yang tumbuh subur di atas batu besar tempatnya disegel. Hanya Dealah yang bisa mencabut bunga mawar merah tersebut dengan mudah tanpa mengalami kesulitan seolah bunga itu memang sengaja menunggu kedatangan Dea.
Memang benar, gadis itu istimewa. Namun, Pangeran D merasa kasihan pada Dea atas segala hal yang menimpanya selama berada di dunia, makanya ia tak ingin mengikat gadis ini dengan sebuah pernikahan beda alam ini. Karena pangeran D tahu, menikahinya sama saja dengan membunuh Dea pelan-pelan.
“Hidupmu sudah dipenuhi penderitaan, jika kau menikah denganku … kau bisa mati, tapi … jika aku tidak menikah denganmu … maka akulah yang akan lenyap dari dunia ini selamanya. Huh, takdir ini lucu sekali dan kenapa malah kau yang terpilih?” ujar pangeran D lirih dan menyembuhkan luka-luka yang ada di tubuh Dea dengan hanya meletakkan tangan di atas kening Dea.
Secara ajaib, tubuh Dea yang terlihat letih langsung kembali bugar. Luka-luka lecet yang gadis itu peroleh saat di kejar singa hutan mulai sembuh seperti sedia kala. Semakin lelaplah Dea dalam tidurnya dan untuk pertama kalinya dalam hidup Dea. Gadis itu bermimpi indah.
Pangeran D bahkan tersenyum ketika ia tahu apa isi mimpi dari wanita yang ditakdirkan menjadi istrinya ini. Yaitu sebuah pesta pernikahan megah.
***
Keesokan harinya, suara kicauan burung terdengar merdu di pagi hari, dan berhasil membangunkan Dea yang tertidur pulas di atas batu besar berukuran ranjang untuk satu orang. Gadis itu tergolek karena tubuhnya serasa kaku gara-gara tidur di atas batu. Nyawa gadis itu belum sepenuhnya terkumpul dan ia mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi dihidupnya setiap kali ia terjaga. Bayangan wajah orangtua Dea yang kini mendekam di penjara selalu membuat Dea tersadar dari mimpi indah yang baru saja menghiasi tidurnya.
Raut kesedihan seketika memenuhi wajah Dea yang seketika berubah suram. Namun, ia tak punya pilihan lain selain menjalani hidup karena ini sudah suratan takdir yang harus ia terima meskipun semua penderitaan yang Dea alami bukan karena kesalahannya. Gadis itu segera tersadar dan terbangun dari posisinya tidur, iapun menatap sekeliling goa seolah sedang mencari-cari sesuatu.
“Apa hantu tampan itu sudah pergi? Tanpa pamit padaku? Tanpa berterimakasih padaku? Padahal aku sudah membebaskannya? Huh, ini sungguh lucu, dan tidak masuk akal juga. Ah sudahlah, ini pasti cuma mimpi. Aku pasti sudah gila jika aku jatuh cinta padanya, apa … aku tidak normal? Masa aku jatuh cinta sama hantu?” gumam Dea pada dirinya sendiri. Sekali lagi ia mengamati sekeliling dan dinding-dinding goa yang mulai tampak jelas dibandingkan semalam.
Tidak ada siapa-siapa lagi di goa ini selain Dea sendiri, bau asap api unggun membuat Dea yakin kalau pertemuannya dengan sosok hantu tampan bukanlah mimpi belaka. Itu nyata karena pemuda tampan itulah yang menyalakan api unggun semalam. Bau asap api tersebut sangat menyengat di hidung gadis itu dan membuatnya kelaparan. Karena cuaca sudah kembali cerah, Dea bergegas keluar goa dan bermaksud kembali kerumahnya untuk menjalani hidup sehari-hari seperti biasanya.
Dalam hati, Dea akan menganggap apa yang ia alami selama berada di hutan ini hanya mimpi. Bahkan ia menganggap tak pernah bertemu dengan pemuda tampan itu lagi meskipun Dea sempat terpesona akan ketampanan pria aneh yang masih belum Dea tahu siapakah namanya. Tak lupa, ia juga membawa sekuntum mawar merah yang ia cabut semalam sebagai bentuk kenangan terakhir sebelum gadis itu meninggalkan tempat ini dan melupakan semuanya meski ia tidak rela. Wajah pria tampan itu sangat sayang dilupakan begitu saja.
“Padahal dia hantu, tapi kenapa wajahnya selalu memenuhi ruang kepalaku?” gumam Dea lemah tak berdaya. Ia berpikir bahwa dirinya ditolak mentah-mentah oleh sang hantu tampan.
“Kau mau ke mana?” tanya seseorang yang langsung mengagetkan Dea dari balik punggungnya.
Gadis itu menoleh dan menatap sang pemuda sudah berganti pakaian biasa seperti para pria pada umumnya, bukan seperti hantu yang Dea lihat semalam. Hanya saja kaki sosok astral tersebut masih melayang-layang di udara. Hantu itu semakin terlihat tampan karena ia tak lagi memakai jubah putih bermahkota layaknya raja. Setelan kaos warna biru tua dibalut dengan kemeja hitam dan celana hitam sangat cocok dikenakan oleh pria yang bernama Pangeran D ini.
“Pa-pakaianmu …” tanya Dea terbata-bata saking terpesonanya.
“Aku juga menyiapkan satu untukmu,” ujar pangeran D dan melempar sebuah baju agar bisa dikenakan Dea. “Aku tidak tahu apakah pakaian itu cocok untukmu karena tidak tahu berapa ukuranmu, masuklah ke dalam dan ganti pakaian kotormu itu. Aku akan menunggumu di sini.” Pangeran D melayang melewati Dea dan berdiri di bibir pintu keluar goa sambil membelakangi Dea.
Tepat di depan mata Dea, sebuah sepatu snakers putih tiba-tiba saja muncul secara ajaib tepat di bawah kaki sang hantu dan pemuda tampan itu langsung memakainya. Kini hantu tersebut benar-benar menginjakkan kakinya di atas permukaan tanah layaknya manusia normal seperti Dea.
“Mustahil,” gumam Dea antara percaya dan tidak percaya pada apa yang dilihatnya.
Bukannya takut, gadis itu malah semakin terkagum-kagum dengan sosok pengeran demit didepannya itu yang sengaja menunjukkan kekuatan ghaibnya.
Dia ganteng banget, stay cool dan charming banget, batin Dea.
BERSAMBUNG
***
Sungguh, pemuda tampan itu tampak gagah perkasa ketika kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celana hitamnya. Entah mengapa, Dea jadi terbuai oleh hantu tampan tersebut. Untungnya ia cepat sadar dan mengendalikan perasaannya. Jantung Dea jadi dag dig dug ser saat melihat sosok tampan berdiri tegap dihadapannya, hati gadis itu kembali berbunga-bunga seolah lembaran baru dalam hidupnya telah dimulai. Dea seakan langsung lupa kalau hidupnya begitu merana dan sengsara.
Ada apa denganku? Ini tidak salah, kan? Perasaan ini … aku yakin aku jatuh cinta pada hantu tampan itu, batin Dea. Tatapan matanya tak pernah lepas dari sosok pangeran demit dari dunia lain yang sedang berdiri membelakangi Dea.
Tak ingin berlama-lama, Dea berjalan masuk ke dalam goa dan mulai menanggalkan pakaiannya satu persatu. Ia terkejut karena ukuran pakaian yang diberikan Pangeran D sangat cocok dan pas untuknya. Gadis itu kini semakin tampak anggun dengan gaun warna biru tua melekat sempurna di tubuhnya dan sangat serasi dengan pakaian yang dikenakan pengeran D. Hanya saja, agak kurang etis bila dikenakan di tengah hutan belantara begini.
“Gila, ini sih gaun pesta? Kenapa hantu itu memberiku gaun pesta seindah ini? Memangnya di hutan ini ada pesta? Atau jangan-jangan … hantu itu beneran mau menikahiku?” Dea memerhatikan gaun yang dikenakannya dari atas hingga ke bawah kakinya. “Tunggu … bagaimana bisa ia mendapatkan gaun sebagus ini? Lah, masih ada bandrolnya lagi?” gumam Dea bingung bukan kepalang, ia sangat terkejut ketika mencabut bandrol harga gaun tersebut dan melihat berapa nominalnya. “Astaga … ini mehong sekali? Buatan Jerman pula? Enak banget jadi hantu, ya. Bisa mendapatkan apa saja yang diinginkan kayak jin Tomang saja.”
Dea mulai terbiasa dengan keanehan-keanehan yang ia alami selama berada disisi pangeran D. Mungkin ini tidak nyata dan sangat sulit dipercaya, tapi Dea merasa kalau ia adalah Aladin yang baru saja menemukan lampu ajaibnya. Pikiran gadis itu sedang melayang kala membayangkan bahwa pria tampan yang sedang menunggunya di bibir goa adalah calon suaminya.
“Mau dia hantu, jin, siluman atau manusia jadi-jadian, bodo amat, yang penting dia tampan,” girang Dea merasa senang dengan semua keajaiban yang ia alami saat ini.
“Apa kau sudah selesai?” teriak pangeran D dari kejauhan.
“Sebentar lagi!” balas Dea berteriak.
Gadis itu langsung gelagapan dan segera sadar kalau ia sudah berpikiran yang bukan-bukan. Mana ada manusia menikah dengan hantu? Tapi kalau dilihat di banyak film dan novel, rasanya memang bukan hal yang mustahil bila ada dua insan beda alam melangsungkan pernikahan termasuk dirinya dan sang pengeran demit ini.
“Astaga … kenapa suaranya merdu sekali? Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apa … dia benar-benar akan menikahiku? Oh tidak … otakku pasti sudah kongslet. Sadarlah Dea, ini dunia nyata, bukan dunia novel.” Dea menepuk-nepuk sendiri kepalanya agar ia bisa sadar. Namun hati tak bisa dibohongi. Sejujurnya Dea sangat ingin terus bersama dengan hantu tampan yang sedang menunggunya sekarang.
Dea mulai bingung sendiri, ia sedang memakai gaun yang indah, ada calon suami hantu tampan di luar sana. Sungguh Gadis itu tak pernah membayangkan semua ini terjadi padanya. Manusia yang dihinakan seperti Dea bakal menjadi istri dari seorang pangeran dedemit. Siapa yang akan memercayai ini semua? Sangat tidak masuk akal.
Setelah berdamai dengan hati dan pikiran Dea, ia memutuskan untuk pasrah pada takdir yang membawanya pada situasi ini. Perlahan … gadis itu berjalan keluar menuju sang pemuda yang sedang menunggunya. Awalnya, pangeran D cuek bebek ketika Dea mendekat kearahnya, tapi … kecantikan wajah alami Dea membuat pangeran D terpana. Ternyata, yang namanya wanita cantik meskipun di rendam dalam lumpur kotor, tetap saja cantik.
“Huh, lumayan. Kau terlihat lebih baik dari sebelumnya. Orang tidak akan merendahkanmu lagi jika kau terus berpenampilan seperti ini,” komentar pangeran D setelah Dea ada di depannya.
“Jangan sok tahu, mereka semua membenciku bukan karena pakaianku. Tapi …”
“Aku tahu, ayo pergi.” Pangeran D sengaja memotong kata-kata Dea dan berjalan lebih dulu meninggalkan Dea di belakang. Benar-benar sikap yang dingin, tapi cool juga.
“Kita mau ke mana sebenarnya?” tanya Dea heran karena hantu tampan itu berjalan menggunakan kaki dan tidak melayang seperti sebelumnya.
“Mengantarmu pulang,” ujar pengeran D dengan sikapnya yang dingin.
“Loh, kok pulang? Bukannya kita akan pergi ke pesta? Aku tidak mau pulang! Orang-orang di desa sangat menyebalkan. Mereka pasti akan bertanya darimana aku mendapatkan gaun seindah ini? Aku harus jawab apa?” cerocos Dea tanpa henti sambil mengikuti langkah kaki pangeran D.
Tak menggubris pertanyaan dan ocehan Dea, pangeran D tetap berjalan meninggalkan Dea menuju suatu tempat. Dea sendiri bingung dengan jalan pikiran hantu tampan itu. Berkali-kali gadis itu meyakinkan agar tidak perlu diantar pulang, tapi sang pangeran tidak menyahuti satupun ucapannya. Sebaliknya, pemuda tampan itu malah menarik paksa tangan Dea agar ikut berjalan bersamanya meninggalkan goa tempat saksi bisu pertemuan pertama mereka.
Karena menggunakan gaun, jalan Dea jadi ribet dan belibet. Berkali-kali ia terjatuh tapi anehnya pakaiannya tidak kotor sama sekali. Dea bingung sebenarnya, gaun yang dikenakannya sepertinya juga bukan sembarang gaun. Saat Dea terjatuh, gaun itu mengembang seolah menopang dan melindungi tubuh Dea agar gadis itu tak terluka.
Apa … aku akan diajak menikah? Tapi kok pulang? Batin Dea lagi. Ia sedikit kecewa kalau tidak kadi menikah dengan hantu tampan itu.
“Berhentilah berpikiran yang bukan-bukan, aku hanya mengantarmu pulang. Tidak lebih dari itu. Siapa yang mau menikah denganmu?” cetus pangeran D karena ia bisa mendengar suara hati Dea dengan jelas.
Canggih benar ini hantu ya? Bisa tahu pikiran orang, batin Dea lagi. Tapi gadis itu agak tidak terima ketika sang pengeran dedemit menolak menikah dengannya.
“Kenapa kau tidak mau menikah denganku? Padahal kau yang memintaku menikah denganmu? Aku ingat dengan sangat jelas ucapanmu saat aku mencabut bunga mawar merah ini,” seru Dea sudah tidak bisa lagi memendam rasa penasarannya. Ia bahkan masih menggenggam erat bunga tersebut ditangannya.
“Kita akan bicarakan hal ini setelah sampai di desa.”
“Aku tahu aku akan mati jika aku menikah dengamu. Asal kau tahu saja, aku tidak peduli dengan hidupku. Sebab itulah … aku … tidak keberatan jika aku harus mati begitu kau menikah denganku,” tandas Dea dan seketika berhasil membuat pengeran D terpana.
Sang pengeran berhenti berjalan dan langsung balik badan menatap tajam mata Dea dengan tatapan yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.
“Bagaimana … kau bisa tahu …”
“Aku mendengar percakapanmu dengan sosok yang kau panggil pak Po.” Dea menyela pertanyaan pangeran D. “Kau tidak bisa menyangkal lagi, kau tak perlu iba pada nasib hidupku yang malang ini. Aku siap mati asal aku bisa menikah denganmu. Dan aku … tidak pernah menyesali keputusan yang aku ambil ini.” Kalimat yang dikatakan Dea ini benar-benar membuat pangeran D tertegun.
Sudah tidak ada keraguan lagi dalam diri Dea mengenai keputusannya untuk menikah dengan hantu tampan. Sang pangeran sendiri juga heran. Baru kali ini ia melihat ada manusia biasa malah memilih jalan kematian dari pada berumur panjang.
Mungkin orang normal akan menganggap Dea gila, edan, sinting dan tidak waras. Tapi itulah dunia dimana kegilaan adalah hal yang biasa dilakukan manusia. Dea sudah dianggap sebagai sampah masyarakat. Mau mati sekarang atau nanti, bagi gadis itu tidak ada bedanya.
"Bagaimana? Kita menikah saja!" tandas Dea. Ganti dia yang menantang pangeran D untuk mengajaknya menikah dengannya. Dea benar-benar nekat.
BERSAMBUNG
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!