Suara pendeteksi jantung terus berbunyi, yang berarti tanda kehidupan itu masih ada, untuk seorang wanita yang masih berbaring lemah di atas ranjang pesakitan. Di sampingnya, ada seorang lelaki yang tengah menantikan kekasih hatinya, untuk membuka mata. Berharap, sang kekasih akan segera siuman dan melihatnya untuk pertama kali.
"Buka matamu, " pinta seorang lelaki dengan lemah. Dia adalah Xavier Alexander. Xavier tengah menggenggam dengan erat, jemari kekasihnya, Aira Faradilla.
"Sayang, aku mohon. Ingat lah, kita akan segera menikah," ucap Xavier lirih. Menikah? iya satu minggu lagi, pernikahan mereka akan segera digelar. Namun Aira masih terbaring lemah di rumah sakit. Aira koma, sudah hampir satu bulan lamanya.
"Xavier?" suara seorangg wanit, menyapa pendengaran Xavier.
"Bu?" itu adalah suara Lita, ibu dari Aira.
"Sudah larut, kamu harus pulan, Nak." ujar Lita mengingatkan calon menantunya.
"Tapi ... aku ingin, Aira melihat ku pertama kali Bu, saat dia membuka matanya," Xavier, masih berharap dan yakin kalau Aira akan segera siuman.
"Saat Aira siuman, nanti Ibu langsung hubungi kamu," janji Lita.
"Baiklah Bu, aku permisi dulu, dan tolong segera kabari aku, jika ada perkembangan dari Aira," pinta Xavier, dan mendapatkan jawaban anggukan dari Lita.
Lita adalah ibu tunggal, dia sudah bercerai dari sang suami, dan kini entah kemana mantan suaminya. Beruntung, pekerjaan Aira yang sebegai seorang model, bisa membiayai kehidupan mereka, bahkan lebih dari cukup. Namun nahas, sesuatu terjadi pada Aira, menyebabkan dia jatuh dari tangga, dan koma sampai saat ini.
Xavier, pulang dengan lemahnya, hari-harinya hanya dihabiskan untuk bekerja dan juga datang ke rumah sakit. Menemani sang pujaan hati, dan berharap kalau dia akan segera bangun. Rencana pernikahan yang sudah dipersiapkan dengan matang sudah ada di depan mata. Xavier semakin bingung dibuatnya, karena setiap hari, kedua orangtuanya pun sudah terus menanyakan kondisi Aira.
"Xavier?" Xavier menoleh pada sumber suara, itu adalah bundanya.
"Kamu baru pulang? dari rumah sakit lagi?" tanya Adel ALexander, Ibunda dari Xavier.
"Iya Bunda," jawab Xavier dengan lemah. Dari jawaban putranya yang terlihat lesu, bisa Adel simpulkan, bahwa hal baik belum terjadi pada Aira.
"Bunda rasa, Bunda harus menentukan sikap malam ini," ujar Adel kemudian.
"Maksudnya?" tanya Xavier tak paham.
"Hampir satu bulan, Aira koma. Dan sampai detik ini, belum sadarkan diri. Lalu bagaimana dengan pernikahan kamu Xavier? bukan maksud Bunda, ingin mematahkan semangat kamu, tapi coba kamu pikirkan, bagaimana kalau sampai sampai mendekati hari pernikahan kamu, Aira juga masih koma?" tanya Adel dengan hati-hati. Adel paham, pasti ini berat untuk putranya, namun biar bagaimanapun kelanjutan rencana pernikahan sang putri dengan kekasihnya, harus kembali dibicarakan.
"Kita batalkan saja Bun," jawab Xavier dengan enteng.
"Xavier, tidak bisa semudah itu," Reyhan Alexander, kepala keluarga, yang tidak lain adalah ayah dari Xavier sendiri. Reyhan yang baru saja turun ke lantai bawah, ikut menimpali perbincangan istri dan anaknya.
"Maksud Ayah?" tanya Xavier bingung. Menrurut Xavier, membatalkan pernikahannya adalah jalan satu-satunya. Jikalaupun nantinya Aira siuman, tidak akan mungkin bisa mengadakan pesta pernikahan. Karena pastinya Aira butuh waktu untuk memulihkan kesehatannya.
"Tidak bisa, karena undangan sudah disebar, semua kolega besar Ayah dan kamu sudah siap datang, apa kita bisa membatalkan pernikahan begitu saja?" tanya Reyhan kepada sang putra.
"Lalu harus bagaimana Yah? saat ini Aira masih terbaring di rumah sakit," Xavier suah frustasi dengan permasalahannnya, di tambah lagi dengan keadaan Aira yang belum menunjukkan tanda-tanda bahwa dia akan siuman.
"Kamu harus menikah dengan orang lain, agar pernikahan ini tetap berjalan," jawab Reyhan kemudian. Sontak, Xavier tertegun, dia tidak menyangka, kalau orangtuanya biisa begitu mudah mengatakan hal itu. Baik Reyhan maupun Adele, jelas tahu, bagaimana perjalanan kisah cinta Xavier dan Aira.
"Nggak Yah," tolak Xavier cepat, "aku nggak mau dan aku nggak bisa," ujar Xavier.
"Lalu? kamu mau buat keluarga ini malu?" tanya Adelle, semakin menyudutkan Xavier.
"Xavier cuman cinta sama Aira, Bun." ucap Xavier semakin melemah. Dia bingung harus menjelaskan bagaiamana lagi dengan kedua orangtuanya.
"Xavier, coba kamu pikirkan. Mungkin, ini juga pertanda, bahwa kamu dan Aira memang tidak berjodoh," Reyhan seolah mengatakan untuk memikirkan kembali ide yang diberikan oleh Reyhan dan Adele. Karena mungkin saja, ini memang petunjuk dari Yang Maha Kuasa untuk Xavier, bahwa Xavire dan Aira memang tidak berjodoh.
Xavier menggelengkan kepalanya lemah, dia tidak percaya, saat ini orangtuanya seolah mendesak dirinya untuk meluupakan Aira begitu saja.
"Aku nggak bisa Yah, Bun. Aku mencintai Aira, dan aku yakin, apapun yang terjadi saat ini, hanyalah cobaan dalam hubungan kami, dan rencana pernikahan kami. Pokoknya, aku tidak akan menikah dengan wanita lain." putus Xavier, dia mulai melangkah menuju lantai atas, di mana kamarnya berada.
"Xavier, Bunda beri kamu waktu!" seru Adelle, membuat langkah Xavier terhenti.
"Waktu?" tanya Xavier bingung.
"Jika dalam waktu 5 hari ini, Aira tidak siuman, maka kamu harus menikah dengan wanita yang Bunda tunjuk. Jika kamu menolak, maka dengan terpaksa, Ayah dan Bunda akan mengeluarkan kamu dalam daftar ahli waris, dan kamu tidak akan lagi menjadi CEO di perusahaan, bahkan kamu tidak akan memiliki dan berhak atas apapun yang ada di rumah ini, bahkan apa yang kamu miliki," jelas Adelle dengan panjang lebar. Xavier hanya menatap kedua orangtuanya dengan tatapan yang sulit diartikan. Dia pun melanjutkan langkah kakiknya, tanpa menjawab iya atau tidak. Karena bagi Xavier, apapun jawabannya, hanya satu yang ingin oranggtuanya dengar, yaitu jawaban Iya.
"Apa kita terlalu keterlaluan?" tanya Reyhan kepada sang istri. Sejujurnya, sebagai orangtua, Reyhan juga tidak kuasa dan tidak tega melihat keadaan putranya seperti sekarang ini.
"Kita sudah memberikan kebebasan kepada Xavier Yah, kita memberikan dia kebebasan untuk menjalani kehidupannya selama ini, dan bahkan soal pasangan, Bunda juga tidak banyak komentar. Bunda dukung sepenuhnya, apa yang membuat Xavier bahagia. Bahkan, saat mereka memutuskan untuk menikah, Bunda berulang kali menanyakan, apakah mereka benar-benar sudahh mengambil keputusan yang tepat? dan Bunda juga selalu menanyakan dan memastikan, bahwa tidak ada keraguan sedikitpun di hati mereka. Kali ini, Bunda juga ingin, Xavier bertanggung jawab dengan keputusan besar yang sudah dia ambil. Kalau sampai pernikahan ini gagal, maka malu yang akan kita dapat," jelas Adelle, dan Reyhan hanya bisa mengangguk paham.
"Baiklah, semoga saja, ada jalan terbaiik untuk kita semua," harap Reyhan.
.
.
Xavier masih terjaga, dia memikirkan perkataan sang Bunda, ada ketakutan dalam diri Xavier, bagaimana jika Aira benar-benar tidak siuman dalam waktu lima hari? apakah Xavier harus menerima ide dari sang Bunda, untuk menikah, dengan wanita lain? atau Xavier akan tetap bertahan dengan Aira? dan merelakan semua pencapaiannya? dan melepaskan materi yang selama ini sudah diberikan oleh kedua orangtuanya.
Xavier berjalan ke arah balkon kamarnya, udara dingin malam ini, belum bisa mengdinginkan otaknya yang terasa panas memikirkan permasalahannya. Xavier masih menunggu dengan harap cemas sang kekasih pujaan hati. Namun, di lain sisi, Xavier juga sudah di desak dengan rencana pernikahannya yang sudah semakin dekat.
"Apa yang harus aku lakukan?" gumam Xavier, seraya menyugar rambutnya frustasi.
.
.
"Papah ...!!!" di sisi lain, di kediaman keluarga Jovankan. Seorang gadis cantik, tengah duduk di tengah kedua orangtuanya.
"Ada apa Key?" tanya Farhan Jovanka, selaku Ayah dari Keyhsa Jovanka.
"Kalo udah begini, pasti ada maunya," tebak Lailla, sang Ibu.
"Ih Mamah, kok tahu," ucap Keysha dengan semburat malu-malu.
"Ada apa sih, Nak?" tanya Farhan kepada sang putri semata wayang.
"Aku baru dapat kabar dari bi Asih," ucap Keysha penuh arti.
"Bi Asih? kabar apa?" Lailla tak sabar mendengar kabar apa yang ingin disampai oleh sang putri.
"Katanya, Tante Adelle dan Om Reyhan nggak akan membatalkan penikahan kak Xavier," akhirnya Keysha menyampaikan berita yang membuat kedua orangtuanya sangat penasaran tadi.
"Oh itu ... lalu?" tanya Farhan lagi.
"Ya kan keadaan Aira sampai saat ini belum memiliki kemajuan Pah, jadi sampai satu minggu ke depan, belum tentu Aira akan siuman. Jadi ..." Keysha menggantung ucapnnya.
"Jadi? kamu mau menggantikan Aira? menjadi istri Xavier?" Lailla seolah sudah paham dengan isi kepala sang putri. Ternyata benar, tanpa malu Keysha menganggukan kepalanya dengan semangat.
"Segitu cintanya kamu sama Xavier?" tanya Farhan, dia masih belum percaya dengan perasaan sang putri.
"Iya Pah, kan Mamah dan Papah tahu, aku dan kak Xavier sudah dekat dari kecil. Tapi ... karena Aira hadir, aku nggak bisa mendapatkan hati kak Xavier," keluh Keysha. Usia Keysha dan Xavier yang hanya terpaut satu tahun, dan lagi mereka yang memang bertetangga. Membuat keduanya sudah dekat sedari kecil. Xavier sangat menjaga Keysha, bahkan selalu ada di samping Keyhsa. Rupanya semua perhatian itu, membuat percikan asmara tumbuh dalam hati Keysha. Namun sayangnya, itu tidak berlaku pada Xavier, karena Xavier lebih memilih Aira, dan dia hanya menganggap Keysha sebagai adik. Xavier tak pernah tahu perasaan Keysha, bahkan sampai detik ini.
"Baiklah, nanti akan coba Papah bicarakan dengan Om Reyhan," Farhan langsung membuat keputusan, tentu saja Keysha begitu bahagia mendengar jawaban sang Ayah yang akan membantunya.
"Makasih Pah, Mah ..." Keysha memeluk kedua orangtuanya dan berlalu pergi menuju kamar.
"Pah ..." Lailla nampaknya tidak terlalu setuju dengan sikap dan keputusan sang suami.
"Apa sih Mah?" seolah sudah tahu, Farhan sudah mengambil ancang-ancang untuk meyakinkan istrinya.
"Apa kamu yakin? keputusan kamu ini benar? kamu jelas tahu kan? perasaan Keysha kepada Xavier adalah perasaan yang bertepuk sebalah tangan," Lailla tidak mau, kalau suatu saat putrinya menyesal dan malah tidak hidup bahagia dengan menikah dengan Xavier. Biar bagaimanapun, sebagai orangtua, Lailla ingin putrinya bisa mendapatkan pendamping yang baik. Dan Lailla berharap kalau Keysha hanya akan menikah sekali seumur hidup.
"Kamu tenang aja, karena cinta akan datang setelah mereka terbiasa bersama, aku yakin lambat laun Xavier bisa membalas perasaan putri kita," ujar Farhan, masih kekeuh dengan keputusannya tadi.
"Tapi Pah ... bagaimana dengan hubungan Xavier dan Aira? bukankah ini sama saja, kalau Keysha menjadi orang ketiga dalam hubungan mereka?" ucap Lailla lagi. Terdengar suara helaan napas dari Farhan.
"Kesyha justru membantu keluarga mereka Mah, coba kamu pikirkan, kalau Aira benarr-benar tidak siuman sampai hari pernikahan mereka, siapa yang akan ditunjuk oleh Adelle sebagai pengganti Aira? bisa saja Adelle hanya asal, dan malah bisa jadi suatu saat membuat keluarga mereka malu. Lalu Xavier, kalau dia menikah dengan sembarang gadis, dia tidak tahu bibit, bebet dan bobotnya. Tapi kalau Kesyha, jelas Xavier mengenalnya dan mereka sudah tumbuh bersama sejak kecil. Jadi, apalagi? justru kita membantu mereka kan?" begitu kiranya alasan yang diberikan oleh Farhan, dan sulit dibantahkan oleh Lailla.
"Sudah lah, kamu jangan terlalu banyak memikirkan hal ini. Apa kamu tidak melihat bagaimana bahagianya putri kita? dan kamu juga pasti masih sangat ingat bukan? ketika Kesyha mendengar Xavier melamar Aira? bagimana sedihnya Keysha dan patah hatinya Keysha," perkataan Farhan, mengingat kan Lailla, pada masa-masa terpuruk Keysha. Keysha yang masih begitu mencinta Xavier, harus kembali menelan pil pahit, saat orang yang paling dia cinta, melamar gadis pujaan hatinya, di hadapan Keysah. Sakit, itu yang Keysha rasakan. Butuh waktu cukup lama bagi Keysha untuk dia bisa menyambuhkan luka di hatinya.
Keysha begitu bahagia, dia tidak bisa memejamkan matanya, karena dia tengah membayangkan bagaimana jadinya, kalau Keysha benar-benar menikah dengan Xavier.
" Maafkan aku kak Xavier, maaf karena aku harus melaukan hal ini, maaf karena aku harus menjadi orang ketiga dalam hubungan kalian, tapi ... aku juga tidak rela kalau kamu menjadi milik wanita seperti Aira," gumam Keysha.
.
.
Hari ini, dijam makan siang, Farhan mengajak Reyhan untuk bertemu, dengan alasan membahas seputar bisnis. Mereka mengadakan pertemuan di salah satu rerstaurant bintang lima.
"Bagaimana dengan persiapan pernikahan Xavier?" Farhan mulai menyinggung soal pernikahan.
"Entahlah, sampai detik ini Aira belum siuman, dia masih koma. Dan menurut Dokter, belum ada kemajuan yang menandakan bahwa Aira akan siuman dalam waktu dekat," jawab Reyhan dengan berat.
"Lantas, pernikahannya? apakah akan dibatalkan?" tanya Farhan sekedar basa-basi.
"Mana mungkin," jawab Reyhan dengan cepat, "kamu jelas tahu, aku sudah mengundang kolega besar ku, kalau aku memberikan pengumuman, bahwa pernikahan Xavier di batalkan, mau ditaruh di mana muka?" ujar Reyhan.
"Lalu? bagaimana Xavier akan melangsungkan pernikahannya, Rey? kalau tidak ada mempelai wanita?" Farhan semakin yakin, kalau apa yang diceritakan oleh Keysha benar adanya.
"Aku dan Adelle sudah memutuskan, kalau sampai lusa Aira belum juga siuman, maka kami akan mencarikan wanita pengganti untuk Xavier," jawab Reyhan dengan tenang.
"Kalau begitu, bukankah sama saja seperti perjodohan?" perkataan Farhan, membuat Reyhan berpikir, dan dia juga membenarkan.
"Perbedaannya, kamu akan menjodohkan Xavier, kepada siapapun gadis yang mau, karena kalain tidak punya waktu untuk menyeleksi, bukankah itu lebih mengkhawatirkan? bisa saja mereka memiliki masa lalu buruk," ujar Farhan, membaut Reyhan nampak menimang.
"Lalu, apa yang sebaiknya aku lakukan?" tanya Reyhan kemudian, dan tentu saja hal ini tidak disia-siakan oleh Farhan.
"Kita jodohkan saja, Keysha dan Xavier," jawab Farhan dengan enteng.
"Aa?!"
"Ya, gampang saja. Xavier dan Keysha sudah sangat dekat, dan pastinya mudah bagi mereka nantinya untuk sama-sama mendekatkan diri sebagai pasangan," ucap Farhan menjelaskan, supaya Reyhan bisa lebih memikirkan kembali idenya..
"Kamu benar, tapi ... apa Keysha mau?" Reyhan tidak enak jika harus memaksa Keysha.
"Kamu tenang saja, Keysha sangat penurut dan aku yakin dia akan mau," Farhan tersenyum, karena nampaknya Reyhan benar-benar menimang perkataannya.
"Baiklah, aku akan bicarakan dengan Adelle, nanti aku akan kabari kamu lagi," mereka pun membuat kesepakatan. Dari apa yang Farhan lihat, sepertinya semua akan berjaln sesuai rencana.
Tinggal tiga hari lagi, pernikahan Xavier dan Aira akan segera berlangsng, semua persiapan benar-benar lancar, tanpa kendal. Namun, dari pihak pengantin wanita lah yang terjadi kendala. Xavier benar-benar bingung dan pusing. Dia beberapa kali menatap wajah Aira dan meminta sang kekasih untuk bangun, namun Aira nampaknya masih sangat nyaman memejamkan matanya.
"Airaa ... aku mohon buka matamu, tiga hari lagi kita akan menikah," pinta Xavier, namun Aira sama sekali tidak bergeming.
"Aira, apa kamu mau aku menikah dengan wanita lain?" akhirnya, pertanyaan itu lolos dari bibir Xavier.
"Apa maksud perkataan kamuXavier?" Xavier, tidak menyadar keberadaan Lita, tadi Lita berpamitan untuk makan lebih dulu. Dan teryata Lita sudah kembali.
"I-Ibu?" gagap Xavier.
"Jawab Xavier?" Lita kembali mengulang pertanyaannya, karena Xavier terlihat gusar.
"Ma-maf Bu, Xavier sudah berbicara dengan kedua orangtua ku, tapi mereka ..." Xavier ragu untuk melanjutkan.
"Tapi, mereka tidak bisa membatalkan pernikahan ini Bu, karena undangan sudah sampai di tangan semua kolega besar, kedua orangtua Xavier," akhirnya Xavier bisa menjelaskan semuanya kepada Lita, dan mengatakan soal bundanya yang sudah memiliki rencana untuk menjodohkan Xavier dengan wanita lain, jika sampai besok Aira belum juga siuman.
"Dan kamu mau, menerima perjodohan itu?" tanya Lita dengan sendu, dia tidak habis pikir dengan kedua orangtua Xavier yang tidak bisa mengerti kondisi putrinya.
"Xavier bingung Bu, kalau Xavier tidak menerima syarat itu, maka Xavier akan dicoret dari ahli waris, bahkan saat itu juga, Xavier tidak akan lagi menjadi pemimpin perusahaan," jelas Xavier.
Lita gusar entah apa yang tengah dia pikirkan, nampak sekali Lita tengah menimang keputusannya.
"Itu berarti, kamu akan melupakan Aira? dan bagaimana Ibu menjelaskan kepada Aira, saat dia siuman nanti?" tanya Lita dengan raut wajah yang begitu sedih.
"Bu, aku sangat mencintai Aira, dan sampai kapan pun akan begitu. Aku akan tetap menunggu Aira, Bu. Aku janji," Xavier sudah berjanji di depan Aira dan Lita, Lita paham dengan sikap Xavier, yang pantang sekali mengingkari janji yang sudah diucapkan.
Lita menghela napasnya dalam. "Baiklah, Ibu tahu apa yang sudah kamu capai selama ini tidak lah mudah, jadi Ibu pahamii kepputusan kedua orangta kamu Xavie, kamu boleh menikah dengan wanita lain, tapi kamu juga harus berjani, bahwa kamu akan kembali pada Aira, saat dia sudah siuman nanti," pinta Lita, dan Xavier mengangguk dengan yakin.
.
.
Malam ini, Xavier tengah dibuat bingung dengan kedua orangtuanya, yang tiba-tiba mengajak Xavier ke sebuah restaurant. Makanan sudah mulai dihidangkan, dan dai meja yang dipesan, Xavier yakin bukan hanya keluarganya yang datang, namun masih ada orang lain. Benar saja, Xavier melihat salah seorang yang sangat Xavier kenali.
"Om Farhan?" gumam Xavier, sang Ayah juga langsung menyambut Farhan dengan sangat baik.
"Tante Lailla dan Keysha? ada apa ini?" Xavier bingung, kenapa ada keluarga Keysha juga yang turut hadir.
Kini, mereka semua sudah duduk di tempatnya masing-masing. Xavier menatap Keysha dan mengirimkan pesan whatsapp, menanyakan tentang apakah Keysha tahu apa maksud dari pertemuan ini.
'Aku nggak tahu Kak, aku cuman diajak sama Mamah dan Papah,' hanya itu balasan yang diberikan oleh Keysha, dan Xavier pun percaya.
'Maaf kak, yang jelas ini adalah kabar baik untuk ku,' batin Keysha.
"Baiklah, mungkin Keysha dan Xavier sama-sama bingung kenapa kami melakukan pertemuan di sini," ujar Reyhan membuka pembicaraan.
"Nah Xavier, sesuai dengan apa yang sudah dibicarakan oleh Bunda, hari ini pun kami belum mendengar kabar baik dari Aira," ujar Reyhan, kali ini Xavier seoah paham dengan apa yang mereka bicarakan.
"Jadi, kami memutuskan untuk menjodohkan kamu Xavier, supaya pernikahan tetap berjalan. Dan, wanita yang akan kami jodohkan dengan kamu adalah, Keysha." Xavier terkejut, dan Keysha pun menampilkan raut wajah yang sama, dia seolah terkejut dengan pengumuman yang diberikan oleh Reyhan.
"Yah ..." Xavier hendak protes, namun tangan Xavier digenggam dengan erat oleh Adelle, membuat Xavier akhirnya diam.
"Pernikahan akan berjalan, sesuai dengan apa yang sudah direncanakan, yaitu lusa. Jadi Keysha, kami harap kamu bisa bersiap diri mulai sekarang," ujar Reyhan, dan hanya diangguki dengan kaku oleh Keysha.
Mereka pun menikmati hidangan makan malam, dengan suasana yang penuh kekeuargaan. Sedari tadi, Xavier terus menahan diri agar dia tidak bersuara. Dia ingin bertanya secara langsung, namun harus ditahan karena Adelle sang Ibunda sudah berbisik pada Xavier, bahwa mereka akan membahasnya di rumah.
.
.
"Apa-apaan ini Yah, Bunda?" baru saja mereka sampai di rumah, Xavier langsung menuntut penjelasan.
"Kami memilih wanita yang akan menjadi istri kamu, bukankah samu sudah setuju?" jawab Adelle dengan enteng.
"Tapi kenapa Keysha?" Xavier, tidak pernah menyangka, kalau wanita yang akan menjadi pilihan kedua orangtuanya, adalah Keysha. Wanita yang sudah dia anggap seperti adiknya sendiri.
"Kenapa? Keysha wanita baik, dari keluarga baik-baik, dan Keysha wanita karir juga. Apa yang salah? masa lalu Keysha juga baik, tidak penah terkena skandal apapun juga," jawab Adelle panjang lebar.
"Jangan banyak membantah Xavier, apa yang sudah kami putuskan, tidak bisa kamu ganggu gugat," putus Farhan. Dia pun, mengajak sang istri untuk beristirahat di kamar mereka.
Xavier langsung mengetik di ponselnya, dan mencoba untuk menanyakan apakah Keysha sudah tahu soal pejodohan itu, namun Keysha menjawab, bahwa dia juga baru tahu hari ini. Tentu saja, Xavier percaya, dia yakin Keysha tidak akan berbohong padanya dan tidak akan mengkhianatinya. Xavier sangat yakin, kalau Keysha sudah tahu soal perjodohan ini, pasti Keysha sudah lebih dulu berbicara kepada Xavier.
.
.
"Saya terima nikah dan kawinnya, Keysha Jovankan Binti Farhan Jovanka, dengan mas kawin satu set berlian dibayar tunai," Xavier, begitu lantang mengucapkan ijab qobulnya di hadapan para saksi dan juga kedua orangtuanya. Kini Xavier dan Keysha sudah sah menjadi pasangan suami istri.
Keysha, yang kini memakai gaun berwarna putih, dengan ekor panjang menjuntai, serta mahkota yang menghiasi kepalanya. Semakin memancarkan aura kecantikan pengantin, Keysha tersenyum kepada seluruh tamu undangan, begitu juga dengan Xavier, namun senyman Xavier tidak terlihat tulus. Xavier merasa dia sudah mengkhianati hubungannya dengan Aira.
'Harusnya, yang berada di sampingku bukan Keysha, tapi kamu Aira. Harusnya, hari ini menjadi hari yang membahagiakan bagi kita,' batin Xavier. Raganya ada di sini, namun pikiran Xavier melayang jauh.
'Ini mungkin terpaksa bagi kak Xavier, tapi tidak dengan ku. Maafkan aku Kak, tapi aku begitu bahagia hari ini, dan semoga aku bisa membuat kamu jatuh cinta padaku,' batin Keysha penuh harap. Sesekali, Keysha melirik Xavier, dan dalam hati Keysha selalu memuji ketampanan Xavier.
'Sedari dulu, aku tidak pernah melihat pria manapun kecuali kamu Kak, aku sudah mendapatkan kamu, dan aku tidak mau dan tidak akan pernah mau melepas kamu Kak,' batin Keysha.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!